Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sehari = 1000 tahun dan = 50 ribu tahun

Posted by agorsiloku pada November 28, 2006

Ayat ini sering dikawinkan dengan perkembangan sains :

Terjemahan Depag Indonesia :

QS 32:55. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu[1190]

[1190]. Maksud urusan itu naik kepadaNya ialah beritanya yang dibawa oleh malaikat. Ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan keagunganNya.

QS 70:4. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.[1510]
1510]. Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.

Kedua ayat di atas, paling hobi disampaikan sebagai sesuatu yang muskil dan menunjukkan ketidaklogisan kitab suci. Namun terjelaskan juga bahwa ini pernyataan bahwa waktu itu memang relatif. Kemudian, Mesir, Dr. Mansour Hassab Elnaby yang kemudian menegasi bahwa di situ Allah tidak sedang bertamsil ria (seperti catatan kaki terjemahan Depag), tapi juga adalah sebuah hitungan matematis yang dikenal kemudian sebagai kecepatan cahaya ->alangkah baiknya jika terjemahan Depag berikutnya disempurnakan. Dengan kata lain, ayat satu hari itu = 1000 bulan dan bulan di sisiNya adalah pergerakan bulan mengelilingi bumi dan seterusnya yang kemudian mendapatkan bahwa urusan itu bernilai sama dengan kecepatan cahaya. Jadi, ayat itu memang menjelaskan tentang kecepatan suatu urusan yang secara nyata memenuhi hukum-hukum yang kemudian dipahami manusia di awal abad ke 19.

Kalau begitu, logis juga kita memahami ayat sehari yang kadarnya 50 ribu tahun juga bukan sebagai pernyataan tamsil, tapi pernyataan matematis/fisika bahwa malaikat ketika menghadap Allah berjalan dengan satu hari (menurut ukuran manusia) kadarnya adalah 50 ribu tahun. Jadi, kalau malaikat menghadap satu hari saja (menurut ukuran malaikat), maka dunia ini sudah bergerak selam 50 ribu tahun. Wah, kebudayaan manusia saja diperkirakan usianya baru mencapai 10 ribu tahun. Singkat buanget….

Atau kadarnya ini berarti juga kecepatan tempuhnya tempuh 50 kali kecepatan cahaya.

Menurut Radiasi Cherenkov memiliki pemancaran radiasi elektromagnetik oleh partikel bermuatan bergerak melalui sebuah medium terinsulasi lebih cepat dari kecepatan cahaya dalam medium tersebut.

Taychon diperkirakan berada pada rumusan ini. Namun ini merupakan paradoks, karena dikhayalkan, waktu bergerak mundur. Atau di situ sudah tidak terdefinisikan lagi yang disebut jarak dan dimensi ruang waktu. Atau gampangnya, yah.. pindah ke dimensi yang bukan dimensi di mana kita berada.

Sedang pada kecepatan mendekati atau sama dengan cahaya saja, fungsi-fungsi fisika, matematika sudah mulai berbeda. Ada dilasi waktu, dilasi jarak yang membuat waktu memendek dan memanjang, masa yang negatif. Kalau di atas itu, ilmu memang tak atau belum mampu menjelaskannya. Ada sedikit penjelasan mengenai hal ini. Sang Junjungan berangkat ke Sidratul Muntaha bersama malaikat Jibril, dengan kecepatan yang “boleh jadi” memenuhi ayat QS 70:2, yaitu 50 kali kecepatan cahaya. Sebuah perjalanan yang tidak dikendalikan lagi dengan hukum-hukum fisika. Tidak dengan Sunatullah di dimensi fisis. Cahaya di atas cahaya. Perjalanan semalam, hanya di sini kita tidak bisa melakukan perhitungan matematis jarak tempuhnya adalah 50 kali kecepatan cahaya kali semalam menjadi sekian kilometer. Kenapa?, yah karena di atas kecepatan cahaya, kita sudah nggak bisa lagi pakai rumus yang sudah kita punya/ketahui.

Kadang, saya berpikir (menduga), di situlah perhitungan persoalan yang disebut gaib itu berada sehingga memang manusia tidak didisain untuk memahaminya, kecuali sedikit saja. Itu memang urusanNya. Untuk hal-hal itu, kita hanya bisa mempercayai saja. Mengelaborasinya boleh jadi sia-sia. Karena kita hanya berada pada kebolehan “ruang dan waktu”, maka seluruh persepsi dan khayalan dan mimpi manusia yang dibangun tak pernah lepas dari kerangka acuan fisis.

