Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Pengalaman Pijat Plus Semangat !

Posted by agorsiloku pada Januari 24, 2009

Badan rasanya sudah lelah benar, selain kurang berolah raga, terlalu banyak duduk dan melakukan perjalanan dinas ke banyak kota membuat rasanya ingin disentuh dengan pijatan yang sudah lama tak dirasakan.  Untung seorang teman kerja bersedia mengantarkan seorang pemijat ke kamar hotel yang telah dikenalnya dengan baik.  Hotel sendiri menyediakan fasilitas pijat sih, tapi bayarnya kan mahal, lagi belum tentu cocok dan nggak kenal reputasinya.  Jadi mendingan cari yang sudah ada referensinya aja deh.

Sedikit mengerti aliran darah dan urat lebih baik.  Apalagi kalau pijatan refleksinya, mampu menelusuri kelelahan dan keinginan mengurangi kepenatan badan.  Itulah yang dicari.  Kita sebut saja namanya Mas Pe.

Yang mengagumkan adalah cerita atau obrolan sewaktu kegiatan pemijatan dilaksanakan.  Pijatannya sendiri lumayan keras.  Beberapa titik kelelahan bisa dia telusuri dengan baik.  Apalagi yang di sekitar pundak yang kerap pegal karena terlalu sering kena udara dingin dan tegang karena sering dipakai mengetik.

Dengan usia relatif muda, mungkin sekitar 26-28 tahun sudah berpengalaman memijat sekitar 4 tahun.  Beliau baru beberapa bulan lalu lulus sebagai seorang sarjana dari sebuah universitas negeri di Kota Makassar.  Beliau juga sudah menikah dan telah dikaruniai seorang anak yang sedang sakit flu berusia 2 tahuanan.

Hati saya sedikit berdesir.  Seorang sarjana, memang sih baru lulus… juga bekerja sebagai pemijat dan beberapa jenis usaha lain yang boleh dibilang mencari-cari peluang.  Pada profesi ini, kesungguhannya juga terasa.  Terasa pula kebanggaannya sebagai pemijat profesional.  Mas Pe cerita bahwa dari usaha ini, beliau berhasil menikah dan mengumpulkan uang sampai tiga juta rupiah.  Berarti pelanggannya banyak juga dan pinter ngurus uang.  Semangat untuk bekerja apa saja yang halal.  Itu prinsipnya.  Saya jadi ingat waktu mahasiswa dulu, beberapa kali cari orderan dari senior untuk mengetikkan skripsi mereka.  Dari selembar pengetikan saya dapat uang Rp 200 an.  Apa sih bedanya antara juru tik dan pemijat.  Toh sama-sama profesi.  Memang ada bedanya juga, kalau juru tik yang disentuh tombol-tombol keyboard, kalau pemijat yang disentuh manusia. 😀

Mas Pe cerita tentang berbagai hal, mulai dari rintisan usahanya membuat mesin penetas telur, membuat frame bingkai lukisan, dan pilihan lainnya.  Prinsipnya sederhana saja.  Yang penting halal.  Sebuah kerangka berpikir yang sederhana.  Saya percaya, insya Allah manusia-manusia dengan semangat seperti ini akan maju menapak kehidupan yang lebih baik.  Yang tak perlu malu dengan baju sarjana yang baru disandangnya dan berusahan melihat peluang-peluang lain mengisi kehidupannya.  Mungkin jika suatu saat, bila sudah berhasil memanfaatkan ilmu dan pengalamannya, orang-orang seperti Mas Pe ini akan menjadi tunas bangsa yang bernilai.  Semoga !.  Tentu kalau tidak lupa, bahwa kebersahajaan dan semangat adalah bekal yang berharga untuk menghasilkan uang halal untuk keluarganya….

Saya harus berkaca dan belajar darinya.  Pijat plus semangatnya…..

Tak terasa dua jam lebih sedikit sudah tiba.  Waktunya pemijatan sudah usai.  Padahal dalam hati, kalau saja masih cukup uang… ingin dipijat dan tertidur sampai pagi……

3 Tanggapan to “Pengalaman Pijat Plus Semangat !”

  1. faris! said

    yaudah ngak usah kuliah aja mendingan, haha

    @
    😀
    sebagai seorang sarjana, beliau juga membuat mesin penetas telur….
    dan tentu saja bercerita dengan penuh semangat tentang usahanya yang masih tersendat-sendat itu.

    Jarang memang di Indonesia ini, orang menggeluti profesinya. Hanya beberapa jenis profesi yang berkecenderungan untuk bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya. Tidak sedikit yang kemudian menjadi generalis.

    Suka

  2. Mumunto said

    orang saat ini lebih mementingkan gengsi dari pada yang halal…
    Memijat adalah jauh lebih baik dari pada menjadi pengangguran, apalagi menjadi koruptor…

    @
    😀
    Terimakasih untuk catatannya… memang betul… dunia kita semakin permisif. Kalau kita melihat pejabat, sudah tentu harus kaya… dan kita melihat mereka kaya adalah wajar. Tidak wajar jika mereka miskin. Tentu tidak semua, namun kita kerap melihat bahwa kaya itu wajar dan tidak aneh….
    Yang aneh melihat pejabat… tapi miskin…..

    Suka

  3. lovepassword said

    SIP MARKUSIP. saya jadi ingat sama insinyur pertanian yang juga tukang pijat . Begitu suksesnya dia dalam memijat malah sampe belajar pijat di Jepang. Memang bukan jamannya terlalu membanggakan gelar pendidikan.

    @
    😀
    Contoh yang baik…. Memijat memang sebuah profesi… dan sampai belajar ke Jepang…. Luar Biasa !.

    Suka

Tinggalkan komentar