Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Manajemen Qalbu, Seven Habits, dan Hadis

Posted by agorsiloku pada November 6, 2007

Entah sudah berapa tahun yang lalu, mungkin sudah lebih lima tahun yang lalu saya mengikuti kursus singkat tiga hari Seven Habits – Stephen Covey di suatu tempat di Puncak Bogor nan sejuk. Tiga hari didadar untuk mengenal kepribadian sendiri, mengumpulkan tabungan untuk mengenal apa kebutuhan orang lain yang menjadi tabungan kita dalam kehidupan. Ada manfaatnya?. Tentu saja ada. Kemudian menyadari bahwa dari sudut rasional dan hati, Manajemen Qalbu dan uraian hadis Mutafiq alaih tentang kesabaran dan kejujuran serta pengalaman sahabat-sahabat serta ungkapan Sang Junjungan yang setiap subuh diuraikan oleh imam masjid di kampungku seribu kali lebih canggih dari tujuh kebiasaan untuk menjadi manusia efektif seperti diajarkan oleh gurus Stephen Covey. Manajemen Qalbu lebih menunjukkan keikhlasan untuk menjadi manusia yang efektif dan sholeh. Lebih memberikan jaminan keamanan dan kekuatan pribadi untuk menjadi manusia paripurna.

Al Qur’an dan hikmah kebijaksanaan bersama hadis telah menjadi bagian yang mewarnai dunia dari masa ke masa. Nggak ada apa-apanya tuh seven habits for highly effective people dari pada sejumlah uraian hadis dan perilaku yang dicontohkan Rasulullah. Kisah-kisah Islami dan kesufian menunjukkan begitu dalamnya peranan akal dan budi manusia terhadap kehidupan.

Namun, kehidupan modern kerap memang melupakan banyak hal. Keberagamaan mengambil juga peranan kesalehan, sekaligus juga usaha pembenaran diri sendiri dan golongan sebagai manusia yang “memastikan” diri bahwa ibadah serta kesalehannya akan menjamin masuk surga. Kadang dan sering kita lupa bahwa manusia yang paling baik adalah yang paling memberikan manfaat bagi sesamanya. Bukan yang paling banyak ibadah vertikalnya, tapi lupa pada tetangga yang kelaparan….

Kita sibuk dengan periwayatan dan melantunkannya sekeras-kerasnya. Menjadi pertanda energi kesalehan tertanam kuat pada diri kita. Tentu tidak semua, jauh lebih banyak hidayahNya datang melalui berbagai sisi kehidupan. Memang sih, melihat dunia seperti La Tahzan boleh jadi memberikan nuansa yang betul-betul memukau pada cara pandang kehidupan.

Manajemen Keberagamaan.

Agama sangat erat kaitannya dengan mengatur perilaku dan membangun kesadaran diri terhadap lingkungan, alam semesta, dan tentu saja pada tauhid. Jauh lebih sempurna dan lengkap dibanding sepercik seven habits yang sempat begitu populer.

Boleh jadi, karena isu-isu agama bercampur baur dengan berbagai kepentingan (dan kebutuhan) sehingga bagian-bagian penting dari ilmu perilaku yang ditunjukkan oleh 1000 habits kehidupan menjadi terlupa, karena dalam kesibukan dan keyakinan, terdapat pula kecenderungan untuk melupakan 7 habits sehingga bersisa tinggal 993 habits. Sayangnya, yang 7 itu justru tidak kalah pentingnya. 🙂

Karena itu, sekedar mengingatkan buku yang sudah lama tak dibaca, yang 7 ini adalah bagian dari profetika yang juga sangat boleh jadi kalau kursus perilaku manajemen kebiasaan Rasulullah akan memberikan makna jauh lebih besar lagi sebagai contoh ahlak Al Qur’an.

Tapi, tak apalah. Sekedar pelepas rindu pada postingan sebelum ini. Agor ingin ingat kembali seven habits dari Mr. Covey….

Kebiasaan Menjadi Orang yang Efektif

Stephen Covey menyebutkan tujuh kebiasaan yang perlu dan sebaiknya dimiliki setiap orang. Tiga Kebiasaan pertama yang berkaitan dengan penguasaan diri atau kemandirian dan berikutnya tentang hubungan antar manusia. Tiga pertama adlah :

1. Bersikap proaktif

Bersikap proaktif tidak cukup hanya dengan mengambil inisiatif namun juga bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Orang yang proaktif memiliki kebebasan memilih sendiri keputusannya dan bertanggung jawab atas keputusannya itu. Sedangkan seorang yang reaktif, kebalikan dari proaktif bersikap berdasarkan kondisi atau sikap orang lain. Ia tidak merasa bertanggung jawab atas tindakannya sehingga cenderung menyalahkan keadaan atau orang lain.

