Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kyai Berkahilah Tanah dan Sawah Kami….

Posted by agorsiloku pada Januari 22, 2008

Duh… kok sudah beberapa hari ini sejak 1 Syuro kemarin, saya kadang senyum sendiri, kadang terpingkal-pingkal prihatin.  Kok bisa-bisa, setelah sekian lamanya merdeka dan menjadi orang beriman.  Sudah tentu tidak melupakan sholat atau paling tidak selalu eling pada Allah lalu memohon kepada Allah sambil mengejar-ngejar dan berebut kotoran kyai !?.

Duh !, kalau saja kyai ini bisa ngomong banyak atau menulis di blog wordpress, tentulah kyai bule ini akan sedih hatinya !.  “Sampeyan kok dikasih akal”, malah kotoranku dikejar-kejar, diperebutkan untuk mendapatkan berkahNya !”.

Prosesi seperti ini, seperti juga yang membenamkan kambing hidup-hidup ke tempat semburan lumpur adalah contoh perilaku kualitas dan kecerdasan sejumlah bangsa ini terhadap ketidakpastian hidup.

Oke deh… karena saya bukan orang Osl0 Solo, saya juga belum pernah berburu kotoran kyai kecuali menonton teve saja maka satu hal yang perlu renungkan kembali, seberapa berkah kotoran kerbau, biar bule sekalipun memberikan makna pada kebudayaan, memberikan makna kepada keasrian hidup, memberikan makna kepada cita rasa !

Kalau soal keberagamaan, keberimanan, apalagi jika ditelaah dari sudut pandang agama Islam, tak usahlah kita perdebatkan lagi.  Lalu bagaimana dengan istana Mangkunegaran ini?, mengapa prosesi ratusan tahun ini mengarahkan (atau paling tidak membiarkan) masyarakat pencinta atau keyakinan berkahnya pada pengejaran “kotoran” kerbau?.

Aduh… kok mengapa saya malah merasa lucu.  Apakah di sini tidak ada yang mengabarkan bahwa kotoran kerbau bukan hanya untuk sawah saja, bisa juga mungkin untuk oleh-oleh kunjungan, bisa juga untuk hiasan (tentu setelah dibentuk), diperindah, dan baunya dihilangkan !.

Kalau di situ ada ulama yang mengajarkan kotoran  tentang sikap-sikap hidup agama atau paling minimum penggunaan akal sehat, kewajaran, bagaimana bertani yang baik dan benar menurut kaidah-kaidah pengetahuan praktis dan lain sebagainya,  tentu berkah tidak usah dicari dari kyai.

Ataukah itu hanya sebuah kelucuan?. (oh ya.. saya belum tahu, bagaimana dengan pipisnya kyai, bagaimana dengan air liurnya…) jangan-jangan… ah sudahlah… tak berani saya membayangkan.

Wah juga kalau ini dijadikan acara wisata, terus ada wisatawan cerita bahwa bangsa Indonesia masih ada yang mengharapkan berkah dari kotoran kyai slamet.

Godbless you Indonesia.

(dan sejumlah tanda tanya, kapan prosesi sakral itu atau dianggap sakral yang bertepatan dengan kesepakatan Tahun Baru satu Muharam Islam) ini tidak lagi menjadikan itunya kerbau dijadikan alat untuk mengharap berkahNya. (ataukah memang, berkah dari kotoran itulah yang diharapkan, bukan berkah dari yang maha menciptakan).

Masih mungkinkah ada do’a dilantunkan dengan penuh khusyu dan tangan sibuk berebut… daging  buangan kerbau.

Ataukah, kapan kotoran kerbau menjadi bagian dari pelajaran ahklak saudara-saudara kita yang belajar di sekolah-sekolah, pondok pasantren, madrasah, untuk memperbaiki khasanah tentang kotoran kerbau.

Siapakah yang seharusnya bertanggung jawab, penghuni istana mangkunegaran, ulama di solo atau di Indonesia, pendidikan kurikulum sekolah, atau kyai itu sendiri…. 😦

6 Tanggapan to “Kyai Berkahilah Tanah dan Sawah Kami….”

  1. andrieis said

    miris jg melihatnya, indo dgn umat muslim terbanyak didunia, tp kualitasnya menyedihkan

    @
    terbanyak prosentase yang beragama islam dibanding dengan jumlah penduduk negaranya. Sedang jumlah ummat islam dalam satu negara terbanyak justru di India.

    kualitas menyedihkan … prihatin … karena di sini perpaduan budaya dan keyakinan dengan kebenaran (dalam agama islam) direlatifkan.

    Suka

  2. […] Ibrahim a.s selamat karena keyakinan nya, karena kualitas IMAN nya sempurna kepada ALLAH, sempurna Tauhid […]

    Suka

  3. Dee said

    perlukah kita, laksana Ibrahim a.s., datang ke sana, membawa parang dan memenggal kepala Kiai Slamet, untuk membuktikan bahwa ia hanyalah seekor kerbau biasa, dan kotorannya, tak lebih mulia dari tinja kita.

    @
    Alangkah arifnya jika pemilik kerbau bule ini menjaga hal-hal yang membuat faktor-faktor yang menimbulkan kondisi yang saya kira tidak layak ini….

    Suka

  4. […] mencari pilihan-pilihan yang paling masuk akal sampai paling tidak masuk akal.  Kalau mungkin, kotoran kanjeng kyai kerbaupun masuk dalam arena berkah.  Atau, seperti dua tahun yang lalu sekelompok anggota masyarakat yang penuh perhatian dan […]

    Suka

  5. […] mencari pilihan-pilihan yang paling masuk akal sampai paling tidak masuk akal. Kalau mungkin, kotoran kanjeng kyai kerbaupun masuk dalam arena berkah. Atau, seperti dua tahun yang lalu sekelompok anggota masyarakat yang penuh perhatian dan prihatin […]

    Suka

  6. […] mendapatkan berkah agar sawahnya subur, padinya menguning, usahanya lancar.  Dengan apa?, dengan berburu kotoran kerbau?.  Lebih luar biasa lagi, perburuan itu dalam kerangka merayakan hari kelahiran junjungan Nabi […]

    Suka

Tinggalkan komentar