Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Bulan Sih Mengelilingi Bumi, Seperti Matahari Juga.

Posted by agorsiloku pada April 23, 2007

Sebenarnya ini sudah cerita jaman purba di Eropa sampai Gallileo harus dihukum mati. Bukan menguak kesedihan lama soal Matahari yang mengelilingi Mars (karena di Mars juga ada siang dan malam) , tapi karena memang benang merah pembahasan saja yang belum selesai.

QS 6. Al An’aam 77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.”
QS 6. Al An’aam 78. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sengaja ditebalkan kata dia melihat bulan terbit. Kata melihat ini menunjukkan tempat pengamat berada. Lalu kata terbit menunjukkan objek yang dilihat bergerak. Jadi sama sekali tidak ada penjelasan di ayat itu mengelilingi. Yang diinformasikan terbit dari Timur dan Tenggelam di Barat. Pengamat haruslah berada kurang lebih di tengah objek yang dilihatnya. Dalam kasus ini Nabi Ibrahimlah yang melihat bulan dan matahari yang terbit dan tenggelam. Dalam kisah Zulkarnaen :

QS 18. Al Kahfi 86. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.

Di sini Dzulqarnaen ditunjukkan melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam. Ini kata melihat. Objeknya yang bergerak. Malah Zulkarnaen melihatnya, seperti juga ketika kita lagi di pantailah… terbenam di dalam laut. Di situlah Zul bertemu dengan segolongan ummat. Logika sederhananya, Zul berjalan dari tempat yang tidak melihat tempat terbenamnya matahari, kemudian tiba di tempat dia melihat matahari terbenam di dalam laut (jangan dipahami : dia bertemu dengan segolongan ummat di tempat terbenamnya matahari). Bukan, dia melihat tempat terbenamnya matahari. Kata melihat itu jelas menunjukkan bahwa ada jarak tertentu antara pengamat dan objeknya.

Tiga ayat di atas, menurut pemahaman saya tidak menjelaskan sama sekali bahwa bumi mengelilingi matahari. Tapi 3 ayat di atas menjelaskan pengamat yang melihat matahari.

Jadi kalau saya melihat munculnya mobil di dari tikungan kemudian melewati saya terus sampai tidak terlihat lagi karena makin jauh atau tertutup bangunan atau pepohonan, saya tidak akan katakan bahwa mobil itu telah mengelilingi saya.

Pengertian posisi kita, terbit dan terbenam ini menurut saya jangan dulu dikaitkan dengan urusan perputaran pergerakan benda langit, karena reposisinya memang dari pengamat terhadap objek. Nggak percaya, coba lagi lihat ayat ini :

QS 52. Ath Thuur 49. dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).

Apa terus kita mau katakan juga bintang-bintang mengelilingi bumi?.

Jadi ini soal kerangka acuan pengamat terhadap objeknya.

Kalau soal dia bergerak (beredar) ya dijelaskan :

QS 13. Ar Ra’d 2. Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda- tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
QS 21. Al Anbiyaa’ 33. Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
QS 36. Yaasiin 40. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
QS 55. Ar Rahmaan 5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

Empat ayat di atas itulah yang berbicara mengenai pergerakan benda-benda langit yang tidak dibatasi oleh urusan “melihat”. Tidak ada kata dalam ayat yang bunyinya kamu seperti misalnya kamu melihat bulan mengelilingi bumi. Yah… memang nggak logis, karena kata ini mencampurkan antara melihat dengan urusan benda langit mengelilingi bumi. Ayat tentang peredaran inilah yang selayaknya disandingkan dengan pengetahuan bidang astronomi.

Saat berbicara tentang bulan, bumi, matahari (dan atau bersama benda langit lain dalam tatasurya), secara logika kita harus keluar dari tata surya, supaya kita bisa menggambarkan letak bumi, bulan, dan matahari. Artinya, PENGAMAT harus “keluar” (pakai tanda kutip ya) dari bulan, bumi, dan matahari, kalau pengamat ada di bumi. Ya bakal nggak bisa lihat posisi keseluruhan dong.

Di sinilah, betapa akuratnya Allah menyampaikan informasinya. Tidak seperti kita, sering tertukar pengertian atau maksud karena keliru menggunakan kata yang tidak selalu dalam konteksnya. Kecenderungan untuk mengaduk inilah yang “mungkin” menghasilkan pemahaman yang tidak kurang tepat. Oleh karena itu pula, kita akan menjumpai ayat itu yang berkenaan dengan hal ini : pelajaran untuk orang beriman berakal.

Sedang beriman, lebih tampak sebagai sebuah posisi atau reposisi, “pelajaran bagi orang beriman”, “bertambah keimanannya”, dan sejenisnya.

