Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

ILMU PENGETAHUAN DAN WAHYU AL-QUR’AN

Posted by agorsiloku pada November 3, 2007

Koleksi Artikel Ahmeed Deedat

Penghargaan Spontan

Saat ini, terdapat sekitar satu milyar umat Islam di dunia yang tanpa ragu-ragu menerima Al-Qur’an sebagai “Firman Allah” dan sebuah “Mu’jizat”.

Mengapa tidak seharusnya, bahkan ketika musuh-musuh memberikan penghargaan yang tidak diminta sehubungan dengan mu’jizat alamiah dari kitab Tuhan ini. Pendeta R. Bosworth-Smith dalam bukunya Mohammed and Mohammedanism, menulis opini tentang Al-Qur’an:

1.”Sebuah mu’jizat dari kemurnian gaya bahasa, kebijaksanaan dan kebenaran.” Orang Inggris yang lain –A.J. Arberry, pada kata pengantar terjemahan Al-Qur’an berbahasa Inggrisnya– berkata:
2.”Setiap saya mendengar Al-Qur’an dibacakan, sepertinya saya sedang mendengarkan musik. Dalam alunan melodi, selama itu terdapat suara yang terus-menerus memukul sebuah drum, seperti memukul-mukul hati saya.”
Dari kata-kata ini dan selebihnya pada kata pengantarnya, ia bersuara seperti seorang Muslim, tetapi sangat menyesal ia meninggal tidak dalam Islam. Dan orang Inggris lainnya seperti, Marmaduke Picktall dalam kata pengantar untuk terjemahan Al-Qur’annya, melukiskannya sebagai:
3. “Simfoni yang tak ada bandingnya, suara yang benar-benar dapat menggerakkan manusia menangis dan luar biasa gembira.”
Penulis ini memeluk Islam sebelum menterjemahkan Al-Qur’an, dan kita tidak dalam sebuah posisi untuk membuktikan apakah ia menulis pengaruh tersebut sebelum atau sesudah perubahannya.
4. “Setelah Injil, Al-Qur’an adalah kitab agama yang paling mulia dan paling mempunyai kekuatan di dunia” (J. Christy Wilson dalam Introducing Islam, New York 1950.).
5. “Al-Qur’an adalah Injil kepunyaan Mohammedan, dan lebih dihormati daripada kitab suci lainnya, lebih dari Perjanjian Lama orang Yahudi atau Perjanjian Baru orang Kristen.” (J. Shillidy, D.D. dalam The Lord: Jesus in the Koran, Surat 1913, p.111).

Kita dapat dengan mudah mengemukakan selusin lebih kata-kata pujian terhadap daftar di atas. Teman-teman dan lawan sepertinya memberikan pujian spontan terhadap wahyu Tuhan yang terakhir dan penghabisan –Al-Qur’an. Orang-orang pada masa Muhammad melihat pada keindahan dan keagungannya, kemuliaan seruannya dan keluhuran perintah sucinya, tanda-tanda dan mu’jizat Tuhan bekerja, dan diterima Islam. Untuk semua penghargaan dan pembuktian tersebut, orang-orang yang tidak percaya dan meragukan mungkin berkata bahwa ini semua adalah perasaan subyektif. Dia mungkin lebih jauh berdalih tidak mengetahui bahasa Arab.

Terdengar dia berkata, “Saya tidak melihat apa yang kamu lihat, tidak juga merasa seperti yang kamu rasa. Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa Tuhan ada dan Dia-lah yang mewahyukan utusan-Nya, Muhammad, dengan perintah suci yang indah itu; Al-Qur’an?” Dia melanjutkan “Saya tidak menyangkal keindahan filsafatnya, etika praktis dan ketinggian moralnya, Saya bersedia mengakui bahwa Muhammad adalah seorang yang tulus dan memberikan banyak ajaran yang indah untuk kesejahteraan manusia. Yang tidak dapat saya ikuti adalah apa yang umat Islam nyatakan ‘sebuah kekuatan gaib untuk pendikteannya.’
Logika Yang Beralasan

Untuk simpati semacam ini, meski bermental ragu-ragu, Penulis kitab (Al-Qur’ an) menggunakan berbagai macam tipe argumen untuk memecahkan keraguannya. Bagi orang-orang atheis dan yang ragu-ragu, pengejek dan bimbang, orang yang mempunyai sangat banyak ilmu pengetahuan dan orang yang menganggap dirinya sebagai “raksasa intelektual”, masalah tersebut diarahkan kembali ke dasar bahwa mereka pada kenyataannya seperti “orang kerdil”. Mereka seperti orang kerdil yang mengalami perkembangan tidak normal dalam bagian apapun dari panca indera, seperti ukuran kepala yang terlalu besar pada tubuh yang kecil, Pencipta Yang Maha Tinggi mempertanyakannya.

Tetapi sebelum kita mengajukan pertanyaan Tuhan kepadanya, izinkan saya memuaskan keingintahuan saya sendiri. “Anda orang berpengetahuan yang telah belajar astronomi dan yang mempelajari alam semesta kita melalui teleskop Anda yang hebat seperti jika meneliti dengan cermat sebuah obyek yang berada dalam kekuasaan Anda; katakan pada saya bagaimana terjadinya alam semesta ini?” Orang berpengetahuan ini meski kurang dalam pemahaman spiritual, sangat murah hati dalam membagi pengetahuannya. Dia dengan segera memberi tanggapan. “Baik,” ia memulai,

“Milyaran tahun yang lalu alam semesta kita adalah sebuah bagian zat, dan kemudian terjadi sebuah “Big Bang” di pusat gumpalan zat raksasa tersebut dan bongkahan zat yang kuat itu mulai berterbangan ke segala arah. Dari “Big Bang” tersebut sistem solar kita berasal, begitu juga galaksi, dan sejak itu tidak ada pertahanan di angkasa terhadap momentum yang dibangkitkan oleh ledakan awal, bintang-bintang dan planet-planet berotasi dalam orbitnya….”

Pada titik waktu ini, ingatan saya menggelitik –teman-teman materialis tampak dengan rahasia menyerap pengetahuan mereka dari Surat Yaasiin.

“Dan, matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan, telah Kami tetapkan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai kepada manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan, masing masing beredar pada garis edar nya.” (QS. Yaasiin: 38-40)

Ilmuwan atheis tersebut melanjutkan. “Kita adalah ‘perluasan’ alam semesta. Galaksi surut dari kita dengan kecepatan yang selalu bertambah cepat, dan suatu saat mencapai kecepatan cahaya, kita tidak akan dapat melihatnya lagi. Secepat mungkin kita harus membuat teleskop yang lebih besar dan lebih baik untuk mempelajarinya, jika tidak kita akan ketinggalan”

“Kapan Anda menemukan cerita dongeng ini?” kami bertanya. “Tidak, ini bukanlah cerita dongeng tetapi fakta ilmu pengetahuan!” teman kami meyakinkan kami. “Baiklah, kami menerima kenyataan yang Anda katakan, tetapi kapan Anda benar-benar mengetahui kenyataan tersebut?”

