Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Hah…, Siapa Tokoh Berjenggot Yang Paling Top Sedunia?

Posted by agorsiloku pada September 5, 2007

Fakta Pertama :

Ini cerita temen. Satu kali seorang tokoh Indonesia datang ke Kedutaan Besar Amerika. Beliau, karena tugas negara akan berkunjung ke Amerika, negeri adikuasa. Kurang lebih terjadi dialog :

“Mengapa sampeyan memelihara jenggot?”, sapa ramah petugas kedutaan yang akan menerima atau menolak visa kunjungan.

“Aha… sangat kebetulan… saya mengidolakan Kolonel Sanders !”. Sang petugas tahu persis, Kolonel Sanders, si pensiunan itu terkenal sedunia. Kentucky Fried Chicken, junk food ini berwaralaba nyaris ada di seluruh dunia.

Bukan itu saja, idola-idola lain juga memiliki jenggot tak kalah lebatnya. Saya sering menemui patung-patung kecil berjenggot atau berdiri dengan kepala sedikit tergolek, di temui ditempat-tempat peribadatan. Sampai saat ini, saya belum pernah melihat Nabi sebelum Nabi yang terakhir ini tanpa jenggot. 😀 . Sungguh saya tidak sedang berbohong.

Masih mending Albert Einstein, gambarnya selain rambut acak-acakan, ada foto berjenggot ada juga yang tidak. Sedang Stephen Hawking, selalu tampak kelimis.

Namun, menurut saya, yang jenggotnya paling panjang dan putih (tapi palsu lho)… ya sinterklas. Perayaan Natal tanpa sinterklas yang berjenggot tebal dan panjang sepertinya kurang afdol.

Kalau lihat tokoh-tokoh penemu Eropa ketika ilmu pengetahuan mulai berkembang, para ilmuwan di sana tampak sekali pada berjenggot.

Perkara jenggot dan kumis serta bulu-bulu lainnya memang menarik perhatian. Tokoh-tokoh Islam pun memiliki kekhasan berjenggot dan ini diperkuat oleh tanda kutip “sumber hukum” hadits. Saya membacanya sebagian-sebagian sedari dulu, namun menyeriusinya setelah seringnya berkunjung ke blog-blog ulama salaf dan kebetulan, kemarin beli buku yang isinya berkenaan dengan hal ini :

Fakta Kedua :

Karena merasa memahami bacaan sholat dan latar belakangnya pun masih berlepotan, meskipun sudah punya beberapa buku mengenai shalat, saya tertarik juga membeli buku yang diterbitkan Almahira. Panduan Shalat Lengkap, Dr. Sa’id bi Ali bin Wahaf al-Qathani, Ed. Indonesia, 616 hlm. Namun, bukan soal sholat, shalat, atau salat (sama saja deh) yang ingin dibahas. Ini soal bulu-bulu saja.

Pada subbab awal, hal 5-6 dijelaskan ada yang harus dicukur.

Point 5 (hlm 6). Mencukur kumis. Cukur kumis adalah wajib. Berdasarkan hadis Zaid bin Argam ra :”Barangsiapa tidak mencukur kumisnya berarti bukan termasuk golongan kami”.

Nabi Saw telah menetukan batas watku maksimal. Anas ra berkata :”Telah ditentukan bagi kami waktu pencukuran kumis, pemotongan kuku, pencabutan bulu ketiak, dan pencukuran bulu ke****an, yaitu tidak boleh lebih dari empat puluh hari”

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim : “Janganlah kalian menyamai orang-orang musyrik. Panjangkan jenggot dan cukurlah kumis.”

Hadis riwayat muslim. Dari Abu Hurairah, yang dia rafa’:”Cukurlah kumis, panjangkan jenggot, dan jangan menyerupai orang-orang majusi.”