Wallahu ‘alam.

19 Tanggapan to “Sehari = 1000 tahun dan = 50 ribu tahun”

  1. […] Rujukan lain. […]

    Suka

  2. Anda mengutip Assajdah (32) ayat 55 didalam kitab suci tidak ada.
    Yang dimaksud langit dan bumi adalah tatanan penciptaan agama-agama oleh Allah sejak Adam sampai era globalisasi disebut hari berkumpul yang dibinasakan menjadi perpecahan agama-agama sesuai Ar Ruum (30) ayat 32 oleh nafsu manusia sesuai Al Mu’minuun (23) ayat 71. Oleh karena hal ini maka Allah akan membangkitkan ilmu pengetahuan agama agar manusia jangan berpecah-belah agama didalam Agama Allah sesuai Al Mujaadilah (58) ayat 6,18,22, An Nashr (110) ayat 1,2,3.
    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    Suka

    • Haris Andora said

      mas Soegana G.
      Sepertinya admin ingin mengutip QS as-Sajdah (32) ayat 5 tapi terketik jadi ayat 55. (erata) krn jmlh ayat dlm surat as-Sajdah hanya 30 ayat.

      @ Waktu itu relatif (dibuktikan kebenarannya oleh Einstein).

      QS Al Hajj [22]:47.
      ●”…. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”.

      Suka

  3. Satu siklus terjadinya agama-agama sejak Adam sampai kiamat habislah gelap terbitlah terang ilmu agama sesuai Al Qiyamah (75) ayat 6-15, Al Baqarah (2) ayat 257 adalah 10.000 tahun dan terulang kembali sesuai Al Baqarah (2) ayat 30-39 sampai Al A’raaf (7) ayat 27, Thaha (20) ayat 117. Demikian seterusnya.
    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    Suka

  4. […] oleh agorsiloku di/pada Mei 23rd, 2007 Allah tidak sedang bertamsil ria ketika menyatakan seribu tahun hidup di dunia sama dengan sehari di alam “sana”. Dengan kata lain, kalau kita hidup 100 tahun… yah kurang lebih […]

    Suka

  5. Andoko Prihatmoko said

    Memang dilasi waktu itu terjadi. Satu hari si pusat alam raya sama dengan 1000 tahun di bumi, karena bumi, matahari, galaksi bersamaan bergerak menuju pusat alam raya (41: 9-12).

    Sedangkan kecepatan malaikat naik dibanding kecepatan manusia berjalan:
    50000 tahun x 365 hari/tahun x 2,83 m/s = 0,17c. Ya sekitar 50 juta m/s.

    Suka

    • haniifa said

      @Mas Andoko Prihatmoko
      Kesian yach… kalau benar, kecepatan malaikat begitu loyo-nyah.
      Lalu bigimana dengan jarak Alam jagad raya ini yang diciptaan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, contohnya

      Suatu Galaksi yang diperkirakan berada pada jarak 12,8 miliar tahun cahaya atau setara dengan 0,121088 quadrillion kilometer. (1 tahun cahaya = 9.467.280.000.000 kilometer)

      Jadi mohon maaf @mas itu, hanya perumpamaan sebagai landasan untuk menghitung konstanta cahaya… bukan rumus empiris kecepatan malaikat.

      Albert Einstein 2

      galaksi bersamaan bergerak menuju pusat alam raya (41: 9-12).
      ___________________________
      Mohon maaf, Apakah ada ref. yang menyatakan bahwa tepian ujung jagad raya ini telah ditemukan ?!

      Suka

      • Untuk tepian ujung jagad raya, coba searching Hans von Aiberg di google atau youtube, tapi dalam bahasa turki.

        Kalo nanti saya dikasih filenya oleh Hans, akan saya posting di blog saya

        untuk menghitung kecepatan malaikat dan dimensi barzakh(cyberspace/wormhole) di sini

        Tachyon

        Suka

  6. Hendarto said

    Kadang, saya berpikir (menduga), di situlah perhitungan persoalan yang disebut gaib itu berada sehingga memang manusia tidak didisain untuk memahaminya, kecuali sedikit saja. Itu memang urusanNya. Untuk hal-hal itu, kita hanya bisa mempercayai saja. Mengelaborasinya boleh jadi sia-sia. Karena kita hanya berada pada kebolehan “ruang dan waktu”, maka seluruh persepsi dan khayalan dan mimpi manusia yang dibangun tak pernah lepas dari kerangka acuan fisis.