“Baru kemarin!” Dia menjawab. Lima puluh tahun, sesudah semuanya, baru ‘kemarin’ dalam sejarah umat manusia. “Seorang Arab yang tidak berpengetahuan pada padang pasir lebih dari 1400 tahun yang lalu tidaklah mungkin mempunyai pengetahuan ‘Big Bang’ dan “perluasan alam semesta” Anda, benar?” kami bertanya. “Tidak, tidak pernah!” ia menjawab dengan sombong. “Baik, jika demikian dengar apa yang dikatakan Nabi ummi tersebut:”

“Dan, Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 33).

Teori ‘Big Bang’

Tak dapatkah Anda melihat kata-kata “Orang yang tidak percaya” dalam kutipan pertama di atas secara khusus ditujukan kepada Anda –orang-orang yang berpengetahuan– para ahli geografi astronomi, orang yang setelah membuat penemuan yang menakjubkan dan menyampaikan penemuan tersebut kepada umat manusia, masih tetap “buta” seperti tidak ‘melihat’ penulisnya? “Dengan pengetahuan dan ensiklopedi, kita mungkin melupakan ketuhanan, dalam percobaan-percobaan kita itu”, kata Thomas Carlyle.

Dimanakah pada bumi ini seorang pengendara unta di padang pasir dapat mengumpulkan sedikit demi sedikit ‘Fakta-fakta Anda 14 abad yang lalu, kecuali dari pembuat ‘Big Bang’ sendiri?

Asal Mula Kehidupan

“Dan Anda para ahli biologi yang kelihatannya me-nguasai seluruh mahluk hidup, namun mempunyai keberani-an mengingkari sumber kehidupan, yaitu Tuhan: katakan kepada saya, berdasarkan penelitian kebanggaan Anda; dimana dan bagaimana asalnya kehidupan?

Seperti sekutunya, ahli astronomi ‘yang tidak percaya’, ia juga memulai–“Baik. Milyaran tahun lalu zat di laut mulai menghasilkan protoplasma yang darinya datanglah amoeba; dan dari lumpur di dalam laut tersebut datanglah segala sesuatu yang hidup. Dalam satu kata “semua kehidupan” berasal dari laut, yaitu air!”

“Dan, kapan Anda menemukan fakta bahwa semua benda yang hidup berasal dari air?”

Jawabnya tidak berbeda dengan teman astronomnya yang terdahulu, “Kemarin!”

“Tidak ada manusia terpelajar, tidak seorang filosof atau penyair telah pernah dapat menebak penemuan biologis Anda 14 abad yang lalu, benar?”, kami bertanya.

“Tidak, tidak pernah!”, katanya.

“Baik, maka, dengarkanlah anak tak berpendidikan dari padang pasir ini!”

“Dan, apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya adalah suatu yang padu. Kemudian Kami pisahkan antar keduanya. Dan, dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiyaa’: 30).

Pernyataan di atas diuraikan lebih jauh dalam Kitab Tuhan:

“Dan, Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki; sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki: Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nuur: 45).

Anda tidak akan kesulitan memperhatikan bahwa kata-kata dari pencipta alam semesta Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu ditujukan kepada Anda orang-orang yang berpengetahuan dalam menjawab keragu-raguan Anda saat ini. Ini kenyataan yang berasal dari luar mereka melebihi kemampuan penduduk padang pasir 14 abad yang lalu. Penulis tersebut (Tuhan Yang Maha Kuasa) sedang memberi alasan kepada Anda, orang-orang yang berpengetahuan, bagaimana Anda dapat tidak mempercayai Tuhan? Anda seharusnya orang yang paling akhir mengingkari keberadaan-Nya namun ternyata Anda yang pertama! Kelemahan apa yang telah membuat Anda mengikuti ego menutupi perasaan logis Anda?

Dan kepada para ahli botani, zoologi dan psikologi yang, berlawanan dengan pengetahuan mereka yang mengagumkan ke dalam kealamiahan segala sesuatu, menolak mengenali Tuhan Pencipta. Biarkan mereka kemudian menilai ucapan Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam juru bicara Tuhan.

“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yaasiin: 36).

* “Diciptakan Berpasangan” Misteri seks berlaku atas semua ciptaan –pada manusia, pada kehidupan hewan, pada kehidupan tumbuhan, dan pada sesuatu yang lain yang kita tidak tahu. Kemudian terdapat kekuatan pasangan berlawanan di alam, misalnya listrik positif dan negatif dan lain-lain. Atom itu sendiri terdiri dari inti yang bermuatan positif atau proton, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Hukum materi itu sendiri karenanya mengacu sebagai pasangan energi yang berlawanan. (Komentar oleh A. Yusuf Ali).
Tanda-tanda Tuhan

Ayat-ayat dari “Kitab yang jelas” ini, kitab suci Al-Qur’an dengan jelas diterangkan oleh Al-Qur’an dengan sendirinya. Para pelajar Al-Qur’an melihat tulisan Tuhan yang tidak pernah salah dalam setiap penemuan manusia. Terdapat “tanda-tanda”, “mu’jizat” dari kedermawanan dan penghargaan Tuhan untuk menghilangkan keraguannya dari menguatkan keimanannya.

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda bagi orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 22).

Ironisnya, ‘orang-orang berpengetahuan’ suka menentang! Materi ilmu pengetahuan yang sangat luas membuat mereka membusungkan dada dengan bangga. Mereka kekurangan perasaan rendah hati yang sesungguhnya yang pergi bersama dengan seluruh pengetahuan yang benar. Dalam kata-kata seorang Perancis modern:

“Pengamatan di atas tersebut (berdasarkan tesisnya sendiri) membuat hipotesa lanjutan yang dibuat oleh orang-orang yang melihat Muhammad sebagai penulis Al-Qur’an tak dapat dipertahankan. Bagaimana seorang manusia, dari keadaan tidak dapat menulis, menjadi penulis yang paling penting, dipandang dari segi literaturnya, dalam seluruh literatur Arab?

Bagaimana ia kemudian dapat mengucapkan kebenaran-kebenaran pengetahuan alam yang orang lain tidak dapat membuatnya pada saat itu, tanpa sedikit pun membuat kesalahan dalam pengucapan pada masalah tersebut?” (Lihat The Bible, the Qur’an and Science p. 125 oleh Maurice Bucaille).