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim :”Dan dari hadis Ibnu umar ra:”Cukur kumis dan panjangkan jenggot”

Saya tidak bermaksud untuk berdebat soal jenggot, kumis, dan tradisi para syeikh di Arab, Pakistan, atau membandingkan dengan hadits yang berkenaan dengan masalah bulu-bulu ini.  Saya hanya ingin bilang, bahwa meskipun berada di lokasi yang sama, jenggot ummat Islam dan jenggot yang bukan Islam memiliki karakteristik dan karisma yang berbeda.  Tanggapan kita dan “mereka” juga berbeda untuk fisis yang sama.

Pertanyaannya, mengapa berbeda?.

23 Tanggapan to “Hah…, Siapa Tokoh Berjenggot Yang Paling Top Sedunia?”

  1. alex said

    Eh, jangan lupa dengan tokoh Pak Janggut di majalah Bobo dulu, Pak. Itu tokoh pasti rata-rata yang pernah baca Bobo era 90-an ke atas kenal 😛

    @
    Wah… lupa tuh… boleh jadi ada Pak Janggut… dia baik hati kan, suka menolong?. ;D

    Suka

  2. “Janganlah kalian menyamai orang-orang musyrik. Panjangkan jenggot dan cukurlah kumis.”

    Ah ternyata memakai kata hubung “dan” kalau begitu tidak jadi komentar tentang itu. Soalnya dari fakta2 di atas banyak dari “golongan” mereka yang memanjangkan jenggot … 😀

    @
    gpp, apalagi soal mencukur kumis (tapi ada juga yang di hadisnya menjadi :”tipiskan” kumis.)

    Kadang terpikir, adakah bias komunikasi ketika sampai pesan ini dari abad ke abad? Lalu konteks hadis ini adalah jangan menyerupakan diri dalam wujud fisik dengan kaum musyrik. Kadang seeh perlu kita melihat dua-duanya, juga melihat dalam konteksnya.

    Namun, mengapa pada buku yang saya baca ini menjadi wajib?. (Wajib berjenggot dan wajib mencukur kumis). Mengapa kita jadi berdosa ketika kita tidak berjenggot dan tidak mencukur bulu-bulu itu?. Kita sudah tidak bisa bertanya kepada Nabi, juga kepada golongan-golongan. Apakah karenanya kita bertanya pada hati nurani?.

    Suka

  3. Raja Ahmad Ismail said

    Assalamu’alaikum,
    Cukur/Tipiskan kumis, panjangkan jenggot?. Anjuran atau perintah?. Khusus laki-laki ( saya pikir banci juga masuk kali ye ).

    Jangan menyerupai orang musrik/Kafir?. Larangan atau anjuran?. Berlaku untuk perempuan dan laki-laki ( juga banci).

    Jangan merobah ciptaan Allah!. Larangan atau perintah?. Juga berlaku untuk perempuan dan laki-laki ( juga banci).

    Tebarkan salam!. Anjuran atau perintah?. Kepada siapa salamnya ditebarkan?. (Berlaku untuk semua umat Islam tanpa kecuali).
    Potong kuku, cukur bulu ke*****an dan ketiak!. Anjuran atau perintah?. ( Berlaku untuk semua umat Islam tanpa kecuali syahdan banci sekalipiun ).

    Anjuran, perintah maupun larangan diatas terdapat dalam satu hadits dan juga terpencar dalam beberapa hadist. Tapi maksudnya sama dan memuat hal-hal berikut :
    ” Tipiskan/cukur kumis, panjangkan jenggot, cukur bulu ketiak, potong kuku (tangan maupun kaki), cukur bulu kemaluan, tebarkan salam, kunjungi orang sakit, iringkan jenazah, jangan robah ciptaan Allah, jangan meniru/menyamai orang kafir/musyrik “.

