Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Otak-atik Gatuk, Statistik, dan Janji Allah

Posted by agorsiloku pada Januari 30, 2009

QS Al Fath 48:27 menjelaskan Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, kebenaran mimpinya dengan sebenarnya, bahwa Rasul akan memasuki Mesjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman….

Surat ini, dan berbagai kejadian masa depan, baik yang sudah terjadi atau akan terjadi dijelaskan oleh firmanNya.  Sejumlah hadis juga menjelaskan masa manusia.  Yang dikisahkan atau dicatat, sampai kepada malaikat yang bertanya tentang kebanyakan manusia yang masuk ke surga atau neraka.

Sebuah kejadian (di masa depan) adalah resultante dari puluhan atau milyaran kejadian kecil-kecil yang menandai terjadinya sebuah keniscayaan kejadian.  Sejak sebuah elektron mengelilingi inti atom atau jauh lagi sebelumnya sampai harmonisasi keseluruhan gerak itu kemudian membentuk horizon peristiwa di masa depan.  Kalau ada dua buah batu dilempar mengikuti garis lurus, maka kita “bisa” memperkirakan jatuhnya batu itu, berdasarkan daya lontar dan sudut lemparan.  Itu sederhana saja.  Namun, untuk sebuah kejadian yang diperhitungkan, kapan seorang penyanyi dangdut menyanyikan lagu di sebuah panggung di bulan depan atau tahun depan, belum ada rumus universal yang memungkinkan itu dihitung.  Jadi, kalau secara matematis dan genetis, manusia bisa menghitung kapan kemunculan sebuah uban ketika seorang bayi dilahirkan, maka kerumitan luar biasa akan terjadi.

Dari cara berpikir ini, maka agor mencoba menerima bahwa masa depan adalah hal yang ghaib.  Masa depan terjadi atau tidak terjadi adalah hak perogatif dari ilmu Allah yang mahaluas.

Begitu juga, saya cukup mumet memahami ulasan-ulasan dari Fahmi Basya yang tulisannya banyak saya kutip, penemuan bilangan 19 yang diawali oleh Rashid Khalifa, dari mana bilangan-bilangan itu bermunculan.  Karena itu, sungguh menarik uraian dari Mas Haniifa tentang Basmallah dan otak-atik gatuk dari Mas Stefano yang menjelaskan kejadian yang terukur dari simpul-simpul matematis.  Artinya, memang seluruh kejadian apapun di seluruh permukaan bumi atau dibagian dalamnya, atau dimanapun tidaklah ada peristiwa yang satupun persis sama.  Keseluruhannya adalah resultant-resultan arah yang membentuk peristiwa, saling jalin menjalin.  Kita tidak dapat mengukur kedalamannya, juga simpulnya. Karena itu, ada yang menjelaskan alam semesta sebagai hologram.

Kalau kata Einstein, Tuhan tidak sedang bermain dadu, seperti dituliskan kembali oleh Marufin.  Maka kita bolehlah memahami bahwa Allah juga tidak sedang menggunakan ilmu statistik.  Namun, setiap peristiwa adalah terinci dari ilmuNya.  Yang diotak-atik oleh Mas Stefano (baca komentar Beliau) di sitenya atau Mas Haniifa puluhan atau ratusan lainnya yang takjub dengan komposisi matematis dari Al Qur’an menandai begitu banyak peristiwa, menemukan secara kebetulan simpul matematis dari sebuah titik peristiwa.

Kebetulan, postingan dari Mas Stefano ada alat-alat ukur data yang memungkinkan itu terpahami (secara logis), tidak sedikit pula kita tidak bisa memahami atau menjelaskan mengapa simpul peristiwa itu ada (dan terbaca).

Beberapa postingan lainnya, menjelaskan yang datang dari Lauh Mahfuz dalam sebuah kitab peristiwa itu adalah komposisi yang ada dalam Al Qur’an dan telah dirumuskan di dalamnya.  Datang dari khasanah Sang Maha Pencipta yang jika dituliskan rahmatNya, tak cukup air lautan sebagai tintanya.

Sangat boleh jadi, betul kata para ulama, yang terbaik menjelaskan adalah Al Qur’an kepada Al Qur’an, segala sesuatunya telah kami rincikan,…

Hanya keterbatasan kita saja yang terburu-buru dan hanya sedikit pengetahuan, untuk memahami kitabNya yang sempurna ini.

Subhanallah.

4 Tanggapan to “Otak-atik Gatuk, Statistik, dan Janji Allah”

  1. Assalamu alaikum wr wb

    Bukannya nggak bisa akan tetapi kesanggupan atau kemampuan manusia itu sendiri tak terbuka atau terhijab atau juga oleh karena hal lainnya,untuk mengetahui hal ke depan.
    Akan tetapi ada Hamba ALLAH yang diberikan ilmu Ladunni ini..yaitu Khidir…dan tentu saja Baginda Nabi MUHAMMAD SAW.

    Sedangkan kita ,apakah mampu untuk membunuh seorang anak kecil seperti Khidir,yang ada pada surat Alkahfi.sedangkan mengetahui anak kita atau orang tua kita akan meninggal atau kecelakaan saja,entah bagaimana mental serta perasaan kita..
    Wallahu a’lamu bishowab
    Wassalam

    @
    Ass.ww.
    Dalam konteks ghaib, kita tidak akan mendapatkan hijab atau tabir, kecuali pada Rasul yang dikehendakiNya. Jadi Rasulpun tidak semua….
    Betul.. betapa kemampuan kita ‘melihat’ kalau tidak dibatasi .. bisa membangun bumerang dan ketakutan…

    Wass, agor.

    Suka

  2. […] luput untuk memperoleh hikmah yang sangat langka ini,  maksud saya adalah kritikan halus dari Mas Agorsiloku atas ketajaman dan ketelitian artikel Mas Stefano Al Biruni. Kebetulan, postingan dari Mas Stefano […]

    Suka

  3. haniifa said

    @Mas Agor
    Kalau otak-atik gathuk… yach kreatif lah.
    Tapi kalau otak gethuk, lha piye kok iso ngono… ?! 😀

    @
    Ngono yo ngono, ning ojo ngono…. (bener nggak ya boso jawine…)
    😀

    Suka

  4. haniifa said

    @Mas Agor
    Ngono yo ngono, ning ojo ngono…. (bener nggak ya boso jawine…)
    No problemo yang penting semua ngarti khan… 😉
    __________
    Saya jadi ingat Yoko Ono… eh… Opo bener dia itu istrinya @mas John… 😛

    Deuh… ngomong-ngomong Ono@John jadi inget waktu jaman ngajar anak-anak teka…Pak kalau huruf “@” apa sebutannya ?! A monyet (jawab saya singkat).

    Kok ono “Anak Monyet” kolaborasi dengan John ?! 😛

    @
    Wuakakak… @ = a mbulet…
    😀

    Suka

Tinggalkan komentar