Inspirasi Awal

Benih-benih buklet ini, “Al-Qur’ an –Mu’jizat dari mu’-jizat-mu’jizat,”– mungkin disebar oleh duta besar keliling Islam, orator ulung –Maulana Abdul Aleem Siddiqui. Saya masih bersekolah ketika ia mengunjungi Afrika Selatan dalam ceramah kelilingnya pada tahun 1934. Di antara banyak pembicara terpelajar, saya mendengarnya berbicara pada “Pengembangan Ilmu Pengetahuan oleh Umat Islam.”

Sesudah itu, sebuah buklet dengan judul yang sama dipublikasikan oleh World Federation of Islamic Missions (Federasi Dunia Misi-misi Islam ), Karachi, Pakistan, yang membawa kembali kegembiraan dan getaran hati dari ceramah, yang telah saya dengar dalam usia belasan tahun. Kenangan atas abdi Islam tersebut, saya produksi ulang di sini, untuk anak cucu, beberapa kata yang telah dikatakan tentang hubungan antara kitab suci Al-Qur’an dan cabang-cabang ilmu pengetahuan:
Peringatan Terhadap Ilmu Pengetahuan

“Penekanan Al-Qur’an untuk mempelajari alam secara ilmiah adalah fenomena unik dalam literatur keagamaan dunia. Hal ini menarik perhatian kita berulang-ulang terhadap bermacam-macam fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Berulang-ulang memperingatkan umat Islam bahwa mencari ilmu pengetahuan adalah salah satu kewajiban agama. Secara berulang menekankan kebenaran besar yang tidak diketahui dunia sebelum turunnya Al-Qur’an bahwa segala sesuatu di alam adalah untuk melayani manusia dan harus dimanfaatkan untuk kegunaannya. Memperingatkan kita agar mempelajari struktur dan fungsi organ manusia, struktur, fungsi dan distribusi hewan, bentuk, struktur, fungsi, klasifikasi dan distribusi tumbuhan, dan ini semua adalah masalah ilmu biologi.

* “Memperingatkan kita untuk mempelajari susunan alam dan sifat materi secara umum sebagai pengaruh energi, yang merupakan masalah ilmu fisika modern.”
* “Memperingatkan kita untuk mempelajari sifat-sifat zat baik dasar atau campuran dan hukum-hukum kombinasinya dan aksi satu zat atas yang lainnya yang merupakan masalah ilmu kimia modern.”
* “Memperingatkan kita untuk mempelajari struktur dan mineral penyusun bumi, lapisan susunan yang berbeda, perubahan yang terjadi dalam materi organik dan anorganik dan lain-lain, dan lain-lain, yang merupakan masalah ilmu geologi modern.
* “Memperingatkan kita untuk mempelajari penggambaran bumi secara umum, pembagian fisiknya menjadi lautan, sungai-sungai, gunung-gunung, daratan dan lain-lain, serta mineral-mineral, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan di dalamnya, dan pembagian politisnya yang merupakan masalah ilmu geografi modern.”
* “Memperingatkan kita untuk mempelajari alasan-alasan yang menyebabkan pergantian hari dan malam, perbedaan musim, pergerakan planet-planet dan fenomena angkasa lainnya, yang merupakan masalah ilinu astronomi modern.”
* “Memperingatkan kita untuk mempelajari pergerakan angin, formasi dan evolusi awan dan produksi hujan, dan fenomena serupa lainnya, yang merupakan masalah ilmu meteorologi modern.”

Selama berabad-abad, umat Islam memimpin dunia dalam bidang ilmu pengetahuan. Kemudian secara perlahan, kepemimpinan itu lambat-laun mulai hilang dari tangan mereka. Umat Islam telah gagal dalam peran kepemimpinan mereka dan orang-orang materialistis Eropa bergerak maju mengisi kekosongan kepemimpinan yang ditinggalkan oleh umat Islam.

Lebih jauh, Maulana mencatat kontribusi yang dibuat oleh umat Islam sebagai berikut:

“Pergolakan intelektual yang dibuat oleh Islam adalah salah satu yang dahsyat. Tidak ada bagian pengetahuan apapun yang tak tersentuh oleh para sarjana Muslim dan mengukir sebuah kedudukan tinggi bagi mereka sendiri.”

“Sejujurnya, Islam menghendaki komunitas umat Islam menjadi komunitas intelektual, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan semua bentuk pengetahuan lainnya adalah satu dari tujuan utama Islam. Jika bukan karena umat Islam, Eropa tidak akan pernah melihat jalan ke arah Renaissance dan era ilmu pengetahuan modern tidak akan pernah dimulai. Bangsa-bangsa tersebut telah menerima ilmu pengetahuan dari Eropa secara tidak langsung; pada kenyataannya adalah murid-murid masa lalu dari komunitas Islam. Umat manusia berhutang pada Islam, hutang yang tidak akan pernah dapat dibayar, dan terima kasih yang tidak akan pernah dilupakan.”

Orator ulung ini (Maulana) mengakhiri penjelasan yang bagus sekali dari topik “Pengembangan Ilmu Pengetahuan oleh Umat Islam” dengan kata-kata:

“Sebelum saya menyimpulkan, izinkan saya menegaskan sekali lagi bahwa komunitas Islam betul-betul merupakan kreasi Islam yang pada gilirannya berakar dalam wahyu Tuhan. Hanya iman dan penerapan (ajaran) Islam yang dapat membuat seseorang menjadi Muslim. Dalam Islam ada yang disebut kewajiban agama di mana seorang Muslim harus menyelidiki realitas obyek di sekitarnya, sehingga penyelidikan ilmiahnya itu dapat membimbingnya untuk mengetahui penciptanya. Penyelidikan ilmu pengetahuan dalam Islam bukanlah suatu akhir tetapi sebuah alat untuk proses pencapaian dari sebuah akhir yang lebih tinggi. Yang betul-betul merupakan akhir sebenarnya dari kemanusiaan.

“Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156).

Ceramah Yang Saya Tinggalkan

Saya mendapat kehormatan mendengarkan pidato di atas secara langsung pada tahun 1934. Di akhir tigapuluhan saya mempunyai pidato tersebut dalam bentuk sebuah buklet. Saya menghafalnya dengan beberapa perubahan dan modifikasi, selagi masih bekerja di toko Muslim pada stasiun Adams Mission. Saya begitu bersemangat, sehingga saya mengatur rencana dengan kampus Adam untuk berpidato dan memberi kuliah kepada para mahasiswa dengan topik tersebut. Pada waktu itu saya tidak sepenuhnya mengerti besarnya tugas saya tetapi saya tidak akan pernah yakin sampai atasan Muslim saya datang untuk menolong saya? Dia mengancam akan memecat saya jika saya tidak membatalkan kuliah umum pertama saya. Saya mundur. Atasan saya betul-betul sudah menyepelekan peringatan Allah. Saya juga, tidak mengetahui lebih baik. Saya tidak dapat berkata sikap apa yang harus diambil jika saya mendapat peringatan ini:

“Katakanlah: ‘Jika bapa-bapa, anak anak, saudara-saudara, istri istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dan pada Allah dan Rasu1-Nya dan dari berjihad di Jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24).

