Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Manusia itu Mengapa Ada?

Posted by agorsiloku pada Februari 15, 2007

Pertanyaan ini sebenarnya kuno, sejak manusia berpikir, para pencinta kebijaksanaan selalu bertanya. Termasuk pertanyaan begitu dalam seperti ini :

hakikat manusia diciptakan itu sbnrnya apa? pasti ada gunanya to? wong ayam aja ada gunanyacuman aku masih bingung apa gunanya diriku… dan kenapa aku diciptakan?

Tuhan hanya menyampaikan beberapa batasan yang bunyinya sudah begitu kita kenali :

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS 51:56).

Mengapa harus mengabdi?.

Apakah Allah membutuhkan?.

Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. (QS 51:56).

Kalau manusia (sebagai mahluk yang diciptakan), ketika dia berkreasi (menggunakan segala rahmatNya), membuat motor, mobil, rumah, atau apa saja yang disebut manusia sebagai “menciptakan”, hakikatnya adalah untuk meningkatkan “mutu” kehidupan bagi manusia itu sendiri. Bagi kenyamanan, kepuasan, kenikmatan, kesenangan, manusia pada kehidupannya. Manusia mengolahnya dengan segala usaha untuk mencapai kepuasannya (dan keridlaanNya).

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (QS 45:15).

Kita terikat dengan sebuah perjanjian dengan pencipta kita.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS 7:172)

Peran kita telah ditetapkan, diatur dengan serapi-rapinya. Bukan hanya ukuran fisik saja, tapi juga berapa besar rejeki, keterampilan, daya pikir, dan waktu yang diberikan pada kita untuk dijalani.

yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS 25:2)

Manusia diberikan kebebasan (ini boleh jadi hak istimewa ketika manusia berani mengambil tanggung jawabnya)

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS 33:72)

Amanat inilah yang “mungkin” manusia mengambil peran di alam semesta ini. Peran sebagai manusia dalam kehidupannya, jadi dokter, jadi orang miskin, jadi insinyur, jadi orang kaya.

hakikat manusia diciptakan itu sbnrnya apa?Mengapa diciptakan untuk mengabdi, Kan Allah sebenarnya juga tidak membutuhkan kita. Kitalah yang membutuhkan Allah. Untuk memakmurkan alam semesta?, Kan pada waktunya juga akan dihancurkan, diluluhlantakkan karena alam dunia ini hanya sementara saja. Kenapa Dzat maha pencipta ini ingin dikenal? kenapa diciptakan manusia?.Wah, vision seperti ini terlalu sulit dipahami. Saya lebih memilih jawaban :

Alif laam miin. (QS 2:1)

Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah.

Kita tidak mampu menerka-nerka/menduga-duga. Saya lebih memilih jawabannya yang bukan jawaban saja : “Karena Allah menghendaki begitu.” Karena hakikat manusia, adalah pertanyaan untuk para sufistis atau para ahli ma’rifat…..

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS 21:35)

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. (QS 3:152)

pasti ada gunanya to?

Berguna?, dalam level taktikal (kalau di ilmu manajemen setelah vision, mission, taktis dan operasional). Kayaknya manusia hanya berguna di level taktis dan operasional saja sehingga dalam proses pengabdiannya dia mengabdi (baca memanfaatkan sesuai kehendakNya) pada ciptaanNya yang lain. Karena itu dikirimkanlah utusan-utusanNya untuk memahami etika, memahami iman, memahami bagaimana bersikap baik pada orang tua dan sesama. Singkatnya ikut berperan serta aktif memakmurkan alam semesta.

Kita menjadi mahluk ciptaanNya yang diberikan amanat (baca : kebebasan, kemampuan berpikir dan berekspresi) lalu bertanya : Kenapa Engkau ciptakan aku, apa hakikat aku?.

Untuk mengenalKu, mengabdi!?. Pertanyaan yang tidak pernah habis-habisnya sejak manusia memiliki kemampuan berpikir, beribu tahun lalu, homo sapiens selalu bertanya tentang dirinya dan yang menciptakannya. Termasuk kita juga.

