Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Benarkah Ada Kegagalan Misi Rasul !?

Posted by agorsiloku pada Juli 30, 2008

Cius deh, tidak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa ada rekan yang menelaah dan menarik kesimpulan seperti ini :

@Agor
Klu mas bilang sempurna Sariyat yg dibawah Rasul Benar. Tapi MISI RASUL GAGAL mas. Wasalam

Terus ditimpali oleh seorang Pencari Kebenaran, The Truth Seeker, yang isinya begini :

Rasulullah diutus:
1. membawa berita gembira.
2. memberi peringatan.
3. memberi penjelasan.
4. menjadi contoh.
5. menjadi rahmat bagi alam semesta.
6. menyampaikan wahyu.
7. silakan ditambahkan..

Tidak ada kewajiban Rasulullah mengubah manusia.

Kalau saya seeh, lebih suka (selera nih) Rasul itu utusan dan pembawa berita dan peringatan.  Itu missinya.  Pembawa berita ini bukan hanya Nabi yang terakhir, Rasul-rasul terdahulu yang 24 itu juga logisnya basyiran wa nadziran 😀

Kayak perusahaan juga, punya visi, misi, dan strategi.  Visinya tentu saja berskala tauhid (mengesakan Allah SWT), misinya membawa berita gembira dan peringatan, serta strateginya sesuai dengan batasan-batasan yang ditetapkan oleh pembuat visi.  Berita gembiranya adalah yang dijanjikan Allah atas anugerah dan rahmatNya, peringatan yang diberikanNya berupa siksaNya.

Apakah ini cukup lengkap?

Nggak jugalah?.

Impelementasinya bagaimana?.

Saya pakai saja ya term marketing (maklum saya seorang salesman  😀 ).  Jadi kita pahami dulu bahwa kita berniaga dengan Allah.  Berdagang gitu?

Ya kurang lebih begitu deh?.

QS 61. Ash Shaff 10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

Kita tentu kenal STP (Segementation, Targeting, Positioning) atau gampangnya klasifikasi/pengelompokkan, Sasaran, dan Positioning (memposisikan).

Segmentasinya adalah manusia dan jin.

Targeting : Menyeru kepada Tauhid dan ketakwaan kepada segmen yang ditetapkan.

Posisinya adalah : Utusan, tidak memaksa, memberikan teladan (contoh : perilaku dan cara ibadah).

Targetnya adalah menyeru.  Kok menyeru, kan Nabi juga adalah panglima perang, kepala keluarga, pemimipin kaum beriman, hakim, sekaligus juga sebagai presiden khalifah?.  Tentu saja ragam jabatan itu berguna dalam peran Junjungan sebagai pembawa berita dan peringatan.  Namun, itu adalah sarana yang diberikan Allah kepada Nabi, sama seperti sarana lain yang diberikan kepada Rasul-rasul sebelumnya yang disesuaikan dengan kondisi dan tempat dimana Rasul diadakan oleh Allah.

Kita bisa menambahkan posisi-posisi strategis Rasul s.a.w sebagai ahli strategi, sebagai komunikator atau negosiator atau jabatan lainnya yang cocok dengan perjalanan sejarah beliau sebagai pemandu manusia.  Namun, itu tidak mengubah misinya.

Lalu bagaimana dengan visinya.  Visi Rasul, tentu saja adalah visi dari Allah Swt yang mengutusnya.  Berhasil atau tidaknya menjalankan misi, tentu saja hanya satu institusi saja yang berhak memberikan penilaian.  Kalau perusahaan, tentu saja keberhasilan dinilai bukan oleh presiden direktur atau direkturnya, tetapi oleh share holdernya alias pemegang saham.  Kalau  perusahaan pemegang sahamnya adalah pemilik saja.  Kemudian di masa modern ini ditambah dengan pelanggan, karyawan, dan masyarakat maka dalam urusan ini, cuma satu : Allah SWT (tempat kembalinya semua urusan).

Sebagai orang berakal, analisis berhasil atau gagalkah misi Rasul? adalah tergantung visiNya.  VisiNya telah dijelaskan panjang lebar oleh kitab-kitabNya, oleh ciptaanNya, dan dipahami oleh generasi-generasi penerusnya.

Allah menjelaskan “agar”  manusia (insan) dan jin mengabdi kepada Allah (QS 51:56).  Bukan “have to”, dengan begitu jelas relevan bahwa Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan pilihan (jalan kebaikan dan kefasikan), jelas pula bahwa pilihan itu memberikan konsekuensi logis untuk mendapatkan pahala (surga) dan siksa (neraka).  Misi sebagai pembawa berita gembira dan peringatan disiapkan dengan seluruh perangkatnya.

Jadi, bagaimana bisa dunk, mengatakan misi rasul gagal ?.  Karena kafir atau beriman, jahat atau baik adalah pilihan dengan perangkat yang segalanya telah dipersiapkan.

Subhanallah, astagfirullah.

161 Tanggapan to “Benarkah Ada Kegagalan Misi Rasul !?”

  1. Cobalah ajaran Wahidiyah agar kita kenal Allah, Rasulullah saw, dan Al Ghauts Hadzaszaman…

    Lengkapnya di alamat sholawat-wahidiyah.com…

    Just try it!

    @
    Sy sudah berkunjung ke site ini. Untuk mengenal Allah, tentu saja menurut agor, mempelajari petunjukNya dan menjalankan perintahNya. Buat saya, ajaran seperti ini, mohon maaf, kurang masuk akal.

    Suka

  2. Dono. said

    Ass.wr.wb,
    Pak Agor,menjadi muslim bukan suatu paksaan.
    It’s verry correct.

    Wassalam,Dono.

