Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Recehan untuk Masjid ….

Posted by agorsiloku pada Juni 17, 2007

Suatu kali, penceramah Jum’at “menyindir” bahwa jamaah yang datang ke masjid hanya mengeluarkan “uang terkecil” dari dompetnya. Di rumah Tuhan itu, ketika sedekah atau amal diberikan, maka yang masuk kotak masjid tidak dipilih yang terbesar, hanya recehan saja… “Kenapa tidak yang terbesar”, sudah begitu “miskin” atau “pelitkah” ummat beramal.

Agak sedikit tersentak juga, antara “kantuk” mendengar “ceramah” Jum’at yang menyeru kebaikan dan keinginan untuk cepat-cepat saja selesai ibadah ini. Hati dan logika bergumul, atas sentilan yang kurang mengenakkan pendengar ini.

Untung, kencleng yang di depan, sudah lewat. Jadi tak perlu lagi mengisi dengan “uang terbesar“. Apalagi, di dompet pun hanya sedikit uang tersedia. Keperluan untuk hidup masih terlalu banyak, tak logis beramal, sedang sendiri pun tak terpuaskan.

Hari-hari berlalu, entah sudah berapa tahun lalu kejadian ini. Yang kurasakan “aneh”, uang di dompetku sering menjadi jauh lebih banyak dibanding masa sebelumnya sehingga tak ada alasan untuk memilih uang terkecil ketika tiba di rumahNya. Tidak ada dikotomi “terbesar” dan “terkecil” lagi. Tidak juga tesa dan antitesa.

Maha Suci Allah, Segala isi dunia milikNya.

23 Tanggapan to “Recehan untuk Masjid ….”

  1. […] Recehan untuk Masjid …. […]

    Suka

  2. imcw said

    baik receh maupun segepok yang penting iklas…

    @
    receh ikhlas, dua kali receh ikhlas, segepok ikhlas 😀

    Suka

  3. Jadi ingat ceramahnya ust. Yusuf Mansur, “keajaiban sedekah”.

    @
    Minggu kemarin, saya berkunjung kembali ke TB Gramedia. Luar biasa, begitu banyak buku-buku berbagai urusan fikih, tasawuf dan marifat, logika – akal, zikir, the best storiest of Al Qur’an, La Tahzan, sampai Atlas Al Qur’an, Fikih wanita, laki-laki, remaja dengan tata warna indah dan hard cover bertebaran. Buku Pintar Agama Islam, ensiklopedia, indeks al Qur’an dan wah… andaipun punya uang 10 juta dan beli tiap buku satu saja, rasanya tidak akan cukup uang ini untuk membeli begitu banyak ragam dan variasi buku. Namun, yang membahas masalah sedekah, nyaris tidak ada yang sifatnya analitis. Buku Yusuf Mansur mungkin salah satunya. Saya membeli satu buku, tapi belum sempat baca (hardcover kecil tentang sedekah), padahal niatnya mencari buku Agus Mustopha. Terlintas dalam pikiran, apakah ummat Islam sangat sibuk dengan urusan dengan khaliknya, tapi kurang memperhatikan pada anak yatim, bersedekah… bukankah begitu banyak saudara-saudara kita di sepanjang jalan, di trotoar, di waktu hujan, di persimpangan jalan, dalam derita (dan dijadikan profesi)…..

    Suka

  4. axireaxi said

    kalo recehannya yg seribuan itu dan dicemplungkan seratus kali oleh setiap jamaah.. plung.. plung.. plung .., kira2 jumlah akhirnya banyak nggak ya?
    plung.. plung.. plung..
    *mengusir kantuk jamaah sebelah*
    salam,
    adi.n

    @
    Kalau di kantong kita ada uang satu juta (rp 100 ribuan atau 50 ribuan), lalu kita keluarkan yang terkecilnya (misal kebetulan ada 1000 saja)… maka dia bersedekah 1000 dibagi sejuta alias hanya sepermil saja. Kalau jamaah itu punya uang hanya 3000 dan yang seribu dicemplungkan ke kotak, maka dia mengeluarkan sepertiganya…..

    Maka, … kalau kita yang harus memberikan penilaian… besar manakah yang diberikan?… dan pahalanya?….

    Suka

  5. ndarualqaz said

    recehan terkecil masih mending, jumat kemaren orang di sebelah saya malah cuma nggoyak kaleng biar dikra udah masukin recehan, dasar…..

