Risau ataukah Mengambil Alih Peranan Tuhan?
Posted by agorsiloku pada Juli 15, 2008
Ada banyak kasus kekerasan dengan pemberatan yang murni kejahatan. Ini nggak masuk arena dan sudah biasa. Ini tidak ada kambing hitam yang cukup hitam untuk ditinju. Lain soalnya kalau kekerasan dilakukan dalam teriakan dengan menyebut nama Allah. Kekerasan jenis ini tidak banyak, tapi kerap dinilai menganggu nilai-nilai kemasyarakatan dan terasa sebagai teror yang besar. Contoh kongkrit, langsung saja merujuk pada kasus pengrusakan pada fasilitas Jemaat Agama Ahmadiyah yang berhasil menampilkan dengan santun sebagai pihak yang dizalimi, dan memang kok dizalimi. Fasilitas peribadatan agama ini dirusak dan jemaatnya diusir. Barangkali, dari pada diusir dan kemudian mayoritas ummat Islam malah lebih baik memperjuangkan saja agar Ahmadiyah menjadi Agama Ahmadiyah. Yang memiliki patron yang jelas berbeda. Apakah masalah selesai?.
Tulisan ini sama sekali tidak ingin membedah Ahmadiyah atau kelompok kelompok sejenis yang bertumbuhan datang dan lenyap atau yang mampu bertahan karena dukungan yang cukup. Tidak juga untuk berbicara pada skala terorisme atas nama apapun. Terlalu luas bahasannya untuk postingan pendek ini. Namun, yang menurut saya penting untuk diamati dan diamanati adalah seberapa kemampuan mayoritas (kebetulan mayoritas), terhadap usaha ummat berada pada kemurnian akidah, pada ketaatan Allah dan RasulNya dan kemampuan menampilkan secara utuh sebagai agama yang memerdekakan. Agama yang utuh menegasi Allah adalah esa dan bagaimana agama ini disebarkan mengatasi polemik-polemik ketuhanan dan moral. Yang hak dan yang batil tidak dicampurbaurkan. Juga memiliki kemampuan yang dengan santun mampu fanatisme dan sekaligus menjadi daya tarik untuk mengajak pada agama yang memerdekakan.
Kelompok-kelompok vokal dalam dunia yang memusuhi Kemurnian Islam, maka usaha menampilkan Islam yang kolot, fanatik, tidak moderat adalah usaha-usaha untuk mendapatkan legitimasi pada peradaban. Memposisikan Islam dalam posisi tersudut dan ummat yang mudah tersulut, disadari atau tidak mengaburkan banyak esensi-esensi dari risalah yang dibawa Sang Junjungan. Jelas dan sudah sangat jelas, melakukan perubahan atau usaha melakukan perubahan isi dari kalam Allah berabad-abad lampau sampai kini dari yang memusuhi, tidaklah mampu menembus kokohnya AQ. Tidak setitikpun, termasuk juga usaha-usaha untuk mengubah persepsi dan merelatifisir AQ ke titik “kebebasan ilmiah dan kebebasan beragama” meruntuhkan materi pemahaman AQ yang dijamin Allah untuk masuk ke dalam dada orang-orang beriman. Pesannya dari abad ke abad adalah kajian yang tidak akan pernah habis dan menjadi sumber inspirasi tiada batas.
Wah… omongan di atas itu terlalu melebar. Yang kongkrit deh. Gini, apakah perusakan restoran karena buka di bulan puasa atau pengrusakan salah satu jemaat agama Ahmadiyah itu adalah usaha memonopoli kebenaran?, mewakili Tuhan dalam urusan manusia (baca linknya ya) Ataukah juga karena keberpihakan yang tidak jelas dari pemimpin negeri ini? ataukah karena ketidakmampuan mayoritas untuk menjadi ummat saksi yang terpilih?.
Kerisauan-kerisauan kecil ini, karena tidak mendapatkan jawaban memuaskan dari hukum dan lingkungan, kemudian bergerak cenderung anarkis. Saya, terus terang tidak melihat sebagai mewakili tuhan untuk bertindak, tapi sebagai ketidakmampuan menjawab atau membentengi diri dan lingkungan terhadap infiltrasi ke dalam sistem yang diyakini. Karena itu saya memberikan catatan pada komentar topik: “Saya punya saudara dekat yang anggota salah satu dari “mereka”. Saya tidak ingin anak saya atau isteri saya dipengaruhi dalam berbagai cara, jelas saya harus melakukan upaya-upaya untuk menghindari perekrutan yang terjadi. Jelas pula, saya harus menghindari kekerasan.”
Tentu tidak semua orang dengan pikiran yang sama, usaha memendekan masalah dengan mengambil jalan pintas berupa pengrusakan atau pengusiran kemudian menjadi salah satu cara yang diambil. Dan jelas-jelas ini melanggar hukum yang berlaku. Lebih parah lagi, karena hukum tidak dijalankan dengan semestinya pula, maka serangan mudah dibalik dalam suatu proses komunikasi. Agama menjadi alat untuk menteror agama lain.
Saya, kalau ditanya jelas, saya mendukung fatwa MUI untuk menjelaskan sebuah posisi terhadap ummat, jelas juga pada saat yang sama saya tidak mendukung pengrusakan apalagi untuk dan atas nama agama.
(he..he… karena tidak ada yang tanya.. ya saya jelaskan sendiri saja… 😀 ). Jadi semestinya juga, kekerasan yang menganggu sendi-sendi kehidupan masyarakat dan kehalusan yang juga merusak sendi-sendi agama juga harus dipisahkan dengan tegas. Karena itu, mengenali sikap-sikap fanatik dalam kehidupan beragama, saya memang harus banyak belajar. Termasuk di wilayah-wilayah yang memiliki peluang-peluang terjadinya konflik. (Apakah ummat polisi memiliki dengan jelas peta konfliknya dan melakukan pendekatan dengan pesan sebagai ummat terpilih? atau malah sebaliknya, menjadi pelengkap untuk memposisikan by plan… Duh….
yureka said
seperti yang mas agor duga….
“……..ataukah karena ketidakmampuan mayoritas untuk menjadi ummat saksi yang terpilih?…
pas benar ya ….
kalau boleh nanya :
siapa yang punya hak (satu2nya) untuk mencap sesat orang lain ?? dengan alasan apapun !! (termasuk melindungi keluarga dari pengaruhnya)
@
Tentu saja yang berhak mencap sesat orang lain adalah pengertian dan pengamalan dari orang-orang beriman dan bertakwa (sambil bertanya pada diri sendiri : apakah saya orang yang bertakwa 😦 ) Keberanian mengungkapkan kebenaran dan melakukan penilaian dalam kerangka memahami petunjukNya, mengajarkan pengetahuan tentang ketuhanan (siar), menyeru kepada kebaikan dan berkesabaran, adalah bagian-bagian dari tugas orang beriman dan mengaku sebagai orang beriman. Maka, tugas seorang pemimpin (dalam pertanyaan ini adalah pemimpin keluarga, menjadi tugas utama orang beriman ayah, ibu terhadap anak), terhadap lingkungan dan terhadap sistem kemasyarakatan.
Seorang beriman harus menjelaskan kepada lingkungannya terdekat atau terjauh apa yang dipahami dan memberikan penilaian terhadap yang hak dan yang batil.
Perdebatan/pertanyaan seperti ini sangat boleh jadi tidak akan habis-habisnya. Namun, satu hal yang kemudian menurut saya perlu kita renungkan sepenuhnya, apakah orang beriman bisa membedakan yang mana yang hak dan yang batil?, sehingga manusia tidak bisa (tidak boleh, tidak logis) atas nama tidak ada lagi otoritas penafsiran AQ sehingga hal-hal yang batil tidak bisa lagi dipisahkan (justru karena kita berusaha memahami keagungan AQ). Apakah seorang beriman akan merelatifkan AQ sehingga apapun yang dijelaskan akan dijawab bahwa saat ini sudah tidak ada lagi otoritas mutlak untuk memahami AQ dan akhirnya berkencenderungan berbantahan di sisi ini (lebih mudah kita melihat hal ini dalam uraian panjang lebar dari islib tentunya).
Menurut saya : semoga saja tidak demikian.
Dalam perdebatan/diskusi seperti ini, saya cenderung melihat esensi akhirnya apa dan bagaimana?. Kalau merelatifkan pemahaman ini membuat kabur hukum-hukum yang sudah jernih dinyatakan, tuntutan moral yang direlatifkan, sekaligus juga tidak memberikan tempat pada perbedaan, sekaligus juga memberikan tempat seluas-luasnya pada keserbabolehan, maka pertanyaan ini akan berakhir dengan peluang keislaman yang kandas dalam diskusi logika dan akhirnya pada dimensi sosial Qur’ani yang terkotorkan. Bukan lagi pada posisi amar ma’ruf nahi mungkar.
Ah terlalu panjang… 😀
Tentu pula kita harus bedakan, menilai sesat (atau kasarnya mencap sesat) dengan tindakan menghakimi.
SukaSuka
yureka said
mana yang lebih pas …
– Risau Ataukah mengambil Alih Peranan Tuhan
– Risau Ataukah mengambil Alih HAK Tuhan
@
Sebenarnya, kalau saya pikir, dua-duanya bisa tidak tepat juga 😀
Mengambil alih peranan Tuhan, dalam pengertian bertindak menggantikan Tuhan tidak akan terjadi, karena memang waktunya belum tiba ketika Allah Swt melakukan peradilan terhadap segala sengketa atau yang dipersengketakan.
Mengambil hak Tuhan juga masih bisa dipersoalkan : karena dalam urusan siar, Allah juga menyerahkan sebagian haknya untuk memerangi orang sesat, supaya agama itu hanya untuk Allah, supaya berhenti fitnah. (QS 8:39) dalam melakukan pilihan juga harus dipertimbangkan bahwa pemberian peringatan adalah perlu disampaikan oleh ummat beriman (QS 6:70) sedang soal masuk ke dalam agama Islam, jelas tidak ada paksaan (QS 2:256)
Jadi, susah juga milih yang pas…. 😦
SukaSuka
Haniifa said
@Yureka
Menurut saudara :
1. Hukum rajam bagi penjinah ?! untuk agama Islam atau Non Islam.
2. Sumpah depan Ka’bah ?! Nilai spiritual Muslim atau Non Muslim
3. Rasul dan Nabi terakhir adalah Nabi Muhammad s.a.w ?! bagi agama Islam atau Non Islam.
4. Saudara secara explisit turut andil mengambil Hak Allah, yang diberikan kepada para alim ulama, apakah saudara paling hebat bermasyarakat, berdisiplin ilmu teologi, paling shaleh,… menurut agama/keyakinan yang saudara pahami ?!
SukaSuka
yureka said
itukah….??!!
semakin nyata dugaan mas agor seperti yang saya paste di komen pertama…
@
Saya memilih kata ini : ketidakmampuan mayoritas…
didasarkan pemikiran bahwa kemampuan membangun sumber daya manusia beragama dalam lingkup internal harus termanajemeni dengan baik sehingga siar adalah cahaya kelembutan, ketegasan, dan berkeadilan. Jangan karena kebencian sehingga tidak bisa bersikap adil. Allah mengingatkan ummatNya untuk bertindak adil.
SukaSuka
Haniifa said
@Yureka
Menurut saudara :
kalau boleh nanya :
siapa yang punya hak (satu2nya) untuk mencap sesat orang lain ?? dengan alasan apapun !! (termasuk melindungi keluarga dari pengaruhnya)
Saudara tahu ideologi negara Adikuasa Amerika serikat ?! Liberalisme 😀
– Apakah suadara bisa masuk kewilayah mereka, dengan dalih apapun ?!
– Jika saudara hidup di USA, apakah saudara patuh dan tunduk HUKUM PERDATA dan PIDANA mereka ?!
BAGAIMANA ?!
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
yureka said
kepada @haniifa
anda katakan Allah memberi hak kepada alim ulama ??
pertanyaan saya :
– kapan Allah memberikan haknya ?
– dimana memberikannya ?
– siapa saksinya ?
– alim ulama mana yang diberi hak ?
– apa kriteria alim ulama itu ?
– siapa saksinya bahwa alim ulama tsb diberi hak ?
– berapa lama masa berlaku hak itu ?