    Suka

  3. aricloud said

    Saya lebih suka mendasarkan pada “value” (nilai?). Tentu saja value hanya ada disisi Allah SWT.
    Gagal atau berhasil tergantung dari sudut pandang apa?
    Nabi Nuh tentu bisa kita nilai gagal dalam mengajak anaknya untuk masuk Islam dan menaiki bahteranya. Akan tetapi “value” nya mungkin tidak demikian. Apalagi disisi Allah bukanlah melulu “Output” yang dijunjung nilainya namun niat dan ikhtiar.
    Karena yang perlu kita imani adalah Skenario atau Takdir Allah SWT.
    Kegagalan ataupun keberhasilan, kerusakan ataupun keberhasilan, konspirasi dunia, penghianatan ulama (baca: orang berilmu), bencana moral, kemenangan Islam, ketertindasan para Muhsinin, Mossad, CIA, Ahmadinejad, Osama bin Laden, Goerge Bush, Hasan Al Banna,…………Itu adalah bagian dari skenario Allah SWT.
    Apakah sebagai ujian, azab, rahmat atau kabar gembira untuk kaum beriman.
    Toh sebagian besar kejadian hari ini juga sudah banyak diramalkan oleh Rasulullah SAW (http://aricloud.wordpress.com/2007/06/03/boleh-jadi-kiamat-sudah-dekat/).

    @
    Yap, Mas Ari, kata kuncinya adalah : “Skenario atau Takdir Allah SWT”. Seorang Rasul akan gagal dalam menjalankan misinya ketika dia gagal menyeru pada ummatnya. Esensinya bukan pada menerima atau menolak seruan. Karena itu, para Nabi terikat perjanjian dengan Allah dalam menyeru seperti disampaikan oleh AQS 3 Ali ‘Imran : 81. Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui.” Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.”
    Sedang mengenai keprihatinan Nabi kepada ummatnya yang dicatatkan dalam hadis :”ummati… ummati”
    AQ jugan menyatakan hal ini dan mengingatkan Nabi untuk tidak bersedih hati. Pada sisi ini kita harus bedakan fungsi Rasul sebagai utusan Allah dan menjalankan tugasnya dan kasih sayang dan kelembutan hati Muhammad saw pada ummatnya.
    QS 9. At Taubah 128. Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Namun, keputusan Sang Pemberi Misi jelas adalah menyeru. Menurut agor melihat value dari kebebasan manusia dan unsur menyeru adalah faktor yang penting dan memahami tiada paksaan dalam beragama, sebagai faktor penting dalam analisis dan kesadaran atas hal ini dan juga menjadi bagian penting dari kecenderungan reaksionis.

    Suka

  4. madopolo said

    @Agor
    Kalau mas Agor menilai suatu tugas berhasil berdasarkan;
    1.Segmentasi
    2.Targeting
    3.Posisi
    Kalau saya lain:
    1.Tugas Rasul
    2.Fungsi Rasul
    3.Tujuan
    ad.1 Tugas Rasul menyampaikan berita gembira dan peringatan
    ad.2 Fungsi sebagai Rakhmat Lil Alamin
    ad.3 Tujuan agar umatnya menjadi umat yg muflihun (sukses
    dan Akhirat.
    Ini yg menjadi misi Rasul
    Klu misi Rasul hanya menyampaikan sesuai yg Allah tugaskan ykni menyampaikan sariat. Maka setelah Haji WADA Rasul sdh menyelesaikan misinya. Ternyata TIDAK. Karena dlm perjalan pulang kembali ke Madinah, Jibril turun menyampaikan perintah Allah yg ayatnya terdapat dlm QS 5:67 yg artinya:
    “Hai Rasul sampaikan apa yg telah diturunkan kepadamu dari TuhanMu. Apabila kamu tdk laksanakan maka kamu belum melaksanakan Risalah Allah. Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk pada orang2 kafir.”
    Coba direnungkan, APA ITU YG TELAH ALLAH SAMPAIKAN tetapi Rasul blm mau sampaikan. Pada hal semua yg Allah firmankan telah Rasul sampaikan dlm kondisi yg bagaimanpun Rasul nda pernah takut. Ayat ini adalah ayat terakhir seblm Allah berfirman mengenai Allah telah sempurnakan Islam sbg agammu. Ternyata setelah Rasul sampaikan apa yg dimaksud Allah dlm ayat tersebut semua yg hadir menurut catatan sejarah 100 sampai 150 ribu sahabat. Pada waktu itu semua menerima dan membaiat. Tapi apa yg terjadi pasca Rasul? Sejarah membuktikan mereka menghianati. Jd menurut saya misi Rasul gagal. Dan apa yg terjadi sekarang ini dlm perjalanan Islam membuktikan . Wasalam

    @
    QS 5:67 jelas adalah sampaikanlah apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Sama sekali bukan pada tujuan agar ummat manusia HARUS beriman kepada Allah. Penting hal ini diperhatikan karena menjustifikasi tugas Rasul sebagai utusan Allah dengan peran Rasul sebagai pemimpin organisasi adalah dua sisi yang berbeda.
    Memang ada usaha-usaha untuk menyatukan pandangan ini dengan alasan “Taat Allah, Rasul, dan ulil amri di antaramu….”. Pendekatan ini ditambah bumbu lainnya menimbulkan dampak “takhta suci”. Kepemimpinan adalah anugerah Allah. Dimensi ini menimbulkan banyak friksi dalam sejarah peradaban Islam. Dari awal, terutama setelah wafatnya Nabi bahkan jejak perpecahan itu terus dipelihara sampai kini.
    Namun, apa yang diserukan Rasul terakhir, sampai kini, Alhamdulillah utuh.

