Pertanyaan ini menggelitik sejak lama, ragam gelitikan antara lain kan Zabur udah nggak jelas keberadaannya, Taurat dan Injil kan kitab yang diberikan kepada nabi sebelumnya. Sudah gitu, masih ada sejumlah ketidakjelasan lainnya yang sangat debatabel. Mengimani kan artinya mempercayai, dan konsekuensi dari mempercayai itu adalah mengikuti ajarannya?. Padahal, sudah cukup jelas pula, kitab sebelumnya itu telah menghasilkan ummat yang kemudian, di jaman ini dinamai Kristen dalam beragam versinya. Ada Protestan, Katolik, Anglikan, Advent, dan banyak lagi.
Rukun iman ke tiga adalah beriman pada kitab-kitab Allah. Meski ada juga yang hanya menuliskan beriman kepada Al Qur’an, namun memang dalam Al Qur’an telah disebutkan bahwa kita wajib beriman pada Zabur, Taurat, dan Injil. Beriman artinya percaya dan konsekuensi logisnya adalah mengikuti kepercayaan yang kita imani.
Hubungan Zabur, Taurat (Perjanjian lama), Injil, dan Al Qur’an.
Karena saya sama sekali bukan ahli perbandingan agama, bahkan secuil kuku pun nggak. Maka jawaban yang dapat diberikan hanyalah : hubungannya sih baik-baik saja. Saya mereka-reka jawaban sendiri, Zabur, Taurat, dan Injil itu sama saja dengan Al Qur’an. Namun Al Qur’an menggenapi, melengkapi, dan menyempurnakan. Karenanya, apa yang ada di Al Qur’an sebagai wahyu terakhir kepada Nabi, adalah penyempurna dan melengkapi, sehingga seorang muslim “tidak” membutuhkan kitab wahyu lain selain Al Qur’an. (tidak dalam tanda kutip). Tapi, kalau memang tidak perlu, mengapa pula Allah mewajibkan kita mengimaninya.
Selain itu, karena kewajiban kita mengimaninya, maka kata muslim itu juga bukan hanya untuk mereka yang beragama Islam, tetapi juga berlaku untuk mereka yang beriman kepada kitab-kitabnya, yaitu yang mengimani Zabur, Taurat, Injil….
Agama Islam, memang agama yang unik dalam peradaban manusia. Jika agama langit atau agama bumi hanya meyakini satu kitab saja, maka agama Islam memiliki dan mengimani 4 kitab sekaligus. Pengikut Nabi Isa juga mengimani Zabur – Taurat (Perjanjian lama) dan Injil (Perjanjian Baru).
Terus terang saja, saya kurang suka dengan istilah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, saya lebih suka mengatakan Zabur, Taurat, Injil saja. Bukankah Nabi Isa as juga mengatakan, bukan untuk menghapuskan Taurat, tapi menggenapinya. Begitu juga Islam, menyempurnakan semua wahyu yang sudah diturunkanNya.
Al Qur’an menghapuskan aturan/hukum kitab sebelumnya ?
Ini yang sejak kecil diajarkan, dan karenanya sangat tidak perlu ummat Muhammad saw mempelajari kitab sebelumnya. Kalau mengimani sih boleh. Tapi, kalau merujuk arti iman, percaya – meyakini dan juga mengikuti ajarannya, maka penjelasan bahwa dengan adanya Al Qur’an maka kitab sebelumnya itu sudah dihapuskan dan diganti Al Qur’an. Oke deh, semisal logika ini benar, maka mengapa pula Allah memerintahkan ummat Muhammad mengimaninya.
Namun, tentu saja ada rambu-rambu yang dijelaskan, apa-apa saja yang telah direkayasa oleh pewaris kitab sebelum Al Qur’an terhadap agamanya. Saya juga tidak tahu persis apa itu. Namun, semakin lama semakin terpahami bahwa antara kitab wahyu dan yang mengikuti ajarannya dan tidak mengikuti ajarannya adalah sebuah keniscayaan. Kemudian sedikit terpahami, bahwa penafsiran terhadap kitab suci bisa berbeda dengan kitab sucinya sendiri. Antara ajaran kristiani dengan ajaran Injil adalah dua hal yang berbeda, bahkan bisa sangat berbeda. Apalagi kemudian diketahui dari sejarah, bahwa Nabi Isa as dipertuhankan pada sebuah kejadian kurang lebih 300 tahun setelah kematian Nabi Isa as.
Pemahaman mengimani kitab-kitab Allah.
Pemahaman kemudian, ummat Islam tetap harus mengimani kitab-kitab Allah, bukan hanya Al Qur’an, karena kitab itu memang telah diturunkanNya. Jadi tetap harus mengikuti dan mengimaninya. Kalaupun ada perubahan pada kitab itu sendiri, Al Qur’an telah memberikan rambu-rambu yang jelas. Jadi, pahami dulu Al Qur’an dan kemudian silahkan pula pelajari kitab-kitab sebelumnya.
Wallahu a’lam.