    Kalau anjuran, maka boleh dikuti boleh juga tidak ( hukumnya Sunat bukan wajib ).
    Kalau perintah. Kalau perintahnya wajib, maka wajib diikuti. ( Athi’ullah wa athi’urrasul ). Tetapi kalau perintahnya sebatas sunat, maka bagi siapa yang mau pahala silahkan. Yang nggak mau nggak apa-apa.
    Kalau berbentuk larangan, maka tergantung apakah larangannya haram atau makruh. Kalau haram tinggalkan. Kalau makruh, sebaiknya ditinggalkan, tapi kalau mau melanggar, ya nggak apa-apa.
    Yang sulitnya, menentukan mana yang anjuran, perintah atau larangan, yang Wajib, sunat, makruh dan haram.
    Masing masing dengan ijtihadnya. Masing-masing dengan argumennya.

    Kalau dikatakan, “Jangan meniru/menyerupai orang kafir”. Dewasa ini, cara berpakaian juga sudah susah kita. Berjas dan berdasi, umumnya pakaian orang kafir. Terkena larangan.
    Bergamis dan bersorban, mengikuti cara berpakaian Rasul ( apa iya ?)dikatakan jangan kearab-araban lah.
    Berpakaianlah secara islami. Yang mana?. Bergamis dan berjilbab, katanya itukan hanya “budaya Arab”, bukan pakaian Islam.
    Panjangkan jenggot, nanti dikira terorist. Padahal “terorist” yang ketangkap banyakan yang nggak berjenggot ketimbang berjenggot. Sementara kita tahu, Yahudi dan Nasrani juga berjenggot dan merapikan kumis. Orang Arab musyrik dizaman Rasul juga banyak yang berjenggot.
    Berjas dan bercelana panjang ditambah dasi, itukan pakaian umumnya orang kafir.
    Bersarung dan berbaju koko, yah baju koko-kan asalnya dari Cina. Yang sebagian besar adalah musyrik.
    Jadi yang mana?. Terserah “ente” dan “antum” sajalah.
    Kalau pakaian, silahkan saja apapun bentuknya selama masih mengikuti syariah Islam dan disesuaikan dengan tempatnya.
    Kalau jenggot, yang punya jenggot silahkan berjenggot, yang nggak punya jangan dipaksa. Kalau anda menganggap berjenggot merupakan perintah bukan hanya sekadar anjuran, sementara anda tidak genah berjenggot atau ada sebab tertentu yang menghalangi anda berjenggot ria, maka sering-seringlah beristighfar. Ikutilah yang buruk dengan yang baik, perbanyak sedekah semoga anda diampuni atas “ketidak patuhan” anda terhadap anjuran/perintah.
    Wassalam,

    @
    Wass. Wr.Wr.
    Ketika dinyatakan sebagai perintah, maka dipahami selalu dilaksanakan berpahala, ditinggalkan berdosa. Allah tidak mengirimkan informasi mengenai hal ini melalui al Qur’an.
    QS 7. Al A’raaf 33. Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

    Suka

  4. Kholid said

    Ikhwanul Muslimin, kenapa sampean beragama kok menyusahkan diri, menurut saya selama itu membuat sampean merasa enak untuk menjalankannya monggo tapi kalau dengan itu sampean malah jadi susah, umpamanya jenggot sampean coma 7 helai ya baikan tidak usah dipelihara atau kumis sampean itu bagus ya tidak usah dicukur, gitu aja kok repot! wong sonah Rosul itu tidak banyaaak tidak cuma memanjangkan jenggot dan menipiskan kumis.
    Salamya untuk ikhwan-ikhwan yang lain.
    Tipip pesan juga mbok masalah ibadah itu jangan saling menyalahkan yang salah iku wong sing ora nglakoni i-ba-dah, ya tooh?

    @
    Sapanjang mampu, tentu keseluruhan dari petunjuk Nabi dan contohnya tentu ingin diikuti tanpa reserve, Ibadah dalam arti seluas-luasnya, bekerja juga ibadah ketika dinisbahkan karenaNya.