    @
    mungkin orang sebelah Mas itu selalu memberikan terbesar dalam hidupnya… dia malu pada Allah hari itu dia tidak bisa memberikan uangnya… Dia menggoyangkan, mungkin dalam hatinya berjanji : “Ya Allah, hari ini saya hanya bisa menggoyangkan kencleng, insya Allah rejekiMu nanti akan kuisi penuh kencleng ini. Hari ini aku malu padaMu, juga pada Mas nDaru di sebelah saya ini… Di waktu lain, aku akan — memenuhi — janjiku ini.

    Siapa bisa membaca hati manusia?….

    Suka

  6. harysmk3 said

    maunya yg besar tp terkadang msh mikir utk besok jg bisa sodaqoh lg.

    @
    Ada dikisahkan Allah maha pemberi, Allah akan memberikan lebih berlipat lagi pada para pemberi sedekah. Fakta kemudian, negara “kafir” itulah yang memberi (bantuan) lebih banyak pada bangsa lain. Tentu tidak dilepaskan pula sebab akibat dari mereka yang juga mengeksploitasi negara dunia ketiga, terutama dalam sumber daya alamnya.

    Juga, berapa sumbangan para pengusaha yang tidak beragama Islam dalam dunia ekonomi bangsa….

    Suka

  7. Andreas Sun said

    infaqnya yang paling besar kan ke istri Pak. Dan niatnya ikhlas. sama aja kan Pak?

    @
    Ada hadis membahas hal ini, infaq ada yang wajib ada yang sunnah… menginfaqkan harta pada keluarga adalah juga wajib…. apalagi dengan “infaq” itu isteri bisa tour ke luar negeri, punya pembantu sepuluh, jalan-jalan ke malll… (jadi bingung deh batas infaqnya)..

    Dan niatnya ikhlas. Sama saja kan Pak?

    Ha…ha…ha.. ikhlas, tentu… dan tentu kalau untuk isteri dan anak sudah “lebih dari infaq”, kenapa tidak ya pada saudara muslim lainnya… 😀

    Suka

  8. telmark said

    besar mana, uang kecil ihklas, atau besar tapi hanya unjuk diri ?
    (yg jelas, lebih bagus besar tapi ihklas ya…) 🙂

    @
    besar kecil ikhlas… apalagi kalau kita sanggup menyadari bahwa yang kita milikipun bukanlah milik kita. lalu mengapa kita harus bertanya tentang keikhlasan memberikan yang sesuangguhnya bukan miliki kita…. 😀

    Suka

  9. Tertembak, telak…
    Malu dan harus membuat janji baru…
    Maaf pak, lama tidak berkunjung, kesibukan pekerjaan…
    Terima kasih terus memberikan kesadaran buat saya…


    @
    sama-sama, saya juga tertembak… (nembak diri sendiri — kill my self…)

    kesibukan pekerjaan !?… memang luar biasa… dalam 3 minggu terakhir ini, bahkan hanya untuk membaca komentar yang sedikit atau berkunjung… agor hampir tak sempat lagi….

    kesibukan benar-benar melenakan…. maaf juga kalau belum berkunjung ke saudara-saudara seblogger… 😀

    Suka

  10. Gimana kalau recehannya dibungkus dengan uang 10 ribuan Mas? pasti bagus………

    @
    ha..ha…ha…. bagaimana kalau 10 ribuannya dibungkus seratus ribuan…. 😀

    Suka

  11. Amd said

    Hehe, kalau buat sumbangan di masjid sewaktu shalat Jum’at cukuplah dengan receh…
    Kalau “sumbangan”nya segede masjid, segede pesantren, baru deh ada konferensi pers, peresmian, dsb…
    Yah, yang penting ikhlas, tapi kadang ikhlas saja tidak cukup…
    Makasih artikelnya Mas. Menohok ego saya banget…

    @
    Sama Mas, ketika pertama kali saya diceramahi hal ini lebih setahun yang lalu, saya juga merasa tertohok buaaanget….
    Kemudian memutuskanlah untuk memenuhi himbauan penceramah jum’at itu. Padahal dulu itu, sering di dompet hanya uang recehan saja yang ada, sekedar cukup untuk beli penganan atau hanya sekedarnya saja. Jarang saya memegang uang didompet dalam jumlah cukup dan jarang pula uang kartal terbesar ada didompet.

    Namun, puji syukur kepada Allah Mas, sejak mengambil keputusan untuk memberikan uang terbesar,…. nyaris didompet selalu tersedia, bahkan saya juga kadang tidak mengerti mengapa uang itu ada. Bagi saya, ini adalah keajaiban-keajaiban tiada henti.

    (Ya Allah, ampunilah hambaMu… komentar ini tidak dimaksudkan untuk riya. Hanya ingin berbagi bahwa dalam sebuah kejadian sekecil apapun, Allah memberikan jauh lebih banyak dari apa yang kita berikan).