    Suka

  5. gentole said

    Nabi-nabi sebelum Muhammad, bukankah mereka gagal semua? :mrgreen:

    @

    :mrgreen:

    Suka

  6. madopolo said

    @gentole
    Benar, walaupun tdk gagal total. Tapi mereka gagal dlm menjalankan tugas mereka. Yaitu menyampaikan. Merka tdk bertanggung jawab pada misi mereka beda dgn Rasul punya misi tertentu, krn beliau merupakan nabi terakhir dan tdk ada nabi setelah beliau beda dgn sblmnya. Perhatikan doa dan keluhan para Nabi sblm Rasul. Semua mereka kembalikan pd Allah. Beda dgn Rasul. Wasalam

    Suka

  7. Ucing said

    Bagi yang hafal atau paling tidak, mengetahui ayat2 Al Fathihah, tentunya akan merasakan bahwa induk Al Qur’an telah sampai kepada dirinya.

    Bagi yang shalat, sudah pasti membaca Al Fathihah, juga ber tahiyat sebagai pernyataan penyegaran syahadatnya ( tunai tugas Rasulullah SAW. kepada dirinya ).

    Bagi yang berkunjung ke makam Rasulullah SAW. lalu mengucap salam serta mengucap ‘Saya bersaksi bahwa engkau telah menunaikan seluruh tugas kerasulanmu’ sebagai persaksian telah ‘pernah’ atau ‘mengetahui’ bersyahadat, shalat, puasa bahkan mungkin berhaji, tentunya telah tunai tugas kerasulan menyampaikan, walaupun kita tidak melakukan atau tidak bagus melakukannya ( sebab tidak mungkin menunggui atau mengawasi kita hari ini ).

    Rasulullah SAW. menyampaikan rahmat bagi semesta alam, termasuk manusia dan jin, manusia yang mau menerima, tentunya dia mendapatkan rahmat tersebut.

    Bilamana saat ini ada suatu kelompok atau satu orang yang tidak sampai kepadanya rahmat atau berita gembira yang dibawakan oleh Rasulullah SAW. maka kegagalan ada pada orang2 yang terdekat dengan mereka yang telah sampai kepadanya berita gembira tersebut.

    Suka

  8. Anonim said

    @ucing
    Mas ucing katakan bahwa kegagalan ada pada orang yg terdekat dgn mereka yg telah sampai kepadanya berita gembira tsb.
    Begini mas, yg dimaksud adalah si PEMBAWA MISI dan bukan ISI MISI tsb.
    Contoh: Mas ditugaskan Pimpinan Mas menyampaikan sesuatu yg sangat penting demi kelancaran Perusahaan dimana mas kerja. Karena ada sesuatu sebab tugas tsb mas serahkan pd si A yg mas percaya. Pada waktu mas menyerahkan tugs tsb pada si A ada beberapa teman mendengar. Dlm perjalanan si A dibunuh oleh mereka yg turut mendengar. sehingga hal penting td tdk sampai pd sasarannya, tapi menguntungkan bagi pembunuh2 tadi Pertanyaan saya, siapa yg gagal dlm menjalankan tugas pimpinan tadi? Mas atau pembunuh2. Wasalam

    Suka

  9. Dono. said

    Ass.wr.wb,pak Madopolo,
    Seperti firman Allah S.W.T pada surat Al-Baqarah,ayat 151-152.
    “sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu (umat muhammad), Rasul(Muhammad S.A.W) di antara kamu (umat muhammad) yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu (umat Muhammmad) dan mensucikan kamu (umat muhammmad)dan mengajarkan kepadamu (umat muhammmad) AlKitab (Alquran) dan Hikmah (As Sunnah),serta mengajarkan kepada kamu (umat muhammmad) apa yg belum kamu(umat muhammad) ketahui.Karena itu,ingatlah kamu (umat muhammad)kepada Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu (umat muhammad) dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu (umat muhammad) mengingkari nikmatKu”.

    Menurut saya dengan firman ini jelas bahwa kita bertanggung jawab (sebagai umat muhammad) atas apa yg telah Allah S.W.T turunkan kepada kita.Berhasil atau tidaknya bukan urusan rasul lagi.

    Wassalam,Dono.

    Suka

  10. truthseeker said

    @All
    Mari kita lebih berhati2 dalam menyikapi masalah ini, krn kita hrs mengerti konsekuensi dr pernyataan kita.
    Misi dan tugas Rasulullah tdk bisa kita karang2 dan kita ada2kan, semua secara jelas sdh Allah sampaikan dlm AQ. Begitu jg dg Nabi2 sebelumnya.
    Apa2 yg diusung oleh para Nabi dan Rasul adalah apa2 yg Allah amanatkan, shg misi Rasul jg adalah misi Allah, jk kt mengatakan “kegagalan Rasul” jg berarti “kegagalan Allah” (astagfirullah), ini yg sy tekankan sbg konsekuensinya.
    Allah menciptakan manusia tdk spt malaikat, krn mg Allah ingin diimani/ditaati oleh makhluk yg bebas memilih utk taat atau ingkar. Tidak ada artinya ketaatan yg dipaksakan. Mestinya kt sdh clear dg konsekuensi dr adanya kehendak bebas manusia, yaitu ada yg beriman dan ada yg ingkar (ini bukanlah dikategorikan kegagalan Allah dlm penciptaan).
    Pada saat kt berbicara ttg Rasul, mk Allah sangat mengkhususkan mrk yg salah satunya bhw mrk bersifat amanah. Artinya semua yg Allah minta para Rasul lakukan mk mrk akan lakukan. Dan jk mrk disebut sbg pembawa berita gembira mk mrk sampaikan berita gembira tsb, ktk mrk dikatakan sbg pemberi peringatan mk mrk sampaikan peringatan tsb, kt mrk diperintahkan memberi penjelasan mk mrk sampaikan penjelasan2 tsb, ktk mrk dinyatakan sbg contoh mk mrk contohkan pribadi2 mulia. Ketika mrk mencoba menginginkan/melakukan lebih dr itu mk Allah menegur mrk.
    Bagaimana mgkn Islam yg menentang dosa turunan dan penisbahan dosa/kesalahan org lain pd manusia lainnya bs menyatakan gagal suatu misi krn ingkarnya umat?. Kmd bagaimana kt membedakan pandangan ini dg “dosa warisan” dan “penebusan dosa”?.