Pada level taktikal ini, diberikan jalan kebaikan dan keburukan :

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS 91:8)

Wah ini memang kurang memuaskan, para ahli yang kemudian kita sebut sosiologi sampai ilmuwan pada akhirnya selalu bertanya pertanyaan yang esensial ini. Namun, selalu kita dapatkan banyak pilihan jawaban.

Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali. (QS 42:10)

Pada level operasional ini, kita kerap menjadi manusia pemberani. Berani memilih amanat untuk mengambil jalan keburukan.

Al hasil, pertanyaan seperti ini akan terjawab di kampung akhirat…..

29 Tanggapan to “Manusia itu Mengapa Ada?”

  1. Cukup mencerahkan pak, sekaligus juga masih menyisakan beberapa pertanyaan…

    Yah, kita harus terus mencari bukan?

    @

    kita selalu ingin berpikir untuk mendapatkan jawabannya, ini memang fitrah manusia ya….

    Suka

  2. Suluh said

    Yang mistik itu bukan bagaimana kita ada, tapi fakta bahwa kita itu ada (edited from weitgeistein’s quotation)

    @
    Ada seperti kita meyakini kita ada, seperti kita lihat bahwa kita ada, seperti kita berpikir bahwa kita ada ataukah kita ini melihat seperti screen saver yang kita yakini ada? Sampai tiba saatnya kita akan melihat dengan pengetahuan yang yakin, ‘ainul yaqin.
    Tapi, yang mistik itu apa?, agor belum ngerti betul lho….

    Suka

  3. Evy said

    Wah sudah di jawab to pak? Aku baru noong, sekalian ku link ke tulisanku ya pak, terimakasih buanget

    @
    Jawaban yang bukan jawaban, habis nggak tahu sih… maaf ya, agor nggak berani sama sekali menduga-duga. Apa yang diterangkanNya, dan yang tampak dariNya, itu yang coba dipahami. Maklum lagi belajar…..

    Suka

  4. […] Kenapa di dunia ini materi yg jadi point? Mungkin itu rasional saja karena pemikiran manusia dipengaruhi panca indera, akhirnya manusia sibuk berkonsentrasi pada materi…tepu sana, pungli sini, korup situ…, abis emang  di dunia ini yang bermateri dan cakep yg menarik sih. Sementara manusia yang tidak menarik tidak terperhatikan.., padahal siapa coba yang ingin terlahir sumbing dan miskin, seperti pasien2ku?  eniwei,beidewei, baswei…untuk apa ya kita dilahirin ke dunia? Apa sekedar buat pajangan, apa buat ngerame2in dunia…apa ya pokoknya gitu deh.. asal lewat aja? Yang pasti ada gunanya dong, ayam aja ada gunanya buat ngenyangin kita…lha mosok manusia cuman buat ngenyangin cacing2? Klo mau tahu jawabanya ada diblog sini neeh.. […]

    Suka

  5. venus said

    hwadoooh…beraaaattt…hehehe..tapi bagus. sumprit bagus 🙂

    saya nyasar ke sini dari blognya mbak dokter evy. salam kenal, mas..

    @
    Salam kembali dari mars. he…he… Venus to Mars, jadi ingat kampiunnya Marketing, Hermawan Kartajaya….

    Suka

  6. erander said

    Baru kali ini saya membaca isi blog yang ok. Saya paling senang jika seseorang mengupas permasalahan dengan mengutip Al Qur’an. Seperti karya2 Agus Musthopa.

    Jawaban dari pertanyaanmu .. sebenarnya sudah terjawab mas. Lihat sekeliling anda. Bukankah sudah ada listrik, komputer, rumah, mobil, peralatan elektronik dlsbnya. Itulah misi dari Allah diciptakan-Nya manusia di muka bumi.

    Bayangkan kalo dimuka bumi tidak ada manusia. Mungkin hutan tetap jadi hutan, hewan beranak pinak dan hanya menunggu proses ekosistem secara urut kacang. Dan bumi dari jaman batu sampai dengan jaman sekarang .. tetap sama.