Terima kasih (?) kepada saudara saya yang penakut, kuliah pertama saya bagi misionaris Kristen dan siswa pelatihan pendeta yang telah dengan tekun saya rencanakan, hafalkan, dan latih menjadi tak berarti. Barangkali saya dikembalikan 10 tahun karir saya dalam pidato umum. Terdapat berjuta-juta orang seperti atasan Muslim saya yang ketakutan oleh pertimbangan-pertimbangan materi seperti disebutkan dalam ayat di atas, orang yang tidak hanya tidak akan menyampaikan perintah suci Islam sendiri tetapi menghalangi semua yang telah dipersiapkan untuk melakukan tugas itu. Namun mereka menunjukkan sikap yang paling shaleh: menjadi tidak berguna –Allah melukiskan hal tersebut: “Pelanggar yang sesat!”
Terima Tantangan Tersebut

Pada pidato yang terdahulu Maulana telah menarik perhatian kita terhadap peringatan Al-Qur’an kepada kita untuk merenungkan ilmu biologi, fisika, kimia, geologi, meteorologi dan lain-lain. Baru-baru ini sarjana seperti Maurice Bucaille, Keith Moore dan Sheik Zindani telah menulis aspek ilmu pengetahuan yang berbeda dari Al-Qur’an. Tetapi jangkauannya tanpa batas. Al-Qur’an yang mulia adalah sebuah lautan pengetahuan. Pada dunia spesialisasi ini para cendikiawan Muslim harus menerima tantangan yang diisyaratkan oleh Maulana pada pertengahan tiga puluhan. Mereka tidak perlu mencoba-coba dalam setiap bidang. Masing-masing mempunyai spesialisasi khususnya sendiri. Generasi muda Islam sangat membutuhkan informasi dan artikel serta brosur-brosur kecil tentang berbagai ilmu pengetahuan untuk merangsang hasrat mereka. Ensiklopedi mungkin menyusul. Insya Allah!

Saya tidak perlu minta maaf karena menyerahkan penjelasan ilmu pengetahuan Qur’ani kepada para cendikiawan Muslim. Bahkan para non-Muslim harus didorong untuk menggali kedalaman hikmah seperti diabadikan dalam kitab Allah. Sebagai seorang awam, saya akan berbagi dengan Anda mu’jizat alamiah dari Al-Qur’an dalam apa yang tampak buat saya sebagai fakta-fakta yang sederhana, biasa.

The Choice Islam and Christianity
Judul edisi Indonesia: Dialog Islam Kristen
Pengarang: Ahmeed Deedat
Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Cetakan I: Juni 1999, Cetakan II: September 1999 (Revisi)
(Versi online dilakukan oleh jrm@detik.com September 2000)

16 Tanggapan to “ILMU PENGETAHUAN DAN WAHYU AL-QUR’AN”

  1. El Za said

    Assalamualaikum wr wb.

    SUBHANALLAH…..
    tongkat estafet ditangan kita.

    Wassalamualaikum wr wb.

    @
    Wass. Wr.Wb.
    Tulisan yang membumi dan komprehensif dari Ahmeed Deedat…. layak kita renungkan. Wass

    Suka

  2. kurtubi said

    Harus direnungkan lebih mendalam.. makasih artikelnya bos… 🙂

    @
    ha…ha…ha… saya orang Indon Mas Kurtubi, bukan Bosnia….

    Suka

  3. Begitulah, Al Qur’an adalah satu-satunya kitab eksak di alam semesta ini. Berisi kepastian dari sejak awal penciptaan alam semesta sampai penghancuran dan penciptaan ulang (qiyamah).

    Selayaknya seorang muslim bangga mempunyai kitab yang begitu hebat dan selayaknya seorang muslim harus taddabur Al Qur’an tiada henti sepanjang hayat dan terus diwariskan kepada generasi berikut sampai akhir jaman.

    Sering orang menyebur sekuler orang yang memisahkan segala hal keduniawian dengan keakheratan. Padahal tanpa disadari orang yang tekun di pesantren dengan belajar kitab-kitab kuning pun sebenarnya juga sekuler karena memisahkan kehidupan dunia dan akherat.

    Seharusnya manusia merengkuh keduanya karena Al Qur’an pun memberikan petunjuk yang sangat lengkap tentang semua ilmu pengetahuan yang luput ditafsirkan oleh kaum ulama pesantren. Sudah saatnya ulama adalah yang ahli dalam ilmu pengetahuan dengan dasar pemahaman Al Qur’an yang kuat.

    Belum terlambat senyampang nyawa masih di badan.

    Salam,

    Elfarid

    @

    Betul Mas Elfarid, saya ingin garisbawahi :…memisahkan segala hal keduniawian dengan keakheratan. Bentuk-bentuk ini secara halus bisa disampaikan dalam berbagai warna, meski esensinya sama : Masuk di ruang publik, ruang private, Memenuhi kaidah ibadah semata-mata dipisahkan dari kehidupan dunia. Kesalehan sosial bertumpu pada etika dan sudut pandang moral.

    Pandangan untuk mengkombinasikan sains dan Al Qur’an sebagai petunjuk, secara nyata masih terbata-bata. Di sisi lain, sains semakin merujuk pada satu fakta baru bahwa dunia empiris tidaklah dapat menjelaskan seluruh fenomena pengamatan pada alam ini. Perjalanan sufistik sepertinya akan bertemu dengan aspek-aspek rasional yang selama ini sering dinomorduakan. Kemudian disadari bahwa antara materi dan immateri (spiritual) kemudian menampakkan dirinya seperti sekeping mata uang dilihat dari sisi-sisi berbeda…… Karena itu ilmuwan sufistik menjelaskan fenomena ini sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin. Tak terpisahkan. Sama seperti kita memahami bahwa yang menggerakkan aspek-aspek jasmani dan respon, dipahami dari sudut-sudut jiwa…..

    Suka

  4. Dimas said

    Terima kasih mas Agor untuk artikelnya. Banya sekali ilmu yang saya pelajari dari beliau terutama melalui VCD ceramah beliau. Khususnya perbandingan antara agama Kristen dan Islam. Semoga ilmu yang beliau tinggalkan kepada kita menjadi amal jariah bagi beliau. Semoga Allah meridhoi beliau. amin

    *kangen melihat senyum sheikh Ahmed Deedat*

    @
    Beliau memang memiliki pedang tajam analisis dan ungkapan yang membuat kita terpesona dibuatnya….