– dll
@
ha…ha…ha… pertanyaan yang lucu dan menggemaskan 😀 dan betapa mudahnya juga saya terjebak pada pertanyaan sederhana dan kita tahu ini akan diakhiri dengan ke”samar”an pokok bahasan….
SukaSuka
Haniifa said
Sunatullah dan Sunah Rasulullah
Bagaimana soal HUKUM liberalisme, @Yureka ?!
SukaSuka
zal said
🙂
SukaSuka
yureka said
Begitulah mas agor.. pada akhirnya semua yang saya tangkap, manusia manakala kebenaran yang dia yakini merasa dinodai dalam skala seberapa persenpun muncul watak firaun dalam diri dengan melahirkan dalam bentuk reaksi. seberapa tingkat kebenaran yang saudara yakini disini, namun nilai keberagaman sudah sangat tampak.
walaupun sekte ahmadiyah dianggap sangat berbeda dan cenderung dianggap menodai islam (hakikatnya tidak bisa ternoda) karena mempunyai perbedaan yang dianggap krusial, tetap saja kelemahan orang islam dan sangat lemah kalau saya bilang pada inkonsistensinya pada kepasrahan thd hukum allah itu sendiri. tidakkah kita sadar, sebenarnya argumen seperti itu hanyalah mendudukan hukum negara diatas hukum allah manakala sudah memasuki ranah privat.
Beberapa tahun silam saya mendatangi sekretariat ahmadiyah, berdiskusi panjang lebar, marathon sampai beberapa pertemuan, beberapa bulan. pada diskusi2 itu saya langsung dilayani oleh kepala ustad jateng pada saat itu. memang tidak ada titik temu, dan saya juga tidak mau naif untuk bisa mengubah keadaan. minimalnya saya sudah melakukan apa yg saya anggap sbg kewajiban. bukannya saya mendukung gerakan islam pentungan bahkan dalam hati sekalipun. dan demi allah tidak ada secuilpun kata hati saya menganggap mereka sesat (KITA INI SIAPA ???) saya hanya heran dan kasihan (terutama dgn pola pengkultusan thd gulam ahmad)…dulu org indonesia juga mulai terjebak dgn model kultus dgn suka photo2 bareng dgn kyai gegerkalong….juga saya tidak sependapat dgn adanya AKKBP.. buat apa…
@
Ini mungkin sedikit (atau banyak ya), kalau saya jujur saja, menganggap dan menilai bahwa agama Ahmadiyah adalah menyimpang (kata halus dari sesat), karena saya lebih meyakini bahwa tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad. Jadi ini bukan soal perbedaan yang harus dipersatukan.
Tapi, sampai sekarang, tetap saya sangat tidak setuju dengan pengusiran dan pengrusakan terhadap fasilitas agama Ahmadiyah. Berjalanlah dengan hukum yang dihargai dalam satu tatanan. Contoh ekstrimnya, kepada pencuri sekalipun, kita tidak berhak menghancurkan milik pencuri atau memukulinya. Sama dengan tidak bolehnya pula, karena seorang pencuri ketahuan dan dipukuli, maka main hakim sendiri menjadi sah dan pelakunya dibebaskan. Tapi juga, membiarkan si pencuri bebas berkeliaran, jelas juga menunjukkan kerja aparat yang tidak becus.
Ini kan yang sesungguhnya terjadi di negeri mimpi ini.
Di sisi lain, ada pertanyaan/persoalan Islam pentungan atau sekedar menolak. Itu soal berbeda karena ada hukum yang bekerja dalam sebuah sistem. Kalau sistem itu diakui bersama oleh anggota masyarakat, ya mari kita patuhi hukum, kalau perlu karena tidak jelas juga dan pemerintah tidak berani, ya buat saja sejenis pemilu… apakah keresahan mayoritas harus dibiarkan. Di alam demokrasi ini maka suara terbesar harus dihitung, maka mari kita berhitung, mari kita adakan pemilu untuk berbagai kasus ini, sehingga jelas, siapa harus mengusir siapa (sambil bertanya dalam hati : apakah dengan cara ini hidayah akan tiba di hati manusia?)
Ada kesombongan minoritas dan mayoritas, ada kerisauan, namun juga harus ada pemilihan yang jelas mana yang hak dan mana yang batil. Tanpa pemisahan, maka yang terjadi lebih mengerikan. Semua menjadi tidak boleh direlatifkan.
Jadi, singkatnya, pilihlah cara yang arif tapi prinsip harus tetap ditegakkan, bahkan pada situasi tersulit sekalipun dan hanya bisa dinyatakan dalam hati.
SukaSuka
yureka said
Kalau kepicikan sudah sampai diubun-ubun, batu nisan di makam juga menjadi sasaran. Batu nisan Abdus Salam. Kata “Muslim” dihapus dari batu nisannya. Apa kesalahan Abdus Salam? Selama hidupnya Abdus Salam justru mengharumkan nama Islam dan nama Pakistan di mata dunia. Untuk karyanya mengenai fisika, Abdus Salam memperoleh Hadiah Nobel tahun 1979. Seluruh dunia menghormati Abdus Salam. Tapi orang Republik Islam Pakistan mencacinya. Kesalahan Abdus Salam hanya satu, yaitu menganut ajaran Ahmadiyah. Orang picik menganggap Abdus Salam bukan orang Islam, dan lantaran alasan itu dia tidak layak dihormati.
Selama masih hidup, Abdus Salam dicerca di negaranya
sendiri karena kepercayaan yang diyakininya. Jasanya
di bidang fisika dicemoohkan. Ketika dia meninggal
pada tanggal 21 November 1996 dan dimakamkan di
Rabwah dekat perbatasan India, orang picik menjadi
marah dan mengubah nama kota itu menjadi Chenab Nagar.
Orang picik sampai-sampai ikut menghadiri pemakaman
hanya untuk menjaga jangan sampai ada ritual
Islamnya. Hah, mereka melihat nisannya bertulisan
“Abdus Salam the First Muslim Nobel Laureate”. Tanpa
menunggu lebih lama lagi, datanglah satu regu polisi
membawa senjata disertai seorang hakim yang
memerintahkan agar kata “Muslim” dihapus dari batu
nisan.
Ketika Abdus Salam terbaring sakit keras di London,
teman dekatnya di Islamabad bermaksud mengadakan acara
memperingati hari lahirnya yang ke-70. Orang picik
tidak memberi ampun kepada Abdus Salam, sekalipun dia
sudah dekat dengan ajalnya. “Segala acara untuk
memperingati Abdus Salam sama saja dengan menodai
Pakistan,” begitu fatwa dari MUI atau dalam bahasa
Urdu Aalmi-i-Tahaffuz-i-Nabbuwat. Tapi teman Abdus
Salam tetap saja melangsungkan acara itu, syukur
Alhamdullillah tidak terjadi apa-apa.
Orang picik menyambut dengan cemooh ketika diumumkan
Abdus Salam menerima Hadiah Nobel fisika tahun 1979.
Dalam khotbah shalat Ied, imam Lal Masjid Islamabad
menyampaikan bahwa Abdul Salam bukan orang Islam
bahkan musuh Islam, biarkan saja orang Yahudi
menghormati dia.
Imam itu juga menuduh Abdus Salam membocorkan rahasia
nuklir Pakistan.
Setelah Abdus Salam memenangkan hadiah Nobel,
Universitas Quaid-i-Azam bermaksud mengundang dia,
tapi pemerintah Pakistan tidak mengijinkan dengan
alasan mengkhawatirkan kekacauan oleh orang picik.
Tapi akhirnya Abdus Salam menyampaikan ceramah di
tempat lain yaitu PINSTECH (Pakistan Institute of
Nuclear Science and Technology) yang tidak dapat
dijangkau orang picik. Ungkapan Islami dalam
makalahnya dihapus dari berita pers yang dikuasai
rejim Jendral Zia-ul-Haque.
Prof. Abdus Salam dengan tenang menghadapi lawan
keyakinannya. “Kalau Anda menganggap saya bukan orang
Islam, itu hal Anda,” katanya, “tapi mohon saya agar
diijinkan meletakkan sebuah batu bata untuk masjid
yang hendak Anda bangun.” Tapi tetap saja orang tidak
mengijinkan.
Begitu kuat keinginan Abdus Salam untuk memajukan
iptek di negaranya, sehingga dia berencana untuk
mendirikan International Center for Theoretical
Physics di Pakistan. Tapi rencana itu tidak dikabulkan
oleh presiden Ayub Khan berkat bisikan para
pembantunya. Rencana itu jauh sehelum Abdus Salam
mendapat Hadiah Nobel. Akhirnya lembaga itu didirikan
juga di Trieste, Italia, pada tahun 1964 dan kemudian
bernama Abdussalam Center for Theoretical Physics
setelah Abdus Salam meninggal.
Kecintaan Abdus Salam pada tanah airnya tidak
diragukan lagi. Setelah pengumumkan dia mendapat
Hadiah Nobel fisika, PM India Indira Gandhi mengundang
dia untuk berkunjung. Tapi undangan itu tidak
dipenuhinya karena dia ingin berkunjung ke Pakistan
terlebih dahulu. Tapi setelah itu Abdus Salam pergi
juga ke India sekedar untuk bertemu dengan bekas guru
matematika di SD yang ketika itu masih hidup. Dengan
penuh hormat, dia kalungkan medali emas Nobel ke leher
sang mantan gurunya yang ikut mengantarkan dia menjadi
ahli fisika.
Merasa senang menjadi orang Pakistan, Abdus Salam
menolak dengan halus tawaran menjadi warganegara
Inggris dan Italia.
Abdus Salam percaya bahwa hanya ada satu daya saja
yang menggerakkan alam semesta, dan suatu ketika akan
terbukti bahwa daya-daya lainnya tak lain tak bukan
adalah daya yang tunggal itu.
Ketika ditanya apa yang mengilhami Abdus Salam
sehingga dia mendapat Hadiah Nobel, dia menjawab:
“Kalau kita harus memilih beberapa teori untuk
menjelaskan satu pengamatan realita yang sama, saya
memilih teori yang punya kelebihan estetika dan itulah
teori paling benar diantara yang benar.” Abdus Salam
terinspirasi Surat Malak yang berbunyi:
“Thou will see not in the creation of the All-merciful
any imperfection,
Return thy gaze; do you see any fissure?
Then return thy gaze again, and again,
And thy gaze comes back to thee dazzled and weary”.
@
Kalau itu kelakuan orang picik… ya namanya juga orang picik. Memilah dan memilih adalah bukan perilaku picik. Perilaku marah menyebabkan hilangnya kejernihan berpikir. Namun, dari semua cerita itu, terus terang, saya belum membaca sama sekali pembandingnya.
SukaSuka
haniifa said
Uraian yang mengagumkan sekaligus menunjukan kelemahan diri sendiri.
Siapa yang mengatakan “ORANG” Ahmadiyah sesat ?! (Demi Allah, yang sesat adalah ajarannya / aqidahnya… sekali lagi bukan personaliti-nya)
Sejujurnya saya sangat menghargai pemahaman yang berseberangan dengan Ahmadiyah…. baik dengan cara dialogis, dengan cara FPI, dengan “cara apapun”… saya yakin itu semua ujungnya adalah berkat ijin dari Allah subhanahu wa ta’ala yang meng-ilham-kan kedalam hati seseorang / sekumpulan orang.
