Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Iklan Kompas Untuk Rakyat Indonesia Yang Bodoh.

Posted by agorsiloku pada Januari 18, 2008

Saya membaca pelan-pelan iklan advertorial Kompas 7 Januari 2008 mengenai pemicu semburan lumpur yang menunjukkan fenomena mud vulcano. Dengan bahasa santun dan ditata apik, menjelaskan bahwa kejadian semburan liar yang terjadi itu benar-benar musibah yang dipicu  oleh gempa tektonik yang melanda Yogya dan sekitarnya. Kesungguhan Lapindo untuk membantu korban untuk pekerjaan tanpa (belum ada) hasilnya menunjukkan tanggung jawab korporasi terhadap musibah ini. Dari awal, saya memang sudah menduga, Lapindo sangat bertanggung jawab dan penuh perhatian pada korban lumpur lapindo. Seperti iklan advertorial itu, berdasarkan peta musibah yang dibuat Maret 2007 maka Sang penyelamat melindungi rakyat Lapindo dari ketidakbecusan Pemerintah Indonesia menyelamatkan korban lumpur.

Iklan Korporasi.

Iklan korporasi ini berusaha menutupi dan mengalihkan perhatian masyarakat yang memang gampang dialihkan, berusaha menutupinya dengan melemparkan persoalan kepada historis yang lain dan menunjukkan kearifan sebuah usaha. Beberapa nama beken dan ilmuwan turut dijual untuk meyakinkan masyarakat dan nanti pengadilan sampai ke PK (peninjauan kembali) agar Lapindo dibebaskan dari segala ulahnya yang menimbulkan bencana tak berkeputusan. Saya bukan ilmuwan dari ITB itu. Tapi, kalau saya jadi dia. Tentu saya akan membuat surat protes dan menuntut atas kejahatan intelektual dari Lapindo yang telah menimbulkan tragedi yang sampai saat ini tak/belum bisa diatasi.

Kompas yang bermisikan “Amanat Hati Nurani Rakyat” juga begitu teganya mengeruk keuntungan dari sebuah iklan yang jelas-jelas juga menyimpang dari misi kompas. Apakah demi sedikit uang untuk Kompas yang sudah jelas kaya dan makmur itu, maka Kompas mau memasang iklan pembelaan demikian. Padahal, di masa sebelumnya, jelas pula wartawan Kompas cukup kredibel untuk memberitakan sebab awal yang menjadi pemicu semburan lumpur itu.

One, the earthquake wasn’t big enough and was too far away,” Dan melalui iklan rinso cuci tangan dan pura-pura arif, berusaha menyelamatkan muka dan seterusnya dan seterusnya. Padahal, jangan ditanya lagi menjelang tahun ketiga ini, korban lumpur lapindo sampai sekarang berkutat dengan 20%, terusir, dan statusnya masih banyak yang tinggal di lingkungan yang tak selayaknya. Pemerintah tampaknya begitu ikhlas melihat korban semburan lumpur itu. Keikhlasan itu begitu ditampakkan oleh negeri yang sedang kekurangan bahan baku untuk membuat tempe, sedang antri minyak tanah, ataupun perlu impor garam.

Bagaimanapun, saya juga ingin mengucapkan selamat kepada Prof. Dr. Asikin, Geolog ITB yang telah ikut dipopulerkan melalui iklan tersebut. Saya seeh cuma bisa percaya saja bahwa itu memang gejala Mud Vukano alias gunung lumpur. Bukankah daerah itu seperti di Kec. Gunung Anyar (Kota Surabaya) juga terjadi. Namun, jangan pula diingkari kejadian yang menjadi pemicu dan kecerobohan yang terjadi dalam teknis pengeboran yang menyebabkan terjadinya semburan liar ini. Kalau ini diingkari dan kesalahan dibebankan oleh potensi semburan berindikasi gunung lumpur ini, maka kita sedang menjual pengetahuan untuk kepentingan jangka pendek.

Bagaimanapun juga, terasa bahwa upaya cuci kesalahan teknis, padahal banyak ahli mengakui memang pelaksanaan pemboran itu tidak memenuhi syarat pelaksanaan.

Duh… dimana letak akal sehat dan hati nurani dan…dan… kejujuran !?.

7 Tanggapan to “Iklan Kompas Untuk Rakyat Indonesia Yang Bodoh.”

  1. Aku sih lebih suka Jawa Pos ketimbang Kompas. 🙂

    @
    Jawa Pos atau Kompas memang terkadang topik-topiknya dalam beberapa hal, Jawa Pos yang dikomandani Mr. Dahlan ini memang memberikan warna baru dalam dunia pers Indonesia, berbeda dengan kestabilan Kompas; Jawa Pos lebih ngepop.
    Ada dua sisi-sisi yang berbeda. Jawa Pos juga gemar sekali memuat tulisan Utan Kayu.. 😀 Dari sisi marketing, kelihatannya Jawa Pos jauh lebih unggul dari Kompas. Keduanya sudah menasional dan Jawa Pos memiliki variasi Radar yang daya sebarnya cukup luas. Iklan di Jawa Pos juga (nasional) lebih mahal dari Kompas.