    Suka

  5. JINGGA said

    ASSALAMMU ALAIKUM WR.WB,-

    ALHAMDULILLAH..
    sudah seharusnya ORANG PINTAR, ORANG BIJAK dan ORANG BERAGAMA bergabung… sekaligus LEBIH PERFECT kalo dia CARI ORANG yang PEKA HALUS BUDI PEKERTI dan punya HATI NURANI hingga semua SUDUT PANDANG ILMU agama dapat benar – benar kita bedah….kita LIAT dan BANDINGKAN dari JAMAN ke JAMAN dari SEJARAH AWAL hingga SEJARAH AKHIR…

    saya RASA semua jelas di TIAP KITAB SUCI dan DI SEMPURNAKAN dan DI “TAMMAT” kan di ALQURAN..!
    andaikan kita INI MENGERTI dan BENAR – BENAR PAHAM..
    KITA SUDAH BERADA DIDALAM SEJARAH “TERCIPTANYA ALQURAN= sebagai kitab SUCI” ANDAI ALLAH membuka KITABNYA kita ini ada DI TENGAH JUS ( Jus 17)
    Mudah baginya MENG HATTAM kan AL – QURAN…Hingga NASIB KEHIDUPAN KITA BERAKHIR SIA – SIA KITA MATI dalam KETIDAK TAHUAN KEBODOHAN yang mana KITA sudah BERAWAL dari UMMI harusnya KITA MATI dengan TAU MANA yang BENAR…!! dalam KEYAKINAN kita seperti KEHENDAKNYA…!!
    HINGGA ALLAH dengan kemurahannya BELUM MENNAMMATKAN kita…
    dia paham KITA adalah BODOH dan TIDAK TAHU.. (dan DIALAH yang MAHA TAU…)
    BAGAIKAN GURU ALLAH selalu kembali MEMBIMBING setiap KITA TIBA di PRAKTEK yang SALAH…!
    BAGAIKAN IBU yang PENYANYANG
    ALLAH SELALU ,…. dengan SABAR membimbing KITA bagaikan IBU NABI MUHAMMAD membimbing NB.MUHAMMAD SAW di Waktu KECIL.. hingga DIA MENJADI NABI terAKHIR yang MENYEMPURNAKAN … dan DARI ILMU NYA (ILMU ALLAH dalam WAHYU) NABI MUHAMMAD pun YAKIN … BILA dia WAFAT… kelak UMMATNYA tidak akan TERSESAT bila dia YAKIN seperti KEYAKINAN NABI MUHAMMAD kepada ALLAH walau MASIH UMMI atau BODOH atau BUTA sekalipun.

    Hingga DIA tidak minta kita BUKA KITAB DUNIA… untuk mencari DIA,, namun BUKA hati BUKA mata dan BACA cukup JUS AMMA dalam AL FATIHAH kita akan temui samudra ILLAHI….!! saya PERCAYA itu.

    Karena ALLAH tau MANUSIA adalah salah SATU CIPTAAN yang SEMPURNA yang BERAKAL dan BERNURANI maka … beliau MEMBATASI kita dengan USIA… dan KARENA kita di BATASI (seperti contoh NB.MUHAMMAD SAW = 63th)HARAPAN ALLAH kita WAFAT pun sama seperti BELIAU DALAM KEADAAN YAKIN dan TAU “bukan UMMIdan sperti JAMAN JAHILIAH,Atau NABI LUTH, atau DURHAKA bagai JAMAN nabi NUH)
    Naudzu billah mindzaliq!!

    AL – BAQARAH adalah banyak CONTOH diawal yang dapat KITA teladani BEGITUPUN, di AN NISSA juga di SURAT AL BAYINAH.

    setelah semuanya kita TEMUI kita pahami,bila kita TAKUT salah sebaiknya kita kembali MENG – IQRA kan HATI kita masing – masing,
    lalu kita MULAI dengan HATI hati DI AL – FATIHA aja dulu.. (7 AYAT sakti itu) (ALLAH adalah GURU sejati kita AKUI dulu KEBODOHAN kita..di HADAPAN NYA pasti DIA HADIR melalui KEYAKINAN kita = qalbu untuk membimbing kita…jangan takut Mengulang… bila kita sudah jauh tapi tidak dapat apa apa selama nafas kita ADA )

    itu cara aku PAHAMI dari CARA yang sederhana seperti AKU memahami tulisannya BAPAK… bukan karena aku ahli TAFSIR atau SUFISME, tapi… sangat RASIONAL..secara Pemahaman lahir dan BATHIN…!secara sederhana.

    Saya SETUJU kalo UMMAT sekarang UMMAT TERAKHIR pemegang TONGKAT ESTAFET, PEMEGANG PEMAHAMAN AL -QURAN yang secara LAHIR BATHIN … dalam UCAP dan LAKU…!
    juga SAYA YAKIN bila kita semua sepaham TENTANG ILMU ALLAH dan ALQURAN adalah KUNCI DUNIA… kenapa TIDAK KITA LAKUKAN kediri KITA dulu dengan BERTEMAN dengan MUSUH MUSUH diri…! dengan MENGALAHKAN EGO kita INSYA ALLAH negara MAJU LAINNYA akan BERKIBLAT ke KITA kedalam PENGERTIAN yang SEDERHANA namun MONUMENTAL dan FENOMENAL…. juga dalam KEBENARAN yang MUTLAK… bukan TIDAK MUNGKIN INDONESIA dalam AGAMA yang 5 di YAKINI itu…. (yang ADA KITAB SUCINYA) itu menjadi PEDANG TAJAM yang MENEBAS semua PENYUSUP yang GENIUS tapi MENGINGKARI KEGHAIBAN ALLAH , dan KEAJAIBAN ALQURAN dan SEJARAH yang ada di dalamnya …! TIDAK MUNGKIN KITA KEMBALI DALAM BAJU JAMAN BATU untuk BUKTIKAN adakah JAMAN itu, ATAU ke KEAJAIBAN NABI MUSA untuk buktikan BENAR TIDAKNYA TONGKATNYA, dan UNTUK BUKTIKAN IBLIS ada DI SURGA JAMAN NABI ADAM tidak MUNGKIN kita MINTA ALLAH MENGIRIM WAKIL MANUSIA ke JAMAN itu… (MUNGKIN BAGINYA MEmBAWA KITA KESANA ,… SEPERTI NABI MUHAMMAD MI’RAJ) tapi apa KITA MAU KEMBALIKAN WAKTU… dan MENGULANG SEKIAN ABAD>.. hingga TIBA di tahun2007 (SEPERTI DORA EMON atau LANG LING LUNG dengan CIPTAAN MESIN WAKTU dalam DONGENG) Sekalipun ADA MANUSIA yang DIAJAK ALLAH MENGUNJUNGI ke TIAP SEJARAH AGAMA dan DUNIA.., bila manusia itu BERKATA aku LAH yang TAHU dan BERSAKSI karena AKU yang DIPILIH ALLAH untuk BERKUNJUNG ketiap SEJARAH apa KITA mau terima pake AKAL sehat..!? apa KITA anggap NANTI dia NABI BARU atau MUHAMMAD akhir JAMAN atau MALAIKAT…(semoga KITA tidak MENJADI BODOH dengan MEMINTA yang MUNGKIN ALLAH LAKUKAN tapi TIDAK KITA DAPAT YAKINI….” ) cukuplah ILMU dan BUKTI yang ada sekarang dengan Adanay PENGETAHUAN yang saling TERKAIT saya rasa simple….! SEMUA ada karena ALLAH ada DIANTARANYA…!