Saudara @Yureka, Insya Allah saya tidak pernah secuilpun menganggap saudara sebagai manusia sesat…. (berjumpapun belum pernah) namun “komentar” saudara cenderung menyesatkan. Suka atau tidak suka… saudara sudah menumpahan seluruh isi pemikiran/pemahaman terhadap soal Ahmadiyah…. so begitu juga dengan saya. (adil bukan ?! 😀 )
Jika bentuk kontraproduktif Ahmadiyah :
1. Dengan cara dialogis seperti yang saudara lakukan ?! (Alhamdulillah… , Fardhu Kifayah dialogis sudah ada yang mejalankan sehingga kewajiban umat Islam seluruh Indonesia sudah terwakili )
2. Dengan cara FPI yang membawa “pentungan” menurut saudara ?! (Alhamdulillah… , Fardhu Kifayah dengan sedikit “JEWERAN” sudah ada yang menjalankan sehingga kewajiban umat Islam seluruh Indonesia sudah terwakili)
3. Dengan cara dialogis di dunia maya/blog antara saya dengan saudara adalah fardu ‘ain menurut pemahaman masing-masing bukan ?! (Sekali lagi pro-kontra antara komentar, kembali pada pengelola blog khususnya dan para pembaca umumnya… kita tidak bisa mengubah pemahaman orang lain kecuali dirinya sendiri )
Soal “Kyai” gegerkalong… Insya Allah, saya melihatnya beliau selama ini berceramah secara teori belaka dan pada kenyataannya mayoritas masyarakat kita memang demikian (lebih menyukai teori-teori dan sedikit pratek), kemudian Allah berkehendak menganugrahi satu istri tambahan… he.he.he. Saudara lihat mayoritas kaum wanita “bubar-jalan” khan ?! 😀
Dan yang lebih menyedihkan seluruh komponen penyokong beliau “Kyai” Gegerkalong turut bubar jalan…. Wooowww luar biasa saat Allah memberikan contoh nyata kehidupan, semua berbondong-bondong meninggalkan.
SukaSuka
haniifa said
Puji syukur Yaa… Allah
Saya diperkenankan olehMu mencari nafkah disuatu perusahaan…
Sehingga cukup untuk menghidupi anak-anak dan istriku….
Di tempat kerja terdiri dari bermacam-macam orang dan berbagai Agama, namun kami rukun dan saling nasehat-menasehati…
Berilah kemudahan olehMu Yaa… Allah, kepada para pengambil keputusan perusahaan sehingga kami turut merasakan kemudahanMu jua… ,Amin
Dari blog sederhana := http://haniifa.wordpress.com –::Haniifa::
SukaSuka
yureka said
adalah bisa ditarik garis merah terhadap apa yang terjadi antara penganut islam pentungan (baik pendukung fisik maupun non fisik) dengan….. jadi risau kalau memikirkan bagaimana umar bin khatab mati, bagaimana utsman bin affan mati, bagaimana Ali bin abi Thalib mati, dan bagaimana dengan tidak cukup satu dua “ulama2” yang dari sisi kabar adalah orang sholeh..
surat al mukmin :51
“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi ”
dimana Allah ?? mengapa mereka mati dengan situasi seperti yang banyak ditulis dalam sejarah ???
@
ini pertanyaan yang aneh, karena jelas sekali ayat ini menegasi sebuah transformasi perjalanan…. pada hari berdirinya saksi-saksi.
Jadi sejarah mana yang menanyakan dimana Allah, in konteks.
SukaSuka
agorsiloku said
Seperti pada komen nomor 1, mencap sesat atau tidak sesat adalah satu titik nilai terhadap yang hak dan yang batil. Dan saya mengambil pemahaman ini dalam konteks pemahaman saya. Tidak mungkin manusia membaca petunjuk dan menyatakan tidak ada benar dan pembenaran. Itu sudah jelas, mo ikut yang mana dan melakukan perlindungan dalam kelompok adalah sisi dimana pemahaman aksi dan reaksi.
Saya punya saudara yang juga sama MUI dinyatakan sesat. Dalam hubungan pribadi, sebagai anggota keluarga oke-oke saja. Tapi dalam soal perbedaan, kami jalan dengan jalan kami masing-masing.
Soal pentungan dan penilaian adalah sisi-sisi yang tidak bisa digeneralisir.
Sama dengan saya sangat tidak sependapat bahwa agama adalah persoalan privat.
(diskusi menarik, tapi yang penting saling menghormati), bagaimanapun juga manusia tidak bisa memberikan penilaian tentang beriman atau tidak seseorang dari permukaannya. Allah sudah mengingatkan hal ini.
Pula, kalau cari menang-menangan … jangan ya…
(eh nanti dilanjutkan… dipanggil komandan).
SukaSuka
haniifa said
he.he.he. 😀
dimana Allah ?? mengapa mereka “mati” dengan situasi seperti yang banyak ditulis dalam sejarah ???
Pertanyaan super.. oho.oho ??
Nehhh….
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman pada surah Al Baqarah 238-239.
[QS 2:238] “Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.”
{QS 2:239] “Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Bagaimana menurut @Yureka bila Umar bin Khatab
matisahid, bagaimana Utsman bin Affanmatisahid, bagaimana Ali bin abi Thalibmatisahid, sesungguhnya Allah berkehendak menjadikan contoh untuk manusia kemudian dan mengangkat mereka ke “SYURGA ADN” ?!SukaSuka
haniifa said
Tidak ada dan tidak perlu NOBEL atau NOVEL… tapi yang ada dan patut di syukuri adalah perjuangan Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w dan para sahabat-sahabatnya Abu Bakr, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin abi Thalib… berikut para suhada-suhada di berbagai peperangan.
Duhhh… kasihan yang meng-idolakan “Ali bin Abi Thalib”… idola kalian-kalian disebut “MATI”, sementara si Fulan yang kena serangan jantung disebut “MENINGGAL”.
Jelast… benang kusut 😛
SukaSuka
haniifa said
Jelasttt… eh belon… —::Toong ieu:: 😀
SukaSuka
lovepassword said
@Pak Guruku Raden Mas Haniifa : Kebesaran seseorang, kebesaran agama, kebesaran Tuhan atau apapun yang besar – rasanya tidak akan berubah jadi kecil hanya karena ada orang yang entah sengaja atau tidak sengaja membuatnya seolah kecil.
Santai saja Pak Guru, makan roti dulu, minum kopi dulu. Kalau sisa ya bagi-bagi ke aku. Pandanglah setiap kebesaran dengan pola pikir yang besar – gak perlu ngurusin hal-hal remeh temeh. Seperti sekedar bobot kalimat.
Belum tentu yang omongannya santun niatnya memuji. Belum tentu juga yang omongannya kasar blak-blakan niatnya menghina.
Saya kadang juga sering memaki-maki orang yang saya anggap pinter. Termasuk dikau lah. He he he .
kalau orang bodoh mah, nggak bakalan saya maki-maki – ntar minder kan kasihan. Kalau dia sakit hati mah malah nggak enak lagi. Kalau kamu tak maki-maki kan sudah biasa, iya kan ???
Namanya juga guru yang baek. Hi Hi Hi…-
SukaSuka
haniifa said
Lha… kalau tidak dibiasakan dari hal yang kecil-kecil, Gimana soal yang besar-besar… wong masalah kecil x sekian-sekian := masalah besar jua toch. ?!!
Butiran pasir kecil tapi kok bisa jadi gedung bertingkat yach
@Oom Lovepassword.
Kecilkah pertanyaan ini.
@Yureka: dimana Allah ?? **** siapa yang bisa jawab ****
a. Apa yang dimaksud lokasi keberadaanNya ?!
b. Apa yang dimaksud perananNya ?!
c. Apa yang dimaksud menyalahkan kehendakNya ?!
Woooww… riskan Oom
Paling vulgar menurut saya, jawabannya := “TANYA SENDIRI”
SukaSuka
haniifa said
Santai ahh… 😉
Tapi tolong respon pertanyaan @Yureka, komen No:14 ini:
@Yureka: dimana Allah ?? mengapa mereka mati dengan situasi seperti yang banyak ditulis dalam sejarah ???
SukaSuka
Menangkal Film Fitna 2 « Haniifa said
[…] Nyanyian “ketetapan” Sang bebek bertelur busuk […]
SukaSuka
lovepassword said
@Pak Guru : Hi Hi Hi tumben aku dipanggil Omm, biasane dipanggil anak TK, wis Oomm-omm yo isih TK terus. Nasib-Nasib.
dimana Allah ?? mengapa mereka mati dengan situasi seperti yang banyak ditulis dalam sejarah ???
Apakah itu pertanyaan kecil ???? Kalau yang ditanya saya itu jelas pertanyaan besar. Kalau untuk Allah sih saya rasa itu kecil.
—————-
Begini Pak Guru (serta Yureka), kalau nggak salah saya pernah berkomentar di blognya sobatmu itu si Daeng Fatah. Kalau nggak salah saat itu si kang Mas daeng itu membahas Tuhan siapa yang paling kejem?
Berapa umat Islam yang mati gara2 bencana alam, berapa umat Kristen yang mati, dsb. Aku lagi males cari linknya cari aja sendiri kalau mau. http://www.kemanusiaan.wordpress.com
Aku sempat berkomentar di blog itu bahwa kasus yang sama (yaitu dalam contohku adalah tsunami di Aceh) ternyata ditanggapi beragam oleh umat beragama :
Umat yang lebih bersifat Nasionalis menganggap tsunami itu adalah hukuman atas dosa orang Aceh yang nggak tahu diri atas kebaikan hati orang Indonesia.
Umat Islam tertentu yang menganggap rakyat Aceh sudah luntur nilai Islamnya (mulai ada pergaulan bebas, ada yang nggak berjilbab, dll) , ada yang berkomentar kalau tsunami itu hukuman Allah karena Aceh luntur nilai Islamnya tadi.
Ada lagi yang ngomong kalo itu hukuman Tuhan karena ada perayaan Natal di Aceh. Kalo saya ndak salah ingat memang tsunami itu pada bulan desember ya ? Ada juga yang bergosip kapal selam Amerika nyasar di kedalaman laut Aceh membuat gempa bumi, dan sejenisnya.
Umat Kristen tertentu – ada juga yang mempropaganda kalau itu hukuman Tuhan (tuhannya orang Kristen) kepada Aceh yang Islamnya kuat – sampesampe Aceh dijuluki Serambi mekah kan ???
Umat beragama yang lain lagi – ada yang bilang kalau tsunami itu adalah cobaan Tuhan yang layak dihargai, dihadapi dan diambil hikmahnya.
Allah tidak akan mencobai suatu kaum yang tidak mampu menghadapi cobaan itu. Jadi tsunami dianggap penghargaan Allah terhadap Aceh, karena Allah tahu kalau Aceh itu kuat menghadapi cobaan .
Umat yang lain lagi bilang ada rencana indah Tuhan yang tersembunyi atau ada rahmat dibalik derita,
buktinya : sekarang situasi di Aceh membaik, pembangunan mulai berjalan. GAM juga sudah rekonsiliasi dengan pemerintah Indonesia. Iya khan ???
Setiap orang bisa berpendapat. Pendapat mereka bisa jadi sangat bertolak belakang meski fakta yang mereka usung sebenarnya sama persis.
Jadi disini kita bisa sedikit belajar bahwa opini yang berbeda tidak selalu berasal dari data yang berbeda.
Karena latar belakang orang berbeda, pola pikirnya juga berbeda, maka pendapat yang keluar juga berbeda-beda.
Diantara sekian banyak pendapat itu Mana yang benar ??? Apa sih sebenarnya alasan Tuhan memberi tsunami untuk Aceh ???
Tentu saja tidak ada seorangpun yang tahu.
YANG Tahu pasti hanya Tuhan sendiri.
Kalau anda meminta saya menjawab Pertanyaan Yureka Pak Guru :
Dimana Allah ?? mengapa mereka mati dengan situasi seperti yang banyak ditulis dalam sejarah ???
Saya tentu akan menjawab dengan “mengira-ngira” sama seperti opini umat tentang tsunami di Aceh.
Allah melakukan sesuatu atau mengijinkan sesuatu terjadi tentu saja ada hikmah yang bisa dipetik oleh manusia.
Masalah hikmah saya rasa bukan sejenis makanan yang diloloh-lolohkan atau dipaksakan masuk ke kerongkongan manusia.
Dalam arti : Tidak semua manusia bisa mengambil hikmah dari suatu peristiwa(peristiwa apapun itu)yang sama – bahkan termasuk peristiwa besar yaitu wafatnya Sahabat-Sahabat Nabi.
Beruntunglah manusia yang bisa mengambil hikmah dalam setiap peristiwa, beruntunglah setiap manusia yang bisa belajar dari setiap peristiwa.
Tetapi hendaknya dengan keberuntungan itu kita juga bisa lebih berempati dengan orang yang lebih tidak beruntung.
Orang yang harus jatuh dari jurang dulu sebelum tahu kalau jatuh dari jurang itu sakit? Bukankah itu orang yang tidak beruntung.
Kalau anda atau kita semua merasa diri kita sebagai orang yang diberi hikmah, diberi hidayah, diberi pencerahan atau apapun namanya oleh Tuhan.