Setidaknya, ini adalah satu cara, agor belajar memahami ayat.

wallahu alam bish-showab.

19 Tanggapan to “Bulan Sih Mengelilingi Bumi, Seperti Matahari Juga.”

  1. kangguru said

    sip pak agor terima kasih dah mengajari ilmu tafsir

    @
    Bukan ilmu tafsir, agor sedang belajar memahami ayat, bukan nafsir-nafsirkan. Kebetulan ayat ini berkenaan dengan tema blog, lihatlah… lihatlah sekali lagi, adakah yang salah….. Subhanallah, maha benar Allah dengan segala FirmanNya.

    Suka

  2. kangguru said

    IMHO
    menurut saya itu sih tafsir pak, dan jadi ilmu buat saya
    karena hanya Diakah yang maha mengetahui.

    @
    Mungkin begitu ya Mas, namun meski tak selalu bisa, saya menghindari persepsi dan tafsir. Tapi saya mencoba memahami seperti apa adanya (as – is). Dalam konteks di atas, kalau saya menarik kesimpulan bahwa : bumi itu mengelilingi, maka kata “mengelilingi” adalah tafsirnya. Namun, saya coba memahami, tidak ada tuh kata “mengelilingi”, jadi jangan ditafsirkan “matahari mengelilingi bumi”. Namun, memang juga, kadang agak sulit membedakan. Yang mudah adalah tafsir mimpi, ketika interpretasinya (ta’wil)nya diurai dalam pengertian lain yang dihubungkan tanpa alasan apapun. Nabi Yusuf bermimpi sapi kurus makan sapi gemuk, penjelasannya sebagai tafsir.
    Saya merasa perlu tegasi ini, karena saya bukan ahli tafsir, tapi hanya awam yang berusaha memahami sebuah konteks dari kalam illahi. Tidak lebih.
    Kalau ada manfaat bagi sesama, itu harapannya. Kalau salah, itu juga satu ijtihad berpikir dari seorang manusia.
    Salam ya Mas K.guru.

    Suka

  3. MaIDeN said

    QS 18. Al Kahfi 86. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.

    Dibanyak milis ayat ini sering diolok-olok.

    “dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam,” Maksudnya apa ya ?

    @
    Kalau kita sampai di Pantai Kuta Bali, dan melihat matahari tenggelam di pantai Kuta. Di situ kita bisa melihat para bule sedang berjemur…. !?,

    Suka

  4. Abu Super said

    Harom pak, harom pake akal, he…

    Mantabs lah, penjelasan perlu terus dipaparkan, masalah terbuka atau tidaknya hati seseorang, itu hak prerogatif Tuhan..

    @
    hanya karena ada bagian yang terlewatkan… jadi ditulis ulang, release lainnya.

    🙂

    Suka

  5. madsyair said

    trima kasih pak, atas tambahan ilmunya.
    @mas abu.
    yang haram kalau memakai nafsu buat menunggangi akal.
    yang disarankan,memakai akal untuk mengendalikan nafsu

    .
    @
    Siip nafsu untuk dikendalikan…. segala jenis nafsu..

    Suka

  6. deedhoet said

    Makasih pak, yah kalau kita emang bener-bener mau melihat soal ini dengan mata ya kita emang harus terbang dulu dari tata surya. Sayangnya kita baru bisa melihat ini dengan pikiran 🙂 Dan pandangan ini tentu lebih masuk akal daripada tafsiran “pak ustad yang itu”

    Btw apakah bapak bersedia memberi pencerahan kepada saya tentang mengapa Dia kadang-kadang menyebutkan dirinya secara single (Aku) dan kadang jamak (Kami). Saya sudah menulisnya di blog saya.

    Btw lagi, bapak mencari & mengambil ayat-ayat pake program apa? Masa nulis manual semua? Lagian susah kan kalo nyari manual. Atau mungkin ada situs yang biasa pak agor jadikan bahan referensi?

    Makasih sebelumnya pak, maaf kalo ngrepotin.

