Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Fenomena Orang Amerika

Posted by agorsiloku pada Maret 16, 2007

Dr. Raghib As-Sirjani, dalam buku Misteri Shalat Subuh, hlm 36-38, Penerbit Aqwam. Jembatan Ilmu. Oktober 2006

Pada keseharian mereka terdapat pelajaran berharga yang bisa kita ambil hikmahnya.

Waktu itu saya berkunjung ke Amerika. Pada saat saya pulang dari Masjid Raya setelah melaksanakan shalat Subuh, sekitar jam enam pagi saya menjumpai di jalan-jalan utama dan jalan-jalan tol sangat ramai. Jalanan dipenuhi mobil-mobil. Kesan pertama saya : heran! Namun akhirnya saya terbiasa menyaksikan pemandangan ini. Mereka bangun pagi untuk pergi ke tempat kerja. Sebagian besar mereka bekerja di tempat yang jauh dari rumah, sehingga terpaksa bangun jam lima pagi — waktu shalat Subuh — supaya bisa berangkat ke tempat kerja tepat waktu.

Mereka itu orang-orang Kristen, Yahudi, dan Atheis. Jumlahnya pun tidak sedikit. Mereka bangun pagi untuk kehidupan dunia, pada saat bersamaan dengan waktu shalat Subuh. Hajat kemanusiaan mampu mendorong mereka untuk bangun pagi-pagi. Namun, mengapa seorang mukmin tidak mau mengerahkan segenap potensinya untuk menyamai mereka bangun pagi?.

Saya banyak menjumpai orang-orang Amerika di jalan-jalan ketika saya pergi ke masjid untuk shalat Subuh. Saya ulangi lagi, “saya pergi,” bukan “saya pulang.” Maknanya, mereka mau bangun pagi-pagi sebelum Subuh tentunya untuk keperluan sangat penting.

Saya pun berpikir, kira-kira apa ya tujuan penting, mereka ini sehingga mau bangun pagi-pagi sebelum jam lima pagi dan memakai baju dinas?. Untuk apa mereka keluar malam dalam keadaan cuaca yang sangat dingin menuju jalan-jalan raya!.

Ternyata mereka melakukan itu hanya untuk berjalan-jalan bersama anjingnya guna menghirup udara segar!.

Orang-orang Amerika, laki-laki dan perempuan bangun jam setengah lima pagi, karena hatinya terpaut dengan anjingnya yang terkurung di dalam rumah sepanjang hari. Mereka bangun pagi-pagi sekali supaya anjing-anjingnya bisa menghirup udara segar di jalanan.

Saya berharap dari Anda, wahai saudaraku yang mulia. Mari bersama-sama memecahkan masalah penting ini. Orang Amerika-Kristen atau Yahudi atau kafir atau lainnya, bangun pagi-pagi demi anjingnya. Sedangkan sebagian orang Islam, atau kalau Anda ingin mengatakan :”Sebagian besar” orang Islam, enggan bangun pagi demi Allah!.

Lalu, apa solusi Anda dalam masalah ini?

Bayangkan, karena cinta anjing mendorong pemiliknya untuk bangun, sedangkan cinta Allah tidak mendorong seorang hamba untuk bangun..?!

Izinkan saya untuk membandingkan dua hal ini.

Kemampuan fisik manusia mempunyai potensi untuk bangun pagi, namun potensi kekuatan hati tidak mampu mendorongnya untuk bangun pagi dengan alasan yang begitu memprihatinkan. Semoga Allah menyelamatkan kita!.

———-

Catatan : warna sengaja dibuat oleh penyalinnya, agor.

9 Tanggapan to “Fenomena Orang Amerika”

  1. Terimakasih meskipun tidak baca bukunya saya mendapatkan dari apa yang sampean baca dan telah bagi untuk saya, suatu hikmah mendalam, semoga kita selalu bisa mensyukuri nikmat sebagai orang Islam dengan selalu rajin bangun pagi… Tidak Malas

    @
    Amin, amin, amin. Saya membacanya dan terkejut dengan cara pandang yang disampaikan penulisnya. Saya merasa sayang sekali kalau itu tidak disebarluaskan. Betapa berjubelnya pahala rahmat dari Allah Swt pada hambaNya, dan kita cenderung sia-siakan. Padahal di masa kebangkitan, shalatlah yang menjadi penolong kita. Tiada yang lain, bahkan emas setinggi gunung pun, kalah sama karunia shalat fajar/shalat shubuh berjamaah di mesjid

    Suka

  2. Jadi tergerak untuk bangun pagi euy.

    Seperti kata Bung Oma… Lari pagi, sehatkan jasmani! Tua muda.

    hehe

    @
    Mas Cilincing, eh Mas Arif.. lari pagi sehat jasmani, kalau sholat shubuh dulu, berarti sehat jasmani dan rohani ya…
    Pahala olah raga sehat di dunia, pahala rohani all of all ya…

    Salam, (salam juga buat Chintiya Putri)…..