Sudah semestinya kita lebih bersyukur bukan ???
Sudah semestinya bukan jika kita lebih kasihan terhadap orang-orang yang dalam kacamata kita belum diberi pencerahan oleh Tuhan ???
Butiran Pasir kecil memang bisa membangun gedung bertingkat Pak Guru, tetapi untuk membangun gedung bertingkat tentu tidak bisa hanya memakai pasir saja.
OKE RAden MAS???
Hi Hi Hi AYo ngguyu,
rak sah sok serius ngono, kae kocomotomu sampe melorot ning irung. Hi Hi Hi
mengko ujung-ujungnya pasti ngedumel maca tulisanku.
Hi Hi Hi ….-
—————-
SALAM Semuanya….
SukaSuka
agorsiloku said
statement (komen No. 14 Mas Yureka) : dimana Allah ?? mengapa mereka mati dengan situasi seperti yang banyak ditulis dalam sejarah ???
@
agak nggak enak juga lho membahas seperti ini, seolah mempertanyakan “keadilan Allah”, sebuah pertanyaan yang sebenarnya saya sangat tidak berani berkomentar, karena saya meyakini sepenuhnya keadilan yang mahaKuasa tidaklah dapat dipahami sepenuhnya dalam konteks keadilan manusia. Namun, tentu bahwa kematian (yang syahid) jelas juga Allah memesankan bahwa sesungguhnya tidaklah mati, namun memperoleh rizki dari Tuhannya. Sebuah indikator bahwa ada transformasi nilai dari dunia saat ini ke dunia yang lebih berakar dan langgeng. Jelas pula mengamati kehidupan dalam catatan sejarah manusia sebagai akhir berbeda dalam cara pandang agama Islam yang justru menjadi kehidupan permulaan yang lebih langgeng. Jelas pula, agama Islam tidak mengamati titik nilai dalam cara pandang materialistik, tapi sebagai bagian dari perjalanan spiritual manusia.
Sedangkan kacamata sejarah, khususnya sejarah yang diberikan penilaian manusia adalah sepenuhnya persepsi kejadian yang diamati oleh para pelaku atau penulis generasi berikutnya. Di dalamnya penuh interpretasi (dalam bahasa lain : prasangkaan).
Salam
SukaSuka
lovepassword said
Sejarah memang penuh interpretasi. Tetapi jangankan sejarah, peristiwa yang terjadi di depan mata kita saja juga dipenuhi interpretasi macam-macam. Kalau Pak Guru bilang jawaban yang paling vulgar : Tanya Sendiri. Tanya sendiri sama Allah maksudmu ?? Ya itu justru benar.
Karena kita kan nggak tahu persis. Yang bisa kita lakukan hanyalah mereka-reka apa sih hikmah yang diberikan Allah pada peristiwa A, peristiwa B, C, dsb.
Karena Pak Guru bertanya ke saya, bukan bertanya kepada Allah. Maka dengan sebatas kemampuan saya, dengan segala kebodohan interpretasi saya Pak Guru, saya berusaha menjawab apa hikmah yang menurut saya bisa diambil dari peristiwa wafatnya Sahabat-sahabat Nabi. Sekali lagi ini opini saya jadi anda boleh setuju boleh tidak.
Masing-masing peristiwa tentu ada hikmahnya masing-masing.
Saya ambil contoh satu saja ya : Gugurnya Sahabat Nabi,
Usman bin Affan.
Kalau kita belajar Sejarah Islam, Pak Guru. Kita tahu bahwa pada masa kafilah Usman, kekuasaan Islam begitu luar biasa menyebar jauh sampe di berbagai penjuru dunia. Tetapi meskipun wilayah kekuasaan Islam jauh lebih besar ketimbang masa-masa sebelumnya – Nasib tentara Islam, nasib laskar-laskar Islam tidak menjadi lebih baik ketimbang Nasib mereka sebelumnya (setidaknya di mata sebagian tentara).
Ada pihak-pihak sejarahwan yang menyudutkan Khafilah Usman di sini, termasuk dengan isu pemberian jabatan yang tidak adil, nepotisme dan sebagainya. Tapi saya sendiri melihatnya seperti ini :
Khafilah Usman selaku orang yang punya kekuasaan yang sebegitu besar sebenarnya adalah orang yang sangat sederhana. Jadi menurut saya isu-isu penyelewengan kekuasaan yang diusung oleh sebagian orientalis maupun rekan-rekan dari Jaringan islam Liberal – menurutku tidak relevan. Lalu mengapa ada ketidakpuasan dikalangan tentara Usman sendiri ???
Salah satu alasannya adalah karena mereka tidak diberi cukup tanah, tidak diberi cukup harta benda pampasan perang. Lha harta benda, tanah, dsb itu diambil siapa ??? Ya tidak diambil siapa-siapa karena dikembalikan lagi sama yang punya.
Khafilah Usman dengan visinya yang tinggi dengan ketulusan hatinya berniat baik dengan mengembalikan harta, tanah, atau apa saja yang mestinya dalam kekuasaannya. Dia kembalikan kepada penduduk negeri yang telah dia kuasai. Dengan cara seperti itu mungkin Khafilah Usman ingin menunjukkan kalau Islam adalah agama yang toleran, agama yang baik, Rahmatan lil Alamin dsb.
Tetapi sayangya visi Usman ini tidak bisa dimengeri oleh sebagian tentaranya. Dalam bayangan pikiran sebagian tentaranya : Dulu Islam belum berkuasa seperti sekarang, okelah jika saya miskin. Saya rela berjuang bersama-sama. Tetapi sekarang Islam sudah berkuasa, masak saya tetap miskin terus. Masak saya menderita terus. Kalau khailah mau miskin itu urusan khafilah dong, dsb.
Gesekan demi gesekan internal akhirnya membesar. Sampai akhirnya kita tahu Usman gugur dibunuh oleh tentaranya sendiri yang kalau saya nggak salah ingat : Ya alasannya karena menuntut peningkatan kesejahteraan tetapi tidak dipenuhi oleh Khafilah Usman.
Dari kisah ini menurut saya ada hikmah yang mungkin bisa diambil (hikmah versi saya tentunya yang juga belum tentu benar) :
Pertama : Kita bisa melihat bahwa seringkali kejayaan, kekuasaan, dsb membuat manusia menjadi silau sehingga lupa akan visi dan misi semula. Tentara yang dulu miskin mau mati-matian berjuang saat Islam belum terlalu besar. Tetapi ketika Islam semakin besar, dan semakin besar – mereka mulai menuntut yang lebih besar lagi.
Kedua : Penyampaian komunikasi saya rasa juga penting. Sebaik apapun visi atau sebaik apapun hati anda. Jika tidak mampu ditangkap oleh pelaksana – maka yang terjadi adalah gap atau kesenjangan visi.Jadi menurut saya kalaupun kita punya ide-ide yang baik, kita merasa punya visi yang baik, persoalan belum selesai begitu saja karena kita harus mampu membuat agar visi dan misi kita itu diterjemahkan oleh pihak lain dengan terjemahan yang sesuai.
Saya rasa pendapat saya mekaten Pak Guru. Sebagai opini manusia tentu saja pendapat ini bisa salah. Jadi silakan untuk tidak percaya. Orang lain bisa anda atau Yureka tentu boleh punya pendapat yang lain lagi.
SALAM untuk PAK Guru RM Haniifa….
Salam juga untuk orang yang memberiku gelar Kloropil. Hi Hi Hi
SukaSuka
haniifa said
Gimana @Yureka,… Jelast !!
he.he.he soal kepintaran sudah barang tentu @Cah Handsome lebih pintar dariku, wong dia notabene murid tak sengaja… 😀
Tapi soal peng-amalan… eh sale… pangalaman biasanya para guru-guru lebih nyaho asam garam nyah…
Nahh… sekarang menurut @Yureka, siapa yang coleng mencoleng HAK ?! Guru atau Murid !!,…. Orang tua atau Anak !!
(Setahu saya yang bodoh !!!, Beragama ataupun tidak beragama tetaplah harus sopan santun terhadap orang tua/ orang yang dituakan… dalam artian sebelum dapat mengolah dan mengambil keputusan yang baik bagi dirinya)
Wasalam, Haniifa.
SukaSuka
yureka said
dalam kasus sesuai topik,…tetap maling hak, ndak usah banyak argumen lari ke masalah lain.
@
Duh saya belum nangkap benang merahnya : apa yang dimaksud dengan maling hak?, guru, murid?… pls deh, Oom Haniifa atau Pak Yureka atau Mas Yudhisidji atau Mas Zal mungkin bisa jelaskan. Tampaknya serius buanget masalahnya. Saya nggak nemu nih… 😦 , agor
SukaSuka
haniifa said
Kasus si Topik punya anak “Nakal” Gimana ?!
kemudian…
Anak Nakal-nya Si Topik mpunya anak nakal lagi, piye ?! 😀
SukaSuka
haniifa said
*** himbauan-himbuan 😀 *****
dak usah banyak argumen lari ke masalah lain.
Semua komentar @Yureka bukan Argumen…. sekali lagi BUKAN ARGUMEN… begitu juga soal NOBEL, bla..bla..bla soal PICIK, bla.bla.bla…. it’s NOTHING TULUS DECH !!
Sekali lagi “tidak-tidak” dan tidak meributkan “HAK ORANG” 😀
SukaSuka
haniifa said
Hai… @Cah Handsome aku alih profesi jadi tukang obat… 😀
SukaSuka
haniifa said
@Oom Agor
Maksudnya pokoke @Haniifa maling hak, (tidak ada tapi-tapian) kata yang dipertuan HAKIM agong @Yureka…
(hi.hi.hi… dalam hati lho… sejak kapan @Yureka menjadi HAKIM 😀 )
SukaSuka
haniifa said
Kacang-kacang… permen-permen… PREMAN-PREMAN 😀
Yang di pertoan HAKIM agong @Yureka berkicau di atas BUS:
Kacang-kacang… komentar kacangan 😀
Permen-permen… agurmen permen karet 😀
Pakde n Bude @Yureka… masih jualan kacang gituh 😛
SukaSuka
haniifa said
PREMAN-PREMAN… preman KEBO BULE
Nyanyian serak @Yureka, tertanggal :
1. Juli 16, 2008 pada 8:06 am…alias maling HAK.
2. Juli 16, 2008 pada 3:24 pm…sekarang ngaku jadi GURU
3. Juli 18, 2008 pada 8:25 am…sekarang jadi kordinator
4. Juli 18, 2008 pada 3:44 pm…jendral maling HAK
5. Juli 19, 2008 pada 1:14 pm…lari ke
Wahai kebo-bule banyak betul… jabatanku 😀
SukaSuka
lovepassword said
Wis rak popo malah tambah akeh to jabatanmu Pak Guru. Sudah jadi guru jadi Jenderal pula, Hi Hi Hi.
Lha aku, bar dai cah TK saiki diangkat dadi prada kloropil ??? Hi Hi Hi. Lumayan. Biar kloropil sing penting prada. He he he…-
SukaSuka
lovepassword said
@Duh saya belum nangkap benang merahnya : apa yang dimaksud dengan maling hak?, guru, murid?… pls deh, Oom Haniifa atau Pak Yureka atau Mas Yudhisidji atau Mas Zal mungkin bisa jelaskan. Tampaknya serius buanget masalahnya. Saya nggak nemu nih… 😦 ,
Hi Hi Hi, jan masrahi bingung ya ? OKe. benang merahnya sebenarnya begini :
Terkait dengan topik anda : menghakimi “kelompok lain”, masing-masing pihak membuat analogi.
RM Haniifa PG berkomentar : Kalau guru membuat jeweran kecil pada muridnya itu masih pantes.
Kemudian Yurika menanggapi Kalau guru pun juga nggak boleh menjewer murid karena dianggap Yurika maling Hak.
Lha aku Cah Ngganteng ini ngomentari : Kalau mau njewer ya oke lah tapi ya yang proporsional. Jangan njewer keras-keras nanti kupingku bisa copot. Mendingan ditiup saja kupingku biar geli dari pada dijewer keras-keras khan…-
Yah intinya sih itu saja MAS…He he he…-
Kalau yang lain-lain :
Semacam Jendral Maling Hak dan Prada Kloropil itu mah sekedar bumbu pawon saja, bumbu dapur saja. Hi Hi Hi….-
Mah…Mah, aku punya julukan keren lho : Prada kloropil.