    @
    Sama-sama, kita untuk melihat semuanya harus keluar dari tatasurya. Untuk mudahnya, kita keluar dari tatasurya ya dengan cara kita gambar tatasurya nya kan….?, terus kita lihat di buku atau di internet… 🙂 . Jadi kita bisa melihat langsung tatasurya tanpa perlu keluar dari bumi… 😀

    Dia sebagai subjek yang menguasai selalu ditulis tunggal (Aku, Dia, Allah). Otoritas penuh ketika menjelaskan DiriNya dan perintahNya. Berubah menjadi kami, ketika utusanNya terlibat dalam aktivitas dan dalam berkomunikasi/bertindak. Misalnya : Sesungguhnya, Kamilah yang memelihara , Kami wahyukan… –> Kami mewakili utusannya, mewakili malaikat, mewakili Nabi, ulama-ulama, para hafiz, dan lain-lain. Kalau kata …Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah timur dan barat ….menjelaskan pemilik tunggal. Begitu, kalau tak salah agor pahami….

    mengambil ayat-ayat pake program apa?
    Terbanyak dari Al Qur’an digital, tagnya ada di side bar “Islam” pada blog ini : Holly Qur’an Home Page;
    Al-Qur’an Digital; Islam Awakened Qur’an Pages; Quran, Koran, Qur’an, Quranic.
    Semua bahan referensi yang agor anggap menarik dan diketahui dimasukkan pada tag side bar blog ini. Kan namanya belajar… jadi main kutip saja sapenaknya…..

    Suka

  7. […] pengetahuan yang dikemukakannya. Pak Agor dalam blognya juga berusaha untuk memberikan pemahamannya bahwa bumilah yang mengelilingi matahari, dan menyatakan kalau ayat-ayat tentang terbit dan terbenamnya matahari hanya menunjukkan bahwa […]

    Suka

  8. sikabayan said

    euh… di pais sedikit…
    QS 36. Yaasiin 40. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

    kalau sajah ayat yang inih tidak ditutup dengan penerangan garis edar… pasti akan ada yang menyangkal matahari tidak mendapatkan bulan, pada saat purnama gituh… dan bukannyah diartikan sebagai tabrakan…
    euh.. tapi kabayan ngga nyambung yah sama judul postingnyah… hikz

    @
    yap.. begitulah. memang didefinisikan kemudian pada garis edarnya… jadi bukan seperti bis kota… saling menyalip…
    😀

    Suka

  9. […] Mars Mengelilingi Matahari […]

    Suka

  10. Gyl said

    Wah… bagus kajiannya. Salut… pelan-pelan tapi pasti dalam pengkajiannya.

    O ya, maaf kalo komen postingan lama… jalan-jalan di blogosphere baru ketemu postingan ini.

    Ya ya… sip. Bisa meng counter artikelnya bang anto maulid yang katanya matahari mengelilingi bumi. Postingannya dia ada sini

    Saya agak ilfill aja dia kajiannya agak gimana gitu… terus ketemu tulisan ini. Wah… Subhanallah. Semoga membawa manfaat untuk seterusnya 😉

    @
    Saya memang harus akui, postingan bumi mengelilingi matahari dimunculkan karena ada polemik yang saya tidak sependapat dari beliau dan dari sumber lainnya yang sejenis. Perbedaan yang timbul karena menilai bahwa postingan dari dua pandangan yang berbeda sudah selayaknya dikemukakan pula. Mudah-mudahan memberikan tambahan ala kadarnya sebagai wacana untuk sekedar bertegur sapa.

    Suka

  11. Satria. said

    Dalam sains sendiri, tidak ada kesepakatan yang mana mengelilingi mana. Jika ada satu mengelilingi lainnya, itu adalah sebuah model yang digunakan untuk memudahkan perhitungan. Contohnya:
    – untuk menghitung revolusi bumi terhadap matahari, modelnya perhitungannya berdasarkan bumi yang mengelilingi matahari
    – untuk menghitung sudut jatuh matahari (inklinasi) dalam perhitungan waktu shalat dan kalender, model perhitungannya berdasarkan matahari mengelilingi bumi.

    Benar QS Yasiin: 40, pada kenyataannya baik bumi maupun matahari beserta benda-benda langit lainnya beredar pada orbitnya sendiri-sendiri.

    @
    he..he..he.. benar juga ya…
    sains memang lebih sering berbicara rotasi pada, sumbu putar, dan lain sebagainya. 😀 Sedangkan kata mengelilingi adalah pernyataan relatif antara satu titik diam atau bergerak, relatif terhadap objek lainnya dalam satu kerangka (salib sumbu) yang dijadikan acuan/referensi.

    Sepertinya, begitu juga ketika kita menghitung sudut inklinasi, rotasi bumi terhadap matahari pada titik pengamat di titik di permukaan bumi dan matahari bergerak relatif terhadap posisi titik di bumi. Jadi, bukan soal mengelilingi atau bukan… yah.. contoh lain.. orang berjalan di atas kereta api dengan orang orang yang berdiri di stasiun yang dilewati. Kalau sumbunya pengamat ada di kereta api, maka stasiun itu yang bergerak. Sedang, bila sumbu pengamat berada di stasiun, maka yang bergerak itu ya…jelas dong kereta apinya.