    Tentu, bukan untuk saling menyalahkan. Namun memikirkan dan juga bukan untuk diperdebatkan… hanya sekedar sebuah sentilan untuk kita renungkan bersama…

    Suka

  5. Kholid said

    Ada koreski ya ikhwan maksudku “Sunah Rosul itu banyak” tidak cuma memanjangkan jenggot dan menipiskan kumis, kasian ikhwan yang secara genetik tidak berkumis atau tidak berjenggot apa tidak dapat menjalankan sunah rosul? tentunya tidak.
    Marhaban ya ramadhon,
    semoga ikhwan-ikhwan sekalian diseluruh dunia dapat menjalankan ibadah puasa dengan khusus dan dapat pula menjalankan sunah rosul dengan menghidupkan bulan suci ramadhon, Amien ya robbal alamien

    @
    Amin. Dan tentunya pula bukan untuk membiasakan, pilih sunnah yang suka, tolak yang kagak suka 😉

    Suka

  6. Puan said

    Salam kenal,

    Aduh, soal jenggot menjenggot, wah ga bisa ikutan ni saya;-)

    Baca boleh kan pak, terus agorsiloku ini boleh kan saya pajang di blog saya.

    Terimakasih

    @
    😀 😉 trims lho mau nge-link…

    Suka

  7. alex said

    Minta izin nge-link, Bung Agor 😛

    @
    😛 terimakasih mau berkunjung dan nglink. Agor juga nanti juga ya…

    Suka

  8. Spitod-san said

    Kumis, janggut, gitu aja kok repot.. dipotong juga entar numbuh lagi.

    @
    Sudah tumbuh jenggot? 😉

    Suka

  9. peyek said

    ah soal jenggot..
    minim referensi, jadi baca-baca aja dulu ah

    @
    Hanya soal tampak ganteng dan sebaran jenggot… tidak ada yang harus diperdebatkan… 😀

    Suka

  10. madsyair said

    Kalau yang tidak punya jenggot, tapi berusaha punya jenggot sampai beli obat macam2, apakah termasuk usaha mengikuti sunnah atau termasuk merubah fisik(yg brarti tidak mensykuri pemberiannya), pak?

    @
    Jadi malu… saya pingin berjenggot … biar tampak dewasa, setelah wktnya tiba, jenggot keluar sendiri. Tapi sedikit… jadi kurang afdol juga.. 😀

    Suka

  11. aricloud said

    Perkara pelihara jenggot dan cukur kumis merupakan hal yang sangat mudah dan sederhana sekali. Rasulullah SAW juga menyukai kerapihan dan keindahan, sehingga jenggotnya juga jangan asal dipelihara tanpa dirapihkan.

    Kalau kita bisa melakukan suatu pahala yang mudah, mengapa kita tinggalkan? mudah-mudahan saja gara-gara pelihara jenggot dan cukur kumis bisa memberatkan timbangan pahala kita di tengah-tengah banyaknya khilaf yang kita lakukan.

    Oya masalah tumbuh atau tidaknya jenggot tidak usah dipermasalahkan, yang penting ikhtiarnya…
    Wassalam

    @
    😀

    Suka

  12. leeyaa said

    meneketehe gw aj g berjenggot ya ga tau lah sotoy lo pada!!!!!!!!!!!

    @
    bingung memahaminya 😉

    Suka

  13. Kumis dan jenggot adalah ciptaan Alloh.
    Berfungsi untuk apa kumis dan jenggot?
    Untuk siapa kumis dan jenggot?

    Kumis dan jenggot dimiliki oleh kaum pria. Jadi salah satu ciri-ciri pria adalah memiliki kumis dan jenggot. Kesan pertama seseorang dilihat dari wajahnya. Wajah dengan mencukur habis kumis dan jenggot tentu berbeda dengan wajah yang memelihara kumis dan jenggot. Kesan orangpun akan berbeda terhadap seseorang yang memelihara kumisnya hanya sebelah.

    Sebenarnya siapa yang berhak memelihara kumis dan jenggot yang telah dianugerahkan Alloh kepada kaum pria?

    Ada yang beranggapan bahwa jenggot diciptakan khusus untuk para teroris, sehingga jika melihat orang berjanggut mereka membencinya dan mencurigai. Jika dalam wajahnya tumbuh janggut, segera mencukur habis karena janggut diciptakan khusus untuk teroris dan dirinya takut menjadi teroris.