Hidup tumbuh-tumbuhan : Yes !!!
@
oh itu toh… soal hak guru menjewer muridnya?, mungkin karena
gurunyamuridnya bandel dan analogi ini dipakai untuk menghancurkan/merusak dalam konteks sesuai topik. Agak susah juga saya memberikan catatan mengenai hal seperti ini. Namun, kalau boleh berpendapat (ikutan berpandangan). Mungkin kurang tepat permisalan ini, karena perbedaan posisi antara guru dan murid adalah pendidik dan peserta didik. Namun, ada inti-inti persoalan yang mungkin bisa dilihat lebih seksama : Seberapa intens dan kuat seorang beriman melawan hawa nafsunya, jangan karena kebencian pada satu kamu membuat bersikap aniaya atau tidak adil, sebaik-baiknya jihad adalah perkataan yang benar di hadapan pemerintahan yang zalim, …. perangilah jika mereka memerangi kamu,…. bersikap keraslah kepada mereka, …. jadikan agama Allah hanya untuk mensucikan namaNya, …. sehingga tidak ada lagi fitnah… (kurang lebih AQ dan hadis menjelaskannya begitu). Fungsi untuk menegakkan tauhid dan menyeru kepada kebenaran, dalam kesabaran, dan fanatisme fundamentalis yang kokoh dan kental adalah sisi yang harus menjadi bagian dari tanggung jawab seorang muslim. Tidak ada tawar menawar untuk hal ini.Namun, sekali lagi, jangan sampai bertindak karena kebencian dan tidak berkeadilan. Bersikap lemah lembut juga menjadi salah satu point penting dalam syiar agama. Kelak akan diminta pertanggungjawaban atas tindakan dan pilihan yang diambil. Allah dalam berbagai ayat menegasi hal ini. Sedangkan mengazab adalah hak Allah, bukan manusia.
Pilhan untuk “mentidakkan” hukum Allah pada manusia adalah persoalan berbeda.
Apakah “maling hak”, mengambil alih peran atau hak Allah dalam menghukum manusia lain yang berbeda golongan, kaum, atau keyakinan : Kita tentu dapat merenunginya, memikirkan apakah tindakan yang dilakukan mendapatkan ridhaNya. Apa alat ukurnya?
Dalam sejarah yang diceritakan AQ mengenai azab Allah, rasanya yang dapat saya pahami, azab Allah sangat keras dan dalam pernyataan Allah, saya tidak jumpai ada kata atau perintah untuk menyerahkan azab yang diturunkan kepada manusia, termasuk nabi sekalipun.
Banyak sisi yang memang perlu diperhatikan ummat Islam saat ini, selain karena kekuatan yang lemah (tidak punya cukup investasi dan senjata yang hebat dan menakutkan), juga diperangi dari sudut-sudut yang paling dasar, logika dan keberimanan. Pada situasi seperti ini, menjadi terpojok dan mudah diombang-ambingkan, mudah juga diadu-domba. Kadang dan kerap mudah pula hanyut oleh isu-isu yang sesungguhnya tidak esensial……
Yang lainnya, saya kira hanya sekedar angin yang lewat saja ya, tidak usah diambil hati….
SukaSuka
haniifa said
@Pakde Yureka
…………..
sebaik-baiknya jihad adalah perkataan yang benar di hadapan
pemerintahanKOMENTAR yang zalim, …. perangilah jika mereka memerangi kamu,…. bersikap keraslah kepada mereka, …. jadikan agama Allah hanya untuk mensucikan namaNya, …. sehingga tidak ada lagi fitnah… (kurang lebih AQ dan hadis menjelaskannya begitu). Fungsi untuk menegakkan tauhid dan menyeru kepada kebenaran, dalam kesabaran, dan fanatisme fundamentalis yang kokoh dan kental adalah sisi yang harus menjadi bagian dari tanggung jawab seorang muslim. Tidak ada tawar menawar untuk hal ini.Saudara ditopik yang lain begitu konsisten meneriakkan “MALING HAK”, demikian juga ditopik yang ini.
Bagaimana tindakan saudara jika sedang
diskusiberjalan… kemudian saudara diterakin “MALING” ?!Yang lainnya, saya kira semuanya “ambil hati” agar saudara sakit hati
@
😀
agor smiles
SukaSuka
Ucing said
Barang siapa memelihara dan memupuk Syahadatnya dengan Rukun dan Sunah Rasulullah SAW.
Maka ia akan memetik buah yang manis lagi banyak airnya, dari pohon surga di akhirat nanti.
SukaSuka
haniifa said
@Yureka
Kalau yang lain-lain :
Begitu juga dengan “BUMBU PAWONNYA” silahkan telan sendiri !!
SukaSuka
haniifa said
@Mas Ucing
Barang siapa memelihara dan memupuk Syahadatnya dengan Rukun dan Sunah Rasulullah SAW.
Maka ia akan memetik buah yang manis lagi banyak airnya, dari pohon surga di akhirat nanti.
Sepertinya saya sependapat dengan mas, memang memaafkan itu lebih baik
Namun sayang beliau lupa bahwa hanya Allah Yang Maha Pengampun, sedangkan saya manusia biasa… dan dengan arogannya beliau “menghukum” saya sebagai “maling hak”, kemudian bagaimana beliau bisa yakin bahwa saya bukan guru ex-honorer di sekolah desa 😀
Seharusnya beliau berfikir dunk… bagaimana mungkin saya hanya sekedar berteori belakan soal:
Belon pernah yach… merasakan repotnya mengakumulasikan dan merumuskan penilaian sehingga setiap soal mempunyai bobot nilai tersendiri, atawa menyiapkan materi pembelajaran dan seabrek tugas rutinitas lainya.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
yureka said
bapak agor, benar seperti re komen anda di no. 34.
banyak orang Islam yang pandai (bukan cerdas) tapi bersumbu sangat pendek. jadi beginilah. tetap tidak merubah keadaan.
seperti bapak agor. smiles.
@
ada berbagai karakter bangsa, mungkin seeh..
Nicaragua mudah terjadi perang, orang Madura menjaga harga diri dengan carok, (hanya contoh),
mungkin secara umum ummat beragama Islam lebih inferior sehingga dst. Kadang saya merasakan hal yang sama, bukan karena problem keyakinan, tapi karena memang yang lain lebih “menarik hati”
tapi saya bukan sosiolog.
SukaSuka
yureka said
Bapak agor, terhadap tanggapan bapak yg ini :
“ini pertanyaan yang aneh, karena jelas sekali ayat ini menegasi sebuah transformasi perjalanan…. pada hari berdirinya saksi-saksi”.
jelas sekali bukan sebuah transformasi perjalanan pada hari berdirinya saksi2 saja. Tapi juga semasa hidup di dunia.
surat al mukmin :51
“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi ”
ayat di atas jelas merupakan petunjuk yang berlaku universal.
Allah menolong rasul2 sudah jelas, paling tidak rasul2 yang disebut Allah tekstual dalam quran. sedang Allah menolong orang2 beriman, tentu menurut tolok ukur Allah sendiri, sehingga bagaimana manusia bisa mengklaim si itu mati syahid (belum ada pendapat orang bijak yg menganggap pemakaian kata “mati” utk manusia sebagai bahasa kasar.titik), atau si dia mati tidak syahid.
sangat layak Allah mengajarkan pada kita seperti dalam surat 47 ayat 19 :
“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”.
Allah menyuruh manusia memohonkan ampun untuk diri sendiri, dan ORANG MUKMIN LAIN laki dan perempuan. tidak mungkin bagi manusia untuk maling hak/otoritas Allah dengan mengatakan ya Allah ampunilah dosa yureka dan haniifa. karena manakala seorang mukmin berdoa memohonkan ampun untuk mukmin lain dengan segenap ketulusan MAKA mesin otomat Allah akan bekerja untuk memproses energi doa tsb tanpa ada kesalahan.
@
Dan pada hari berdirinya saksi-saksi, ini salah satu yang membuat saya menarik garis bahwa kehidupan dunia adalah transformasi menuju kehidupan kelak. Masa hidup didunia (yang semu dan penuh tipu daya ini) hanyalah jalan menuju kehidupan yang lebih langgeng di kampung akhirat. Karena alasan ini, saya memilih kata transformasi.
“Kami” menolong Rasul-rasul kami dan orang beriman, sepertinya demikian, saya juga memahaminya universal sampai pada saat berdirinya saksi-saksi di hari perhitungan. Jadi, dunia saat ini adalah bagian dari “dunia masa depan” atau akhirat.
Karena itu saya merasa aneh pertanyaan Mas Yud eh Yureka. Pada kapasitas Anda, pertanyaan ini sepertinya hanya pancingan saja 😀
SukaSuka
haniifa said
Allah berfirman dalam surah 45
______________________________
Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim. [QS 5:45]
ayat diatas jelas merupakan petunjuk yang berlaku universal.
Urgent !!
_________
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. [QS 4:86]
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
yureka said
Saya memahami ayat2 Allah sebagai program yang mempunyai keniscayaan yang mutlak. tidak mungkin manusia merelativisir kebenaran Hukum Allah. Tapi terhadap pemahaman/penafsiran yang sudah ada terhadap keberadaan hukum2 Allah apakah sudah mutlak ??? jelas tidak.
bagaimana dengan al anam 116 ??
“dan jika kamu menuruti KEBANYAKAN ORANG-ORANG yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain HANYALAH MENGIKUTI PERSANGKAAN belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.
menurut kita, apakah ayat ini sudah tidak berlaku lagi ??
ayat sebagai program tentu akan berjalan apa adanya, persis seperti klak klik komputer, program tidak akan “melawan” dari perintah klik kecuali mungkin ada eror.
laki2 baik untuk wanita baik, laki2 pezina untuk wanita pezina pula. itu sudah program. dan program Allah tidak akan pernah salah. kalau sekiranya kita menjumpai seorang laki2 yang “tampak mukmin” kemudian menikah dengan wanita yg jelas2 pezina, MAKA siapa yang lebih benar ??? ayat/program Allah, atau indera kita yg sangat lemah. sedangkan pada babak kehidupan selanjutnya, orang bisa bertobat dengan sungguh2, atau orang beriman bisa mengalami degradasi imannya. semua sangat mungkin.
@
Menurut agor, semua ayat-ayat Allah dalam AQ berlaku : ya.. begitulah… tergantung yang dijelaskan oleh AQ.
Namun, sekali lagi, kalau pembahasan penafsiran kemudian mutlak-mutlakan, ini menjadikan manusia mufasir absolut. Artinya ini mengambil alih peran/hak (atau apalah). Agama Islam bercirikan “membebaskan”. Panutannya adalah AQ sebagai prioritas utama yang menjadi titik utama setiap langkah. Baru berikutnya, berikutnya sampai ke pundak setiap muslim dalam syiar agama.
Kemampuan menafsirkan, oke kita pahami tidak mutlak dan Allah juga sudah menegasi hal ini kan, sekaligus juga kewajiban orang beriman untuk memisahkan yang hak dan yang batil.
Hukum Allah mutlak itu dipahami begitu. Ketika dipahami, itu menjadi relatif, sehingga akhirnya harus dipahami relatif juga. Itu menjadikan esensi AQ direlatifisir ke tataran keserbabolehan. Inikah yang diingatkan ummat Islam ketika berkomunikasi dengan kitab sucinya?. Saya kira sebagian besar ummat Islam sangat menjaga keutuhan dan keaslian serta juklak ini dari masa ke masa sehingga kita bisa menemui keindahan keserasian dalam segala jaman. Namun juga, hal ini jelas bukan hal yang disukai oleh sebagian manusia lainnya.
SukaSuka
haniifa said
bagaimana dengan al anam 116 ??
“dan jika kamu menuruti KEBANYAKAN ORANG-ORANG yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain HANYALAH MENGIKUTI PERSANGKAAN belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.
Demi Allah, orang yang bernickname @Haniifa memang ex-honorer GURU !!
SukaSuka
haniifa said
yureka Berkata:
Juli 21, 2008 pada 9:20 am
bagaimana dengan al anam 116 ??
