Masuk ke Dimensi 4 – NOUNSME
Posted by agorsiloku pada November 20, 2006
Kalau kita ke gelanggang samudra Ancol, ada wahana yang relatif baru. Wahana dimensi 4. Dengan kacamata khusus kita bisa masuk ke dalam film, menjadi bagian dari film yang disajikan sekitar 10 menitan itu. Cukup menarik, karena titik air dari film itu ikut menyembur dan terasa basahnya oleh penontonnya. Di lempar buah sama “monyet”, maka lemparannya terasa serasa menyentuh telinga. Film 3 dimensi dan kita yang ke empatnya. Tidak terlalu baru sih, hampir 15 tahun yang lalu saya pernah menikmati film serupa. Tapi yang jelas, masih lebih bagus/nyata dari pada teater Keong Mas TMII. Dimensi ke 4 adalah dimensi yang didefinisikan sebagai dimensi jin.
NOUNSME
Jin termasuk mahluk dari ruang dimensi keempat. Menurut Gazman (1809-1877), mahluk dalam ruang dimensi keempat memberi kesempatan kepada kita untuk dipelajari dan dimengerti, sehingga dapat diketahui sifat-sifatnya, walaupun mereka itu tidak dapat dilihat dengan mata sewajarnya.
Jin itu dapat menembus badan kita seperti halnya cahaya menembus hablur untuk menimbulkan kesejahteraan atau malapetaka, kesehatan atau kematian kepada kita dengan tidak kita ketahui atau perdulikan. (Maeterlinck-Het leven der ruinte).
Mahluk dari ruang dimensi ke-empat membantu para ahli telepati, hipnotis, magnetis, menghadirkan roh (spritualisme) dan melakukan hal-hal yang luar biasa, walaupun mereka sendiri tidak mengerti dan tidak disadarinya. (Hinto-Protectif Magis).
Noum berarti tipuan dari mahluk-mahluk ruang dimensi keempat yang melepaskan getaran-getaran bio-elektrisitas kepada medium. Dalam diri si medium timbul gejala-gejala, gejala-gejala ini ada yang berbentuk dan ada pula yang hanya dalam pandangan mata.
Dalam noum itu mempengaruhi pula pangkal syaraf pndangan dan ingatan dalam otak bagian belakang, hingga timbul khayalan-khayalan. Dengan noumisasi, noum itu dapat bermaterialisasi sampai dapat terlihat dan terpegang oleh orang-orang tertentu (yang mempunyai kekuatan daya sandi). Bentuk noum itupun berubah sesuai dengan sugesti medium dan sugesti pelaku.
Didalam masyarakat sering terjadi noumisasi itu seperti; bila kita yakin akan adanya mahluk jadi-jadian, maka mahluk ruang dimensi keempat membentuk noum dengan daya getarannya, maka ada beberapa orang yang menyaksikan harimau jadi-jadian tersebut. Maka yang kelihatan adalah noum yang bermaterialisasi.
Dalam hutan umpamanya, kita bersua dengan raksasa yang menakutkan, raksasa itu kita lawan, kita bunuh, raksasa menghilang dan keesokan harinya kedapatanlah bangkai katak. Katak itulah yang dijadikan noum oleh mahluk dari ruang dimensi ke-empat. Si A bergumul dengan jin, jin itu kalah, ketika itu terpeganglah sejenis belalang, ketika belalang itu dilepaskan ia menghilang, belalang itupun merupakan noum dari mahluk ruang dimensi ke-empat. (Marmarbella-Jenisme 234).
Hubungan apakah yang ada antara manusia dan jin ?
Hingga kini masih terdapat sisa-sisa kepercayaan orang dimasa lampau bahkan sering kita melihat upacara-upacara dikalangan orang yang beragama yang berbau takhayul dan khurafat yang ada sangkut pautnya dengan mahluk halus atau jin. Upacara penanaman kepala kerbau di tepi jembatan yang baru selesai dibangun, agar mahluk halus yang menetap disitu tidak meminta korban manusia; batu besar atau besarnya air sungai adakalanya dipandang angker, karena disitu ada mahluk halus yang gagah dan berkuasa.
Dan adapula yang mengatakan bahwa mahluk halus bisa memindahkan tubuh manusia, maka beromong dan bergerak lepas dari kemauan dan kehendak dirinya, dan mahluk halus dapat diminta bantuan atau pertolongannya. Untuk kepercayaan seperti itu ada bacaan-bacaan, beberapa isim atau jimat, yang dengannya dapat mencegah kejahatan mahluk halus atau yang dinamakan jin. Kedua pendapat atau kepercayaan itu sudah ada sejak jaman jahiliyyah dan sebagai hasil pemikiran atau faham manusia.