    Jadi .. gitu deh. Good. Two thumb buat tulisan mu. Boleh saya copy paste dan saya simpan ya? boleh kan? thanks banget .. kalo diijinkan.

    @
    Tentu, tujuan blog ini berbagi dan mencari keindahan. Saya berupaya mengutip dari sumber asli dengan meminimalkan interpretasi agar tidak ribet dengan tafsir.
    Setuju, misi Allah diciptakanNya manusia di muka bumi adalah begitu. Juga terhadap alam semesta. Berperan serta aktif memakmurkan karya cipta Allah.
    Lalu, mengapa Allah menciptakan alam semesta, berapa banyak alam semesta diciptakan Allah. Adakah hukum lain di luar alam semesta yang diperuntukan untuk lainnya? dan apalagi yang akan kita pertanyakan?
    Tentu saja pula silahkan kopi pais kalau suka, ini dunia tanpa peraturan yang batasannya adalah jaringan ke internet dan komputer…. (serta etika tentunya). Senang malah kalau disebarluaskan, lebih senang lagi kalau salah dikoreksi segera.
    Salam

    Suka

  7. ahmad irfan said

    assalamu alaikum wr.wb
    benar…..manusia hadir didunia ini untuk mengabdi kepada Allah….dng kata lain manusia harus terikat oleh aturan/hukum/edeologi yang berasal dari Allah …bukan dari yg lain…..bukan hukum manusia…bukan pula ideologi manusia…..

    terikat oleh syariat islam dalam segala aspek ….itulah pengabdian yang hakiki………
    wassalam

    @
    Wass. Wr. Wb.
    Sepertinya begitu, manusia terikat dengan hukum alam (sunnatullah) yang telah ditetapkan ->Qadla dan Qadar. Tapi tidak dengan aturan yang bersifat petunjuk, karena itu adalah pilihan yang diberikan. Silahkan pilih, mau yang berasal dari Allah atau yang berasal dari pikiran yang dicipta atau diprasangkakan. Mengapa pilihan diberikan : Karena pada satu masa, manusia mau menerima amanat ini. (QS 33:72). Ini menurut pikiran agor….
    Wass., agor

    Suka

  8. Jauhari said

    Tidak Ada yang sia sia bukan? Semua telah di GARISKAN demikian… dan sudah ada ALURNya 😉

    @
    Tentu,
    QS 23:115 Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

    Suka

  9. dhitos said

    Assalamu alaikum Wr.Wb
    Salam kenal mas Agor,..kok baru tahu saya ada blog bagus disini..
    mencerahkan, dan sekaligus menyisakan pertanyaan tak terjawab yang memicu kita dengan akal dan hati semakin mendekatkan diri kepadaNYA (dengan terus mencariNYA)..
    Wassalam

    @
    Wass. Wr.Wb, Mas Dhitos,
    Terimakasih pujiannya, agor hanya belajar saja kok.
    Semua pertanyaan yang menyangkut hakikat memang bukan kapasitas saya untuk memahami. Apalagi kalau pertanyaannya : Apakah hakikat alam semesta?. Apakah alam semesta yang dikenali manusia ini hanya satu-satunya yang diciptakan Allah?, Setelah surga, apa?…
    salam kenal kembali, agor

    Suka

  10. MANUSIA ITU MENGAPA ADA?
    Agar membuktikan Allah itu ada, karena manusia diberikan iman dan akal sesuai Yunus (10) ayat 100
    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    @
    Trims.. ini rahasia Illahi….

    Suka

  11. SYAMKUS said

    Ketika seseorang menyadari akan arti hidup yang sebenarnya maka dia memahami untuk apa dia diciptakan dimuka bumi ini? Dari mana asal muasal manusia yang sebenarnya?
    Terkadang kita hidup penuh dengan godaan dan cobaan. Yang menjadi masalah begitu banyak manusia tidak menyadari arti dari kehidupannya dimuka bumi ini. Manusia merasa dia hidup didunia ini untuk selamanya.