    Namun, terimakasih catatan Mas, menambah pemahaman saya juga 😀

    Oh ya.. umpama juga neeh. Kalau ada dua pelari, yang satu bernama bumi, yang satu lagi bernama Sun. Mereka berlari di stadion… maka jika pengamatnya berada di tepi stadion, maka kelihatan mana yang bergerak mana yang diam, mana yang sedang berkeliling atau yang berputar… 😀

    Suka

  12. […] dengan urusan dunia yang seupil itu?. Mengapa karena kita melihat matahari mengelilingi kita maka kita berkeyakinan bahwa matahari yang mengelilingi bumi?. Apa tidak ada alternatif lain?, apa kita yang begitu kecil itu begitu penting memastikan kita […]

    Suka

  13. haniifa said

    Salam,
    @mas MaIDeN
    “dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam,” Maksudnya apa ya ?”

    Jika kita menangkap citra laut dari udara maka warna laut relatif terhadap kedalaman laut yang kita amati.
    Selain itu warna laut dipengaruhi oleh organisme yang hidup di dalamnya dan dari mineral yang terkandung di laut. Jenis ganggang / flankton yang berbeda akan berpengaruh terhadap warna laut, karena mereka memiliki aktivitas kehidupan yang berbeda, perbedaan ini tampak dari substrat yang dihasilkan dari proses pernafasan pada saat mendapatkan makanan dan seperti kita ketahui bahwa aktivitas kehidupan tersebut terjadi di siang hari (saat matahari belum terbenam), sedangkan saat matahari akan terbenam maka seluruh aktivitas siang, terhenti kecuali binatang malam, oleh karena itu warna air laut berubah dari “BIRU” menjadi “HITAM PEKAT”.

    Itulah yang dimaksud dari QS 18. Al Kahfi 86.
    ” Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam “di dalam laut yang berlumpur hitam”, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. ”

    Saya sendiri lebih senang menterjamahkan:
    fi ‘ainin hami’atin = “air lumpur hitam”
    atau…
    fi ‘ainin hami’atin = “air laut warna hitam”
    —————-
    Jadi buat yang suka mengolok-olok (QS 18:86), saya yakin mereka belum pernah melihat perubahan warna air laut dari siang terang-benderang (BIRU) menuju malam gelap gulita (“HITAM PEKAT”).
    Atau memang:
    ” Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS 47:23)

    Wassalam.

    @
    salam… sudah semakin menjelaskan… 😀

    Suka

  14. Isfahani Muhammad said

    Salam Mas Haniifa, saya sepakat dengan pendapat dan penafsiran saudara. Dan kalau boleh sekedar menambahkan :
    Boleh gak saya menafsirkan AIR LAUT BERWARNA HITAM dengan nama sebuah laut di antara Asia Kecil dgn Eropa yang bernama LAUT HITAM ?. jadi penafsirannya menjadi :
    Zulkarnain yang kampung halamannya adalah Macedonia, Yunani ketika itu baru mau akan melakukan perluasan ke wilayah Mediterania.
    CMIIW, wassalam

    @
    Apakah Zulkarnaen saat itu di laut berwarna hitam (menjelang terbenam matahari memang warnanya hitam..juga gulungan ombak ke pasir memang hitam)…. dan laut itu laut hitam?…

    Suka

  15. haniifa said

    Salam,
    @mas Isfahani Muhammad
    Trim’s, wah menarik sekali jika ekplor lebih jauh.
    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  16. Fahmi Adestya said

    Aslamualikum pak
    Ajib pak, ak stuju banget lagian jamannya huble kok n kamus dimana-mana kok mereka g cerdas-cerdas

    @
    😀

    Suka

  17. […] esok paginya nimbul lagi di Timur.  Kalau begitu, maka pengamatan indera menunjukkan bahwa matahari mengelilingi bumi.  Itu persepsi indera.  Benarkah persepsi indera?.  Yah … bener saja sih, kenapa tidak ! […]

    Suka

  18. DiN said

    Assalamulaikum..

    Semoga Allah SWT menempatkanmu dikalangan orang-orang beriman,
    Amin

    Suka

  19. tafakur said

    matahari pernah berhenti pada jaman nabi Yusya’ bin nun, bagi yang meyakini bumi berotasi pasti mengatakan “berarti yang bumi berhenti berotasi”, apa yang terjadi jika bumi berhenti berotasi? jawab pakai teori yang membenarkan bumi berotasi, apa yang dialami nabi Yusya’ jika bumi berhenti berotasi?
    ingat.. Nabi Yusya’ justru memenangkan peperangan. atau mungkin ada teori lain yang bisa menjelaskan peristiwa berhentinya matahari pada jaman nabi Yusya’.

    belajarlah agama yang benar, fisika juga yang benar.

    Suka

Tinggalkan komentar