Yang Dibawa Oleh Rasul
Berdasarkan kitab yang diturunkan Allah, diantaranya Al Qur’an menyatakan adanya ‘tsaqalain’, yakni manusia dan jin. Jin adalah mahluk halus yang tidak dapat dilihat. Malaikat dan syetan termasuk golongan jin, sebab tidak dapat dilihat. Jannah artinya kebun. Janin artinya bayi dalam perut. Majnun artinya gila, itu adalah serumpun kata-kata jin. Sebab kebun terhalang dengan banyaknya pohon-pohonan; janin terhalang dari penglihatan karena adanya didalam rahim; dan yang gila otaknya itu terhalang.
Didalam Al Qur’an diterangkan bahwa mereka itu tidak lepas dari pertanggungan jawab tugas dan tuntutan. Firman Allah :
“Wahai golongan jin dan manusia bukanlah telah datang kepada kamu utusan-utusan dari antara kamu, yang menerangkan ayat-ayatKu dan memeperingatkan kamu tentang pertemuan hari ini (Qiamat) ?” (Q-S.Al An’am 13).
Dalam ayat diatas termaksud jelas manusia dan jin mempunyai tanggung jawab atas segala perbuatan dan segala usahanya, telah diberi peringatan dan telah diberi tuntunan.
Firman Allah :
“Wahai golongan jin dan manusia, bila kalian bisa menembus penjuru-penjuru ruang angkasa dan bumi silahkan tembus. Kalian tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuasaanNya”.
Jin tidak dapat diistimewakan, hingga dapat pergi sekehendak hatinya, tidak memerlukan ilmu dan alat, dan segala perlengkapan yang diperlukan. Jin dan manusia sama, keduanya akan dituntut, dihisab, diselesaikan pada hari pembalasan hasil dari amal baik dan buruknya.
“Yaghrughu lakum ayyuhas tsaqulain” = kamu akan bertindak menyelesaikan (urusan kalian) wahai jin dan manusia.
Dan khusus untuk malaikat: “iaja’shuna’illaha ma amarohum wa yaf’aluna ma jumarun” = mereka tidak mashiyat kepada Allah, dan mereka kerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Malaikatpun tidak luput dari tugas, dan mereka taat dan tunduk, karena dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa jin itu ada, tetapi tidak mengandung khurafat dan takhayul, diminta pertolongannya karena dipandang sakti, dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, bahwa mereka dapat memberi tahu berita gaib, apa yang akan terjadi, dan menerima qodo dan qadar. Manusia yang gaib, luar dari kemampuan ilmu manusia, bila tidak dengan perantraan wahyu dari Allah. Mengingkari akan adanya berarti tidak percaya akan Al Qur’an. Agama menetapkan akan adanya, tetapi tidak membawa khurafat dan takhayul.
Kita diperingatkan supaya berlindung kepada Allah dari kejahatan dan bahaya was-was yang diselipkan kedada manusia oleh jin, dia selalu menunggu kelemahan jiwa dan iman untuk memasukkan jarum godaan, keraguan dan kewaswasan, sebab kepada orang yang kuat mereka tidak mampu melakukan gangguan ataupun godaannya.
Firman Allah :
“Tidak ada bagi kamu kekuasaan untuk menggoda mereka, serta dapat mengganggu orang yang mengikuti jejak langkah Kami dari antara orang yang mau sesat ….”
Dan syetan akan membela diri pada hari pembalasan….dan tidak bagiku sebarang kekuasaan (untuk mereka) hanya aku mengajak kamu, dan kamu menerima maka jangan menyalahkan aku,salahkan dirimu sendiri.
Diterangkan dalam Hadist, bahwa manusia menerima dua lammah, yaitu apa yang tergores dalam fikiran atau terkhatar dalam hati, bila hal itu perkara yang baik, itu adalah dari malaikat, bila ajakan jahat, kejahatan berwarna kebaikan, itu adalah dari syetan. Bila dari antara jin itu ada yang tidak tergolong kepada malaikat, maka mereka adalah mahluk Tuhan yang diminta pertanggungan jawab. Ada yang taat dan ada yang tidak taat tetapi bukan dewa, bukan sesuatu yang luar biasa kemampuannya, hingga manusia berlindung dari kejahatannya dengan jimat dan bacaanya. Dalam Al Qur’an dikisahkan, mereka menerangkan keadaan diri mereka (orang-orang sebelum Islam datang) kata mereka kepada kawan-kawannya, manusia dijaman itu mempercayai bahwa jin itu mempunyai kekuasaan (shultan) atas manusia, karenanya mereka minta tolong kepada manusia menggunakan jin sebagai khadam, dan dapat mendengarkan omongan jin dengan kawannya. Dan karenanya banyak rahasia-rahasia Tuhan bocor, diterima dari jin, sebab jin berkuasa untuk mengetahui hal-hal yang gaib dan hal-hal yang akan terjadi, dan akhirnya jin mengatakan : “Dan sesungguhnya kami(jin) tidak tahu apa yang dikehendaki (Tuhan) apakah keburukan yang ditimpakan kepada orang yang ada di bumi ini atau sebaliknya, dikehendaki mereka dapat pimpinan”.