    @
    Dengan kata lain, serakah… kuncinya ada di kesombongan dan keserakahan. Kita melihat kematian, mengantar teman kita yang dipanggil. Lalu kita berdo’a, dan hati kecil kita seperti berkata : KITA TIDAK AKAN MENYUSUL MEREKA. Hidup berlanjut dan berjuang untuk 7 turunan….

    Suka

  12. Anonim said

    manusia pada hakikatnya adalah sebagai khalifah

    Suka

  13. Hamba Allah said

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    Kalau saya, pertanyaannya dimulai dari :
    Mengapa jagat raya (universe) ini harus ada?. (terlepas dari “siapa” atau “apa” yang menyebabkan “ada” atau menciptakan “ada”, ditinjau dari persepsi “siapapun”).

    Kemudian, kenapa harus ada bumi diantara anggota keluarga universe (alam semesta)?. (termasuk sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang tersedia atau disediakan didalamnya sebagai penunjang kehidupan untuk makhluk hidup termasuk manusia).

    Kenapa harus ada manusia dan makhluk pelengkap lainnya, baik sebagai rantai makanan maupun rantai penyakit bagi manusia,untuk mendiami bumi?.

    Silakan ditinjau dan dijawab, dari segi filsafat maupun dari segi religi, berdasarkan keyakinan atau agama masing-masing manusia (agama apa saja, termasuk agama pagan sekalipun).

    Wassalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh,

    @
    Wass.wrwbr.
    Dalam proses berpikir seperti ini, selalu bahwa objek yang diamati atau ditelaah tidak menjawab tentang mengapa dia ada. Tapi kita selalu mencari motif dari mengapa ada. Motif ini umumnya selalu ada pada kisaran di luar yang “ada” itu. Jadi, kalau mengapa ada roti di meja pada pagi hari ini, maka jawabannya terletak karena saya sebelum pergi makan roti. Pertanyaan akan terus mengapa saya bangun pagi, mengapa saya makan roti… Intinya, setiap kali kita menjelaskan “MENGAPA ADA” maka kita mendapatkan jawaban di luar “ADA”. Dan setiap jawaban di luar “ADA” akan melahirkan pertanyaan di luar “ADA” itu sendiri. Berkesinambungan.

    Maka jawaban tidak selesai yang kerap dibahas filsuf adalah pertanyaan tanpa jawaban. Agama menjawab karena Sang Pencipta berkehendak, atheis menjawab “pokokke ada” dan begitu saja ada dan akan terus ada. Ilmuwan juga mengenali sifat-sifat dari ada, tapi mengapa ada… tetap itu adalah jawaban filosofis.

    Karena itu, sejumlah ahli berpikir menyimpulkan Mengapa Ada, karena kita punya kesadaran untuk mengetahui ada. Jadi mengapa saya berpikir, yah… karena saya ada…. Mengapa saya ada?, yah… karena saya berpikir… jelasnya lebih baik tanya Rene deh.

    Suka

  14. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Begitulah manusia. Selalu menanyakan yang seharusnya “tidak seharusnya dan tidak perlu ditanyakan”.
    Memang betul. Kalau dijawab ” Karena diadakan “. Akan muncul pertanyaan : ” Why….. ?.”By who………?. “For what………?.
    Pertanyaan yang timbul demi kepuasan akal manusia.
    Kalau sudah mentok maka ada dua kemungkinan : Tambah mendekatkan diri kepada “Yang mengadakan” atau menjauhkan diri.
    Pilihan anda “TOP ONE” juga kan?.