2. Berpikirlah dalam setiap tindakan.

Cobalah untuk selalu berpikir sebelum melakukan sesuatu dan tentukan apa yang ingin kita raih dalam setiap tindakan. Seperti akan membangun rumah, tentunya kita akan memikirkan terlebih dahulu seperti apa bentuk rumah, berapa ruangan dibutuhkan. Untuk apa membangun rumah dsb.

3. Utamakan yang utama (First Thing First)

Biasakan mengelola skala prioritas. Kita harus bisa membedakan apa yang penting (important) dan apa yang mendesak (urgent). Mengangkat telepon mendesak (karena bunyi terus seeh 😀 ) tapi jelas tidak penting.

Ketiga kebiasaan di atas dapat kita lakukan maka kemandirian dapat kita raih. Sehingga langkah selanjutnya adalah memahami kebiasaan selanjutnya untuk menjadi orang yang efektif yakni:

4. Berpikir dan bersikap menang-menang

Menang-menang (win-win solution) adalah suatu sikap mental untuk mencari keuntungan bersama.

Ada empat kemungkinan dalam interaksi antarmanusia yaitu :

a. Menang-kalah.

“Kalau saya menang, orang lain harus kalah”. Sikap ini memicu segala sesuatunya menjadi persaingan dan setiap kemenangan harus menyebabkan kekalahan pihak lain.

b. Kalah-menang adalah mentalitas orang kalah yang selalu menurut terhadap keinginan pihak lain. “Apa sajalah, yang penting damai”. Ini lebih buruk daripada sikap menang-kalah karena sama sekali tidak mempunyai pendirian atau keberanian untuk menyatakan pandangannya. Mengalah terus-menerus bukan sikap yang seharusnya.

c. Kalah-kalah terjadi manakala terdapat dua pihak yang keras kepala, egois dan bersikap mau menang sendiri bertemu. Hal itu dapat mendorong terjadinya permusuhan.

d. Menang-menang adalah falsafah yang sangat dianjurkan Covey dalam hubungan antarmanusia. Yaitu, mencari terus-menerus akan manfaat timbal-balik dalam setiap interaksi. Orang yang memiliki sikap menang-kalah didasari pemikiran bahwa seolah-olah segala sesuatunya itu terbatas sehingga harus diperebutkan, jika perlu dengan mengalahkan pihak lain. Akibatnya terjadilah adegan “sikut-menyikut“.

5. Cobalah untuk terlebih dahulu mengerti orang lain sebelum dimengerti orang lain

Ah ini seeh nggak usah diuraikan lagi… sudah jelas kok.

6. Wujudkan sinergi

Sinergi bukan berarti 2 + 2 = 4. Sinergi akan tercipta manakala 2+2= lebih besar dari 4. Sinergi adalah pendekatan yang paling efektif untuk memecahkan persoalan daripada sikap yang apatis ataupun tidak mau mengalah. Sinergi adalah kebiasaan untuk mewujudkan kerja sama dan mencari alternatif-alternatif baru yang jauh lebih besar.

7. “Asahlah gergaji” atau biasakan melakukan pengembangan diri

Istilah “asahlah gergaji” berasal dari kisah dua orang tukang kayu. Orang pertama terus menggergaji dan merasa terlalu sibuk untuk berhenti sebentar. Sementara orang kedua berhenti sesekali untuk mengasah gergajinya. Ternyata justru orang kedua ini mencapai hasil lebih banyak dan lebih baik. Seorang yang efektif akan melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk mengembangkan pertumbuhan pengetahuan, mental, spiritual, maupun ketahanan fisiknya.