    Ada juga yang beranggapan bahwa janggut khusus diciptakan Tuhan hanya untuk dianugerahkan kepada kaum muslimin saja. Sehingga mereka yang non-muslim menyadarinya untuk tidak memelihara janggut karena mereka tidak berhak untuk memelihara anugerah Tuhan ini.

    @
    Wow kalimat terakhir rasanya kok aneh ya 😉 😀

    Suka

  14. Quantum said

    menanggapi komentar Bung Deddy kumis dan jenggot dimiliki kaum pria, karena anugerah Allah, maka tentu hadits memelihara jenggot, dan mencukur kumis (anugerah Allah juga kok dicukur). yg Ketiak juga dicukur. berarti tidak semua anugerah Allah dipelihara dong, agak bertentangan. Rambut gondrong boleh ndak ? kalau boleh segondrong apa ? memelihara jenggot sepanjang apa ?? apa 1 cm? 1/2cm ?
    mencukur sebenarnya bukan memusnahkan, tapi bisa jadi menjadi memelihara juga ketika dikaitkan dengan kesehatan dan kebersihan.

    ada hadits yang berlaku karena situasional, dan general.
    Kalau dikalangan terorist memanjangkan jenggot dan mencukur kumis, dan terorist tidak sesuai ajaran Allah, apakah umat muslim mau berciri sama percis dengan komunitas tadi. Seharusnya hadits tadi adalah statement strategi cerdas Rasulullah untuk membedakan yang muslim dan kafir, sehingga mudah dikenali, pada zaman itu.

    hal ini akan aneh, jika suatu saat banyak umat kafir/ umat sesat mempunyai ciri sama memanjangkan jenggot/mencukur kumis.. (banyak personel band rock kafir berciri ini). tentu saja jadi sia sia petunjuk Rasul tadi.

    Benang merahnya adalah Umat muslim harus satu komando, dan mempunyai ciri yang gampang dikenal. Hal ini sudah diperdebatkan di tanah jawa, waktu sunan Kalijaga menerapkan islam. Tentunya tidak ada satu pun diantara kita berani mengkafirkan pendapat beliau tentang tafsir islam. Belum tentu yang berjenggot lebih shaleh dari beliau.

    Tidak lah seseorang masuk surga/ dicintai Allah karena berjenggot mengikuti sunnah Rasul, tetapi mempunyai hati kotor dalam menilai umat islam yang berpikiran lain lebih jelek dari dirinya. Begitu juga sebaliknya.

    @
    Benang merahnya terletak pada esensinya… kira-kira memang begitu maksud postingan ini…. 😀

    Suka

  15. edwin vedder said

    @Quantum :
    “Tidak lah seseorang masuk surga/ dicintai Allah karena berjenggot mengikuti sunnah Rasul, tetapi mempunyai hati kotor dalam menilai umat islam yang berpikiran lain lebih jelek dari dirinya.”

    ya..apalagi sudah tidak mengikuti sunnah rasul dan berhati kotor pula, hii…lebih parah ya mas

    Alangkah lebih baiknya jika hatiku bersih, tawadhu dan senantiasa menghidupkan sunnah rasul termasuk perkara pelihara jenggot dan cukur kumis ini, serta tidak takabur terhadap sesama muslim…
    namun apa daya syetan seringkali membisiki hatiku, :

    …kamu lebih ganteng kalo klimis kok…
    …jangan piara jenggot, ntar disangka teroris…
    …gak usah piara jenggot2an lah, yang penting hatinya…
    …wow kumisnya jangan dicukur, biar macho….
    …wah pacarku paling sebel sama cowok berjenggot…
    …gak usah piara jenggot, ntar disangka fansnya band rock “Korn”…
    …tuh, temen gue, jenggotan abis, tetep aja dugem and sakau…

    Ya..Allah alangkah banyaknya alasan untuk tidak mengikuti sunnah rasul-Mu
    Ampuni kami Ya Allah. fagfirlana ya Allah, Amin.