    Wassalam,

    @
    Wassalamu’alaikum ww. Mas Abu…
    Memang di situlah “kehebatan akal pikiran” yang bertanya terus dan nafsusetan membisiki agar sampai pada titik “Siapakah yang menciptakan Tuhan ?”. Absurditas ini akan bekerja tanpa batas dan kita membatasinya dengan iman. Karena itu betul Mas Abu, selalu ada dua kemungkinan… dan kita tidak bertanya tentang Top One, tapi pada buah karyaNya yang tersebar di segala ufuk dan pada diri kita sendiri.
    Memperpendek angan-angan adalah proses untuk melindungi diri dari pertanyaan yang tidak pada tempatnya.
    Wassalam

    Suka

  15. Saya berpikir karena saya ada. Ada itu ada karena pikiran, diluar pikiran berarti tidak ada ada dong. Di sisi yang lain tiada itu juga tiada tanpa adanya pikiran juga. Hik Hik

    @
    Yang jelas “di luar pikiran” atau “tidak ada yang dipikirkan” maka tidak ada satu kata atau pikiranpun akan muncul. Karena itu, “diluar pikiran berarti tidak ada dong” adalah bukti kita berpikir…. hik..hik…
    Tiada atau ada adalah karena berpikir juga… jadi kalau begitu tidak ada keniscayaan apapun juga ketika kita tidak bisa berpikir (kata siapa?, itu kan pendapat pikiran juga… 😀 )

    Suka

  16. muhammad said

    Assalamualaikum wr.wb
    Mengapa manusia ada ?
    Mungkin ada baiknya pertanyaan itu kita luaskan dengan pertanyaan mengapa alam semesta dan seisinya ada ? jawabnya adalah ” Alloh Al Kholiq ingin disembah ”

    Nah,ini saya lemparkan satu pertanyaan agak mirip yang rada mengusik, Tolong buktikan, apakah Tuhan itu benar-benar ada ? ditunggu komentarnya…

    wassalam

    @
    Wass.ww.
    Jawaban Allah al Khaliq ingin disembah adalah jawaban yang harus dilihat dari esensi kehidupan manusia. Rasanya kurang atau bahkan tidak tepat “keinginan” dalam sebuah perbandingan dengan keinginan nafsu manusia untuk berkuasa dan ingin disembah. Karena itu, kalau pikiran kita berada pada sebuah reposisi itu, maka marilah melihat kembali segala jenis sesembahan, ketaatan mahluk hidup atau isi alam semesta.

    Untuk yang terakhir, membuktikan Tuhan itu benar-benar ada?. Tidak ada jawaban, Karena keimanan dan keyakinan adalah sebuah proses dan sekaligus sebuah pilihan. Anda dan saya sama-sama bersama semua mahluk hidup akan kembali kepadaNya, ingkar atau taat.

    Di sisi lain, saya juga bisa mengatakan bahwa saya tidak pernah dilahirkan karena saya tidak bisa membuktikan bahwa saya pernah dilahirkan. Bahkan orang tua saya pun tidak. Saya hanya percaya bahwa saya sudah besar dan punya ayah ibu !. Kalau orang lain atau tetangga saya sih lahir sebagaimana manusia lainnya, itu sangat belum tentu pada saya. Saya lahir secara ajaib.
    Itulah sisi kemudahan pikiran dan prasangkaan. Bahkan, cukup mudah pula saya membuktikan yang menulis komentar di sini adalah komputer, bukan manusia. 😀

    Suka

  17. Solas said

    Tuhan = maha mengetahui. Dgn kata lain, dia tidak bisa “mengalami” pengalaman. Tidak ada cerita yg belum dia dengar. Salah satu cara Tuhan utk “berpengalaman” adalah dgn menjadikan/menciptakan bagian dari diriNya yg “lupa” akan ke-maha mengetahuinya. Manusia = bagian dari Tuhan yg mendapatkan “pengalaman” karena ketidak maha tahuan dia.

    @
    Kesimpulan :
    Manusia = bagian dari Tuhan yg mendapatkan “pengalaman” karena ketidak maha tahuan dia.
    adalah titik nilai dari ketidaktahuan manusia.
    adalah penarikan kesimpulan dari pikiran/angan/logika manusia.
    Secara matematis, tentu saja logika ini memposisikan untuk mahamengetahui tapi sekaligus tidak mengetahui. Ini komposisi yang di luar nalar saya untuk memahami.:D

