Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Gemericik Batu Menimpa Aqobah

Posted by agorsiloku pada Januari 14, 2007

Ribuan atau belasan ribu batu kerikil, secara bersamaan dilempar bertubi-tubi menimpa tiang Aqobah. Ini adalah salah satu prosesi ritual haji yang disyaratkan dilakukan oleh calon haji. Suara batu kerikil yang dilempar oleh ratusan haji pada saat bersamaan ini menimbulkan suara mencicit, seperti merintih, seperti melengking-lengking. Boleh jadi karena suara itu didengar seperti itu, karena telinga dan hati sedang berada pada situasi ritual. Suara ribuan timpukan batu oleh jamaah itu, jika didengar-dengarkan, seperti jeritan sakit.

Setiap jemaah diwajibkan melempar jumrat sebanyak 7 kali. Hari pertama di Mina, dilakukan 7 kali lemparan kerikil yang diambil dari Musdalifah atau tempat lainnya dan 3 hari berikutnya di Ula, Wustha, dan terakhir di Aqobah.

Ah, itu terlalu mengada-ngada. Yah, boleh jadi. Telinga boleh sama, terpasang di kiri kanan kepala, tapi daya pendengaran bisa berbeda. Mungkin juga karena suasana hati yang berada pada prosesi ritual sehingga timpukan batu menumbuk batu bersahutan dan bercicitan seperti itu.

Menurut pengalaman lalu, proses jumarat termasuk beresiko tinggi. Padatnya jamaah, kecilnya tiang pelemparan sehingga menimbulkan resiko tinggi. Namun, tahun ini tampaknya dipersiapkan lebih baik. Jadwal jamaah maktab untuk melempar dijadwal dengan baik. Juga tempat pelemparan cukup lebar, satu arus jalan bagi jamaah sehingga tidak terjadi tubrukan kelompok-kelompok jamaah. Juga disediakan dua lantai. Kalau beberapa tahun yang lalu sampai terjadi musibah Mina, dimana jalur terowongan jamaah bisa bertubrukan dari arah berbeda, kini masing-masing punya jalur sendiri. Setidaknya ini bisa mengamankan. Singkatnya, cukup oke lah.

Jalur luar yang masuk lantai dasar, masuk dari Aziziyah hanya kurang lebih 10 menit berjalan kaki. Ramai oleh para pedagang. Bangsa sendiri, banyak memanfaatkan untuk jualan. Kita bisa beli baso, sate atau pop mie. Juga asesoris bagi jemaah.

Keluar dari Mina, ada jalur pejalan kaki sampai ke Mesjidil Haram. Ada terowongan sepanjang 1,6 km. Jarak dari Mina ke Mesjidil Haram kurang lebih 2 km atau sekitar 1 jam berjalan kaki.

Suara ribuan timpukan batu itu, masih lekat dalam ingatan. Ritual timpukan batu itu mengingatkan akan godaan Iblis pada Nabi Ibrahim ketika Allah mengujinya dengan meminta Beliau menyembelih putera tersayangnya yang kemudian menjadi Nabi Ismail. Dari keturunan Nabi Ismaillah lahir 2 nabi, yaitu Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw.

(Catatan Perjalanan Hajj 11)

zk9 | zk9_tif@yahoo.co.uk

sedikit koreksi “Dari keturunan Nabi Ismaillah lahir 2 nabi, yaitu Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw.”

Yang tepat adalah “Dari keturunan Nabi Ibrahim lah lahir 2 nabi, yaitu Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw.” karena Isa adalah keturunan Ishak AS bukan Ismail AS.

6 Tanggapan to “Gemericik Batu Menimpa Aqobah”

  1. fulan said

    Masih ada yang melempar pakai sandal nggak?
    Mudah-mudahan makin hari makin baik, terutama di Mina. Kalo antri melempar sepertinya belum bisa ya … atau mungkin disaat berebut itu letak kenikmatannya …
    🙂

    Suka

  2. agorsiloku said

    Alhamdulillah, wilayah lempar cukup lebar dan luas. Saya tidak melihat satu pun jemaah yang melemparkan sendalnya atau membawa sendal untuk dilempar ke tiang Ula, Wustha, maupun Aqobah. Yang disyaratkan melempar menggunakan kerikil. Namun, teman cerita bahwa ada juga yang lemparannya mengenai jemaah lain. Tapi, kasus tampaknya akan kecil atau nyaris tidak ada karena nyaris tidak ada rebutan, desak-desakan untuk melempar. Entah kalau di waktu yang lain, yang saya tidak tahu. salam,agor

    Suka

  3. zk9 said

    sedikit koreksi “Dari keturunan Nabi Ismaillah lahir 2 nabi, yaitu Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw.”

    Mungkin yang tepat adalah “Dari keturunan Nabi Ibrahim lah lahir 2 nabi, yaitu Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw.” karena Isa adalah keturunan Ishak AS bukan Ismail AS

    @
    Masya Allah, sejarah yang begitu populer saja agor sampai menyampaikan salah. Alhamdulillah dikoreksi. Koreksi saya letakkan di bagian bawah postingan ya Mas. Tidak saya koreksi langsung pada naskah, sekalian untuk mengingatkan terus bahwa memanglah manusia itu tempatnya salah dan lupa. 😀
    Terimakasih.

    Suka

Tinggalkan komentar