Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Pembubaran IPDN=Pembubaran NKRI

Posted by agorsiloku pada Juni 15, 2007

Ha…ha…ha… meskipun komentar yang satu ini cukup menarik dari salah satu postingan yang menunjukkan sedikit mengevaluasi mengapa lebih layak IPDN dibubarkan. Namun komentar ini cukup menggelitik. Saya sendiri tidak bisa menyebutkan atau berpraduga bahwa penulisnya adalah warga atau siswa yang sedang belajar di IPDN. Mungkin saja ini hanya oknum yang pura-pura mengaku dari IPDN untuk semakin menyudutkan IPDN.

Mengapa?

Bagaimanapun, sebodoh-bodohnya siswa IPDN atau sebanyak apapun pukulan yang diterima atau sampai sebagian kecil teman-temannya mati terbunuh sia-sia, saya masih yakin bahwa kualitas kebodohannya tidak akan mencapai taraf logika seperti ini. Memang betul, seorang pekerja seni, Jay Subiakto menyatakan IPDN itu generasi bodoh. Namun nggak lah kalau sampai begini parah.

Ada yang sebenarnya, menurut saya masih lebih parah bodohnya dari generasi itu. Yaitu yang memanfaatkan kebodohan dalam menjalankan kekuasaannya. Banyak orang-orang yang mengaku dirinya pintar, jujur, dan adil, bekerja juga pada lulusan-lulusan IPDN yang sudah menjadi pejabat tinggi. Mereka itu, sangat boleh jadi adalah generasi yang lebih bodoh lagi.

Masih adakah yang lebih bodoh dari mereka itu?

Ada juga, boleh jadi mereka yang berusaha mempertahankan kebodohan yang sudah terjadi.

Namun, pagi ini ada berita yang sedikit menghibur juga yang sebenarnya sudah banyak ditulis di media massa. DPR dan DPD setuju IPDN dibubarkan. IPDN juga institusi yang melanggar UU No. 20 Sisdiknas.

Tapi bagaimana dengan siswa yang saat ini sedang belajar di IPDN. Apakah mereka akan menjadi korban pendidikan (kalau sekolahnya dibubarkan)?.

10 Tanggapan to “Pembubaran IPDN=Pembubaran NKRI”

  1. jurig said

    kadang usaha untuk berubah menjadi lebih baik membutuhkan pengorbanan … seperti halnya pembubaran IPDN … tapi saya yakin bahwa kalo emang ipdn jadi dibubarkan, para petinggi negara sudah punya jalan keluar untuk para siswanya … <em>misalnya “dititipkan” ke universitas2</em> …

    @
    Tentu, jangan biarkan pendidikan formal melanggar undang-undang sisdiknas dan prosesnya sangat jauh dari nalar pendidikan.

    Suka

  2. kangguru said

    Dari terpidana kasus clif muntu, ia merasa jadi korban sistem, kalo emang betul sistemnya yang udah kacau apa lagi yang harus dipertahankan

    @
    Memang korban sistem, karena jelas ada legalitas yang membuat kesewenang-wenangan terjadi. Yang terpidana, jelas korban nafsunya juga. Sedang Cliff Muntu korban siapa?, Wahyu Hidayat korban siapa?, menurut hasil penelitian ada sekitar 35 kematian. Entah berapa lagi yang masuk rumah sakit. Kalah dalam proses pendidikan. Ini sistem siapa?

    Suka

  3. Selama <a href=”http://fourtynine.wordpress.com/2007/02/14/gossip-jalanan/” rel=”nofollow”>mafia mafia</a> masih berkeliaran di Indonesia. Kayanya IPDN ga bakalan bubar, paling paling berkamuflase jadi <strike><a href=”http://kosongempatsembilan.wordpress.com/” rel=”nofollow”>Neo Forty-Nine</a></strike> IPDN Baru.

    @
    Berkeliaran sudah tentu (prasangka), semoga saja Pemerintah masih punya hati nurani untuk membubarkan IPDN. Sejarah pendidikan dengan penganiayaan sebagai santapan harian telah membekukan praja-praja untuk gagal melihat secara normatif masalahnya sendiri. 😦 Yang kemudian, korban berikutnya jelas adalah rakyat.

    Suka

  4. imcw said

    khan udah dibilang kalo siswa yang ada sekarang dibiarkan tamat dulu…

    @
    dan juga diperiksa kesehatan jiwanya. Semoga sembuh dan sadar bahwa tindakan selama ini sungguh-sungguh di luar etika

    Suka

  5. Mas itu kok komen saya ancur coding nya?? Minta tolong dibenerin ya Mas

    @
    sudah dirapiin, ancur lagi… 😦 apa karena sy buat catatan dari komen di bawahnya ya?.

    Suka

  6. Selama mafia mafia masih berkeliaran di Indonesia. Kayanya IPDN ga bakalan bubar, paling paling berkamuflase jadi Neo Forty-Nine IPDN Baru.