    Suka

  3. Amd said

    Betul banget nih, saya jadi membayangkan seandainya jamaah shalat Subuh seramai Shalat Jum’at…

    @
    Kata OE Lama, seandainya shalat Subuh seramai Shalat Jum’at, Indonesia dipenuhi oleh orang islam yang muslim n mukmin.
    the beautiful dream, rahmat Allah akan mengalir bak pancuran yang tak pernah kering, seperti sumber air yang tak pernah kering karena diminum dan dipakai keperluan apapun…..

    Suka

  4. Evy said

    Aku malah bangun sebelum subuh pak, klo winter subuhnya udah siang…:) Isya nya masih sore…lha klo summer…waduh kapan tidurnya jd bingung, wong Isya jam 12 malem subuh jam 4 pagi ?

    @
    North Pole, kutub utara… cerita ya Mba, kami tidak tahu dunia dingin dan beku, kapan sinar matahari terbit, kapan benang bisa dijadikan pembeda antara gelap dan siang, apakah ada pengaruh dingin dan gigi, bagaimana Islam di sana, Jawa di sana, apakah di sana eskrimnya hangat, minum kopi atau teh nggak, mesjidnya, sholatnya, selisih waktunya, perbandingannya. Itu semua tak pernah kita tahu. Kok betah-betahnya hidup di lemari es?….. Memang berapa lama malamnya (berapa jam gitu, berapa lama siangnya, kapan dan berapa lama malamnya). Kok juga jadi dokter gigi di negara beku begitu, berapa banyak dokter di sana, mengapa ada dokter di sana… wah pasti banyak yang menarik di sana…..

    Suka

  5. De Ka said

    Pengalaman pribadi. Sejujurnya, bangun subuh untuk sholat tepat waktu itu, males rasanya.Tampaknya perlu peningkatan potensi kekuatan hati nih…supaya sholat subuhnya gak telat terus dan bisa berjamaah.

    @
    Sejujurnya, saya juga malas dan bertahun-tahun ogah. Bahkan sholat shubuhnya digeser ke sholat siang. Alhamdulillah, karena rahmatNya dan dorongan kiri kanan atas bawah, melangkahkan kaki ke mesjid di waktu shubuh (karena inilah waktu yang paling mungkin di tengah kepenatan bekerja di Jakarta) menjadi dan berusaha menjadi bagian dari kehidupan dalam keseharian. Semoga Allah melindungi dan merahmati kita untuk berjamaah Shubuh pada waktunya. Amin.

    Suka

  6. Fourtynine said

    Orang disana juga lebih menghargai budaya ngantri dan bayar makanan sebelum makanannya dimakan, justru mereka menerapkan budaya kita, seharusnya kita malu.

    @
    Apakah yang terakhir itu yang harus kita miliki kembali ya!?, karena sudah terkikis dan tinggal sisa-sisanya. Tinggal tulang belulang!!?. Saya percaya masih banyak yang tersisa, yang bisa dijadikan bibit untuk subur kembali…..

    Suka

  7. Fourtynine said

    Maksud saya budayanya kaum Muslimin, anehnya di Indonesia yang negaranya mayoritas ber KTP dengan kolom agama berisi islam, tidak mau dan tidak bisa menerapkan budaya antri dan bayar dimuka, bayar makanan justru setelah selesai makan.

    @
    Kita melupakannya, karena kita tidak diajarkan sejak kecil. Sudah besar, terlanjur karatan. Tapi, jangan juga fatalis begitu ya. Ketika kesadaran makin membaik, kita harus memulainya. Juga dan semoga Pemerintah memperbaiki mulai dari hal-hal kecil begitu. Tidak ada yang besar, kalau tidak ada yang kecil-kecil itu…..

    Suka

  8. Saya sudah khatam baca buku itu Pak. Dan Efeknya memang sama bagi saya, saya jadi semangat untuk bangun pagi. Semoga bisa bermanfaat bagi semuanya aja deh.

    @
    Alhamdulillah, Mas Burhanshadiq berhasil mengalahkan 3 tali pengikat untuk hadir ke mesjid untuk sholat berjamaah, yang di setiap langkahnya adalah rahmat yang diperhitungkan Allah untuk hambaNya. Saya pernah membeli beberapa buku itu sebagai hadiah untuk teman. Dan, mereka yang saya beri menyampaikan. Ternyata… ternyata…. Tentu akan kebahagiaan bagi ummat, bila shubuh seramai Jum’at. Insya Allah, kemenangan akan diberikanNya segera.

    Suka

  9. JessicaJung97 said

    aneh kaleloooo -_-
    pndangan hidup org bener sama org islam itu beda!
    Jgann disama samain sama lo lo pada!-_-

    Suka

Tinggalkan komentar