Akhirnya pertanyaan yang menjadi penting adalah “Sudahkah kita menjadi orang yang efektif?”.

he..he…he… sudah diajari begini… ternyata belum bisa juga meniru yang 7, apalagi yang 993 lagi… 😀

4 Tanggapan to “Manajemen Qalbu, Seven Habits, dan Hadis”

  1. hnc said

    tambahan, kalau untuk buku 7 habits for highly effective teens, kebiasaan ke dua adalah “mulailah dengan mengingat-ingat tujuan akhirmu”. 🙂

    @
    He…he… he… itulah yang kemudian, ketika saya diajari ingat tujuan akhir terfokus pada kebutuhan jangka pendek, sedang keberagamaan melihat semua konteks dunia adalah perjalanan menuju kampung akhirat. Jadi, kadang hati kecil ingin mengatakan, betap kuatnya juga model pelatihan untuk kepentingan ini. Di sisi lain, memang harus diakui, tujuan akhir itu juga ditentukan oleh “keramahtamahan” jangka pendek juga. Prosesi etika pada budaya keefektifan, sebenarnya juga berbeda dengan tatanan religi. Namun, terasa kuat pada sudut pandang etika. Memanajemi etika untuk mencapai hasil … itu memang menarik… dan dijual oleh Dunamis dengan harga yang juga sangat wah….

    Suka

  2. hendro said

    Betul, mas. Memang petunjuk dari hadits dan Qur’an jauh lebih lengkap dan sahih untuk dijalani. Kita cukup menjalaninya dengan baik, pasti selamat.

    Cuma, memang orang seperti Covey, dll bisa mengemas kiat-kiat dengan cara yang logis dan mudah diterima. Sebenarnya, kalau kita perhatikan, yang disampaikan tidak ada yang baru.

    Yang dibutuhkan oleh kita memang seperti Aa Gym, ‘Aid al Qarni (‘La tahzan’) dan lainnya yang membuat agama mudah diikuti karena mengemas kembali isinya dengan cara yang menarik dan mudah diikuti.

    @
    Pendekatan manajemen Qalbu dan relaksasi hati tampaknya mulai berkembang. Sholat Smart dan berbagai pelatihan manajemen ke agamaan, memahami al Qur’an dan kemasan lain mulai dikembangkan. Keterbukaan dan pluralitas, inklusifitas, dan lain-lain dalam memandang agama dan kehidupan, setidaknya pula dengan tetap menjaga aspek paling fundamental dalam beragama. Tidak melakukan tawar menawar dalam urusan keimanan.

    Suka

  3. heru ss said

    Mas, tkasih tulisannya oleh2 dari training 7habits.
    saya ijin & numpang sharing sekaligus promosi buku, saya sdh nulis 7 kunci sukses hakiki – inspirasi 7 ayat al Fatihah.
    Judulnya “Total Manajemen berbasis Al fatihah” meraih suskes berkelanjutan.
    Ringkasnya saya merasakan dari 7 ayat dlm Al fatihah menjadi Komitmen hidup yg mengarahkan u total action dlm amal perilaku hidup.
    ayat 1.: Hujamkan Visi (kembali ke Allah, Ridlo Allah jadi tujuan)
    ayat 2.: Syukuri potensi (kembangkan dan lipatgandakan potensi & sumberdaya anugerah Allah)
    ayat 3.: Ambil peluang ( peluang kehidupan, ampunan dan pahala)
    ayat 4.: Motivasi yg kuat (Allah akan membalas setiap amalan dgn adil, motivasi tertinggi balasan syurga, smg dijauhkan dr neraka)
    ayat 5. : Misi yg bermanfaat (peran&tugas hidup beribadah, & minta pertolongan dengan amal sholeh di segala peran hidup)
    ayat 6. : Buat strategi unggul ( Tunjukkan kami jalan yg lurus, dgn berpedoman Al qur’an, sunnah dan Islam buat penjabaran strategi sukses hidup dunia akherat)
    ayat 7. : gerak sukses (contoh teladan sukses, para nabi, sidiqin , syuhada dan orang sholeh. buat diri jadi teladan dgn iman dan amal sholeh, hindari resiko jadi orang sesat dan dimurkai.
    amiin..Ikhtiar dengan 7 kunci pembuka sukses..ditutup dgn tawaqal kepada Allah SWT smg dikabulkan untuk suskes kebaikan Dunia& akherat dijauhkan dari neraka. wallahu’alam bishowab.

    @
    Wow… judul yang menantang dari ummul kitab.
    Semoga memberikan makna bagi pembacanya. Sudah diterbitkan?, nama penerbitnya?, sudah beredar?.

    Suka

  4. […] ditambah satu lagi menjadi 8 memberikan pencerahan.  Meskipun sebenarnya bagi muslim, persoalannya bukan tidak mengenal tujuh kebiasaan itu.  Informasi keteladanan Nabi, manajemen Qolbu jauh lebih canggih.  Namun memanajemi hati memang […]

    Suka

Tinggalkan komentar