    @
    Kalau tak salah ditegasi, Allah tidak membedakan derajat manusia, tapi pada kualitas takwanya.

    Seperti pada postingan, bukan untuk didebatkan pada jenggot dan hadits, tapi mari kita renungkan bahwa perilaku berjenggot bukanlah hanya ada pada manusia yang beragama Islam.

    Bahwa ada hadits soal kumis, dan jenggot, 40 hari serta bulu-bulu yang lain disertai keyakinan itu shahih dlsb adalah fakta.

    Ada memang yang layak juga kita renungkan dari sini. Ketika ada komentar atau pemikiran : bukan hanya itu, kan banyak hadis yang lain. Untuk hal ini, saya agak kurang pas dengan pemahaman tentang ketaatan.

    Sedangkan pandangan saya pribadi terhadap hadis ini, seperti yang ditekankan oleh Mas Quantum, saya lebih berpikir dari segi kontekstualnya, bukan pada harfiahnya. (Kebetulan dalam bekerja saya selalu berdasi 😦 )

    Suka

  16. Assalamua’laikum

    @mas Agor

    Mohon jangan dianggap serius tulisan saya di atas. Hanya untuk pemicu bahan renungan oleh muslim dan terutama non muslim yang tidak suka janggut.

    Assalamua’laikum

    @
    Wass. Mas Dedi. Betul… tujuan postingan adalah untuk merenungkan sebuah stigma, sisi pandang dan pembenaran.

    Suka

  17. Quantum said

    penafsiran tekstual dan esensi(kontekstual) sering menimbulkan perpecahan. Mengangap yang satu lebih benar daripada yang lain. Bisa berakibat serius, jika ditarik garis keras.

    Seperti logika dalam matematis/ algoritma komputer

    Jika tidak berjenggot/mencukur kumis -> tidak mengikuti rasul
    tidak mengikuti rasul -> bukan golongan rasulullah Muhammad SAW
    bukan golongan rasul -> kafir/musyrik (sesuai hadits juga)
    kafir/musyrik -> tidak berhak menjawab salam dari nya
    kafir/musryik -> harus tegas memerangi jika menentang.
    semua orang jaman rasul yang belum beriman adalah kafir/musyrik ..
    jadi zaman itu dibelahan dunia mana pun -> kafir
    orang jawa,nusantara,china,jepang zaman itu –> kafir
    orang jawa zaman itu masih pakai beskap dan blangkon, orang china pakai baju china –> baju kafir
    jika orang zaman skg meneruskan baju/gaya kebudayaannya (nenek moyang) padahal tetap menutup aurat (sesuai syariah) akan tetap dianggap meniru budaya kafir.
    semua budaya diluar islam –> adalah budaya kafir.
    ingkaran 1 –> 0

    Cara berpikir demikian jadi janggal menurut hemat saya.

    Implikasi perbedaan ini cukup terasa untuk daerah konflik di Irak antara Syiah dan Sunni. Jangan jangan Rasulullah menangis mengkhawatirkan umaatii ummatii adalah kondisi perpecahan di kalangan umat islam sendiri,selain mudah diadu domba (tidak dalam satu ukhuwah hakiki).

    Kenapa tidak mendahulukan Islam sebagai rahmat buat semesta, tetapi cenderung ke arah tegas, kaku, mengajak konflik (saya takut, sifat bangsa Arab yang memang suka konflik terimbas kedalam dakwah era setelah ikhwanul muslimin di Aljazair ke seluruh dunia), Sedangkan reaksi kaum kafir yang semakin keras karena membela diri menghadapi ancaman jiwa mereka.

    Indonesia , dengan sifat manusianya yang mudah menerima maka yang non muslim juga dihasut dari pendapat luar bahwa Islam adalah terorist, demikian juga yang muslim, sehingga aroma pertikaian kental sekali zaman ini (akhir zaman). Saya teringat tanda tanda kiamat oleh Rasul, yg dibunuh dan yang membunuh sama sama masuk neraka (persis kejadian di Irak ). Sayang sekali Islam yang begitu tinggi tercoreng oleh umatnya sendiri.

