Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Berhati-hatilah Pada Pemimpin !?

Posted by agorsiloku pada Juni 1, 2007

Apakah pemimpin manusia, entah itu dalam pemerintahan, organisasi sosial atau hanya sekedar ketua RT/RW setempat dapat menyesatkan kita? Apakah manusia dituntut pertanggungjawaban secara kolektif?. Apakah mengikuti kesalahan pemimpin (jika berbuat salah) maka setiap pribadi tidak akan dituntut pertanggungjawabannya?.Apakah Fir’aun saja yang dihukum oleh Allah karena kesesatan dan keingkarannya. Apakah pengikutnya yang terpaksa atau suka akan dikenai hukuman karena kelalaian pemimpinnya. Apakah ada tanggung jawab kolektif?.

Apakah jika seorang pemimpin menjerumuskan anggota organisasinya, maka kesalahan akan dibebankan pada keseluruhan anggotanya?.

Fir’aun sih jaman dulu, di Mesir lagi. Bagaimana sekarang ini?. Di abad ke 21 ini!?. Dimana sudah tidak ada lagi pemimpin yang sekaligus Nabi?. Apakah kita bisa excuse, karena kita terpaksa mengikuti pemimpin kita yang tersesat (tapi kita ikut menikmati hasilnya !?).

Peran Pemimpin dalam Menyesatkan.

Setiap manusia akan dituntut pertanggung jawaban atas apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Ayat ini menegasi benar hal ini : QS 75. Al Qiyaamah 36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?

Lha, kalau pemimpin kita salah, apa kita musti ikut bertanggung jawab?.

Ya ndak lah…. Nggak logis, kalau kita disuruh bertanggung jawab.

Tapi, kalau pemimpin menyuruh kita pada kemungkaran, berbuat salah. Misal korupsi gitu? ataukah ingkar padaNya (tidak mau beriman). Apakah kita yang cuma orang suruhan saja, harus ikut bertanggung jawab?. Atau apakah kita bisa menyerahkan kesalahan pada pemimpin saja?.

QS 37. Ash Shaaffaat 27. Sebahagian dan mereka menghadap kepada sebahagian yang lain berbantah-bantahan.
QS 37. Ash Shaaffaat 29. Pemimpin-pemimpin mereka menjawab: “Sebenarnya kamulah yang tidak beriman.”
37. Ash Shaaffaat 30. Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas.

Lalu kemudian :

QS 37. Ash Shaaffaat
31. Maka pastilah putusan (azab) Tuhan kita menimpa atas kita; sesungguhnya kita akan merasakan (azab itu).
32. Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat.
33. Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab.
34. Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berbuat jahat.

Jadi, jelas bahwa kita juga dituntut untuk memilah kebenaran yang dibawa oleh pemimpin itu. Apakah dia membawa kita kepada kebaikan ataukah kemungkaran. Keputusan kita pada pemimpin itu menentukan apakah kita akan menjadi golongan selamat atau golongan celaka.

Ikutan korupsi nggak?. Apa karena korupsinya berombongan, berjamaah gitu, maka dibebaskan dari kesalahan?.

Nggak lah yau…. Kita harus gunakan akal kita, hati kita, dan tentu saja keputusan harus diambil untuk mengikuti pemimpin kita atau menolak.

Di hari itu (hari kiamat), maka mereka mengeluhkan :

QS 33. Al Ahzab 67. Dan mereka berkata;:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).

Jelas dari ayat ini, ketika setiap diri diminta pertanggung jawabannya, maka mereka “melemparkan” sebab pada pemimpin-pemimpin itu (pemimpin saat di dunia).

Siapakah pemimpin yang paling layak dan pantas kita ikuti.?.

QS 7. Al A’raaf 3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

Jelas di sini, pemimpin yang sebenar-benarnya pemimpin adalah seperti yang disampaikanNya.

Pemimpin adalah ujian bagi kita.

Seorang pemimpin dapat membawa kita ke arah kebaikan, tapi juga bisa merupakan ujian bagi kita. Meskipun pemimpin itu se”otoriter” Fir’aun.

QS 11. Huud 97. kepada Fir’aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar.

Jadi mengikuti pemimpin yang zalim, maka kita akan juga terkena akibatnya.

“Wah… ngeri dong kalau begitu.”

QS 28. Al Qashash 41. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.

Jelas sudah, pemimpin yang zalim tidak layak kita ikuti karena setiap kesertaan (partisipasi) pada pemimpin itu, berarti kita telah mengikuti maunya pemimpin itu. Dan karenanya kita dituntut pertanggungjawabannya.

Jadi memang kita harus betul-betul memperhatikan perilaku dan perintah pemimpin kita. Jangan karenanya, kita biarkan diri kita dalam kelalaian karena tindakan pemimpin kita.