    Kata kunci : Kebenaran itu berasal dari Tuhanmu, oleh karena itu janganlah kamu masuk golongan orang2 yg syak wasangka. (Quran: AI Baqarah, 147)

    Ketika kita berfikir u/ mendptkan suatu pengetahuan dg sesempurna mungkin melalui penelitian & pemikiran mendalam ttg kenyataan yg sebenarnya maka saat itulah kita memasuki alam filsafat.

    Kenyataan atau kebenaran yg sebenarnya adalah HAKEKAT, & u/ menyelami suatu hakekat dibutuhkan tarekat (metode).

    Mencari hakekat sesuatu bukanlah memandang sesuatu dr hasil pengamatan panca indra fisik kita saja tapi menyeluruh..meliputi dunia batin kita yg tertuju pd kebenaran sejati, dalam jagat raya ini hanya ada SATU kebenaran sejati yaitu ALLOH.

    Hubungan antara segala fenomena yg ada di kolong jagat ini yg dapat disaksikan o/ panca indra dg pangkal penyebab utama setiap fenomena (ALLOH) dinamakan MARIFAT.

    Kenyataan2 lahiriah yg bisa disaksikan o/ panca indra kita itu bersifat nisbi krn bergantung kpd kenyataan2 lahiriah lainnya, misal : adanya daun yg jatuh dari ranting krn ditiup angin, adanya angin krn adanya perbedaan tekanan udara dst..dst. Sedangkan hakekat tdk bergantung pd keadaan lainnya, krn hakekat bergantung pd kebenaran sejati yg tungggal, & kebenaran sejati hanya ada pd Tuhan & Tuhan adalah ALLOH tiada Tuhan yg lain selain ALLOH.

    Kenyataan yg nisbi (relatif) selalu bergantung pd yg mutlak (absolut) jadi kenyataan yg lahiriah adalah bagian (fragment) dr yg mutlak atau berasal dr yg mutlak, jadi kita tdk dpt mengetahui hakekat sesuatu apabila kita hanya mengenal fragmentnya saja atau azaz2 dasarnya. Kenisbian bukanlah hakekat.

    Terkadang kita juga memikirkan sesuatu yg tdk lahiriah saja atau sesuatu yg abstrak & berpikir scr abstrak atas sesuatu yg lahiriah/riil bukanlah suatu abstraksi yg sebenarnya melainkan suatu khayalan atas sesuatu yg lahiriah/riil, cara berpikir yg seperti ini adalah cara berpikir yg primitif (setidaknya menurut saya sih..) & cara berpikir seperti ini percaya atau tdk (kalau saya sangat percaya tuh..) msh banyak digunakan orang bahkan dikalangan ilmuwan, mrk hanya percaya kpd yg lahiriah saja…sesuatu yg positif saja, nisbi & nyata saja.

    Kerusakan sifat umum manusia, ketegangan & konflik baik yg bersifat lokal maupun global pd dewasa ini disebabkan o/ cara berpikir manusia yg mengingkari adanya hal2 yg bersifat abstrak yg justru mengandung hakekat !! lebih parah lagi ketika manusia sudah memandang sesuatu yg lahiriah sebagai hakekat..!!

    Suka

    • haniifa said

      @Mas Hendarto
      Betul sekali kadang kita terjebak dengan sesuatu yang abstraksi atau bahkan terbalik dengan realistik, sebagaimana yang saya komentari diatas mengenai konstanta kecepatan cahaya :

      Albert Einstein

      Saya pribadi lebih menyukai penemuan kecepatan Cahaya berdasarkan Al Qur’an, yang dengan cantiknya seorang sarjana Fisika Mesir bernama Dr. Masoer Hassab dengan dasar pemikiran dari firman Allah pada (QS 10:5), (QS 21:33) dan (QS 32:5)

      Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS 32:5)

      Pada kalimat “menurut perhitunganmu.” tentu adalah sesuatu yang relatif dalam sisi perhitungan manusia ?!

      Wassalam, Haniifa.