    Saya sarankan utk lebih ditingkatkan kehati2an dan direnungkan kembali yg sdh kt nyatakan.

    Wassalam

    @
    Terimakasih Mas Truth catatannya. Kita memang harus berhati-hati, sangat berhati-hati dan ikhlas….

    Suka

  11. haniifa said

    @Mas Gentole
    Nabi-nabi sebelum Muhammad, bukankah mereka gagal semua?
    Anehnya saya tidak gagal jadi manusia, padahal Nabi Adam a.s merupakan salah satu sebelum Nabi Muhammad s.a.w
    (bukan muhammad tukang bakso yach… beda dengan Muhammad s.a.w)

    Kamu gagalkan menjawab pertanyaan sayah 😀 , Islam itu Katolik ?!

    @Mas Anonymous
    Saya kira yang dimaksud oleh @Mas Ucing adalah yang berkaitan dengan firman Allah “Dan, sahabatmu tidaklah gila.”
    Dan Al Qur’an itu sendiri berlaku hingga hari akhir, dengan kata lain siapun berpegang kepada Al Qur’an maka secara exoposio bisa dikatakan sahabat Nabi Muhammad s.a.w (baca: tidak tergantung pada jarak dan waktu)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  12. yureka said

    mas madopolo,
    saya kutip ulang surat 5:67 anda (dari terjemah lain)

    “Wahai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika belum kamu lakukan, maka apa yang sudah kamu sampaikan risalah-NYA, Allah mempertahankan kamu dari manusia. Bahwa Allah tidak menunjuki kaum yang kafir”.

    saya memahami ayat ini, Muhammad pasti menyampaikan semua risalah dari Allah kepada orang2 di jamannya, risalah yg di dalamnya mengandung banyak aplikasi (sy pahami) tentu belum semua bisa dilaksanakan oleh Muhammad. Faktor ini tentu akan terlaksana seiring dengan tingkat peradaban dan kesadaran masyarakat sesudahnya. Adapun semua yg sudah beliau sampaikan Allah akan menjaga dengan membangkitkan selalu di setiap jaman pemberi bukti atas kebenaran risalah dari Sang Maha Logis tsb. Penjagaan Allah akan terjadi dgn satu persatu ayat2NYA di kemudian hari tak terbantahkan secara haq.

    Mempersempit pengertian ayat tersebut dgn merelasikan ayat dgn perkiraan sejarah berkaitan dgn suksesi kepemimpinan, setuju dgn bang one,amat ramai…

    Muhammad : 2:197
    ” Hajji itu pada bulan-bulan tertentu……..”

    Muhammad sudah menyampaikan risalah itu, tapi apakah sudah dilaksanakan ?? dan memang sangat futuris semua risalahNYA

    Suka

  13. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Sebelum memutuskan apakah misi dari seorang Nabi atau Rasul “dianggap” gagal (?), maka sebaiknya kita memahami dulu “siapa” dan “apa” kah Nabi atau Rasul itu.
    Menurut yang saya ketahui, misi dan tugas dari Nabi dan Rasul adalah serupa tapi tak sama, sesuai dengan “siapa” dan “apa” mereka ini.
    Sekali lagi, menurut sepengetahuan saya, seorang Nabi diberi petunjuk dan wahyu untuk pengajaran Nabi itu sendiri, bukan untuk disampaikan kepada khalayak/masyarakat ramai. Paling-paling sebatas lingkupan rumah dan keluarganya sendiri. Jadi misi seorang Nabi adalah sangat terbatas. Contohnya Luqman dan Khidir (Khaidir). Atau hanya sebagai penerus dan penjaga ajaran Rasul sebelumnya, seperti Nabi-nabi bangsa Israel, yang juga terbatas pada keluarga (bisa kita samakan dengan para ulama Islam setelah wafatnya Rasulullah Muhammad. Sementara Rasul yang notabene adalah juga seorang Nabi, mempunyai ruang lingkup tugas yang lebih menyeluruh dan luas, bukan hanya dalam lingkungan rumah dan masyarakat tempat dimana dia bermukim saja, mungkin juga untuk suku bangsanya sendiri, seperti umumnya para Rasul yang dikirimkan kepada Bani Israel, dan juga Rasul sebelumnya seperti Ibrahim dan Nuh, Idris, dsb.
    Sementara untuk Rasul Akhir Zaman, maka misi dan tugasnya bukan hanya untuk bangsa dan suku dimana ia berasal, tetapi juga meliputi seluruh umat manusia dan jin.
    Apakah misi dan tugas para Nabi dan Rasul ini gagal?.
    Tidak!. Para Nabi dan Rasul hanya pelaksana dan pengemban tugas dari Allah. Mereka hanya sekadar penyampai Risalah. Mereka hanya pengemban misi yang diberikan Allah. Mereka hanya pengabar berita bahagia dan penyampai larangan. Apakah mereka gagal dalam pengembanan tugas ini. Juga tidak. Karena tugas Kenabian dan Kerasulan bukan tugas sebatas umur mereka, tetapi tugas yang berkesinambungan. Tidak ada istilah gagal. Karena misi dan tugas yang sama akan dilanjutkan oleh penerusnya, apakah itu Rabbi, Ulama atau Pendeta, Risi atau apapun sebutannya. Terjadinya penyelewengan terhadap agama tawhid yang disampaikan mereka bukanlah kesalahan atau kegagalan para Nabi dan Rasul, tetapi adalah kegagalan masyarakat sendiri dalam memahaminya. Penolakan akan risalah serta penyesatan terhadap risalah tersebut bukanlah kegagalan Nabi dan Rasul, tetapi adalah kegagalan dari umat sendiri karena kesombongan dan kejahilannya dalam menanggapi seruan.
    Soal diterima atau tidaknya suatu risalah tidaklah menjadi persoalan bagi para Nabi dan Rasul. Karena AQ sendiri menyatakan, Tidak ada paksaan dalam agama,sudah jelas yang hak dan begitu juga yang batil.
    Beriman atau tidaknya umat bukan lagi urusan para Nabi dan Rasul. Yang jelas misi dan tugas mereka hanya menyampaikan, bukan memaksakan. Itu semua urusan Allah. Sebagaimana tercantum dalam AQ Surat Alghasiah.
    Jadi terlampau naif sekali kalau kita menyamakan misi dan tugas para Nabi dan Rasul dengan umumnya misi Partai atau pemerintah atau Politisi atau pengusaha bahkan diri kita sendiri.
    Wallahua’lam,
    Wassalam,