    jadi..
    BUAT saya PENDAPAT sapapun BERHAK KITA KEpALA dingin TERIMA apa lagi dengan SADURAN yang jelas… (KITA kan TIDAK perlu cari saksi HIDUP untuk BUKTIKAN kebenaran SEMUANYA termasuk PAHAM AGAMA yang BANYAK di pertentangkan TIDAK atau SESUAI DENGAN SUNNAH /HADIS ….)
    KITA YAKININ yang SESUAI dengan AGAMA KITA masing – masing sesuai DENGAN KEYAKINAN sendiri…. searah DENGAN RUKUN IMAN&ISLAM juga dengan SUNNAH RASUL dan HADIS kan.///
    saya RASA SIMPLE.. jika kata “YAKIN” = YAKIN yah ….BUKTIKAN kediri sendiri lebih baik dari pada PAKSAKAN keyakinan KITA…
    mudah – mudahan…. ini pun yang membuat saya PAHAM tulisan PA ARGO juga tulisan tulisan JENIUS lainnya TIDAK ADA BUKU yang INGIN MENCEMARKAN atau MERUSAK IMAN… bila KITA sudah BERBENTENG pada KEYAKINAN dan KEIMANAN kita PADA AGAMA KITA karena saya MUSLIM jadi yah sama dengan YANG ADA ” CUKUP menghidupkan 2 KALIMAT SYAHADAT dalam Keseharian saya ..)
    ….sukses yah pak….!!!
    ALLAH MAHA KUASA..
    KEBENARANNYA selalu BENAR… dan AKAN BENAR Selamanya SEPANJANG KITA BERKATA, BERTINDAK BEKERJA untuk – NYA…!!!

    SEMOGA KEHENDAK ALLAH untuk UMMAT NABI MUHAMMAD dan CITA – CITA BANGSA INDONESIA…. SEARAH… KITA AKAN MENJADI PEMENANG TERAKHIR….!!! YANG SAYA YAKIN ….KEYAKINAN KITA tidak MENTAH lagi…. mungkin memang awalnya KITA MORAT MARIT dan PENUH PRO KONTRA juga CACI MAKI…. TAPI ALLAH TAU DARI SETIAP GERAKAN kita sehalus HEMBUSAN NAFAS pun dia Pasti TAU apalagi YANG SENGAJA MENGACAU BALAU KEYAKINAN UMMATNYA yang MENCARI KEBENARAN..!!!ALLAH NEVER SLEEP////
    wassalam….

    @
    Wass.wr.wb.
    Luas dan dalam catatannya… hanya bisa agor renungkan… 🙂
    Wass.

    Suka

  6. sulton said

    subhanallah terima kasih atas sumbangan pengetahunnya.Mudah-mudahan setiap orang yang membaca artikel ini menjadi lebih yakin akan keberadaan Al-quran.dan betapa bodohnya orang yang meragukan tentang Al-Quran.
    “ALLAHUAKBAR SEMOGA ISLAM SEMAKIN JAYA DI DUNIA INI”.

    @
    Amin.

    Suka

  7. isha.. said

    bagus artikelnya, coba ini dibaca ma orang-orang medieval sok modern yang bilang bumi berputar mengelilingi matahari, dan yang masih meributkan evolusi.

    @
    Setiap informasi, kadang membawa pengertian yang baru. Kadang pula tidak siap menerima informasi apapun sehingga tak tersedia pintu untuk mau menerima informasi. Yang terjadi adalah sebaliknya. Ini berjalan dan terjadi pada siapa saja. Dan sering pula daya untuk menolak begitu besarnya sehingga tidak ada tempat untuk menerima informasi berbeda. Termasuk juga petunjukNya, sehingga dengan itu pula malah kian tersesat….. Hidayah datang dariNya (begitu Allah menyampaikan).

    Suka

  8. […] dgn AisyahMenelusuri Angka 19 dalam Sistem Periodik Unsur-Unsur KimiaJeritan Siksa Dari Alam KuburILMU PENGETAHUAN DAN WAHYU AL-QUR’ANStrategi Canggih Membasmi Aliran […]

    Suka

  9. zainal abidin said

    subhanallah, luar biasa sekali. semoga kita selalu ada dalam lindungan allah swt untuk tetap terus berada di dalam jalan yang diridoinya. karena hidup tanpa rido allah itu bukan merupakan kehidupan yang sebenarnya, melainkan kehidupan yang gelap gulita, tanpa arah dan jauh dari kebahagiaan. aaamiiin.

    @
    Subhanallah… ketika membaca kembali tulisan-tulisan pakar itu… kita kadang sadar kembali, betapa cara menulis Allah dan cara menulis manusia berkarya, biarpun pemenang nobel sastera sekalipun… bukanlah sesuatu yang logis diperbandingkan. Mempelajari kalam illahi, tampaknya membutuhkan model yang berbeda dari pakem bahasa yang pernah ada….

    Suka

  10. haniifa said

    Subhanallah, …. Walaupun sudah sering nonton VCD beliau, begitu juga buku-bukunya. Tapi mata saya tetap saja terpana membaca postingan ini… Kadang saya terpikir: “Beginilah tipe pejuang pejuang Islam sejati, jaman Rasul ??” bukannya bom bunuh diri

    Suka

  11. Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 6 Juni 2008

    Matinya Ilmu Administrasi dan Manajemen
    (Satu Sebab Krisis Indonesia)
    Oleh Qinimain Zain

    FEELING IS BELIEVING. C(OMPETENCY) = I(nstrument) . s(cience). m(otivation of Maslow-Zain) (Hukum XV Total Qinimain Zain).

    INDONESIA, sejak ambruk krisis Mei 1998 kehidupan ekonomi masyarakat terasa tetap buruk saja. Lalu, mengapa demikian sulit memahami dan mengatasi krisis ini?