      Suka

  7. […] yang sama. Petanyaan tersebut tidak akan pernah terjawab sebagaimana pertanyaan saya terhadap PUSAT JAGA RAYA dimana ?! Insya Allah pertanyaan saya tersebut tidak akan pernah terjawab karena sampai kinipun […]

    Suka

  8. anan said

    kehidupan ini layaknya informasi or data yang dipancar dari Dzat Tunggal dan diterima oleh Ruh kita. Ketika kita main game online kita menggunakan keyboard or toggle atau sejenisnya klo Ruh kita bermain dengan cara disusupkan (ditiupkan) secara langsung ke tokoh masing-masing. transfer data menjadi tanggung jawab malaikat dan mempunyai kecepatan yg digambarkan seperti di 2 ayat diatas. malaikat melewati beberapa lapis langit seperti transfer data yg melewati beberapa layer, hal ini dijelaskan oleh hadits qudtsi saat data kita naik di tiap langit dan di saring oleh masing-masing malaikat penjaga langit. jadi klo kita mencari pusat jagat raya atau sebaliknya mencari batas jagad raya sama halnya kita bertanya pusat atau batas langit dari sebuah game online or sebuah film……….tidak ada karena kehidupan hanya ilusi saja!

    Suka

  9. Filar Biru said

    Apa bila malaikat jibril naik kelangit untuk satu urusan maka memakan waktu 50 ribu tahun, betul kalo diukur dengan kadar manusia. lalu pertanyaan? kadar manusia yang mana? apakah dengan kecepatan manusia menaiki pesawat tempur? ataukah kecepatan rudal?

    apabila dilaukan oleh manusia maka akan memakan waktu 50 ribu tahun, sebenarnya AQ berbicara betapa lemahnya umat manusai itu. untuk menandingi seorang malaikat kita butuh waktu 50 ribu tahun. sindiran AQ ini memberikan sinyal betapa manusia itu dalam keadaan loyo tiada berdaya.

    bagi saya malaikat itu tetap menempuh jarak naik kelangit sehari saja yaitu sekita 12 jam hanya saja bila di lakukan oleh manusia akan memakan waktu 50 ribu tahun.

    nah 50 ribu tahun bukanlah jarak tapi waktu kamu bisa kalikan sendiri berapa kecepatannya dan berapa jaraknya. dan ingat pula bahwa 1 hari = 1000 tahun di sisi Allah. apakah perlu lagi di kalikan seribu 50 ribu tahun itu, mana yang benar?

    Suka

    • agorsiloku said

      Kadar urusan manusia, menyalakan lampu petromax, bertelepon, menonton tv dan segala aktivitas yang memenuhi rumus fisika tentu. Itu pemahaman saya Mas Filar yang 1000 tahun menurut perhitungan kita, sedang lima puluh ribu tahun adalah kadar malaikat dan jibril menghadap Tuhan. Sehari dalam perhitungan kita kadanya 24 jam. Dengan demikian kadar perjalanannya lebih cepat dari kecepatan cahaya…..

      Suka

      • Filar Biru said

        Emang benar Mas Agor akan tetapi kita sebagai manusia terkadang rincuh dengan pemahaman ini. Allah telah memberi sinyal bahwa yang mampu diukur manusia itu mungkin yang paling cepat adalah kecepatan cahaya. Apakah pemahaman objiktiv seperti memberikan hasil yang pasti?

        Kalo diukur kecepatan Cahaya 1 detik = 300.000km maka jauhnya jarak perjalanan Malaikat naik ke hadapan Tuhan 50 tahun 300.000 km. saya tidak mampu menyebutnya kembali. apakah sama jarak ini dengan kemampuan ukur manusia?

        Semuanya kembali kepada Allah SWT, Dia lah Zat yang Maha Tahu, kita hanya mampu meraba2 seperti gelapnya malam.

        Suka

  10. […] sebagai alat untuk memperhitungkan perubahan, maka lebih mudah dipahami bahwa standar waktu yang dipakai adalah yang ditimbulkan juga akibat adanya perubahan.  Pada  QS 6:96 Dia […]

    Suka

  11. […] sebagai alat untuk memperhitungkan perubahan, maka lebih mudah dipahami bahwa standar waktu yang dipakai adalah yang ditimbulkan juga akibat adanya perubahan.  Pada  QS 6:96 Dia […]

    Suka

  12. akbar said

    subhanallah sains tingkat tinggi, sungguh menakjubkan AlQuran

    Suka

Tinggalkan komentar