Jelas jin tidak mengetahui hal-hal yang gaib, dan orang yang mengaku dapat mengetahui karena diberitahu oleh jin itu, semata-mata hanya omong kosong. Karenanya tidak mungkin ada manusia yang dapat kawin dengan jin, akan tetapi dalam kitab-kitab fikih banyak masalah itu sekedar ujian.
copy paste dari link http://cyberjuikasep.tripod.com/krachtology.htm
(sy kesulitan akses ke site aslinya).
Febri said
Terus kalau hipnotis apa sepenuhnya bantuan jin. kalau secara ilmu pengetahuan bagaimana?
@
Saya tidak bisa hipnotis sama sekali, jadi saya tidak tahu. Tapi jelas saya tidak mempercayai bahwa Jin satu-satunya oknum yang bisa. Manusia memiliki sumbangan energi yang juga tidak terpahami sepenuhnya.
Ilmu pengetahuan bagaimana?
Ini sampai sekarang berada di wilayah abu-abu. Betul-betul abu-abu.
SukaSuka
ifan said
Assalamu’alaikum
bisa digambarkan gemana bentuk dari empat dimensi itu?? selain ordinat luasan dan volume, kira2 ordinat apa yang ketambahan di dimensi 4… thank’s b4
@
Wass.Wr.wb
Mas Ifan, terus terang saya tidak tahu. Namun, pada dasarnya pengelihatan itu adalah interpretasi atas suatu perbandingan yang telah dikenali sebelumnya. Misalnya begini. Coba jelaskan warna merah itu apa?. Kalau dijawab merah itu adalah yang panjang gelombangnya masuk ke retina mata dengan panjang sekian-sekian, maka sama sekali tidak menjelaskan warna merah yang ditangkap oleh mata kita. Warna merah itu yah… pernah melihat darah nggak?… Nah seperti itu. Pernyataan ini adalah perbandingan dengan yang kita ketahui melalui jejak yang terekam dalam ingatan. Jadi ordinat, luasan, atau volume, selalu perbandingannya dengan dunia materi yang dikenali oleh jiwa dan pikiran kita. Di olah melalui logika. Jadi, ketika kita menyebut dimensi 4, kenyataan yang bisa dipahami selalu terbentuk dari rekaman pengalaman dan pengetahuan kita pada dimensi yang kita kenali. Karena setiap orang punya rekaman pengalaman yang hampir sama tapi juga sekaligus berbeda, maka pengalaman spiritual selalu juga ada kesamaan tapi tidak unik sama pada setiap orang.
Begitu juga ketika kita mencoba menguraikan Nounsme. Sesuatu yang hanya dikenali dari apa yang telah kita kenali. Selebihnya adalah rahasia Allah.
Mohon maaf, hanya ini yang bisa agor jelaskan ulang. Wass.
SukaSuka
SA said
Assalamu’alaikum.
waktu saya SMP guru agama saya bilang….
Panjang x Lebar = 2D
tambah Tinggi jd = 3D
tambah Cahaya jd = 4D benar nggak sih……..!
Sky Fish(Flying rods)/”Ikan Langit” yg sekarang masih misteri, gimana pendapat anda ? apakah t’masuk 4D…!
SukaSuka
Boy said
Kita hidup dalam 4-dimensi, 3 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu. Keempat dimensi ini dibutuhkan untuk memberikan koordinat lengkap sebuah objek di alam semesta ini.
Misalnya saat menggambarkan keberadaan seseorang di Lantai 4 Gedung PAU di Jln. Ganesha 10 (untuk menggambarkan 3 dimensi ruang), kita masih harus menyatakan pada pukul berapa orang itu ada di sana.
Sejauh ini kesimpulan dari percobaan fantasi kita adalah semakin cepat benda bergerak, semakin melambat waktunya, dan semakin memendek ruangnya. Sekarang kita kembangkan kesimpulan itu untuk masuk dalam konsep ruang-waktu teori relativitas khusus.