    Sebab suatu masalah selalu kompleks, namun selalu ada beberapa akar masalah utamanya. Dan, saya merumuskan (2000) bahwa kemampuan usaha seseorang dan organisasi (juga perusahaan, departemen, dan sebuah negara) memahami dan mengatasi krisis apa pun adalah paduan kualitas nilai relatif dari motivasi, alat (teknologi) dan (sistem) ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Di sini, hanya menyoroti salah satunya, yaitu ilmu pengetahuan, sistem ilmu pengetahuan. Pokok bahasan itu demikian penting, yang dapat diketahui dalam pembicaraan apa pun, selalu dikatakan dan ditekankan dalam berbagai forum atau kesempatan membahas apa pun bahwa untuk mengelola apa pun agar baik dan obyektif harus berdasar pada sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan. Baik untuk usaha khusus bidang pertanian, manufaktur, teknik, keuangan, pemasaran, pelayanan, komputerisasi, penelitian, sumber daya manusia dan kreativitas, atau lebih luas bidang hukum, ekonomi, politik, budaya, pertahanan, keamanan dan pendidikan. Kemudian, apa definisi sesungguhnya sebuah sistem, sistem ilmu pengetahuan itu? Menjawabnya mau tidak mau menelusur arti ilmu pengetahuan itu sendiri.

    Ilmu pengetahuan atau science berasal dari kata Latin scientia berarti pengetahuan, berasal dari kata kerja scire artinya mempelajari atau mengetahui (to learn, to know). Sampai abad XVII, kata science diartikan sebagai apa saja yang harus dipelajari oleh seseorang misalnya menjahit atau menunggang kuda. Kemudian, setelah abad XVII, pengertian diperhalus mengacu pada segenap pengetahuan yang teratur (systematic knowledge). Kemudian dari pengertian science sebagai segenap pengetahuan yang teratur lahir cakupan sebagai ilmu eksakta atau alami (natural science) (The Liang Gie, 2001), sedang (ilmu) pengetahuan sosial paradigma lama krisis karena belum memenuhi syarat ilmiah sebuah ilmu pengetahuan. Dan, bukti nyata masalah, ini kutipan beberapa buku pegangan belajar dan mengajar universitas besar (yang malah dicetak berulang-ulang):

    Contoh, “umumnya dan terutama dalam ilmu-ilmu eksakta dianggap bahwa ilmu pengetahuan disusun dan diatur sekitar hukum-hukum umum yang telah dibuktikan kebenarannya secara empiris (berdasarkan pengalaman). Menemukan hukum-hukum ilmiah inilah yang merupakan tujuan dari penelitian ilmiah. Kalau definisi yang tersebut di atas dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya tidak atau belum memenuhi syarat, oleh karena sampai sekarang belum menemukan hukum-hukum ilmiah itu” (Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 1982:4, PT Gramedia, cetakan VII, Jakarta). Juga, “diskusi secara tertulis dalam bidang manajemen, baru dimulai tahun 1900. Sebelumnya, hampir dapat dikatakan belum ada kupasan-kupasan secara tertulis dibidang manajemen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa manajemen sebagai bidang ilmu pengetahuan, merupakan suatu ilmu pengetahuan yang masih muda. Keadaan demikian ini menyebabkan masih ada orang yang segan mengakuinya sebagai ilmu pengetahuan” (M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, 2005:19, Gajah Mada University Press, cetakan kedelapan belas, Yogyakarta).
    Kemudian, “ilmu pengetahuan memiliki beberapa tahap perkembangannya yaitu tahap klasifikasi, lalu tahap komparasi dan kemudian tahap kuantifikasi. Tahap Kuantifikasi, yaitu tahap di mana ilmu pengetahuan tersebut dalam tahap memperhitungkan kematangannya. Dalam tahap ini sudah dapat diukur keberadaannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Hanya saja ilmu-ilmu sosial umumnya terbelakang relatif dan sulit diukur dibanding dengan ilmu-ilmu eksakta, karena sampai saat ini baru sosiologi yang mengukuhkan keberadaannya ada tahap ini” (Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, 2005:18-19, PT Refika Aditama, cetakan ketiga, Bandung).

    Lebih jauh, Sondang P. Siagian dalam Filsafat Administrasi (1990:23-25, cetakan ke-21, Jakarta), sangat jelas menggambarkan fenomena ini dalam tahap perkembangan (pertama sampai empat) ilmu administrasi dan manajemen, yang disempurnakan dengan (r)evolusi paradigma TOTAL QINIMAIN ZAIN (TQZ): The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority, TQZ Administration and Management Scientific System of Science (2000): Pertama, TQO Tahap Survival (1886-1930). Lahirnya ilmu administrasi dan manajemen karena tahun itu lahir gerakan manajemen ilmiah. Para ahli menspesialisasikan diri bidang ini berjuang diakui sebagai cabang ilmu pengetahuan. Kedua, TQC Tahap Consolidation (1930-1945). Tahap ini dilakukan penyempurnaan prinsip sehingga kebenarannya tidak terbantah. Gelar sarjana bidang ini diberikan lembaga pendidikan tinggi. Ketiga, TQS Tahap Human Relation (1945-1959). Tahap ini dirumuskan prinsip yang teruji kebenarannya, perhatian beralih pada faktor manusia serta hubungan formal dan informal di tingkat organisasi. Keempat, TQI Tahap Behavioral (1959-2000). Tahap ini peran tingkah-laku manusia mencapai tujuan menentukan dan penelitian dipusatkan dalam hal kerja. Kemudian, Sondang P. Siagian menduga, tahap ini berakhir dan ilmu administrasi dan manajemen akan memasuki tahap matematika, didasarkan gejala penemuan alat modern komputer dalam pengolahan data. (Yang ternyata benar dan saya penuhi, meski penekanan pada sistem ilmiah ilmu pengetahuan, bukan komputer). Kelima, TQT Tahap Scientific System (2000-Sekarang). Tahap setelah tercapai ilmu sosial (tercakup pula administrasi dan manajemen) secara sistem ilmiah dengan ditetapkan kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukumnya, (sehingga ilmu pengetahuan sosial sejajar dengan ilmu pengetahuan eksakta). (Contoh, dalam ilmu pengetahuan sosial paradigma baru milenium III, saya tetapkan satuan besaran pokok Z(ain) atau Sempurna, Q(uality) atau Kualitas dan D(ay) atau Hari Kerja – sistem ZQD, padanan m(eter), k(ilogram) dan s(econd/detik) ilmu pengetahuan eksakta – sistem mks. Paradigma (ilmu) pengetahuan sosial lama hanya ada skala Rensis A Likert, itu pun tanpa satuan). (Definisi klasik ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur. Paradigma baru, TQZ ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara teratur membentuk kaitan terpadu dari kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum yang rasional untuk tujuan tertentu).