“dan jika kamu menuruti KEBANYAKAN ORANG-ORANG yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain HANYALAH MENGIKUTI PERSANGKAAN belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.
menurut kita, apakah ayat ini sudah tidak berlaku lagi ??
yureka Berkata:
Juli 16, 2008 pada 8:06 am
@ momik..
ya itu tadi, kalau merasa sudah punya HAK menjewer. padahal nggak punya HAK, alias maling HAK.
—————————————————–
yureka Berkata:
Juli 16, 2008 pada 3:24 pm
he..he..he..
dari maling HAK sekarang ngaku jadi GURU
Jika perlu… Insya Allah, @Haniifa scan SK pengangkatan sebagai guru honorer !!
SukaSuka
yureka said
@haniifa..
saya minta maaf kepada mas haniifa. anda tidak perlu menscan sk guru mas haniifa. demi Allah juga saya percaya. pernyataan saya kalau anda ngaku jadi guru saya cabut. sekali lagi saya minta maaf. tentang pola pandang kita mengenai pentungan, kita tetap berbeda.
sungguh mas agor, renungkan surat 6:116.
saya mengajukan pertanyaan khususnya untuk mas agor, sumrambah ing sadayanipun (bila mas eko smg bilang)
umat Islam bila dihitung dari sejak nabi Muhammad mati, lebih cerdas mana dengan umat Islam yang selanjutnya sampai sekarang dan sampai berikutnya.
@
Pertanyaan ummat Islam dihitung sejak Nabi Muhammad, lebih cerdas mana dengan ummat berikutnya?.
Saya tidak bisa segera memberikan komentar atau jawaban. Apa yang dimaksud cerdas oleh Mas Yureka : IQ atau EQ atau SQ, cerdas matematika atau cerdas sosial, cerdas logis atau cerdas berpikir, cerdas berkomunikasi, cerdas memahami perintah Allah, cerdas bijak atau cerdas dusta. Arahnya masih terlalu banyak untuk diklasifikasi.
Namun, kalau dipahami cerdas sebagai generasi terbaik dalam kerangka ketaatan kepada Allah dan Rasulnya, maka sejumlah informasi petunjuk menjelaskan generasi cerdas terbaik adalah generasi terdahulu. Kalau memahami dalam pengertian, yang mendengar langsung belum tentu lebih mengerti juga telah diisyaratkan pada haji wa’da oleh Nabi Muhammad.
Kalau kecerdasan berdusta, he..he..he… AQ sudah begitu menjelaskan.
Namun, menarik juga ya untuk satu diskusi tersendiri tentang hal ini….
😀
SukaSuka
haniifa said
@yureka…
Alhamdulillah… soal guru Clear
Soal pola pandang kita mengenai pentungan, kita tetap berbeda.
Kami berdua sama-sama mengarjar pada MP yang sama, nama Pak xxBx…</b sedangkan teman seprofesi benama Pak xxDx… , Suatu ketika saya dipanggil dan disidang dalam permasalahan tindak kekerasan “pelemparan kapur tulis dan menampar pipi”… tentu saya kaget, dan baru memahami mengapa para guru-guru senior menatap saya dengan penuh kebencian dan cemoohan selama beberapa minggu. Singkat kata permasalahan clear setelah kami dipertemukan (rupanya anak didik kami… keponakan orang berkedudukan wahhh…). Sang pementung bukan saya melainkan sesama guru honorer yang biasa dipanggil “Pak xxDx”
Beberapa bulan kemudian… Alhamdulilah, saya mendapat secarik kertas penghargaan berupa pemberhentian dari kegiatan belajar-mengajar.
Bagaimana menurut @Yureka soal “Maling HAK” ?!
Wassalam, Haniifa.
@
Kalau begitu, boleh dunk agor panggil Ustad Haniifa ya 😀
SukaSuka
haniifa said
Mohon maaf, boleh percaya atau tidak.
Selama pengalaman mengajar… saya bukan guru teladan sehingga memarahi dan memberi tugas lebih kepada anak didik “yang nyeleneh” sering, tapi menggunakan “tindakan fisik”… Alhamdulillah, saya sadar sebagai seorang guru honorer belaka dan saya anggap cukup bila si anak segera menyadari kekeliruannya.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
haniifa said
Ustad Haniifa !!
Masak ada Ustad… tapi menyerahkan pengajaran “ngaji Al Qur’an” anak-anaknya sama ustadzah ?! (jadi malu neeehhh… :D)
@
soalne guru = ustad
guru honorer = ustad honorer
mantan guru = mantan ustad
betapa mudahnya menukar-nukar pengertian…
😀
SukaSuka
Jihad !!!!! « Ramboz’s Weblog said
[…] sepatu mengambil hak tuhan dalam hal ketinggian seseorang yang sudah […]
SukaSuka
haniifa said
Horee…mantan !! Ini baru… Ok.
Mantan honorer kere dirindukan mantan perwakilan Miss Universe dari Indonesia 😀
SukaSuka
yureka said
kalimat alhamdulillahi robbil alamin yang pernah diucapkan semua rasul termasuk muhammad, begitu pula Ibrahim yang disebut Allah sebagai uswatun hasanah, merupakan sebuah ajaran mulia untuk HANYA mengkultuskan Allah semata. di jaman sekarang kemana saja puji2an diarahkan ?? sadar atau tidak bias ini terasa membahayakan.
sebagian gerakan pentungan lahir karena bentuk pengkultusan. Ada dosa lahir, adapula dosa bathin.
SukaSuka
haniifa said
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. [QS 8:45]
Alhamdulillahi Robbil alamin := ada dua asma Allah.
1. Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Rabb as satu-satunya yang Maha Pencipta alam semesta ini.
Kesimpulan mengucapkan:
Alhamdulillahi Robbil alamin
Disadari atau tidak disadari SANGAT MENGUNTUNGKAN
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
yureka said
Saya suka juga dengan ayat yang dikutip haniifa. oleh sebab itu mari kita pentung SEMUA kelompok yang menistakan muhammad selaku nabi terakhir, juga kita ganyang SEMUA kelompok yang menganggap ada Tuhan selain Allah kita.
Allahu Akbar!!!!!!
SukaSuka
haniifa said
Subhanallah…
Saya tunggu hasil akhir yureka
yureka Berkata:
Juli 17, 2008 pada 8:36 am
Beberapa tahun silam saya mendatangi sekretariat ahmadiyah, berdiskusi panjang lebar, marathon sampai beberapa pertemuan, beberapa bulan. pada diskusi2 itu saya langsung dilayani oleh kepala ustad jateng pada saat itu. memang tidak ada titik temu, dan saya juga tidak mau naif untuk bisa mengubah keadaan.
Datangi lagi dunk….berdiskusi
Datangi lagi dunk….berdiskusi
Datangi lagi dunk….berdiskusi
Sampai mereka sadar akan kekeliruannya.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
haniifa said
Subhanallah…
Mari kita pentung sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Baca “Pentungan” saudara sendiri —::Click::
SukaSuka
haniifa said
@Yureka
Saudara perlu baca tulisan @Mba Ramboz, ini :
Hak kemurnian Syahadat di ambil oleh Gulam Ahmad… —::Click::
Terima kasih @Mba Ramboz, semoga tulisan mba-nya menambah wawasan kita semua, Amin.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
dana said
Menurut saya, risau dan merasa mengambil alih sekaligus. 😆
@
Risau ya… saya juga merasakan kok.
merasa mengambil alih… ah ini nggak kok, bukan merasa lagi… pada sebagian memang melakukan tindakan. Sayang tindakan yang dilakukan kemudian melanggar hukum (melakukan pengrusakkan). Semoga hal ini disadari kedua belah pihak.
SukaSuka
yureka said
@dana, anda benar…
memang risau…
memang mengambil (tanpa ijin, dan tdk mungkin ada ijin) hak
boleh jadi mirza mengambil (maling) hak syahadat
seperti juga banyak maling lain.
maling dibalas maling.
SukaSuka
haniifa said
he.he.he 😀
Jika saya punya SEPATU BERHAK kemudian diambil maling berbewok lebat….
Weleh…weleh… suatu ketika si “maling” bewok lengah, yach saya ambil lagi dunk… SEPATU BERHAK wong saya nyang beli 😀
Siapa maling ?!
SukaSuka
haniifa said
hu.hu.hu….
Gara-gara maling ayam buat makan si upik plush… adik beradik dibakar hidup-hidup….
Babi haram… tapi halal jika dalam keadaan terpaksa
(baca: dari pada mati kelaparan), bro ?!Maling “syahadatain” mah…. musti di pusti-pusti dan dibonusi oleh para pembela hak-hek-hok, bak raja maling 😛
SukaSuka
haniifa said
Sadist…sadist…sadistME ????
Menurut hukum Islam Maling := potong tangan (baca: bagian tangan ada kelingking, jari tengah… dll… trus sebelum proses juga ditanya sebab akibatnya khan)
————————————————————
Horeee…horeee..horeeSIAH
Menurut hukum saena-e udel…. bakar, gebugkin, ludah-in… tonjok sampai mampus…. hore…hore… api unggun berbahan bakar manusia…hore…hore… merderka… liberal….
———————————————————-
SIAPA YANG MALING HAK HIDUP ??
SukaSuka
haniifa said
Saya mau tanya sama yang ahlinya Fir’aun !!
Gimana @mas Zal, siapa yang mirip berperilaku FIR’AUN ?!
1. Melihat yang maling “ayam” dibakar hidup-hidup, dan berterak keras/halus membela kambing bewok gulam ahmad.
atau….
2. Sedikitnya ada rasa terernyuh… melihat ketidak adilan yang menimpa si maling ayam, dan keep meneng tindakan FPI pada antek-anteknya kambing bewok gulam ahmad.
SukaSuka
haniifa said
Saya mau tanya sama yang ahlinya Risau !!
Gimana @mas Dana, Mana yang merisaukan “Pembakar maling Ayam” atau “FPI mentungi Ahmadiyah” ?!
SukaSuka
haniifa said
Yang merasa risauuuuu….. karena keluar dari topik postingan :
“Risau ataukah Mengambil Alih Peranan Tuhan?”
Kelik ajah inih…—::neehh::, biar mengurangi rasa risau 😀
SukaSuka
madopolo said
@Agor
Saya melihat terjadi masalah yg umat Islam alami sekarang merupakan akibat dari suatu sebab. Sebab pertama adalah menentang ketentuan Allah pasca wafat Rasul. Jd apa yg kita buat sekarang hanya pasrah. Kita hanya bisa memperbaiki sedikit demi sedikit utk berusaha mencari Kebenaran. Apabila kita mengakui kebenaran tsbt maka setidak tidaknya kita mengurangi masalah yg dihadapi sekarang. Cuma yg saya lihat sekarang KEBENARAN telah dijagal. Dan setiap kita mau menunjukan KEBENARAN selalu diserang dgn kata2 yg menjijikan. Terserah kita sabar menghadapi kata2 yg menjijikan dan tetap mempertahankan KEBENARAN atau lari dari KEBENARAN. Wasalam
@
Mas Adopolo, terimakasih untuk catatannya. Mudah-mudahan semua rekan yang bersedia dan telah bersusah payah memberikan kontribusi berharga juga memperhatikan pesan ini.
😀
Tentu juga berpasrah sambil kalau bisa tegak pada kebenaran ya….
SukaSuka
madopolo said
Maaf teman2 saya blm kasih salam dan memperkenalkan diri:
Assalamualaikum W.W.
Saya hanya seorang musafir lalu yg lapar dan dahaga dan mampir ke sini utk melepaskan dahaga dan lapar. Wasalam
@
Wass. Mas Madopolo, terimakasih kesudiannya untuk berkunjung. Semoga memberikan warna dan bertukar sama dalam segala asa yang menyejukkan.
Wassalam, agor
SukaSuka
haniifa said
Sayah sedang mencari yang benar-benar betul tidak menjijikan disinih, gimanah mau bantu gituh ?!
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Tindakan melawan hukum adalah salah dan menjijikan bukan ?!
Gimana @mas Dana, Mana yang merisaukan “Pembakar maling Ayam” atau “FPI mentungi Ahmadiyah” ?!
Pembakar maling ayam := maen hakim sendiri (melawan hukum)
FPI mentungi Ahmadiyah := maen hakim sendiri (melawan hukum)
Coba menurut @Madopolo mana yang lebih “menjijikan” ?!
