Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Seterperinci Apakah Al Qur’an?

Posted by agorsiloku pada Juni 15, 2007

Mas aricloud sependapat dengan Bucaille bahwa Al Qur’an terkadang menggunakan kalimat yang tidak tegas, khususnya yang menyangkut ilmu pengetahuan. Pendapat ini, boleh jadi benar pada persepsi kita (dan karena terbatasnya pengetahuan kita) untuk memahami Al Qur’an. Namun, sampai saat ini pandangan saya tidak sepenuhnya mendukung pendapat ini. Mengapa? Yah… karena apakah kita sudah benar-benar dapat memahami keterperincian Al Qur’an?. Masa demi masa, apa yang dipahami di masa lalu dan ditafsirkan (diopinikan, dipahami, ditelaah, disepakati) mengalami masa perubahan yang dinamis. Setiap kata dan tatanan bahasa Al Qur’an, inisiasi huruf, kata, posisi ayat dan keseimbangannya memberikan warna-warna yang tak sepenuhnya bisa dipahami (sampai kini) oleh manusia. Karya agung Illahi, bukan hanya alam semesta ini, penciptaan manusia, tetapi juga Al Qur’an sendiri. Bahasa yang tersaji, tata bahasa, susunan dan dialektikanya mengagumkan manusia untuk melihat karya agung ini sebagai salah satu penciptaan yang tidak ada duanya dari masa ke masa. Isi penulisan dan berbagai keseimbangan uraian, menyadarkan kita bahwa karya ini tidak bisa dinilai dari kacamata budaya manusia. Tantangan : “Buatlah… serupa Al Qur’an… jin dan manusia tidak akan mampu”, menunjukkan karya ini berada pada sajian yang sesungguhnya di luar batas akal manusia untuk memahami kesempurnaan Al Qur’an. Subhanallah, Dia yang Maha Berkehendak.

Mas Aricloud : Kenapa Al Qur’an terkadang menggunakan kalimat yang tidak tegas, khususnya yang menyangkut ilmu pengetahuan?.

Saya sependapat dengan Dr. Maurice Bucaille yang mengatakan :

Unlike the Bible, Al Qur’an does not have a specific sequence for the creation of the heavens and earth, and argues that this leaves the entire process of creation open to interpretation according to the current scientific theories.

Hal ini barangkali mengandung hikmah beberapa hal :

  1. Pada dasarnya Al Quran bukan kitab sains, namun kitab yang jauh lebih agung, sehingga penggunaan bahasa dalam AL Quran pastilah mengikuti keagungan Al Quran itu sendiri. sebagai contoh, untuk menjaga wibawanya, seorang Presiden tidak mungkin mengatakan dengan bahasa yang sama dengan seorang Kapolri.  Misalnya pada sebuah kecelakaan pesawat : Presiden akan mengatakan : Kecelakaan itu akibat kelalaian manusia, oleh karena itu perlu perbaikan SDM dan infrastruktur. Namun seorang Kapolri akan mengatakan : Kecelakaan itu diakibatkan terlewatkannya proses akhir pengecekan kondisi Ban. Ini tentu melanggar peraturan penerbangan, oleh karena itu kami akan menindak tegas aparat maupun pihak yang melanggar. saat ini kami sudah memiliki beberapa tersangka…bla..bla..bla..
  2. Salah satu keagungan Al Quran adalah ia dapat diterima pada seluruh zaman. Ini mungkin disebabkan karena banyak ayat yang mengungkapkan fakta ilmiah tidak dijelaskan secara eksplisit, sehingga mampu diterima oleh logika manusia di setiap zamannya. misalnya pada ayat QS 35. Faathir 13 yang disebut oleh moderator, yang tersebut secara eksplisit adalah “menundukkan matahari dan bulan” yang berarti menggerakkan matahari dan bulan. Nah pada zaman Al Qur’an diturunkan, barangkali logika manusia saat itu hanya sampai pada kenyataan bahwa matahari dan bulan bergerak. Jka Al Quran menyebutkan dengan tegas bahwa bumilah yang bergerak mengelilingi matahari, maka mungkin terkesan adanya pengingkaran terhadap logika sains pada waktu itu yang masih percaya bahwa bumi itu statis (kecuali mungkin orang berilmu di zaman itu).
  3. Dengan menggunakan perumpamaan, otomatis keajaiban Al Quran ini hanya dapat ditemukan oleh orang-orang “berilmu dan berakal” yang memahami perumpamaan dalam Al Quran dan juga memahami kejadian Alam Semesta.