    @
    Wassalamu’alaikum Uwa Abudaniel yang lagi di mancanegara !. Senang Mas Abu mau menyempatkan diri datang ke blog agor. Agor sudah tidak perlu berkomentar, selain terimakasih sudah dapat tambahan penerangan.
    Kata kuncinya, jangan samakan misi dan tugas para Nabi dan Rasul dengan misi Partai…. 😀
    Kiranya Mas Abu dikarunia kesehatan dan rahmatNya.
    amin.
    Wass, agor

    Suka

  14. madopolo said

    @All
    Mungkin kita dalam hal mengartikan Rasul gagal membawa misinya, anda2 mengartikan pribadi pembawa misi tsb. Mungkin juga saya yg salah melontarkan kata2. Tapi maksud saya adalah misi yg Rasul harapkan hasilnya tidak sesuai dgn keinginan beliau. Saya rasa saya telah memberi komentar apa yg Rasul inginkan dari umatnya. Ada yg mengartikan kegagalan Rasul se-akan2 kegagalan Allah. Krn Rasul adalah utusan Allah. Untuk ini beri sebagai contoh: Allah berfirman : Dirikan Shalat dan keluarkan Zakat. Dengan peintah Allah ini apakah Allah lalu tdk perduli. Mereka laksanakan atau tdk itu urusan mereka. Apakah demikian nilai suatu perintah. Atau perintah Laa ilaha Illallah. Lalu mereka hamba2 Allah tdk laksanakan . Lalu Allah diam se-akan masa bodoh. Tdk, utk mengesakan Allah, Allah mengutus beberapa Nabi utk menjelaskan dan berakhir pd Rasul. Ini berarti (klu boleh dibilang paksaan) Allah mengharap/menginginkan agar hamba2nya mengenal Allah Maha Pencipta. Padahal klu Allah berkehendak semua manusia akan beriman. Apakah Allah gagal. Kan tdk. Jd yg gagal adalah keinginan Allah./ Oleh krn itu ada hukuman.
    Dan Rasul, Klu kita membaca dan menelusuri perjuangan Rasul ytk menyelamatkan umat Islam dari api neraka. Tdk dapat kita bayangkan. Sampai Rasul pernah bersabda Aku tdk menginkan umatku masuk Neraka. Apa artinya. Tapi semua usaha tsb. sia2
    Kita lihat kenyataan apakah harapan Rasul tercapai. Secara jujur yg kita lihat dlm tubuh umat Islam sekarang ini adalah perpecahan dan permusuhan antar golongan umat. Wasalam

    @
    Saya sependapat Mas, kalau harapan Nabi dalam kacamata batinnya yang begitu luas dan dalam, sehingga AQ juga menjelaskan …berat terasa penderitaanmu… (QS 9. At Taubah 128). Betapa menyentuhnya kata-kata ini. Jadi keprihatinan terhadap ummatnya adalah satu dimensi yang ditunjukkan oleh kemanusiaan Nabi yang begitu menggetarkan kalbu kita.
    Dalam menilai gagal atau berhasil, agak sedikit sulit. Namun, prinsip tidak ada paksaan dalam beragama, kebebasan pilihan adalah janji Allah. Kalau Allah menghendaki, tentulah semua akan beriman (10. Yunus 99). Konsepsi ini menjelaskan lingkup kehendakNya. Yang gagal adalah manusia yang diberikan amanat, sehingga Allah menegasi, alangkah zalim dan bodohnya manusia (QS 33. Al Ahzab 72).
    Kita juga tidak bisa mengatakan yang gagal adalah keinginan Allah. Pola ini menempatkan Allah dalam alam berpikir manusia, alam berpikir terbatas. Mohon maaf, jadi mengajari. Namun, konsepsi ini bisa melahirkan persepsi/pemikiran Allah yang terbatas. Sedangkan kita mengenal karakteristik Allah melalui nama-namaNya dan hal-hal yang mustahil dinisbahkan pada Sang Pencipta.