    Suka

  12. Dimashusna said

    FAKTA BERBICARA :
    kETIKA UMR Thn 2001 Rp 350.000,-
    Infaq ke kotak amal hari Jum’at= Rp 1000 (Mayoritas)
    UMK Thn 2007 Rp 919.000,-
    Infaq ke kotak amal hari Jum’at= Rp 1000 (Mayoritas)
    Koq ga nambah ya infaqnya?!
    Padahal ke toilet/wc umum di terminal Rp 1000 jg.
    Jadi ?!
    harga ke surga murah sekali.!
    Tp saya malu.
    karena peningkatannya sebesar 262,57142857142857142857142857143%
    maka saya pun tersenyum ketika teman saya mencibir “Kamu infaq banyak , kaya gajinya gede aja.”
    “ALLOH MAHA KAYA” itu jawaban saya, saya pun mencoba untuk konsisten. Dan sungguh banyak keajaiban terjadi dalam hidup saya, mungkin barokah dari sedekah 🙂
    (Ya Allah, ampunilah hambaMu… komentar ini tidak dimaksudkan untuk riya. Hanya ingin berbagi bahwa dalam sebuah kejadian sekecil apapun, Allah memberikan jauh lebih banyak dari apa yang kita berikan).

    @
    😀

    Suka

  13. Lilik said

    Lucu ya,
    uang Rp 20,000an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal mesjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket
    Lucu ya,
    45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir, tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepakbola
    Lucu ya,
    betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop
    Lucu ya,
    susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat,tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan(gossip) bila ketemu teman
    Lucu ya,
    betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan badminton favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.
    Lucu ya,
    susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller lebih dari 100 halaman pun habis dilalap
    Lucu ya,
    orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton konser tapi berebut cari shaf paling belakang bila Jumatan agar bisa cepat keluar
    Lucu ya,
    kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa disiapkan di agenda kita, tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah seketika
    Lucu ya,
    susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip
    Lucu ya,
    kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Quran
    Lucu ya,
    kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali
    Lucu ya,
    semua orang penginnya masuk surga tanpa harus beriman, berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa tapi….
    LUCU YA ?!
    “Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu’min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (QS. 33:47)
    SUMBER : Renungan
    BTW salam kenal. Saya Link ya.

    @
    Salam kenal Mas Lilik
    Jadi malu hati ini…. diingatkan….
    Terimakasih.
    Salam, agor

    Suka

  14. sikabayan said

    euh… baca postingan yang ini mah jadi malu kabayan teh… hikz…ternyata kabayan teh termasuk di yang fakta berbicara… alias 1000 rupiah…
    setiap saptu teh kabayan selipkan 1000 di dompet yang ada plastiknyah… soalnyah ngga ada sim nyah jadi ajah 1000an… mudah2an kata kabayan yang pelit teh setiap detik dari hari
    saptu inih sampai juma’ah teh argonyah jalan… kayak orang yang jalan kemesjid.. langkahnyah dihitung sama Allah yang Maha Menghitung… semoga nanti 1000 ini teh bisa turut memajukan masjid, bisa jadi tambahan untuk fakir, atau boleh juga untuk anak yatim… apa sajah lah… asal manfaat.. terserah kencleng masjid mau dikemanakan..yang penting mah turut serta ajah dari mulai hari saptu…
    nanti hari juma’ah siapa tahu si iteung ngasih tambahan… memang beginih yah kalo orang gajihanmah gajihnyah dipegang iteung… kalau mau lebih banyak ngisi kencleng teh jadi harus lebih semangat ngedidik iteung…
    memang si iteung teh bisa dibawa ke sorga atawa ngegusur kabayan ka naraka… beu.. harus lebih semangat lagih ngadidik iteung teh… jangan sampai kabayan yang kegusur…
    apah kabayan mensti nyelipin uang jalu yah dari pendapatan sampingan… jual ayam gituh biar ada tambahan buat kencleng… jual ayam diem2 gituh minta tolong si lamsijan?…
    ah kabayan pikir teh lebih baik ngadidik iteung ajah yang betul… biar sama2 ka sorga… euhueheuhu…
    yang penting mah asal selalu peduli sajah sama kencleng mah… jangan sampai tidak perduli sama sekali…
    siapah tahu 604.800 detik di X Rp 1.000 X 3 niat… ehuehuehu… dhuak….