Wallahu ‘Alam bish showab

@
Mungkin benar begitu. Yang disampaikan oleh logika Bucaille. Kita memang sebagai manusia tidak akan mampu membuka seluruh ta’wil dari Al Qur’an.
Blog agor dibuat mulanya untuk menyimpan artikel, namun Alhamdulillah banyak yang membantu ikut mencerahkan. Termasuk Mas. Dalam menuliskan pandangan, saya berusaha untuk memahami ayat-ayat Allah dari Al Qur’an yang begitu berlapis-lapis kesetimbangan dan hijabnya. Saya sadar, sampai kapanpun tak akan dapat menguaknya — apalagi hanya sekedar mempelajari pengertian di sisa waktu kerja–. Merujuk pada keseimbangan jumlah ayat, kelipatan 19, keseimbangan jumlah kata, jumlah huruf, dan lain sebagainya, dan seterusnya maka mempelajari yang bisa dipahami sudah merupakan anugerah tak terperikan. Meskipun logika Bucaille yang bukunya sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan merupakan buku yang bagus serta mencerahkan dan sependapat bahwa Al Qur’an bukan kitab sains, namun begitu jelas dinyatakan oleh Allah bahwa “dijelaskan terperinci”, “dipahami oleh orang yang berakal”, dan “menjadi tanggung jawab kamilah pengertiannya”. Jadi, saya tetap ingin terbuka terhadap pemahaman dan tidak mengunci pada satu pengertian baik dari masa lalu, maupun kekinian.

Dalam usaha saya memahami ayat, saya mencoba memahami apa adanya. Jadi kalau ayat mengatakan menundukkan, maka saya memahaminya tunduk pada perintah. Di ayat lain dijelaskan pula : … datanglah… dengan suka atau terpaksa (QS 41. Fushshilat 11). Menundukkan ya menundukkan, tidak menginformasikan bahwa keduanya bergerak. Jadi, saya tidak mau memahami ayat itu sebagai perintah bergerak Kalau ada kata : datanglah… ya itu berarti bergerak… dan seterusnya. Tentu saja, karena saya juga bukan ahli tafsir, maka tidak menafsirkan. Saya hanya mencoba memahaminya.

QS 11. Huud 1. Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,
QS 6. Al An’aam 114. Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.

QS 10. Yunus 37. Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.

QS 3. Ali ‘Imran 7. Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

Kalau Allah menyatakan secara terperinci, ya saya pahami terperinci. Seberapa terinci?. Seberapa paham saya bisa memahami perincian yang Maha Kuasa…. rasanya sih tidak akan setitik buih di alam semesta ini. Subhanallah. Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

Teriring salam untuk Mas Aricloud yang telah sudi berkunjung dan memberikan pencerahannya. Kita saling berbagi ya Mas. Saya masih banyak butuh pencerahan. Kalau sedikit berbeda, bukan untuk menang-menangan, tapi untuk berbagi ketidaktahuan.

21 Tanggapan to “Seterperinci Apakah Al Qur’an?”

  1. saya termasuk yang kurang paham dengan sejarah al quran. dan yang lebih parah jarang mengkajinya, beruntung ada blog pak agor… terimakasih.
    BTW urut-urutan surat dan ayat alquran itu siapa yah yang menyusun?

    @
    Terimakasih sudi berkunjung. Saya juga tidak begitu tahu… saya hanya membaca saja sejarah penulisan dan pengumpulan mushaf Al Qur’an. Termasuk dari tulisan Pak HMNA ini.
    Katanya ada beberapa mushaf dan ada sedikit perbedaan. Yang diterima luas dan aslinya disimpan oleh Kerajaan Arab Saudi.