Sebuah objek sebenarnya bergerak di 4 dimensi ini. Sebuah mobil yang diam, tetap bergerak di dimensi waktu. Saat mobil ini dijalankan, maka pergerakannya di dimensi waktu “harus dibagi” dengan pergerakan di dimensi ruang. Sehingga pergerakan di dimensi waktu berkurang: waktu melambat karena pergerakan benda di dimensi ruang, persis seperti yang kita buktikan percobaan jam-foton.
Logika tersebut mengantarkan kita pada pemikiran, untuk mencapai pergerakan maksimum di dimensi ruang maka pergerakan di dimensi waktu harus nol. Pada kondisi inilah kecepatan benda menempuh dimensi ruang bisa maksimal.
Dan sesuai dengan teori relativitas khusus, bahwa kecepatan maksimal adalah kecepatan cahaya, segera kita sadari bahwa cahaya sama sekali tidak bergerak pada dimensi waktu. Dengan kata lain, foton tidak berumur . Foton yang dihasilkan semenjak alam semesta terbentuk sampai sekarang umurnya sama!
Sumber :Cahaya tak Memiliki Usia
Febdian Rusydi (Rijksuniversiteit Groningen)
SukaSuka
Boy said
Dimensi ke-4″ dan “benda 4 dimensi” adalah 2 hal yang berbeda,
sebagaimana “dimensi 3” dan “benda 3 dimensi” juga berbeda. Dimensi 3
adalah sumbu z, sedangkan benda 3 dimensi adalah perpaduan antara sumbu
x,y dan z sekaligus.
Begitu juga dengan benda 4 dimensi. Benda 4
dimensi terdiri atas sumbu x,y,z dan sumbu ke-4 yang karena
keterbatasan kesadaran dirasakan sebagai waktu. Jadi dimensi ke-4
hanyalah bagian saja dari sebuah benda 4 dimensi.
Karena itu Dimensi ke-4 dan benda 4 dimensi juga adalah 2 tingkat
kesadaran yang berbeda. Dalam buku Tertium Organum (karya PD Ouspensky
seorang matematikawan Rusia), (kesadaran akan) dimensi ke-4 disebut
sebagai “awal dari kesadaran kosmis”, jadi belum kesadaran kosmis itu
sendiri. Kesadaran kosmis itu sendiri berarti “benda 4 dimensi”. Jadi
tujuan manusia adalah untuk menjadi benda 4 dimensi. Saat menjadi benda
padat 4 dimensi, dimensi ke-5 mulai dirasakan, tetapi tidak mungkin
bisa dijelaskan. Tidak ada mistikus yang bisa menjadi benda 5 dimensi.
Mungkin ada yang bisa, tetapi kehidupan di dunia kelihatannya tidak
memungkinkan.
Jadi Dimensi-5 atau multi dimensi tidak dimungkinkan………………………….
SukaSuka
Ayruel chana said
Bapak Agor terhormat…mengulang tuisan bapak
Malaikat dan syetan termasuk golongan jin, sebab tidak dapat dilihat….
Apakah itu tidak salah.?
Setahu saya..
MANUSIA : NAFSU & AKAL
JIN : NAFSU & AKAL
MALAIKAT : AKAL
BINATANG : NAFSU
Saya belum pernah mendapatkan dalil bahwa malaikat golongan Jin.
Yang saya dapatkan hanya Setan,Iblis dari golongan JIN
Terimakasih Bapak AGOR
WASSALAM
SukaSuka
Ayruel chana said
Tambahan….pak agor kalau boleh
Ketika Nabi Sulaiman Wafat,tongkatnya dimakan rayap…tanpa diketahui oleh bangsa jin & manusia.ketika tongkatnya jatuh(hancur) barulah mereka mengetahui Nabi Sulaiman sudah wafat.
jelas Jin & Manusia tak mengetahui urusan yang GHOIB
SukaSuka
iqwan said
SEBENARNYA ALLAH SAW TDAK MENYURUH KTA PERCAYA PERKARA YANG KHURAFAT
SukaSuka
Hariss said
Manusia, jin & malaikat tidak tahu perkara gaib dan ketiganya masih didalam satu dimensi ruang & waktu. Hanya Allah swt yg mengetahui kegaiban di langit & bumi,
@
Catatan yang menarik. Kalau boleh, saya sedikit bimbang… mengapa malaikat disebutkan tidak mengetahui perkara ghaib dan disejajarkan dengan kata manusia dan jin.
SukaSuka