SukaSuka
Faubell said
Supaya lebih cair:
Yang ngaku2 mengambil Hak ALLAH disebut duKUN. Yang ngaku2 melihat masa depan disebut per-AMAL (amalnya bergerak seperti per, padahal per adalah induktor, akibatnya mendzalimi diri sendiri).
Sedikit pemahaman tentang al anam 116:
“dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang DI MUKA BUMI ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain HANYALAH MENGIKUTI PERSANGKAAN belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta.”
Posisi kesadaran DIRI manusia di dalam jiwa manakala menempel di muka bumi, bukankah dia terbatas dalam menangkap informasi terhadap apa yang terbaca oleh pandangan matanya (cakupan pandangan lebih sempit), akan jauh berbeda manakala posisi kesadaran DIRI bergerak menuju langit (ke atas) sehingga terbacakan suatu pemandangan yang lebih luas. Apa jadinya kalau seseorang berada di dalam hutan kemudian ditanya situasi sebuah tempat berjarak 1 km dari posisi dia sekarang, kalau dia SADAR maka dia bilang tidak tahu, kalau dia sok tahu, maka hanya PERSANGKAAN yang timbul. Lain halnya jika posisi dia berada pada ketinggian 5km di atas hutan itu, bukankah akan terlihat posisi di pemukaan bumi itu. Memang berat untuk bergerak menuju langit, karena adanya grafitasi bumi. Hanya Allah yang mampu memberikan kekuatan itu.
-salim-
@
😀
SukaSuka
haniifa said
Subhanallah…
SukaSuka
dana said
@ haniifa
Saya sarankan anda nanya ama Tuhan saja. 😛
@
Jelas yang dimaksud shalat istikharah ya Mas 😀
SukaSuka
truthseeker said
@Agor
Mending kt mundur dikit mas.
1. Boleh tidak berbeda penafsiran? dlm beragama?
2. Apakah ada kriteria valid (dr Allah & Rasul) ttg menyimpang dr agama?
3. Sebetulnya apa sih yg boleh dan tdk boleh kita lakukan, jika ada yg menyimpang dr agama?
4. Hak Allah apa saja yg sdh didelegasikan Allah kpd manusia?.
5. Kapan manusia dihukum dunia, kapan dihukum di akhirat? Apakah jk sdh dihukum di dunia mk lepas dr hukuman akhirat?
6. Jika hukuman di dunia sdh menggantikan hukuman di akhirat siapa yg menentukan hukuman di dunia tsb sdh setimpal atau tdk (kt spesifik bicara ttgmrk yg menurut kt “menyimpang”).
7. Jika hukuman di dunia tdk menggantikan hukuman akhirat, mk dimana letak keadilan bagi mrk yg mendapatkan keduanya (dunia & akhirat) dibandingkan dg yg hanya mendptkan hukuman akhirat saja?.
Sebetulnya masih antri banyak pertanyaan..
wassalam
@
ha…ha… ha… mas ini ada-ada saja. Saya kan bukan mufassir, malah dalam postingan tanggal 21 Juli itu, saya jelaskan saya ini nggak ngerti apa-apa. Jadi jelas, mas bertanya pada orang yang salah.
Jadi, jangan marah ya kalau saya mulai menjawab dengan cara yang salah dan jawaban yang ancur-ancuran.
Yang pertama : Soal penafsiran, sungguh deh saya juga bingung membedakan apa sih menafsirkan dan memahami. Apakah penafsiran itu bagian dari usaha memahami, menjelaskan, atau menyesuaikan dengan selera waktu. Apakah AQ menjelaskan bahwa kita tidak akan bisa mengerti isi AQ, apakah AQ mengajarkan kita untuk menafsir-nafsirkan? Apakah menafsirkan itu seperti mimpi Nabi Yusuf dan diterjemahkan (ditakwilkan)?. ataukah perbedaan itu (ikhtilaf) berbeda dari sisi variatif ataukah melahirkan kontradiksi?. Tentu kita sepakat daya memahami setiap orang berbeda dan Allah juga menegasi hal ini. Bukankah, jauh di relung hati, kita dapat memberikan penilaian terhadap “kebenaran”. Sebuah prosesi hati, dimana Allah menyampaikan pesanNya. Kata buku yang pernah saya baca, pemahaman eh penafsiran terbaik katanya dari AQ kepada AQ, dari ayat kepada ayat…. boleh jadi juga kepada struktur (an nadhm), pola, model atau apa deh.. mungkin yang disebut uslub atau style atau retorikanya atau apa ya, mungkin ke pada matematika AQ.
Dalam keseluruhan, saya mengambil garis pemahaman kebebasan dan kemerdekaan nurani. Kalau kontradiksi dari berbagai cara memahami itu melahirkan kesimpulan yang menimbulkan keterkekangan pada sikap-sikap hidup, saya — terus terang mengabaikannya — tapi kalau semakin memperkuat keimanan dan keridlaan Allah, memperbaiki hubungan antar manusia, maka saya berusaha (kalau lagi sadar 😀 ) mengikuti pesan tersebut. Pendekatan ini sebagai bagian dari usaha : berserah diri hanya kepada Allah dan tidak berputus asa pada rahmatNya (meski jujur saya sangat super jauh dari ini, namun keinginan untuk menggapai hal ini selalu ada).
Contoh paling ekstrim adalah : kewajiban menyumbang pada imam. Jelas tidak ada kok petunjuknya. Kita beramal, ya sama anak yatim dan kaum duafa. Tuntutan seperti ini, jelas tidak membebaskan atau memerdekakan. Soal apakah dimanajemeni (seperti Bank Islam) atau tebar hewan Qurban, ini adalah persoalan teknis manajerial. Esensinya tetap pada sikap dan niat.
Yang kedua, Kriteria valid tentang menyimpang dari agama?. Wah Mas ini ada-ada saja. Saya nggak tahu juga, tapi usaha untuk mengagungkan namaNya, tidak menyembah apapun selainNya, meyakini kebenaran janjiNya itu saja yang saya ingin bisa jalankan. Dalam hubungan dengan sesama manusia, saya kira penjelasan dari yang sudah kita pelajari bersama lebih dari cukup ya… 😀
Jika ada perbedaan perbedaan yang memang selalu ada, lebih baik kita tanya ahlinya saja. Saya jelas tidak memiliki kompetensi sama sekali…..
Yang ketiga, menurut AQ yang saya pahami, ya kita nggak usahlah mengada-adakan (dusta) atas namaNya, yang tidak ada petunjukNya atau tentu saja juga pada sumber hukum kedua, dijelaskan Junjungan.
Yang keempat, yang didelegasikan?. Waduh… apa ya?, tanya kyai deh. Memakmurkan dunia, menyampaikan risalah Allah yang telah diturunkan kepada RasulNya, juga memikul amanat yang telah diterima manusia. Amanatnya, ya itu deh… yang ada di AQ berikut resiko dan pahalanya.
Yang kelima sampai tujuh : Kapan manusia dihukum di dunia, di akhirat, apakah setelah dunia, lepas dari hukuman akhirat. Wah saya tidak tahu, para sufi jauh lebih memahami hal ini. Saya malah harus bertanya lagi ke orang-orang yang lebih mengerti. Saya hanya terkesan dengan hadis (lupa sumbernya, semoga saja sahih) : Tiada sakit dari orang beriman, kecuali Allah mengampuni sebagian dosanya (yah kurang lebih seperti itu bunyinya). Saya kira, hukuman dunia dan akhirat harus dipandang dalam satu kesatuan proses. Tidak dunia saja, tidak akhirat saja.
Dari segalanya, tentu kita sadari Allah maha pengampun, yang limpahan ampunanNya tidaklah kita punya kuasa mengukur…..
Lagi, pertanyaan Mas kok aneh, seperti KPK tanya Pak Hidup dari Kejaksaan itu, pura-pura tanya padahal semua jawaban sudah di tangan !. 😀
akhirnya, tolong koreksi dan rapihkan. manusia tempatnya salah dan lupa.
SukaSuka
haniifa said
hua.ha.ha. 😀
Nyang keliatan cuma gambar dengkul-mu kui @Dana
Saya sarankan dengkul-mu, nggak budokan… eh sale… budukan 8)
SukaSuka
haniifa said
hi.hi.hi
Nyang ngirim bahasa planet, aku do’aken smoga waktu makan SOP kaki kambing, dapet dengkul kambing yang budukan 😀
SukaSuka
madopolo said
@Haniifa
Anda BENAR setiap yg melanggar hukum adalah menjijikan apalagi melanggar hukum Allah dan Rasul.
@Truthseeker @ Agor
Utk pertanyaan mas truthseeker dan jawaban mas Agor saya mengambil kesimpulan bahwa kita semua masih bodoh, awam dan kurang mengerti maksud Alqur’an atau hikmahnya. Jd menurut saya kita membutuhkan seseorang yg Allah telah JAMIN KESUCIANNYA yakni MAKSUM. Karena mereka saja yg dpt menjamin kesahihan tafsir AQ dan Sunah Rasul. Krn mereka yg tdk maksum msh dipengaruhi oleh KEAKUANYA. Wasalam
@
Tentu semakin pintar dan sholeh, tentunya akan semakin dapat menjelaskan isinya. Namun, sama sekali saya tidak sampai pada kesimpulan bahwa harus ada seseorang yang telah Allah jamin kesuciannya untuk memahami Al Qur’an. Keberadaan mereka (kalaulah masih ada di muka bumi ini), yang mampu terbebas dari hawa nafsunya, yang mampu menjelaskan dengan memuaskan tentu diharapkan oleh semua ya. Namun, dalam pikiran yang saya lontarkan ke Mas Truthseeker juga disertai dengan catatan adanya kemerdekaan dan kebebasan seorang manusia dalam berhubungan dengan Allah atau menerima hidayahNya.
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Alhamdulillah…
Terima kasih sudah diingatkan…
Insya Allah… saya akan menjaga kesucian (maksum) dari hadats setiap akan melaksanakan Shalat.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
dana said
@ haniifa
😆
SukaSuka
haniifa said
@ Dana
Gambar sayah bagus yach…
Nggak ada dengkul nyah… he.he.he. 😀
SukaSuka
haniifa said
hantuuuu…. hiiiyyyyyy… hantu kaki buduq berubah jadi “bleki hitam”… eh. sale “blek hitam” (baca: kotak hitam) 8)
hiyyyyy…. —::blek::
SukaSuka
haniifa said
hua.ha.ha 😀
Hantu dengku… nongol lagih…
(baca: udah sembuh dari dengkul buduk nyah hiiyyyy.)
SukaSuka
madopolo said
@Agor
Memang orang yg seperti kita maksudkan tdk ada lagi tp buah pikiran serta tulisan2 mereka banyak dan dapat kita pakai sebagai tolak ukur pemikiran. Setidak-tidaknya kita mendekati kpd kebenaran. Dan apabila tdk maka Allah Maha Pengampun. Krn kita sdh berusaha mencari KEBENARAN dgn bertitik tolak kepada mereka2 yg Allah perintahkan utk mengikutinya. Wasalam
SukaSuka
haniifa said
Berusaha mencari “kebenaran” ?!
Gampang dunk… 😀 , pisahkan dulu ke-“benar”-an menjadi “BENAR”
so…. Ketemu yang “Benar”
SukaSuka
madopolo said
@Kaniifa
Untuk memisahkan GAMPANG amat. tapi mencari yg salah susah. Akhirnya yg didapat SALAH=BENAR. Munafik=Shiddiq
Jujur=bohong Nabi=Tukang Sihir
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Kebenaran saya besuci dulu kemudian jadi imam shalat berjamaah
atau…
Benar saya bersuci dulu kemudian jadi imam shalat berjamaah
Gampang khan ?!
Masak jadi bohong 😀
SukaSuka
haniifa said
@Mad o polo
Menurut saudara :
@Kaniifa
Untuk memisahkan GAMPANG amat. tapi mencari yg salah susah. Akhirnya yg didapat SALAH=BENAR. Munafik=Shiddiq
Kebenaran saya bersuci dulu baru shalat
maka..