    Namun, siapakah yang memelihara Al Qur’an…. Usmani hanyalah oknum dari janji Allah di awal-awal pengumpulan Al Qur’an. Termasuk menempatkan surat ini di sini, surat itu di situ. Terdapat beberapa perbedaan pandangan, misalnya surat pertama itu Surat Al Alaq : Iqro bismirabikalladzi khalaq … Seperti dikisahkan ketika Nabi pertama kali ditemui jibril, tapi mengapa surat pertama adalah Al Fatihah yang juga disebut sebagai ummul kitab…. induk Al Qur’an.

    Barangkali seru perdebatan sejarah seperti ini.

    Namun, menurut pemahaman saya, itu bukan isu yang menarik. Allah telah menegaskan bagaimana kita berhadapan dengan firmanNya. Jangan ada keraguan di hati kita. Apalagi setelah ditemukan keindahan dan komposisi matematis dari letak ayat, surat dan isi, jumlah kata, jumlah huruf pada Al Qur’an mencerminkan bahwa “memang betul tangan manusia yang bekerja sehingga tersusun“, namun kesempurnaan posisi hanya mungkin terjadi karena Allahlah yang berperan di situ. Jadi, kalau ada komentar nyinyir dari internal Islam terhadap Al Qur’an dan susunannya… saya tidak pernah mau berkomentar.

    Begitu juga penandaan penulisan (tanda baca) untuk kemudahan, sebelumnya kan “arab gundul”. 😀

    Suka

  2. ech said

    Saya jadi ingat (pernah baca dimana saya lupa) ada seorang ilmuwan kafir di tanya komentarnya tentang Al-Qur’an. Jawabnya “Al-Qur’an adalah kitab yang menakjubkan”. Ditanya mengapa, jawabnya “Ntah kenapa setiap kali saya membaca Alqur’an selalu ada hal yang baru atau timbul pemahaman baru, padahal saya hanya mengulang apa yang pernah saya baca”. Mungkin ini hikmah atau mukzizat dari AlQur’an yang tidak lekang oleh waktu dan tantangan zaman modern. Semakin tinggi ilmu pengetahuan yang kita capai, makin dalam yang bisa lihat dalam kandungan al-Quran.

    @
    Masya Allah Mas Ech… kalau saya membaca kembali komentar-komentar dari berbagai rekan yang sudi meluangkan waktunya… saya menjadi malu sendiri pada postingan yang saya buat…. kok begitu memalukan saya memahami al Qur’an…. seharusnya begini… mungkin juga begitu….

    Benar menakjubkan… selalu ada hal baru ketika kita membacanya kembali, kembali lagi.. kembali lagi.

    Suka

  3. MaIDeN said

    Hahahaha Pak Agor ini 😀
    “Pada dasarnya Al Quran memang bukan kitab sains” … Itu sudah cukup Pak. Ndak perlu di tambah-tambahi lagi 😛
    Kalau ditambah-tambahi lagi malah jadi seperti anak-anak yang ketangkep basah ketauan nyuri :D, sibuk nyari justifikasi pembenaran yang nggak perlu 😀
    Bagi beberapa kiyai (kiyai bukan ulama), Al Qur’an juga menjadi kitab mencari ilmu metafisika/supranatural. Hapal surah ini dengan cara tertentu kebal, baca ayat ini xxx kali bisa menghilang …
    Kalau ditanya, interprestasinya tentang ayat/surah yang mengajarkan elmu metafisika itu pasti berliter-liter banyaknya …
    Tentu saja tak lupa mereka dengan kalimat aji pamungkasnya “karena terbatasnya pengetahuan kita untuk memahami Al Qur’an… dst dst” atau “….banyak ayat yang mengungkapkan fakta metafisika tidak dijelaskan secara eksplisit, sehingga mampu diterima oleh logika manusia di setiap zamannya” dst …

    @
    tentu saja, masak sih petunjuk Allah kita serupakan dengan kitab sains atau apapun juga… bahkan untuk memahami keterperinciannyapun, baru sedikit dipahami… fakta metafisis banyak yang saya kira tak terpahami hakikatnya.

