Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Keistimewaan Babi (bag.3)

Posted by agorsiloku pada November 10, 2006

Keistimewaan Babi, baik dari segi baik atau buruk bagi kesehatan ada. Saya belum ingin membahas mengapa babi itu diharamkan oleh Allah. Sederhana saja, karena Allah hanya bilang babi itu kotor. Apa itu kotor? (… karena sesungguhnya ia adalah rijsun = kotor). Saya tidak tahu, apa yang dimaksud sesungguhnya kotor?. Kita lupakan dulu sejenak ya.

Kita kembali ke mamalia yang tidak memamah dan tidak berleher ini.

Indonesia termasuk negara pengekspor babi yang lumayan besar. Tahun 2003, menurut data statistik mencapai 5,9 juta kg. Sedangkan, produksi daging babi (termasuk ternaknya) mencapai 174 ribu ton atau 174 juta kg. (Banyak ya..). Di pulau Bulan, tempat Babi diternakkan di Propinsi Riau itu, katanya ada hampir 230 ribu ekor. Bandingkan dengan ekspor daging sapi yang cuma seupil (111 ton) sedangkan impor mencapai 11 juta ton (Tahun 2003). Produksi daging sapi sendiri sekitar 338 ribu ton (338 juta kg) di Indonesia ini atau hampir 2 kali lipat dari produksi daging babi. Bedanya, cuma babi dikonsumsi untuk 20%, sedang sapi oleh 80% penduduknya.

Jadi, kalau melihat jumlah produksinya yang cukup banyak wajar kalau terdapat “keluhan” mengenai kehalalan suatu produk. Namun, masalah pencampuran ini bukan hanya di Indonesia, dimana MUI nya punya “bisnis” menetapkan halal atau tidaknya suatu produk.

… Yang lebih menyeramkan, sebagaimana disampaikan oleh Jurnal Amerika, adalah penjualan daging olahan (daging giling) di Amerika dicemari dengan 20 persen babi. Dinyatakan paling tidak sekitar 5 persen daging babi alias pork dapat terdeteksi pada daging yang diklaim sebagai daging sapi. (Waspadai Makanan Kemasan Impor, halalmui.or.id).

Di Indonesia, tidak ada “pengakuan resmi”, mungkin karena sensitifnya. Tapi secara parsial kasus pencampuran daging babi dengan sapi atau kambing banyak terjadi. Tentu karena pertimbangan untuk dapat untung lebih tinggi dan karena semakin mahalnya daging sapi. Penyakit pada sapi juga menyebabkan populasinya menurun, harga semakin mahal. Impor juga mahal.

Produk impor kemasan, pencampuran dalam penjualan daging ternak lain dengan babi serta pemanfaatan gelatin, porcine dari babi untuk ragam kepentingan (termasuk juga digunakan untuk kosmetika, kesehatan, transplatasi, pemupukan, penyuntikan sapi/kambing dengan daging babi, dan lain-lain) memungkinkan secara logis, siapa pun pernah (disadari atau tidak menikmati daging babi). Seperti pada artikel sebelumnya, babi mewarnai cukup banyak peluang untuk masuk ke lingkungan masyarakat manapun.

Saya sedikit menarik garis pemahaman bahwa di kekinian, faktor-faktor yang menjadi bagian dari unsur babi, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, akan begitu dekat dengan kehidupan kita melalui berbagai cara.

Menguji keberadaan daging babi.

Misalnya ya, kita campurkan 100 kg daging sapi ditambah 10 kg daging kambing, ditambah 1 kg daging buaya, lalu dicampur dengan 1 ons daging babi?. Lalu dicacah halus, dimixer. Pokoknya diaduk sampai betul-betul menyatu. Pertanyaannya?. Apakah dapat terdeteksi keberadaannya?. Bagaimana kalau pencampurannya seimbang?.

Bagaimana mengetahui keberadaan unsur babi melalui pemakaian gelatin atau porcine sebagai alat bantu untuk membuat MSG (monosodium glutamat : – ingatkan kasus ajinomoto dan susu lemak babi beberapa tahun silam, sampai Pangkomkabtib saja ikut minum susu bersama ulama di depan para pemirsanya).

Tapi masalahnya, itu sih yang muncul ke permukaan lalu menjadi wacana publik yang hangat. Yang tidak hangat tapi terus hadir, saya menduga (berwasangka), dengan melihat jumlah produksinya, kejadian yang tidak diinginkan ummat Islam akan ada. Apalagi buat yang tinggal di luar negeri karena bekerja atau karena sekolah, atau lagi tour…

Punya teman di Chinesse Restaurant atau di Restoran Padang, bisa berbagi?

(bersambung).

5 Tanggapan to “Keistimewaan Babi (bag.3)”

  1. wadehel said

    Resto china memang jelas, tapi Padang?!?!?!?

    Untung saya sudah ga doyan daging. hiiiy.

    Suka

  2. […] (bersambung) […]

    Suka

  3. suka_cari_makan_halal said

    lho….opa saya buka resto kecil chinese, tapi…halal karna mantu ama cucunya muslim kalee ya!!!hehe…
    sambungannya mana??
    terus…gimana dengan makanan ringan yang ada ML tapi klo ga halal???gimana dengan yg tdp pada artikel “NO PORK BELUM TENTU HALAL”,rugi dunk umat muslim kemasukkan makanan tidak halal???
    tolong beri tahu saya lewat email lanjuttannya ya!!!
    thanks

    @

    Ayatnya berbunyi :

    QS 2. Al Baqarah 173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    Tampakkan, babi adalah unsur diharamkan dan juga yang disebut nama selain Allah. Juga dijelaskan ada pada kondisi terpaksa, tidak menginginkan, dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.

    Jadi jelas di ayat itu No Pork belum Tentu Halal…. 😀

    Suka

  4. sikabayan said

    euh… Allah maha pengampun atuh… berusaha sajah lebih teliti memilih… selebihnyamah gimanah lagih… Allah menilai niat kita… niat makan babi kena hukum… berusaha menghindar.. niatnyah dapet satu… kejeblosnyah ngga sengaja…
    kalau ketahuan ada yang nyampur… nah… yang inih.. yang dengan niat entah apah.. menyengaja.. memproduksi barang super syubhat teh… baru di tanduk… eh.. tindak…

    @
    😀

    Suka

  5. riyan said

    babi………………..;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ih ogah banget……………………………………………………………………..;;;;;

    Suka

Tinggalkan komentar