Salah saya bersuci dulu baru shalat
Polo… ahhh 😀
SukaSuka
haniifa said
Pake polo atuh… 😛
@Kaniifa != @Haniifa
SukaSuka
haniifa said
“Benar” IMAM-nya manusia adalah Nabi Ibrahim a.s
“Kebenaran” saya menjadi imam shalat di mushola, mengikuti
mazhab yang contohkansunah Nabi Muhammad s.a.wGampang khan ?! 😀
SukaSuka
madopolo said
@Haniifa
Maaf salah ngetik. Krn blm bs membedakan H dan K di Keyboard
Ingin saya katakan bahwa IMAM dlm bersembahyang TIDAk sama dgn IMAM yg saya maksudkan seperti Firman Allah untuk Nabi Ibrahim. Imam yg saya maksudkan sesuai apa yg disabda Rasul.
SUCI bukan mensucikan dg air. Tapi PENSUCIAN yg dilaksanakan oleh Allah. Yg anda laksanakan sblm sembahyang namanya WUDHU bukan TATHIRA. Wasalam
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Soal salah ketik mungkin saya yang lebih banyak salah ketik… 😀
Titik persoalnya, adalah saya mengambil secuil kata-kata dari Al Qur’an dilatinkan menjadi “haniifa” kalau dibaca/ditulis “haniif”, Insya Allah saya tidak keberatan karena arti harafiahnya tidak berubah. Maksudnya begini, jika ditulis hanifah maka menurut saya berbeda sama sekali… mulai dari penulisan hingga ke arti “harafiah”… yaitu bisa berarti Ulama kesohor “Abu Hanifah”…. atau bisa jadi kata “hanifah” adalah asal kata dari “Persia” yang berarti “tinta hitam”.
Mudah-mudahan @Mas Madopolo sudi memaklumi nuansa keengganan saya soal nick name tersebut.
Mengenai Wudhu bukan Tathira, mohon maaf saya hanya memamahi dari Al Qur’an surah Al Maa’idah ayat 6
—————————————
[QS 5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Mohon maaf @Mas Modopolo, saya hanya bisa memahami itu saja… jika ada yang mendefinisikan sebagai Wudu, Bersuci, Abdest atau Wazu… saya tidak ada masalah dengan itu, begitu juga jika mas mengatakan WUDHU bukan TATHIRA.
Soal definisi diatas bekaitan juga mengenai “IMAM” :
—————————————————-
[QS 2:124] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim”.
Sekali lagi mohon maaf @Mas Madolopo, jika ada yang mendefinisikan lain… saya hanya bisa memamahami itu. Dalam artian Apakah yang dimaksud Nabi Ibrahim a.s adalah Imam-nya Profesor, “Imam shalat saja”, atau …. kenapa bukan Nabi Muhammad s.a.w…. sungguh saya tidak tahu.
Insya Allah, yang saya tahu tatacara beribadah Nabi Muhammad s.a.w… semuanya seragam mengikuti tatacara Rasulullah pendahulunya…. seperti tawaf, rukuk… dll. Jadi memang benar-benar betul bahwa Nabi Ibrahim a.s sebagai Imamnya manusia… termasuk IMAM SHALAT, Imam-nya berhaji, Imam-nya berbuat baik, Imam-nya Agama yang lurus dari Allah subhanahu wa ta’ala… dsb.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
madopolo said
@Haniif
Seperti pd posting yg lain. Dimana jg saya minta maaf. Tp saya berprinsip bahwa dlm diskusi wajar saja saling berseberangan. Maka anda tdk bersalah, jd nda usah minta maaf deh. Saya jd repot nanti mas.
Saya ingin jelaskan lagi mengenai SUCI=Tathira mungkin mas bs baca di QS 33:33
Dan arti sebenarnya IMAM yg saya maksudkan akan saya sampaikan beberapa ayat dan Hadis Rasul pd kesempatan lain. Krn saya lupa ayat dan Hadisnya. Insya Allah. Demikian bisa menambah ilmu kita.Amin. Wasalam
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
[QS 33:33] dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Jika @Mas Madopolo berpendapat Ali bin Abi Talib := Ahlul bait, maka saya @Haniifa 100% setuju sekali.
Namun seperti yang mas katakan, rupanya saya juga lupa haditsnya… karena kita sama-sama tidak tahu, alangkah baiknya saya mohon penjelasan mengenai kata ahlul bait menurut @Mas Madopolo ?!
Insya Allah, dengan pengetahuan kita yang serba sedikit ini mudah-mudahan nilai 100% saya minimal sebanding dengan nilai 100% @Mas Madopolo.
Ini hanya sebagai perbandingan saja yach mas,…
Menurut saya Rp. 1 juta, luar biasa besarnya… namun menurut sebagian orang tiada arti apa-apa atau dengan kata lain Rp 1 Milyard baru luar biasa. Jadi yang saya maksud 100% kita sebanding adalah kualitas ke luar biasa bukan jumlah uang.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
———————————–
[QS 33:33] dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Saya @Haniifa berpendapat bahwa sesungguhnya :
Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w := Ahlul bait.
Khadijah istri Rasulullah := Ahlul bait.
Putra-putri Rasulullah := Ahlul bait.
Abu Bakar as Sidiq = Ahlul bait.
Umar bin Khattab = Ahlul bait.
Utsman bin Affan = Ahlul bait.
Ali bin Abi Thalib = Ahlul bait.
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
—————————————————————————————————————————
[QS 28:12] dan Kami cegah ‘alaihi (Musa) dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”.
Saya @Haniifa berpendapat bahwa sesungguhnya :
Rasulullah Nabi Daud a.s := Ahlul bait.
Rasulullah Nabi Musa a.s := Ahlul bait.
Rasulullah Nabi Isa a.s := Ahlul bait.
Wassalam, Haniifa.
@
Pembahasan mengenai ahlul bait dan masalah kepemimpinan dalam Islam sepeninggal Nabi, sepertinya (dalam pemahaman) saya penuh dengan intrik, penuh dengan kepentingan-kepentingan kekuasaan dan kepentingan-kepentingan golongan.
Dalam blog ini, kadang saya ingin membahasnya, tetapi juga harus diakui, pengetahuan tentang hal ini begitu terbatas dan kadang, menimbulkan kengerian tersendiri.
Jadi, saya cenderung tidak membahasnya karena saya tidak merasa dapat arif dalam memberikan pandangan.
SukaSuka
haniifa said
اهل البيت ويطهركم تطهيرا
Ahlal baiti wa yuthahhirakum tath-hiiraa
n?! 😀Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Saya ingin jelaskan lagi mengenai SUCI=Tathira mungkin mas bs baca di QS 33:33
Untuk sekali ini saja, saya mohon maaf @Mas Madopolo…. sepertinya berulang kali saya Al Qur’an surah 33 ayat 33… ternyata tetap saya yang bodoh ini tidak menemukan tulisan “Tathira”… mungkin kalau yang mas maksud “Tath hira“, Insya Allah, agak mirip dengan “Tath hiiraa” di akhir ayat [QS 33:33]
Jadi saya sungguh bingung merelasikan SUCI=Tahira –> [QS 33:33] ?! (mohon koreksi… pada komentar saya no:94 atau diatas ini)
@Mas Agorsiloku
Mohon maaf mas, saya hanya menjawab dan mengikuti saran @Mas Madopolo saja. Trim’s berat atas kebijaksanaanya.
Wassalam, Haniifa.
@
Trims Mas Haniif, perselisihan pemahaman ahlul bait, imam Ali dan generasi selanjutnya dalam sejarah Islam cukup menggiriskan hati. Yang diperdebatkan (didiskusikan) adalah hadis-hadis nabi yang semuanya sah untuk memenangkan dan membenarkan terlahirnya golongan-golongan dalam perjalanan panjang ummat beragama Islam. Setiap hadits akan bertemu lagi dengan hadis lainnya dengan fungsi yang sama. Sebentar lagi akan masuk wilayah Sunni dan Syiah, sekejap lagi akan masuk membahas kemuliaan imam ali, abu bakar. Sebentar lagi akan masuk ke kekhalifahan dan imamamah, kemaksuman dan … dan… ujung-ujungnya tidak akan ada titik temu. Karena masing-masing akan mengaku sebagai orang yang paling berpegang pada buhul yang paling kuat.
Nanti akan disinggung pula Akhbariah atau mungkin mutazilah atau aliran-aliran yang harus diakui yang mau tidak mau menjadi bagian sejarah yang begitu sulit ditutup dalam sejarah peradaban Islam.
Kita sudah tahu kedua hal sumber dan analisis-analisisnya yang kadang begitu mendalam, luas, dan dalam, namun… ya… seperti menjadi tidak habis-habisnya. Blog ini tidak akan menampung, biar secuil pemahaman yang sudah mendarah daging ratusan tahun yang lampau… 🙂
Semoga Mas Madopolo maupun Mas Haniifa dan rekan lain dalam mazhab eh golongan eh kaum atau apa gitu tidak terlalu dalam membahas ini. Dalam bahasa politiknya, terlalu sensi dan sudah kerap dibahas gitu… 😀
SukaSuka
madopolo said
@Haniif
Betul mas Haniif apalagi klu dibaca hadis2 Shahih Tsaqalain dan hadis GHUM beratus ratus perawi Hadis merawikan. Mas Haniif bs baca dlm buku Antologi Islam terbitan Al Huda. yg akan jelaskan sesuai keinginan mas siapa Ahlulbait dan siapa pemimpin setelah Rasul:
Ahlulbait menurut QS 33: 33 dijelaskan Rasul dlm Hadisnya
1.Yg dimaksud Ahlulbait yg diriwayatkan Siti Aisyah dlm Shahih Muslim bab Keutamaan Sahabat bgn keutamaan Ahlulbait Nabi Muhammad SAW edisi 1980 terbitan Saudi versi Arab jilid IV hal. 1883 hadis ke 61
2.Dari Ummu Salmah diriwayatkan oleh Tarmudzi dlm Shahihnya jilid V hal.351, 663; Mustadrak Hakim jilid II hal 416
Dan masih banyak lagi. Semua perawi Hadis Suny membatasi Ahlulbait
hanya pada: Imam Ali b. Abi Thalib; Sayidah Fatimah binti Rasul; Imam Hasan b. Ali b. Abi Thalib dan Imam Husain b. Ali b. Abi Thalib
Sedangkan kepemimpinan setelah Rasul adalah Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain kemudian Itrahti Ahlulbait yg 9 berdasarkan Hadis Rasul: SEPENINGGALKU AGAR KAMU TDK SESAT BERPEGANG KAMU PADA ALQUR’AN DAN ITRAHTI AHLULBAIT.
Ini semua terdapat dlm semua buku Hadis Suny: Tarmudzi, Muslim, Ahmad Hambal Ibnu Katsir dll
Di khaidir ghum telah ditunjuk Imam Ali:
1. Ahmad b. Hambal, Al Musnad vol V hal 181
2. At-Tarmudzi As-Shahih Vol.V hal 328
3. Al Kakim, As Syayuti dll
SukaSuka
haniifa said
@Madopolo
Betul mas, saya juga periksa di Al Qur’an [QS 2:124], [QS 16:120], [QS 25:74] dan berikut doa beliau
[QS 2:124] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim”.
[QS 16:120] Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),
[QS 25:74] Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Dan ternyata do’a Nabi Ibrahim a.s di kabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
1. Nabi Ibrahim a.s + Sarah := Ahlul bait di Palestina
2. Nabi Ibrahim a.s + Hajar := Ahlul bait di Mekkah
Rasanya semua umat islam, Shalat menghadap Ka’bah begitu juga menunaikan ibadah Haji.
Bukti secara tertulis wahyu Allah berupa Al Qur’an… cukup jelas buat saya.
Bukti ibadah shalat umat Islam seluruh dunia menghadap Ka’bah (Rumah ibadah Nabi Ibrahim a.s bersama putranya Nabi Ismail a.s, di Makkah… Kerajaan Saudi Arabia)… cukup jelas buat saya.
Masa saya harus menukarkan kejelasan Al Qur’an yang saya baca tiap Shalat… dengan yang lain ?!
Wassalam, Haniifa.
SukaSuka
madopolo said
@Agor
Terima kasih atas nasehat dan sarannya. Sebenarnya saya jg tdk mau memunculkan masalah ini. Hanya ada yg bertanya maka kita yg tau wajar memberi tahukan. Hanya sayang krn ketakutan maka hilanglah kebenaran. Wasalam
SukaSuka