    Suka

  4. wah semuanya (kelihatannya) pada berlomba-lomba untuk memahami makna yang terkandung dalam kitab Al qur’an yah ^^ bagus itu, jangan lupa implementasinya juga dan sering2lah dikaji dengan yang benar-benar “hafidz” Al Qur’an.
    karena saya hanyalah orang biasa saja, saya memang kurang begitu mengkaji terlalu dalam apalagi mungkin saya punya keterbatasan dalam berbagai hal. namun, saya juga senantiasa berupaya untuk memahaminya dan mengimplementasinya meskipun belum dapat sempurna. katanya, satu ayat saja bisa kita amalkan toh akan berbuah kebajikan.
    semangat!!!!!

    @
    trims semangatnya dan dorongannya… dan terutama implementasi dalam keseharian kehidupan….

    Suka

  5. Ibrahim said

    <blockquote>QS. Huud (11):14. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): “Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan <b>ilmu Allah</b> dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”</blockquote>
    Sains atau bukan, itu hanya penggolongan manusia saja, bagi Allah sama saja, Firman-Nya merupakan Ilmu-Nya. Apakah Allah menggolong-golongkan ilmu-Nya? Apakah Allah memisahkan ilmu-Nya antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan? Bukankah keduanya adalah milik-Nya? Segala sesuatu dalam Kitab-Nya adalah Ilmu-Nya, satu tidak terpisah. Penggolongan ini hanya olahan manusia, hanya pemahaman manusia yang berusaha untuk memisah-misahkannya. Bagi Allah sama saja. Al-Quran berisi ilmu-Nya.
    Sains atau agama, keduanya sama-sama bermuara kepada tauhid.
    Al-Quran terperinci, hanya saja manusia tidak sanggup memahami seluruh keterperinciannya.

    @
    Kata terakhir itu :hanya saja manusia tidak sanggup memahami seluruh keterperinciannya
    sampai dimana batas relevansinya?
    sampai dimana pandangan yang menyatakan bahwa hadis adalah penjelasan al Qur’an?

    Tentu tanpa mengurangi pandangan dan hormat pada hadis yang menunjukkan bagaimana suri tauladan nabi dan berbagai informasi yang kita dapat raih dan tidak kita temui di Al Qur’an……

    Suka

  6. Ibrahim said

    Keterperincian Al-Qur’an dalam posting ini tentu sehubungan dengan sains kan. Adapun suri tauladan akhlak Al-Qur’an yang terbaik sebagai panutan tentu seperti yang dijelaskan dan dicontohkan nabi. Dalam hal sains modern, pedomen pertama yang utama tentu adalah Al-Quran. Dalam hal sains modern hadits tidak secara rinci menjelaskan seluruh Al-Qur’an atau penjelasan hadits tentang sains belum seperti yang diharapkan oleh sains modern, mungkin karena pada jaman hadits itu dilakoni nabi, sains masih belum berkembang seperti sekarang. Al-Qur’an dengan mukjizat ayat-ayatnya malah baru-baru abad ini saja dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.
    Wallahu a’lam.

    @
    Sengaja agor gunakan kata seberapa terperinci. Alasannya, kita sering mendengar kata : Al Qur’an menjelaskan kemudian dilengkapi oleh hadis. Buktinya, ada di Al Qur’an, dan rinciannya ada di hadis. Misal petunjuk cara berhaji, cara sholat dan ragam ibadah formal lainnya. Ini satu sisi, di sisi lain Al Qur’an menegasi bahwa ini terperinci, termasuk perintah untuk mengikuti (meneladani ahlak nabi). Keterperincian Al Qur’an bukan hanya pada sisi sains (karena memang bukan kitab sains), namun demikian dari tantangan Al Qur’an, bahkan manusia dan jin bersatu untuk membuat yang serupa pun, Allah mengingatkan manusia tidak akan mampu. Penemuan matematika Al Qur’an boleh jadi hanya sebagian kecil saja yang bisa dipahami manusia. Sistematika Al Qur’an dari segala sisinya adalah pemahaman yang dicari tak habis-habisnya dari ilmu Allah yang tanpa batas. Agor pikir, kita tak akan mampu memahami keterperinciannya, bukan hanya sains, bahkan boleh jadi dalam segala definisi sosial dan budaya yang diungkapkan Al Qur’an, bahkan boleh jadi dalam gambaran alam semesta dari sebuah kitab yang nyata dari Lauh Mahfudz (QS 6:59).