    Suka

  15. madopolo said

    @Yureka
    Saya tdk tau anda membaca Qur’an terjemahan siapa. Tp dari beberapa terjemahan begitulah terjemahan QS 5:67. Mas perhatikan dlm bahasa Alqur’an ada kata wa in lam kemudian kata fama ballakta. Itu menunjukan penafikan. atau TIDAK. Wasalam

    Suka

  16. armand said

    Tidak berani…..tidak berani
    Persepsi tentang misi, siapa yang memberikan amanah kepada Muhammad saw sehingga Muhammad saw perlu membentuk misi, kepada siapa keberhasilan misi tsb dipertanggungjawabkan serta manakah misi-misi Rasul saw yang dianggap gagal, sejatinya diuraikan terlebih dahulu oleh mas madopolo sehingga kita mengerti apa sesungguhnya yg ingin disampaikan oleh mas madopolo. Jangan-jangan yang dimaksud misi oleh mas madopolo ini hanya sekedar harapan/keinginan Rasul saw dimana tidak ada jaminan di kehidupan ini bahwa harapan/keinginan pasti sesuai dengan kenyataan dan hal ini tentunya sudah sangat dipahami oleh Pimpinan kita Rasul saw.
    Bahkan mengenai hakikat misi itu sendiri meskipun mirip msh belum ada kesamaan dari apa-apa yg mas-mas sampaikan. Bukankah seharusnya misi itu nyata tercatat di dokumen-dokumen/kitab sehingga kita kita dapat memahami secara jelas seperti jelasnya bahwa Alquran adalah kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw?
    Kemudian apakah sebagai umatnya, kita memiliki hak untuk mengkoreksi keberhasilan misi Pimpinan kita? Sebagai bahan diskusi dan membentuk wacana saya kira mungkin boleh-boleh saja. Namun sesungguhnya bukankah hak itu dimiliki oleh Allah Azza wa Jalla sebagai Pemberi Amanah dan sebagai Dzat yang Mempromosikan Kerasulan Muhammad saw? Sehingga bukankah berhasil dan tidaknya misi Muhammad saw sebagai Rasulullah sebaiknya kita kembalikan kepada Allah swt saja? Apakah mengenai hal ini, keberhasilan/ kegagalan misi sdh direkam dalam kitab suci Alquran?
    Selanjutnya, apakah kericuhan pasca kematian Nabi saw, ketidaktaatan sebagian sahabat atas perintah-perintah Nabi, ketiadaan pemimpin umat yang diharapkan Nabi saw, pelanggaran atas sunnah-sunnah, masih adanya pengingkaran thd Allah swt dan Nabi Muhammad saw semua itu merupakan bukti gagalnya misi Nabi Muhammad saw atau apakah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai manusia yang juga memiliki keterbatasan. Yakni keterbatasan dalam menentukan keimanan dan ketatatan serta ketakwaan seseorang?
    Pertanyaan terakhir….jangan-jangan memang kondisi-kondisi ‘kegagalan’ seperti itulah yang merupakan misi tersembunyi? Wallahua’lam

    Damai….damai

    Suka

  17. madopolo said

    @armand
    Kata2 anda terakhir itu benar.
    Kalau kita benar2 menyitai Rasul dan Allah maka harus mempelajari dan memperjuangkan apa yg Allah kehendaki utk Umat Muhammad dan apa yg diinginkan Rasul terhadap umatnya. Kalau kita membaca Al Qur’an dan mengikuti sejarah perjuangan Rasul, maka saya ingin bertanya kepada anda2 Apakah misi Rasul berhasil menciptakan umat yg benar2 ber IMAN dan ber TAKWA. Jgn kita apriori.Dan semua dikembalikan pada Allah. Allah berfirman; Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin.
    Dan ayat dlm QS 34:28 yg berbunyi:
    Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
    Klu kita sdh bisa membedakan yg HAK dan BATHIL lalu diam dan mengatakan itu adalah urusan Allah. Lalu bgm dg perintah Allah mengenai NAHIR MUNGKAR? Rasul pernah bersabda sekembalinya dari perang Badar bahwa perang badar itu kecil tetapi perang melawan nafsu baru dikatakan besar.
    Yah terkecuali kita yakini bahwa semua sabda Rasul yg sampai pd kita tdk ada infitrasi dan merobahnya utk suatu kepentingan. Klu saya blm meyakini oleh krn itu sdg mencari. Wasalam

    Suka

  18. haniifa said

    aka saya ingin bertanya kepada anda2 Apakah misi Rasul berhasil menciptakan umat yg benar2 ber IMAN dan ber TAKWA. Jgn kita apriori

    Mari kita prioritaskan dengan meningkatkan IMAN hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala… saja. titik.

    Mari kita prioritaskan dengan meningkatkan TAKWA hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala… saja. titik.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  19. truthseeker said

    @Haniifa

    Mari kita prioritaskan dengan meningkatkan IMAN hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala… saja. titik.

    Kita gak boleh beriman kpd Nabi, Kitab2 SuciNya? hari akhir, Takdir dll?… 😦

    Wassalam

    Suka

  20. aburahat said

    @Haniifa
    Tolomg mas baca QS 2:3 dan 4, Supaya jgn mas katakan ber IMAN hanya pada Allah ..titik. Atau mas mempunyai penafsiran lain utk ayat2 tsb. Wasalam

    Suka

  21. haniifa said

    Jawaban saya untuk @Truthseeker dan @Aburahat… —::di sini::

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  22. yureka said

    @ abudaniel
    minta klarifikasi tentang komentar mas no 13

    “ Sekali lagi, menurut sepengetahuan saya, seorang Nabi diberi petunjuk dan wahyu untuk pengajaran Nabi itu sendiri, bukan untuk disampaikan kepada khalayak/masyarakat ramai. Paling-paling sebatas lingkupan rumah dan keluarganya sendiri. Jadi misi seorang Nabi adalah sangat terbatas. Contohnya Luqman dan Khidir (Khaidir). Atau hanya sebagai penerus dan penjaga ajaran Rasul sebelumnya, seperti Nabi-nabi bangsa Israel, yang juga terbatas pada keluarga (bisa kita samakan dengan para ulama Islam setelah wafatnya Rasulullah Muhammad. Sementara Rasul yang notabene adalah juga seorang Nabi, mempunyai ruang lingkup tugas yang lebih menyeluruh dan luas, bukan hanya dalam lingkungan rumah dan masyarakat tempat dimana dia bermukim saja, mungkin juga untuk suku bangsanya sendiri, seperti umumnya para Rasul yang dikirimkan kepada Bani Israel, dan juga Rasul sebelumnya seperti Ibrahim dan Nuh, Idris, dsb “.