    Suka

  2. Tonas said

    Kalau yang berbicara “UANG” dan “KEKUASAAN” maka segala Informasi dan berita ( di Semua Media ) bisa di”pelintir” dan masalah “keadilan” dan “kejujuran” menjadi pertimbangan yang paling akhir. Toh yang menjadi “korban” bukan KELUARGA MAUPUN FAMILI SAYA Toh…??? ngapain Pusing-pusing amat membantu mereka…??? Toh yang TIDAK berpegang “KOMITMENT” di Negeri Ini khan Banyak…???

    @
    keadilan… kejujuran… ini dalam dunia yang penuh dengan pandangan materialistik sebagai salah satu ciri utama untuk sukses berada pada prioritas terakhir. Keberhasilan tidak diukur dari berapa kualitas etika yang dimiliki atau dipegang teguh, tapi berapa banyak harta yang berhasil dipertontonkan kepada khalayak….

    Suka

  3. Butterfly And Wind said

    kalo menurut saya, kita jangan melihatnya sebagai aksi lapindo berusaha kabur.
    sebab terakhir kali kalo ga salah.. gempanya itu memang terjadi kan.. dan bukan berarti korban lapindo tidak diganti..

    masalahnya ialah siapa yang memberikan ganti rugi.. lapindo atau kas cadangan bencana pemerintah..

    terus tentang teknis pengeborannya itu sesuai tidak dengan peraturan yang berlaku.. kalaupun dilihat dari sisi bencana salah, harus disesuaikan dari sisi peraturan/tata cara..

    kalo persepsiku sih.. ya masalah dari mana ganti ruginya itu..

    ps:
    ga tau berhubungan atau tidak.. kan Yusuf Kalla ada bilang Bakrie orang terkaya di Indonesia, tentu kasus lapindo pasti terbayar… ini kan bisa juga seperti yg dikoran itu.

    tapi mungkin juga salah persepsi, ga terlalu ngikutin lagi sih beritanya.

    @
    Inilah amburadulnya cara penyelesaian dan konsepsi atas musibah/tragedi yang dipicu yang mengakibatkan semburan lumpur di Porong Sidoarjo ini.
    Kalau benar keputusan pengadilan membebaskan Penyebab Lumpur Lapindo ini dari Lapindo (terlepas adanya pat pat gulipat atau kebohongan publik atau kejujuran publik), maka seharusnya pemerintah segera bertindak dan konsisten atau keputusan pengadilan. Begitu juga Lapindo itu juga harus jujur.
    Namun, sebagai orang yang juga juga pernah belajar sedikit pengetahuan geologi, membaca ragam sumber, meskipun tidak aktif di dunia ini… dan perbandingan referensi lainnya… maka mengelakkan bahwa itu ke gempa bumi yang terjadi di yogya jelas itu hipotesis yang saya anggap sulit diterima oleh akal sehat…. sekalipun itu didukung oleh ucapan professor dari itb itu. (emangnya cuma beliau saja yang mengerti kejadiannya), memangnya kita tidak tahu siapa pimpronya, lalu mengapa casing tidak dipasang, memangnya kompas tidak menjelaskan detik-detik peristiwa semburan dan tindakan-tindakan malam-malam sebelum esoknya semburan benar-benar terjadi…. dan banyak lagi.. dan banyak lagi yang bisa kita telaah dari ragam media pada hari-hari pertama sampai dua minggu setelah semburan….

    Namun, di atas semua persoalan itu, jelas menangani korban lumpur lapindo itu lebih terasa BUSUKnya dari pada kesungguhannya. Itu tidak usah ditutupi dengan iklan good corporate governance yang justru makin terasa MENYAKITKAN HATI.
    Duh mohon maaf ketika mengetik jawaban komentar ini… tangan jadi gemetar dan kesal… sekali lagi maaf jika kata-kata ini menyakitkan.

    Suka

  4. […] Berkahilah Tanah dan Sawah Kami….Pantomin Alam Kubur !Akankah Sumur Air Zam-zam Kering !?Iklan Kompas Untuk Rakyat Indonesia Yang Bodoh.Soekarno dan Soeharto – Dipaksa Mati, Dipaksa HidupYuk Kita Mencari Berkah Dari Kotoran Kanjeng […]

    Suka

  5. danny said

    aku minta tlong bagi yg punya contoh iklan bantahan, iklan pembelaan, iklan keluarga harap beri tau saya… pujangga239@YAHoo.com

    @
    Sejauh yang saya tahu, belum ada bantahan dari siapapun… tapi iklannya juga tidak terus dihidangkan….

    Suka

  6. Ibnoe irsyad said

    Dlm dunia ini mestiX kita intropeksi diri sebelum mlngkah lebih jauh lagi pa lagi yg kta jalani itu membuat orang d sekeliling kita menjadi korbn dri perbuatan kita itu bukn malah ambl sgala cra untk menjadi orang benar kalo kita mengaku sosok yang sukses mestiX kita memakai teori yg benar bukan memaksakan teori agr kita benar.
    Untuk kita rakyat jelata yang tak bersayap jg mencoba melayang terbng krna hal itu akan mmbuat kita jatuh dan mati

    Suka

  7. luphe said

    aneh banget tuh tulisan…ga paham ma jalan pikiran orang2 itu….kalo ditelaah pake pelajaran sejarah,,,,kok kaya’nya jalan pikiran yang nulis mirip jalan pikirannya penjajah waktu baru tiba di indonesia ya? Bertingkah layaknya saudara yang akan membantu tapi nyatanya malah menyengsarakan.
    just saying loh….no offense….

    Suka

Tinggalkan komentar