    Hanya Allah yang mengetahui pemaknaan sesungguhnya.

    Suka

  7. sikabayan said

    euh… seterperinci apakah Al Qur’an… euleuh..
    kabayan andai2kan seterperinci apakah keAgungan Allah.. pada saat kita ruku… Maha Suci Allah Yang Maha Agung, yang keagungannyah disucikan dari prasangka kabayan yang belet…
    euh… Maha Suci Allah yang memiliki Al Qur’an yang suci, yang disucikan dari prasangka kabayan yang belet…yang wawasannyah terikat pada dunia sebagai tempurung yang ketinggian tempurungnya sebatas teleskop sajah… Maha Suci Allah yang Maha Tinggi yang ketinggiannyah disucikan dari prasangka kabayan yang cetek selagi sujud…
    euh.. Maha Suci Allah yang disucikan dari prasangka kabayan…

    @
    Amin…. keterperincian dari Allah … jangan berpikir kita manusia memahami keterperinciannya. Subhanallah.

    Suka

  8. MaIDeN said

    O ya, waktu saya ngetik kalimat ini, “….banyak ayat yang mengungkapkan fakta metafisika tidak dijelaskan secara eksplisit, sehingga mampu diterima oleh logika manusia di setiap zamannya” dst …
    Metafisika yang dimaksut konteksnya metafisika menurut orang yang mengaku kiyai yang menjadikan bacaan alqur’an sebagai sarana mencari elmu sihir.
    Baca ayat tertentu ndak mempan bacok. Baca ayat tertentu ndak mempan dipukul, ndak mempan diborgol. Kejadian metafisika tersebutlah yang saya maksud.
    Point-nya.
    Menurut mereka hal tersebut adalah hal-hal metafisika.

    @

    Ayat Al Qur’an adalah juga obat. Namun saya tidak tahu dalam konteks tidak mempan dipukul?. Hal-hal yang metafisis ini.

    Suka

  9. raihanaazzahra said

    Kenapa AlQuran ga terperinci menyangkut ilmu pengetahuan??? Karena Alloh menyuruh kita untuk berfikir. Karena Alloh menganggap (maaf klo kurang tepat) kita mampu berfikir.

    @
    Mungkin juga, pada Al Qur’an itulah… sesungguhnya terdapat seluruh sisi ilmu pengetahuan… pada sebuah kedalaman yang dituliskan bagi manusia dari suatu tempat yang disebutkan dalam Al Qur’an. Kemampuan berpikir, mengolah, dan menguak satu demi satu dari Al Qur’an yang tanpa batas itu. Kita tak pernah tahu dan tidak akan memahami segalanya yang hanya pada waktunyalah dan pada kondisi yang dikehendakiNya, akan dibukakan. Mungkin. Allah sampaikan Alif Lam Mim… dan para pendahulu kita sepakat hanya Allah yang memahami pengertiannya……

    Suka

  10. sikabayan said

    @ajjahra…euh… manajemen fikir yah?…
    duh… bagaimanah kita memanaje pikiran kita… sehingga menghasilkan kebenaran…sabab memang yang akan dihitung dan ditimbang teh hasil dari pemikiran kita yah neng?…
    jadi supaya didunia inih kita mau berpikir dengan cara yang benar atau sebenar mungkin ya neng?… soalnyah di surga mah sudah ngga perlu mikir lagih… di naraka juga ngga usah mikir lagih…tinggal nyesel ajah…
    beu… kabayan jadi malu punya otak yang belet teh…hikz..

    @
    Aih akang Kabayan, agor kasima ku jerona eta komentar akang….
    Duh Kang Kabayan, agor terkesima membaca kedalaman komentar akang…..