    Surat 2 ayat 213
    “ manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus “.

    surat 40 ayat 78
    “ Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu. tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan dengan adil. dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil ”.

    Surat 4 ayat 164
    “ dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung “.

    Rasanya semua statement mas abudaniel tentang definisi Nabi dan Rasul bertentangan dengan ayat2 diatas.
    Mohon klarifikasi !

    @
    Banyak pembahasan memang; apa bedanya Nabi dan Rasul. Sejak kecil, kita diajari Nabi adalah untuk dirinya sendiri dan Rasul adalah utusan (pembawa risalah).
    Terlepas mana pilihan yang benar (dalam alam pengetahuan kita). Tidak ada salahnya kita membaca alasan dan penjelasan yang baik dari HMNA :
    521. Al Quran Kitab Suci ke-19 dan Yang Terakhir

    Ada baiknya juga ketika kita membaca kata “Rasul” dalam AQ dirasakan juga bedanya dengan ketika kata “Nabi” dijelaskan atau pada ayat yang kedua kata ini digunakan (kata Nabi dan Rasul). Boleh jadi, ada perbedaan yang bisa kita “rasakan” ketika Allah memanggil Nabi sebagai sebuah subjek yang memiliki otoritas manusia, dan sebagai subjek yang melaksanakan perintah.

    Tulisan dari HMNA juga cukup menantang untuk memahami apa yang disebut Nabi dan bedanya dengan Rasul serta pengertian Kitab.

    Mas Abu tidak membuat perbedaan yang cukup jelas, walaupun maksudnya bisa dipahami dengan sangat jelas. Pengertian Nabi dan Rasul juga bisa direnungi lebih lanjut. Agor kira, bermanfaat betul untuk lebih memahami petunjuknya.

    Wassalam, agor

    Suka

  23. yureka said

    yang berkaitan dengan Nabi dan Rasul dari 2:213, 40:78, 4:164, beberapa hal saya tarik kesimpulan :
    – Nabi menerima kitab/wahyu untuk disampaikan
    – Nabi sekaligus Rasul, Rasul justru belum tentu Nabi
    – Nabi yang diceritakan dalam quran 25, Rasul justru lebih dari 25 orang
    – Allah tdk menyebut khidir (tafsir), tapi hanya disebut hambaku yg sholeh

    wassalam
    yureka

    @
    Mas Yureka, kesimpulan Mas cukup menantang (baca : menarik, bukan ngajak berkelahi 😀 ), untuk direnungkan dan ditelaah. Saya kira tidak ada masalah, utusan Allah ada yang diceritakan atau tidak (QS 40:78) karena memang kita tidak tahu persis, kecuali yang dikabarkan Allah melalui utusanNya.

    Buat agor, terus terang, belum benar-benar klir perbedaan Nabi, Rasul apalagi disampaikan dengan Nabi sekaligus Rasul, Rasul justru belum tentu Nabi. Mungkin perlu energi lebih (petunjuk, ilham, hidayah 🙂 ) lebih banyak untuk lebih memahami hal ini.
    Oleh karena itu, saya sering juga mengulang-ulang membaca kembali. Mengapa ada sebutan Nabi, bukan Bapakmu tapi… dst, dan istilah utusan (pemberi peringatan). Ayat-ayat yang berkaitan dengan kata “Nabi” apa bedanya dengan ketika dikatakan “Rasul”. Mengapa Allah menyampaikan : “Wahai Nabi… (al. di QS 33:50), tapi tidak : taatlah “Allah dan Rasul”, bukan “Allah dan Nabi”. Kalau kita baca kedua kata ini, kata Nabi dan Rasul, maka kita “boleh jadi”; insya Allah dapat memahami dalam asa, mengapa disebutkan Nabi, dan dikejap lain dikatakan Rasul.

    Oh ya, sebelum dilanjutkan, konteks komentar ini adalah Nabi manusia atau Utusan Allah yang berupa manusia (bukan yang lain/bukan manusia).

    Kadang kita punya term-term seperti ini untuk berbagai kasus, misal Presiden sebagai pemimpin negara, Presiden sebagai lembaga organisasi, dan sebagai sebuah pribadi. Kadang wartawan tidak membedakan mana Presiden sebagai Pemimpin Negara, dan SBY sebagai Orang yang ditugasi memimpin negara.

    Pemahaman saya mengenai “Nabi” adalah subjek/pribadi sedangkan “Rasul” adalah nama jabatan (Jabatannya adalah “utusan”). Kemudian kita ganti-ganti dalam pikiran kita, kalau ayat yang ada kata Nabi lalu diganti dengan kata Rasul –> apa yang dapat kita simpulkan/rasakan?.

    Kemudian bagaimana dengan ayat yang ada dua-duanya kata Nabi ada dan kata Rasul ada dalam satu ayat?.

    Dapatkah kita merasakan perubahan maknanya?.

    Selanjutnya, tentu saja Mas Yureka dapat menyimpulkan apakah Nabi belum tentu Rasul dan Rasul sudah tentu Nabi eh… Rasul justru belum tentu Nabi.

    Sebagai utusan, maka Rasul diperlengkapi dengan bukti-bukti yang nyata (tentu bukti nyata itu sesuai dengan jaman).