    Suka

  18. Semuanya terserah kepada ALLOOOH SWT Robb Semesta Alam Pencipta Langit dan bumi yang tidak pernah lelah dalam mengurusi setiap makhluk-makhluk ciptaan-NYA. Yang Maha Awal sampai Maha Akhir. Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Jadi pada intinya, bersyukurlah manusia-manusia yang dipilih-NYA yang diberikannya pengetahuan dalam pengalaman hidup manusia itu sendiri dalam menjalani kehidupannya, kebijaksanaan, dan lain sebagainya. Intinya lagi, jika manusia semuanya beriman dimuka bumi, niscaya manusia juga semuanya diberikan-NYA jalan petunjuk. Hayati dan amalkanlah makna isi tafsir dari QS AL-FATIHAAH 1-7.Semuanya terpulang kepada ALLOOOH semata dikarenakan segala isi kehidupan termasuk jiwa raga kita adalah miliknya. Jadi sudah sepantasnyalah kita beriman kepadanya untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa. AAAMIIIN YA ALLOOOH

    Suka

  19. byr said

    Manusia itu mengapa ada?

    Ada baiknya kita merujuk ke Al Baqarah ayat 30:
    Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang KHALIFAH di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan KHALIFAH di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Rabb berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:30)

    Ada kesan yang tersirat bahwa hal tersebut (mengapa ALLAH menciptakan manusia) adalah “Hak Prerogatif” ALLAH SAW. Seandainya ALLAH menginginkan, tentu akan di”umum”kan secara jelas di Al Quran ataupun melalui Sabda Nabi (Hadist).

    Mungkin untuk saat ini, jawaban yg bukan jawaban (“Karena ALLAH menghendaki begitu.”) adalah hal yang mau tidak mau harus kita terima. Tentu saja tanpa mengurangi ikhtiar kita untuk memperhatikan, mempelajari dan memahami “tanda-tanda” kebesaran ALLAH.

    Mudah-mudahan ALLAH memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang hal tersebut kepada siapa yang dikehendaki-Nya

    Allah memberikan HIKMAH kepada siapa yang diKEHENDAKI-Nya. Dan barangsiapa yang diberi HIKMAH, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)

    Wassalam,

    Suka

  20. Bois said

    Hi!
    Assalamu’alaikum… (Ucapan salam khusus untuk saudaraku yang muslim)

    Sekedar menambahkan…

    Allah SWT telah menciptakan Aql (akal) yang dilengkapi dengan ego dan nurani. Agar ketiganya berguna, maka diberikanlah kepada jin (sebagai khalifah), karena jin tidak mampu (ego dominan), maka diberikanlah kepada manusia (sebagai khalifah), sebagai bukti kalau nurani pun bisa dominan. Jadi karena penciptaan Aql inilah maka terciptalah manusia.

    Al Baqarah 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

    Al Hijr 27. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.

    Al Hijr 28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,

    Al Hijr 29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].

    Al Kahfi 50. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam [884], maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.

    Jika dicermati, ayat-ayat diatas menunjukkan kalau sebelum manusia diciptakan jin lah yang lebih dulu diciptakan dan dipercaya menyandang gelar itu (khalifah), namun ternyata tidak ada seorang jin pun yang teruji mampu menjadi khalifah. Karena itulah, akhirnya Allah menciptakan manusia untuk menggantikan peran jin sebagai khalifah. Dan karena itu pula, pada saat itu malaikat dan jin diperintah untuk bersujud kepada Adam. Namun, jin yang paling soleh dari golongannya pun akhirnya menjadi takabur, dan hal itu semakin membuktikan kalau golongan jin memang tidak pantas menyandang gelar itu. Sebab, seorang khalifah adalah pemimpin yang memimpin berdasarkan perintah Allah yang diakuinya sebagai pimpinan tertinggi. Dialah jin yang bernama Iblis, pimpinan bangsa jin yang terbukti memang tak pantas menyandang gelar khalifah.

    Itulah hakikat hidup yang sebenarnya kenapa manusia diciptakan, dan akhirnya manusia pun harus di uji demi memuaskan bangsa malaikat dan bangsa jin, agar mereka benar-benar yakin kalau Allah menyuruh mereka untuk sujud kepada manusia adalah perkara yang benar. Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha adil lagi Maha Bijaksana.