    Suka

  11. Dimashusna said

    @kabayan
    Ga usah malu kang, karena sesungguhnya akang masih memakai otaknya untuk berpikir, yang malu ituh justru boga otak tapi teu boga uteuk.
    Masalah Al-qur’an, Al-qur’an akan berdialog sesuai dengan tingkat pemahaman manusia yang membaca, Kalau saya baca
    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ tentu pemahaman saya yang awam dgn pak Agor yang lebih mumpuni berbeda.
    Seperti ucapan sayyidina Ali ra. “jikalau aku mau niscaya aku bisa penuhi muatan 7 unta dgn tafsir Al-fatihah.” kalau dianggap oot, yah dihapus sajah Ya Pak.

    @
    Ummul Kitab….

    Bacaan basmallah, menisbahkan segalanya pada usaha mencari keridhaanNya… Indahnya.

    Suka

  12. sikabayan said

    @kang dimas…
    euh.. betul yah… sehari 17 kali kita teh disuruh mencoba menghayati ilmu Allah melalui Ummulnyah yang memaksa kita harus menyerah dan tawadhu dalam rukuk serta sujud nyah… hhh… jadi panas mata kabayan nyah… hikz…

    @
    panas dan berair mata saat rukuk…. airmatanya, kata hadis menjadi penawar panas api neraka……

    Suka

  13. […] saksi-saksi saya undang blogger-blogger yang muda, yang juga punya ilmu, ustadz punya kefahaman dalam agama, juga pemuka blogger yang juga punya gelar abu agar kita […]

    Suka

  14. […] Nah. Dengan keadaan diatas, haruskah kita bangga dengan budaya Arab seperti misalnya berpakaian/berdandan kearab araban? Atau bergaya sok orang Arab? Kalau mempelajari BAHASA ARAB justru bagus, karena itu akan membantu kita manusia untuk membongkar ilmu pengetahuan dalam Al Qur’an. Untuk itulah saya bersyukur dengan adanya mas Agor yang rajin berbagi soal kedahsyatan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al Qur’an. Salah satu contohnya ada di artikel beliau yang ini. […]

    Suka

  15. […] Nah. Dengan keadaan diatas, haruskah kita bangga dengan budaya Arab seperti misalnya berpakaian/berdandan kearab araban? Atau bergaya sok orang Arab? Kalau mempelajari BAHASA ARAB justru bagus, karena itu akan membantu kita manusia untuk membongkar ilmu pengetahuan dalam Al Qur’an. Untuk itulah saya bersyukur dengan adanya mas Agor yang rajin berbagi soal kedahsyatan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al Qur’an. Salah satu contohnya ada di artikel beliau yang ini. […]

    Suka

  16. Raja Ahmad Ismail said

    Assalamu’alaikum,
    Seteperinci apakah Alquran?.
    Tergantung sudut pandang kita.
    Kalau kita batasi keterperincian Alquran dalam hal aqidah, suruhan dan larangan, maka menurut pendapat saya, dasar-dasarnya sangat rinci.
    Penjabarannya, diterangkan oleh Rasul dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh beliau dan para shahabat serta umat dimasa beliau. Kemudian setelah masa Rasul dan para shahabat, tugas menjelaskannya terletak diatas pundak para ulama dari kalangan tabi’in, tabi’ut tabi’in dan seterusnya, dengan persyaratan yang ketat berpandukan pada Alquran maupun hadist dan Sunnah dari Rasul serta atsar para shahabat dan ijtihad para penggali hukum itu sendiri.
    Kalau kita mengharapkan Alquran akan menerangkan secara rinci suatu masaalah, hanya sedikit sekali yang akan kita peroleh. Contohnya dalam hal shalat saja, yang merupakan “tiang” agama. Tidak akan kita ketemukan didalam Alquran bahwa Subuh 2 rakaat, Zuhur dan Ashar dan ‘Isya 4 rakaat serta Maghrib 3 rakaat. Kemudian puasa, yang kita jumpai hanya perintah berpuasa, dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Apakah kita menjumpai apa-apa saja yang membatalkan puasa?. Tidak.
    Dalam hal sains, yang jelas Alquran bukan buku sains dan tidak diturunkan sebagai buku sains. Kalaupun ada yang “berbau” sains, maka menurut pendapat saya, adalah suatu “jentikan” dari Allah untuk menstimulasi kerja otak kita untuk berpikir dan memperhatikan apa yang telah diciptakanNya serta menggali manfaatnya. Hanya orang yang mau berpikir saja yang akan mendapat faedah dari “ayat-ayat sains” tersebut.
    Alquran adalah kitab suci yang multi tafsir, tergantung dari siapa, sudut pandang apa dan sejauh mana kemampuan dan ilmu kita untuk memahami ayat-ayatnya.
    Bagi kita yang awam dan mempunyai ilmu yang pas-pasan, maka tidak salah kalau kita berpegang pada : sami’na wa atho’na.
    Wassalam,