    Suka

  7. elzach said

    Assalamualaikum Wr wb.
    Menjadi pemimpin itu sangat berat tanggung jawabnya dalam Islam.
    salah memimpin bisa menyeretnya ke lubang neraka.
    karena itu menjadi imam sholat saja perlu kriteria terbaik dari sekian banyak makmum.
    jika pemimpin mengajarkan korupsi, kelak dia akan ikut saham dosa semua orang yang menirunya, bayangkan jika yang menirunya itu hampir semua orang di negeri ini.
    begitu pula jika pemimpin mengajarkan kemaksiatan, kemusrykan, zina, kedurhakaan dsb, kekal dia akan menuai saham dosa masal dari smua orang yang mengikutinya, tidak hanya generasi ini tapi hingga generasi mendatang, itulah yang disebutkan siksaan yang berlipat ganda kelak di azab Neraka.
    (pernah saya dengar)ketika Kalifah Umar diangkat menjadi kalifah, beliau seketika mengucapkan ‘innalillahi wa’inailaihi roji’un’
    seolah sedang mendapat musibah karena beratnya amanat itu.
    manusia jaman sekarang begitu berlomba menjadi pemimpin, sampai-sampai main dukun ilmu hitam, andai saja mereka tahu beratnya amant itu, pasti akan surut nyalinya.
    melihat kembali ke IPDN, mestinya mendidik para pemimpin yang baik, santun, penuh tanggung jawab, penuh kasih sayang kepada rakyat, mengayomi rakyat, tapi ternyata justru dididik dengan kekerasan dan kekejaman, mudah aniaya dan dholim, duhai akan jadi apa mereka kelak ketika jadi pemimpin, bukankah hati ini jadi ketir-ketir jika punya pemimpin yang demikian?
    bukan hanya khawatir terhadap kedholiman mereka terhadap kita, tapi yang lebih mengerikan adalah apa yang bakal mereka ajarkankepada anak-anak generasi muda kita.
    sepantasnyalah kita ini diMurkai Allah, astaghfirullah…
    Wassalamualaikum wr wb

    @
    Wass. wr.wb… membayangkan resiko sebuah keputusan yang disebabkan kelalaian pemimimpin … memegang amanat seperti yang dicontohkan (disikapi oleh Khalifah Umar), sepertinya kita sudah berada di tempat yang sangat jauh. Kita melihat bagaimana calon pemimpin itu, melalui pilkada, politik uang, dan berbagai upaya untuk meraih kemenangan…. Sudah tidak tampak lagi ketulusan bahwa seorang pemimpin adalah ujian bagi diri dan juga masyarakatnya.

    Kembali ke siswa IPDN, beberapa komentar yang dilontarkan… kita bisa menandai dan memahami juga kualitasnya, termasuk kesesuaiannya dengan cita-cita bangsa

    Suka

  8. aryant said

    IPDN hakikatnya adalah DEPDAGRI design, kayanya perlu juga tuh ikutan direcovery, mungkin juga inangnya dari sana….

    @
    hmmm… saya juga ingin berpikir begitu… tapi ini artinya berprasangka …. Namun, pembelaan yang terjadi dari “mereka” rasanya juga mendapatkan sebuah pembenaran….

    Suka

  9. prosesnya hrs dikawal trs ya..
    jgn sampe kita kecolongan lg..

    mslh tag coding itu mungkin dari tanda petiknya yg saling-tempel? mungkin dicoba ketik manual..

    @
    Seharusnya … SBY memutuskan akhir Juni ini… namun seperti biasa, menunggu masyarakat lupa dan turun tensinya.

    Oh ya betul… bisa saling tempel. Trims arahannya.

    Suka

  10. Katanya sih, IPDN yang jaman dulu (masih bernama APDN kalo ga salah) beda banget ya, sama IPDN yang sekarang?

    bener ngga sih, Pak Agor?

    masih katanya, APDN yang lawas emang military basic, ga kek skarang…cmiiw

    @
    Saya tidak tahu, namun merujuk pada “cerita” sejarah mengapa berubah nama menjadi IPDN, maka APDN sama saja. Tempat brutal dalam proses pendidikan. Tentu saja tempat melampiaskan nafsu fisik, berbeda dengan “military basic”. Belajar tahan menderita, bukan berarti melampiaskan kesukaan barbarian. Ketika watak “busuk” sudah terbentuk, cuci otak sudah berjalan bertahun-tahun ala IPDN ini. Sangat sulit mereka untuk memiliki kesadaran dan kemampuan untuk bermasyarakat kembali. Penyakit hati namanya. Melihat IPDN saat ini (juga birokrasi), rasanya kita betul-betul berada dalam kehidupan yang sakit. Lebih parah dan rusak daripada H5N1 atau demam berdarah. Membaca komentar alumnusnya…. semakin terasa, memang sedang sakit :((

    Suka

Tinggalkan komentar