    @
    Hik…. ini persoalan ummat dari kesalehan vertikal pada kesalehan horisontal. Kita seolah menjadi beriman dan sangat beriman karena ibadah formal dan gagal mengingat dan menyikapi kesalehan sosial. Padahal Allah mengingatkan kita, setelah vertikal terbanyak justru pada kesalehan sosial. Bukan hanya uang, juga sebuah senyuman adalah sedekah jika dinisbahkan karena Allah…

    Suka

  15. Komen lagi…….
    Umat Islam biasanya kalau Jum’atan malah biasanya ga bawa dompet. Gimana tuh Mas? Sementara ke pasar atau malah sekedar jalan jalan sore malah bawa banyak duit……….

    @
    Piye toh… kesempatan berinvestasi disia-siakan….

    Suka

  16. raihanaazzahra said

    Kalo buat beli makanan aja ga sayang ngeluarin puluhan ribu. Tapi,kalo ngisi kotak amal atau ngasih orang yang butuh pake recehan . Itu aja dah diperhitungkan matang2. Itu kalo saya lho pak!!! semoga setelah ini jadi sadar deh.

    @
    Ya Mas…. Alhamdulillah…. perhitungan memang harus matang…. Namun, orang kalau mau menikah, nasehat orang tua selalu sama :menikahlah… rejeki menyusul. Insya Allah. Berkah atas rejeki adalah keajaiban yang tak bisa lagi diperhitungkan… bahkan lalat sekalipun, Allah memberinya kecukupan makan…..

    Suka

  17. sikabayan said

    euh… kalo gituh mah solusinyah bisa pakai puasa senen kamis atuh yah…kabayan sama iteung teh… biar uang makan berasnyah bisa dipakai buat kencleng masjid teh… duh ngga bisa elus2 iteung atuh 2 hari yah…

    @
    Yang luar biasa, puasa senin – kamis… kelebihan uangnya untuk kencleng masjid…. Masya Allah…. sedalam itu Kang Kabayan berencana…..

    Suka

  18. nuzula said

    jadi teringat juga dalam ceramah, ust.yusuf pernah bila, “kebanyakan sekarang itu serba minimalis, sedekahpun minimalis. Coba anda liat isi dompet, ada puluhan ribu n ribuan, pasti yg disedekahkan yg paling kecil yaitu seribuan …” (kira2 begitulah ucapan beliau….)
    semoga setiap hari qta mendpatkn ilmu tuk bekal ya….

    @
    Amin.

    Suka

  19. deking said

    Assalamu’alaikum
    Maaf Pak lama tidak berkunjung saya baru saja kembali ke WP beberapa hari ini setelah sekian lama kabur
    Benar2 telak khutbah itu
    Mungkin kalau di kotak amal itu ada lampiran kertas untuk nulis nama dan alamat maka ceritanya akan lain Pak 😀

    @
    Wass Wr. Wb Mas Deking… sama… saya juga benar-benar lagi ditelan kesibukan dunia… melihat blog rekan dan sendiri pun nyaris tak sempat, padahal ada di depan mata….

    Lain ceritanya, tangan kiri melihat yang dilakukan tangan kanan saja sudah malu… apalagi dituliskan alamatnya… 😀

    Suka

  20. […] Recehan untuk Masjid …. […]

    Suka

  21. hati merasa lebih berat memberi untuk sekedar kotak kecil di mesjid ketimbang untuk rfoya2…hati memang terkadang berkata salah & terkadangpun merasa malu

    @
    Ya… kadang hadir keinginan untuk beramal, pada saat yang sama logika dan informasi lain masuk untuk jua mentidakkan… kemudian pada pilihan mana yang diambil… kadang diikuti, lain kali dinafikkan… lalu sering mana ya?. Hanya diri kita yang mengaku tahu?…

    Suka

  22. sezsy said

    hmmm..jadi mikir…
    pernah ada yg bilang gini..
    kalo mo nginfak.. seribu pasti ridho, kalo gitu lebihin…
    5000..masih gapapa..lebihin lagi…
    10000… jadi mikir ‘ga kebanyakan gitu?’

    nah..berarti masukin 10000

    (haa..ngeri ga?? sayah yg jadi bingung ;p)

    @
    Kalau seratus ribu bagaimana. 😀

    Suka

  23. sezsy said

    eh…itu maksudnya ngerti ga??

    @
    ngga juga…. habis sih, tergantung bilangan pembaginya. Yang disedekahkan dibagi uang di dompet…. (baca kekayaan pemberianNya). Jangan-jangan 1.000.000 pun masih terlalu kecil atau juga 1.000 pun bisa terlalu besar… 😀

    Suka

Tinggalkan komentar