    @
    Wass.wr.wb. Keteperincian, yang saya pahami saat ini hanya setitik buih dari keluasan Al Qur’an yang memberikan reposisi begitu luas dan dalam, yang beberapa bagian dari situ kemudian terungkap. Dalam penyikapan, tentu saja kita berusaha pada setiap langkah untuk bisa kami dengar dan kami taat. 🙂

    Suka

  17. masni said

    aduh saya suka sekali dengan pembahasan seperti ini, rasanya ilmu kita makin bertambah.

    @
    😀

    Suka

  18. […] orang yang ragu-ragu. Sampai kini, saya tidak pernah tahu (dan mungkin tidak akan pernah tahu) seberapa terperincinya. Namun, saya percaya bahwa telah dirincikan segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk […]

    Suka

  19. Assalamu’alaikum….!!
    diskusi yang menarik ketika kita mengkaji tentang Al-Qur’an, sungguh Al-Qur’an adalah merupakan kitab Allah yang Agung. Al-Qur’an memberikan gambaran yang terperinci tentang kehidupan, dan apa yang baik dan buruk yang dikerjakan manusia, tentang proses penciptaan makhluk, alam, sampai pada tataran kenegaraan, politik, hukum, sosial, bahasa, dan apa saja yang ada di alam ini semuanya terangkum dalam pustaka Al-Qur’an. walaupun juga ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tidak menerangkan secara terperinci dalil-dalil-Nya yang memerlukan penafsiran yang mendalam dan luas. akan tetapi apa-apa yang ada dalam al-Qur’an sendiri telah mencakup setiap seluk-beluk aspek kehidupan di dunia ini sampai ke negeri akhirat walaupun sifatnya universal. akan tetapi hadis telah menjelaskan apa yang tidak terlalu jelas oleh kita dalam al-Qur’an, juga ijtihad sahabat, qiyas, dan berbagai metode tafsir, ushul fiqh, dalam mencoba memahami ayat-ayat al-Qur’an.

    @
    Wass. Mas Taufik.
    Yang sering saya pikirkan adalah kalimat Mas : “…walaupun juga ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tidak menerangkan secara terperinci dalil-dalil-Nya yang memerlukan penafsiran yang mendalam dan luas…”

    Sedangkan Al Qur’an sendiri sudah jelas menjelaskan bahwa …segala sesuatunya telah dirincikan…
    ijtihad sahabat, qiyas, metode tafsir, ushul fiqh memang betul adalah bagian dari usaha memahami apa yang telah dirincikan oleh ayat-ayat al-Qur’an. Boleh jadi Rashid Khalifa dan berbagai usaha matematika al-Qur’an adalah metode-metode tafsir baru tentang keterperincian kitab Allah yang jin dan manusia bergabungpun tak dapat meniru/membuatnya…
    Salam, dan terimakasih mas Taufik sudi menengok ke sini….

    Suka

  20. izzah said

    indahnya makna dan kandungan al-qur’an membuat orang akan semakin cinta akan Allah Sang Maha pencipta. Ayu….cinta Al-Qur’an

    @
    amin

    Suka

  21. […] pilihan kata keseimbangan atau kesempurnaan.  Dari ragam sumber, kiranya dapat disimpulkan keteperincian Al Qur’an datang dari khasanah yang memang bukan karya berpikir dan analisis kemampuan manusia untuk […]

    Suka

Tinggalkan komentar