Soal taklid, pembahasan bagus saya temui :

Larangan untuk Taklid dan Fanatik Golongan

(maaf tidak saya link, karena avatar sy bergambar anak manusia).

Referensi :

QS 6. Al An’aam 52. Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).

QS 7. Al A’raaf 38. Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” Allah berfirman: “Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui.”

QS 28. Al Qashash 41. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong

QS 38. Shaad 59. (Dikatakan kepada mereka): “Ini adalah suatu rombongan (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka).” (Berkata pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka): “Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka.”

QS 11. Huud 97. kepada Fir’aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar.

QS 16. An Nahl 100. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.
QS 34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

QS 4. An Nisaa’ 59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

QS 4. An Nisaa’ 83. Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

9 Tanggapan to “Berhati-hatilah Pada Pemimpin !?”

  1. MaIDeN said

    Anggota DPR itu pemimpin bukan ?
    Makanya,
    ….. Jangan pilih partai yang anggota dpr-nya perokok

    @
    Ha…ha…ha… saya bingung juga, nggak paham hubungannya rokok, partai, dpr dan postingan ini….. 😀

    Suka

  2. haniifa said

    “Apakah pemimpin manusia, ….sekedar ketua RT/RW setempat dapat menyesatkan kita? ”
    Apakah termasuk sekedar bikin blog juga “GITU” ???
    REFERENSI:
    surat Al Faatihah s/d Surat An Naas.

    @
    Setiap orang bertanggung jawab sendiri-sendiri di hadapanNya. Setiap orang memimpin dirinya sendiri juga. Tanggung jawab ini tidak bisa diserahkan kepada pihak ketiga 😀

    Suka

  3. haniifa said

    To:MaIDeN
    Mas MaIDeN juga pemimpin bukan yach ?
    Kalau saya sih rasanya gimana yach ? KACUNGWAN atau PIMPIMWAN
    1. untuk badan sendiri, masa kaki kiri jalan ke depan, sedangkan kanan
    …ke belakang ?
    2. untuk istri, masa dibiarkan jalan jalan sama mas orang ?
    3. untuk snak anak, masa nonton filmnya nggak diatur ?
    4. untuk anak kucing, masa nggak diatur tempatnya, diaguarium gitu ?
    5. wah “MAKANYA” banyat banget mas ….
    Apakah saya seorang ? PIMPIMWAN atau KACUNGWAN.
    To:Mas Agor
    “Jangan pilih partai yang anggota dpr-nya perokok”
    Maaf ya mas kayaknya lebih baik perokok dari pada “barangnya” di “rokokin” oleh yang bukan miliknya (istrinya klo udah punya, Ngak punya ?…ya puasa.)
    Saya punya ilham ?
    1. ROKOKWAN atau DIROKOKINWAN
    2. ROKOKWAN atau NARKOTIKWAN
    3. ROKOKWAN atau MINUMAN-KERASWAN
    4. ROKOKWAN atau DUGEMWAN
    5. Wah banyak banget mas …
    Saya pilih ROKOKWAN ah, dari pada nulis tema tapi musti jawab sendiri.
    Saya pilih DIROKOKINWAN ah, mudah-mudahan dapat anak yang shaleh dari istri sendiri.
    Saya tidak bertanggung-jawab apapun yach !!! (maaf pinjam istilah link melink, tulis menulis, cetak mencetak, kucing kucingan), atas pilihanWan pembaca ?
    Loch….gimana sih, kan katanya dosa pimpinwan dan atau kacungwan, dan atau ikut-ikutan wan, dan atau penulisawan dan komentatorwan ?
    Maaf ya mas mas, soalnya saya nggak bisa menentukan posisi saya pada tema ini ?
    Padahal baru baca beberapa baris saja.
    Sebagai kacung-kah ???
    Atau Sebagai pimpinan-kan ???
    Atau sebagai kacung tapi pimpinan ????
    Atau sebagai pimpinan tapi kacung ????
    Atau sebagai kacung-kacung pimpinan ???
    Atau sebagai kacung pimpinan-pimpinan ????
    Yang Maha Benar hanya Allah semata. Amin

    @
    ?

    Suka

  4. haniifa said

    ?
    Tema pimpinan = “PIMPINWAN”
    “Berhati-hatilah Pada Pemimpin !?”