    Terimakasih diingatkan untuk selalu beristighfar. Mohon maaf kekeliruan dari saya.

    @
    Penafsiran tekstual atau kontekstual, dalam usaha memahami ayat, disertai usaha untuk bertawakal maka akan sampai pada pengertian yang sama. Kontekstual atau tekstual, harfiah atau esensial hanyalah sebutan belaka. QS 29. Al ‘Ankabuut 49. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.

    Suka

  18. aricloud said

    @edwin vedder

    Saya sungguh merasa teringatkan oleh mas ewdin terutama pada pernyataan :
    “…serta tidak takabur terhadap sesama muslim…”

    inilah salah satu contoh hakikat keimanan yang sebenarnya, untuk apa memelihara sunnah jika terbesit perasaan takabur? untuk apa berjenggot jika memandang sebelah mata pada yang tidak berjenggot?

    Betul kata mas quantum, meninggalkan salah satu sunnah rasul (dalam pengertian sakleg) karena perbedaan dalam upaya memahami sunnah tersebut tidaklah berarti meninggalkan sunnah secara mutlak.

    Akan tetapi bagi mereka yang memahami secara tekstual, menjadi hak mereka pula untuk memeliharanya, tanpa ber”takabur” pada yang memahaminya secara berbeda.

    Memang, saya secara pribadi berikhtiar untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis (kecuali kalo blm sempat 🙂 ), karena saya sendiri memahami hadits secara tekstual.
    Namun saya mengakui masih banyak ketidakkonsistenan dalam pemahaman terhadap sunnah.
    Misalnya, perilaku ‘isbal’ atau tidak menggunakan celana/sarung melebihi mata kaki.
    (jaman dulu dianggap sombong jika memanjangkan kain).
    Walaupun saya juga memahaminya secara tekstual, namun pada kenyataannya saya masih belum mampu melaksanakannya secara konsisten.
    Ini tentu lebih buruk dibandingkan jika saya memahaminya secara berbeda yang menyebabkan ketidakharusan dalam ‘isbal’ tadi di masa sekarang.

    Namun demikian, intinya adalah, apa yang kita yakini sebagai kebaikan, maka mencari jalan untuk menuju dan melaksanakan keyakinan tanpa itu insya Allah adalah baik pula, begitu pula sebaliknya.

    @
    Yap… intinya adalah… memang begitu. Tekstual dan kontekstual, literal atau lateral, pada pintu rahmatNya kita ingin berada dan menyukuri karenaNya. Pemahaman akan tiba karenanya.

    Suka

  19. sikabayan said

    euh.. para pejabat teh mencukur kumisnyah supaya simpatik.. kalau polisi memanjangkan sama menebalkan kumisnyah supaya serem atuh.. :mrgreen:
    eheh.. dari jaman kuda masih gigit batu teh.. perlambang kebijakan seseorang ituh yah berjanggut… bahkan tokoh dewa2 yang bjaksana juga pastinyah janggotan.. 🙂

    @
    Dan tentu berbeda ya kang, ketika dinisbahkan kepada contoh Junjungan…. karena kecintaan pada perilaku Al Qur’an berjalan….

    Suka

  20. rd Limosin said

    *ngelus-ngelus jenggot*

    @
    *ngelus-ngelus dagu ah* (karena habis bercukur 😀 )

    Suka

  21. Reza UNJ GEOGRAFI said

    karena sunah rosul untuk menjaga dan memelihara bulu
    tapi untuk non-islam ????????

    Gak tw aj deh……
    .
    @
    😀

    Suka

  22. nowi yanto said

    ghfliusergposdjfg

    Suka

  23. herry said

    silakan yg mau piara jenggot asal tidak sombong, yg gak berjenggot ya monggo kerso juga jangan sombong…

    Suka

Tinggalkan komentar