    Bandingkan, fenomena serupa juga terjadi saat (ilmu) pengetahuan eksakta krisis paradigma. Lihat keluhan Nicolas Copernicus dalam The Copernican Revolution (1957:138), Albert Einstein dalam Albert Einstein: Philosopher-Scientist (1949:45), atau Wolfgang Pauli dalam A Memorial Volume to Wolfgang Pauli (1960:22, 25-26).
    Inilah salah satu akar masalah krisis Indonesia (juga seluruh manusia untuk memahami kehidupan dan semesta). Paradigma lama (ilmu) pengetahuan sosial mengalami krisis (matinya ilmu administrasi dan manajemen). Artiya, adalah tidak mungkin seseorang dan organisasi (termasuk perusahaan, departemen, dan sebuah negara) pun mampu memahami, mengatasi, dan menjelaskan sebuah fenomena krisis usaha apa pun tanpa kode, satuan ukuran, struktur, teori dan hukum, mendukung sistem-(ilmu pengetahuan)nya.

    PEKERJAAN dengan tangan telanjang maupun dengan nalar, jika dibiarkan tanpa alat bantu, membuat manusia tidak bisa berbuat banyak (Francis Bacon).

    BAGAIMANA strategi Anda?

    *) Ahli strategi, tinggal di Banjarbaru, email: tqz_strategist@yahoo.co.id (www.scientist-strategist.blogspot.com).

    THANK you very much for Dr Heidi Prozesky – SASA (South African Sociological Association) secretary about Total Qinimain Zain: The New Paradigm Scientific System of Science – The (R)Evolution of Social Science for the Higher Education and Science Studies sessions of the SASA Conference 2008.

    Suka

  12. haniifa said

    BAGAIMANA strategi Anda?

    Jadi inget Rasulullah… (Kisah Nabi Muhammad s.a.w) 😉

    Memimpin dirinya sendiri…. kemudian pada Istrinya (Khadijah) Sendiri…. kemudian pada keluarganya Sendiri walaupun belum baligh (Ali bin Abithalib)… kemudian pada sahabatnya Sendiri yang paling dekat dan dipercaya (Abu Bkr as Sidiq>…. kemudian… kemudian… umatnya Sendiri…. kemudian rahmatan lil ‘alamin.

    Super amat-sangat terimakasih kepada Nabi Muhammad s.a.w, Amin.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  13. aburahat said

    Wahyu dan Science suatu pembahasan yg tdk akan habis2. Sebab semua displin kita akan dptkan dlm Alqur’an. Untk pembahasan ini saya rasa tdk akan habis2 sebab habis membahas yg satu muncul displin ilmu (atau masalah baru dlm Ilmu pengetahuan).
    Utk memmermudah dan sesuai kemampuan kita berpikir saya akan membatasi dulu scienes dg.
    1. Ilmu EXACTA ( ilmu yg berhadapan dg OBYEK yg diteliti; apakah itu fisika, matematik,botanik/ilmu HAYAT, kimia dlsb
    2. Ilmu Sosial ( ilmu yg berhadapan dg SUBYEK yg diteliti; apakah itu soal kepimpinan, hubungan antar manusia semua yg diteliti bgm cara dg memperpuganakan manusia utk mencapai tujuan.)
    Ilmu EXACTA terlalu banyak ayat yg mengharuskan manusia berpikir atas ayat2(tanda2) ciptaan Allah. Tinggal Manusia membuktikan KEBENARAN ayat2 tsb.
    2. Ilmu Sosial. Saya ambil contoh Khalifah (Leadership)
    Menurut saya seorang Leader hrs memiliki pengetahuan a. Administrasi b. Management. Organisasi dan ketiga ilmu ini yg hrs diteliti agar si Leader td bs melaksanak tugas yg ia bebani. Apakah dlm kelompok maupun pribadi. Oleh krn itu saya menganggap tubuh kita adalah Organisasi (Wadah) Jiwa=Administrasi Otak/akal= Management. Salah satu dr ketiga ini cacat atau kurang maka seorang leader susah utk mencapai tujuan. Saya tdk akan menjelaskan teori dr ketiga displin ilmu td cukup klu saya katakan: Management= Arts and Science; Administragi = Suatu strategi utk mencapai tujuan yg efisient dan effectif. Organisasi adalah wadah yg terdiri dr bagian2 disatukan utk mencapai tujuan bersama. Bersambung

    Suka

  14. aburahat said

    Sekarang saya ingin menggambarkan sedikit management Allah. Pertama-tama Allah bentuk Organisasi yaitu alam semesta sebagai wadah kegiatan Makhluk ciptaanNya. Sebelum Alam Semesta ini diciptaan Allah sdh menyususn rencana APA yg akan dikerjakan DIMANA tugas itu akan dilaksanakan KAPAN dilaksanakan MENGAPA dilaksanakan BAGAIMANA melaksanakan. Yg terakhir SIAPA yg akan melaksanakan (Khalifah). Rencana2 ini sblm terjadi Sunnatullah disebut Administrasi secara scienes. Kita ambil teori Fayol mengenai Fungsi Administrasi. 1. Planning. 2.Organizing.3.Commanding. 4. Coordinating. 5 Controling.
    Allah dlm firmanNya mengatakan bahwa dlm penciptaanNya tdk ada yg sia. Jd dlm penciptaan langsung diorganiser fungsi2 ciptaanNya begitu sempurna Masing2 Ciptaan mempunyai tugas. Siapa2 yg melaksanakan perintah Allah jg sdh ditentukan. Malaikat sbg kurir/penghubung dg manusia yg mengkoordiner alam ini. Dgn mempelajari cara Allah mengatur Alam ini insya Allah sedikitnya kita bs mengatur Organisasi yg kita pimpin. Setelah semua ditata agar mudah diawasi. Maka Allah menujuk seorang KHALIFAH untuk menjaga dan melaksanakan rencana Allah tsb dg prosedure yg digariskan dlm Alqur’an. Ini hanya sbgn kecil sciencesNya Allah yg coba kita terapkan dlm melaksanakan roda Organisasi didunia. Dan satu bukti bahwa tdk ada seorang pimpinan yg sehebat Rasul

    Suka

  15. Anonim said

    PERSAMAAN WAHYU DAN AL QUR’AN

    Suka

  16. aburahat said

    @Anonymous
    Semua yg dierima Rasul dari Allah adalah wahyu. Tapi tidak semua yg Allah sampaikan pada Rasul masuk dalam Alqur’an.
    Ada wahyu yg para ulama sebut Hadits Kutsi danSunah. Wasalam

    Suka

Tinggalkan komentar