    Tanggapan = “KACUNGWAN”
    ….. Jangan pilih partai yang anggota dpr-nya perokok (= DUEL YOOO ! )

    Tanggapan ditanggapi = “Pimpinanwan lengser jadi SUPER KACUNGWAN”
    ” Ha…ha…ha… saya bingung juga, nggak paham hubungannya rokok, partai, dpr dan postingan ini….. ” ( = kebingungan, berani nggak yach ! )

    ? (= “CERDIK”, =nggak jelas !!, = lebih baik netral)

    Kalau kita pandang dengan seksama “?” hanyalah sebuah lambang. Begitu juga dengan ayat-ayat Al Qur’an.
    Sepelekah lambang “?” ? Bukankah alat komunikasi manusia dengan manusia ?
    Hanya orang-orang yang menyepelekan lambang (?) saja, yang ber-hak mendapat predikat “KONYOL” ?
    Karena hanya gara-gara nggak mau tahu arti lambag “?”, seorang calon sarjana pasti menjadi tidak lulus ujian. ( he…he…4x, mungkin kalimat jenis pertanyaan diartikan cukup dibaca saja, tul nggak mas ?).
    Apakah kita mau dikatagorikan manusia “KONYOLWAN” ?
    Lalu jika sudah mengerti lambang “?” akan terbebas dari predikat “KONYOLWAN” ?
    a. Jumlahkanlah 2 + 3 ?
    b. Jumlahkanlah 2 kucing + 3 kucing ?
    c. Jumlahkanlah 2 kucing + 3 kucing-kucingan ?
    d. Jumlahkanlah 2 kucing + 3 anak kucing ?
    e. Jumlahkanlah 2 kucing + anak anak kucing ?
    f. Jumlahkanlah 2 kucing + anak kucing kucing ?
    Coba kita simak lebih dalam, seandainya kita ingin menarik kesimpulan akhir dari jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi melibatkan kumpulan :
    1. orang-orang iptek.
    2. orang-orang bisa baca-tulis, iptek, sastrawan
    3. anak-anak TK, SD
    4. Orang nggak bisa baca sama sekali. (= nggak mengeri arti lambang “?”)
    Karena yang diharapkan adalah kesimpulan akhir (tampa melihat isi jawaban) maka sudah barang tentu kita pilih nomor 4.( Jawabanya pasti : TIDAK TAHU )

    Kesimpulan saya :
    1.
    Orang-orang mengerti arti lambang “?” = tidak konyolwan, tetapi membutuhkan orang-orang konyolwan untuk dapat menarik kesimpulan akhir dari pertanyaan-pertanyaan diatas.

    2.
    1/0 = “POKOKE YA BEGITU” ? ( ??? )
    Kita asumsikan:
    f. Jumlahkanlah 2 kucing + anak kucing kucing ?
    dan melibatkan :
    orang-orang bisa baca-tulis, iptek, dunguwan
    (A) (B) (C)
    Scenario perbincangan :
    A: Berapa yach jumlahnya ?
    B: Wah…nggak tahu tuh, coba tanya sama C, apakah yang dimaksud “anak para kucing kucing” = 1, atau “anak kucing” dan “kucing” = 2.
    C: “anak para kucing kucing” ? berdasarkan teory anak kucing kalau kucing-kucingan ya kabur = 0. (POKOKE YA BEGITU)
    A: ??????

    Suka

  5. deedhoet said

    Sabar-sabar.. Komentare ko marai mumet aku sing isih bodo iki to? Ko malah OOT-an kabeh yo? Melu-melu OOT wae wis..
    Sekali-kali numpang nyepam gpp ya pak agor 😀

    @
    😀 nggih…nggih…

    Suka

  6. […] Dan di antara mukmin, jelaslah bersaudara. Maka jika berbeda pendapat… yap… berdamailah dan bertakwalah (QS 49:10). Jangan terpecah belah, bercerai berai.. (QS 2:103). Jadi jelas bukan untuk berpecah belah seperti piring pecah. Dokter emang spesialisasi memecah-mecah bagian tubuh, jadi dokter kulit, dokter mata kiri atau dokter gigi atas. Pemecahan itu tentu membangun spesialisasi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia. Tapi, kalau profesi organisasi, sebaliknya… meningkatkan mutu persatuan. Potensi pemimpin untuk menyesatkan manusia lain sangat tinggi. Karena itu, Allah mengingatkan agar kita juga harus berhati-hati pada pemimpin. […]

    Suka

  7. more said

    greatings

    great

    @
    hm… 🙂

    Suka

  8. […] kita untuk taat !. Kehati-hatian pada pemimpin adalah penting, karena pengaruh seorang pemimpin dalam urusan sesat menyesatkan memang besar.  Pemimpin punya potensi untuk berlaku aniaya dan tidak adil serta melalukan pembenaran atas hal […]

    Suka

  9. […] telah mempengaruhi pemikiran dan kehendak orang lain. Pada masanya ataupun orang-orang kemudian. Tidak berani berbeda berpikir dengan sang tokoh tersebut (walau sebenarnya hati kecil bisa mempertanyakan). Di sini juga berpikir independen di kebiri […]

    Suka

Tinggalkan komentar