    Demikianlah apa yang bisa saya sampaikan, dan mengenai kebenarannya Wallahu’alam…

    Wassalamu’alaikum… (Ucapan salam khusus untuk saudaraku yang muslim)
    bye… and Peace V ^_^

    Suka

    • agorsiloku said

      Wassalamu’alaikum Bang Bois… trims untuk catatannya. Ada sedikit pertanyaan/didiskusikan : …Jika dicermati, ayat-ayat diatas menunjukkan kalau sebelum manusia diciptakan jin lah yang lebih dulu diciptakan dan dipercaya menyandang gelar itu (khalifah), namun ternyata tidak ada seorang jin pun yang teruji mampu menjadi khalifah…. –> ini sedikit berbeda dengan QS 33:72 …. amanat hanya diterima manusia yang zalim dan bodoh. Jadi jin pun tidak pernah diberikan penawaran untuk memegang amanat jadi khalifah.

      Suka

      • Bois said

        Assalamu’alaikum… Mas Agor

        Terima kasih Mas Agor, Anda memang jeli sekali dalam hal ini. Sebetulnya hal itu memang tidak tersurat, namun tersirat. Mohon maaf dan harap maklum jika saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut lantaran kurangnya ilmu komunikasi saya.

        Wassalamu’alaikum… Mas Agor
        Peace V ^_^

        Suka

  21. zamahsari said

    pembahasannya dalem banget, mulai dari atas sampai bawah saya masih mikir gimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari atau cuma buat pengetahuan aja.
    tapi satu yang selalu menjadi pegangan bahwa semua itu untuk meningkatkan kekaguman kita terhadap ciptaan Allah.

    Suka

  22. Faishal Hermawan said

    Assalamu’alaikum wr wb
    salam kenal Pak Agor, saya senang sekali membaca blog bapak.
    Senang sekali klo kita bertukar pikiran.

    Tentang keberadaan manusia ini memang membuat kehabisan berfikir tapi selalu ada muncul pertanyaan di kepala tapi tdk pernah terjawab seperti ada hijab/sesuatu yg memang dirahasiakan dan tdk akan pernah diketahui mahlukNya siapapun kecuali Dirinya. Kenapa ? ya Kenapa ALLAH ingin menciptakan/meng-ADA-kan manusia ? agar ingin disembah ? di cintai manusia ? ALLAH ingin dikenal ? apakah ALLAH membutuhkan itu semua ? tentu Dia tdk pernah membutuhkan apa-apa dari mahlukNya. Andaikan ALLAH membutuhkan mahlukNya beribadah padanya mungkin cukup Dia menciptakan malaikat saja. Kenapa ALLAH ingin menciptakan alam semesta dan drama kehidupan ini ? sampai akhir nantinya kembali tiada. Terus dan terus ada saja pertanyaan di kepala tapi itulah keterbatasan kita memahamiNya. Para ahli tasawwuf, sufi, ahli tarekat, ilmuwan dll semua mencoba mencari tahu.

    tapi ada satu ayat yg saya rasa mewakili ketidakpahaman & ketidaktahuan saya, Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah (2) : 30), Kalimat terakhir inilah yg menutup pertanyaan2 di kepala saya istilah gaulnya kata ALLAH “AKU Maha Tahu segalanya sedang kamu nggak tahu apa-apa”, jangankan manusia…malaikat sendiri saja tdk tahu 🙂

    Wassalam

    Suka

    • agorsiloku said

      Wassalamu’alaikum wr.wb.
      Terimakasih untuk catatanya, banyak hal manusia memang mahluk yang tidak sabar dan selalu bertanya, mahluk berpikir dan jawabannya adalah kita sesungguhnya memang tidak tahu. Kita memang tidak “tahu” mengapa kita hidup. Untuk ibadah dalam artian seluas-luasnya untuk menjalani sebuah pesan sebagai khalifah…..
      Wassalam.

      Suka

Tinggalkan komentar