    Mohon dikoreksi jika cara pandang ini keliru ya…

    Wass, agor

    Suka

  24. haniifa said

    Nabi yang diceritakan dalam quran 25, Rasul justru lebih dari 25 orang
    – Allah tdk menyebut khidir (tafsir), tapi hanya disebut hambaku yg sholeh

    hambaku yg sholeh := jika hamba Allah berupa manusia (nabi / rasul) maka sudah wafat sejaman dengan Nabi Musa a.s

    hambaku yg sholeh := Jika hamba Allah berupa malaikat, maka tugasnya seleai sebab Nabi Musa a.s banyak bertanya sebelum diterangkan.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  25. yureka said

    @haniifa
    saya hanya bermaksud menghindari bentuk prasangkaan/penafsiran yg berlebihan. masalah anda mengartikan hambaku yg sholeh dengan khidir atau apasaja silahkan. bagi saya cukup “hambaku yg sholeh”. Esensinya pada pengajaran hamba yg sholeh tsb kepada Musa, bukan siapa

    Suka

  26. haniifa said

    @Yureka
    Saya hanya memahami Malaikat Jibril penyampai wahyu Allah subhanahu wa ta’ala.
    Bukan berprangka apakah manusia atau malaikat, hanya sekedar sharing.

    Suka

  27. haniifa said

    Ohh…yach 😀
    Rasanya beliau ikut membangun TEMBOK, bagi warisan anak yatim, gituh ?!

    Suka

  28. haniifa said

    Maafkan saya Yureka !!
    “hambaku yg sholeh” yang memprakarsai pembangunan tembok bagi anak-anak yatim, tentu bisa dilihat orang sekitarnya, mungkin ?!

    Suka

  29. yureka said

    @haniifa
    begitulah tafsir dan riwayat. saya pilih yang aman saja. menghindari tafsir dulu. kejadian itu sudah lama sekali. pake bahasane mas agor “merekontruksi pikiran pada jaman dulu” atau apa ya…

    @
    Eh… mas Yureka, itu komentar khusus ketika arah diskusi untuk soal Abu Bakar, Imam Ali, dst-dst. Sejarah begitu (apapun outputnya) saya tidak mau ikut-ikutan. Tegasnya ikut-ikutan menyalahkan atau apapun istilahnya. Kita sudah tahu itu.. udah ah, kalau agor salah kata di sini, mohon kesudian memaafkan…
    Saya juga tidak menjelaskan merekonstruksi sejarah, tapi merekonstruksi pikiran….

    Suka

  30. haniifa said

    @Yureka
    Ya begitulah… seperti pengandaian bilangan sembilan belas (19), bukan ?!

    Merkontruksi pikiran ?! Insya Allah.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  31. aburahat said

    @Abudaniel & all
    Klu menurut saya mas madopolo benar dgn mengatakan Rasul GAGAL menjalankan misinya. Karena misi Rasul selanjutnya sdh ditunjuk siapa yg akan melanjutkan misi Rasul.Tapi dijagal/dicoup pasca Rasul. Mari lita teliti dan pelajari kedua ayat tsb. Yg satu menyatakan Nabi Muhammad pembawa kebenaran utk seluruh umat didunia dan yg kedua apakah ayat yg diterima Rasul setelah beliau sampaikan terlaksana atau tidak ayat I:QS:34:28 . Maka Kami tdk mengutus kamu, melainkan kepada Umat manusia seluruhnya………..
    II ayat sehubungan dgn misi Rasul QS 5:67 berbunyi: Hai Rasul sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari TuhanMu. Dan jika tidak kamu sampaikan maka kamu belum melaksanakan seluruh Risalah.Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tdk memberi petunjuk pada orang2 kafir.
    Setelah membaca QS 5:67 saya ingin bertanya pendapat anda2:
    1.Berita penting apa sih yg belum Rasul sampaikan sehingga
    bisa menggagalkan semua risalah yg telah disampaikan
    2.Berita apa yg menyebabkan Rasul takut sehingga hrs ada
    jaminan dari Allah
    3. Mengapa Rasul blm mau menyampaikan? TAKUT? Rasul hanya
    takut pada Allah. Lalu apa berita itu?
    Saya minta pendapat anda2 . Wasalam

    @
    Mas Abu, Ass.wr.wb.
    Kalau tidak berkeberatan, kiranya bisa mempertimbangkan ayat QS 5:67 pada kata “… jika Rasul belum melaksanakan seluruh risalah… “. Mengapa ada kata “jika” ?.
    Wass, agor

    Suka

  32. armand said

    @aburahat/madopolo/marcopolo
    Saya mencoba menangkap maksud yg ingin disampaikan oleh mas, bahwa ketiadaan pemimpin selepas Rasul saw sesuai dengan amanat di Ghadir Khum dan berdasar AQ 5:67, adalah merupakan indikasi sebuah kegagalan. Pada sisi ini keliatannya benar, karena fakta sejarah dari riwayat-riwayat telah menunjukkannya (paling tidak pengakuan pada teks riwayat-riwayat meski berbeda pada penafsiran).
    Namun disebabkan Rasul saw merupakan sosok pribadi yang sempurna, baik pengetahuan, keimanan, akhlak, ketataatan thd perintah Allah swt serta pribadi yang sempurna dalam menyampaikan risalah, maka untuk menyatakan bahwa Rasul saw telah gagal menjalankan misinya adalah sesuatu penisbatan terlalu tergesa-gesa dan kelewat batas.
    Ingin mengatakan bahwa apa yang dimisikan gagal namun Rasul saw tidak gagal juga terkesan dipaksakan dan tidak sesuai dengan alur logika.
    Jadi bagaimana? Faktanya menunjukkan bahwa ada kegagalan dan Rasul saw pasti tidak memiliki sifat lemah hingga gagal dalam misinya.
    Menurut saya begini, selama ini kita terkecoh dan terjebak dengan kata-kata “misi”, padahal sesungguhnya apa yang disampaikan Rasul saw di Ghadir Khum, yakni masalah kepemimpinan selepas beliau adalah merupakan sebuah STRATEGI. Ya strategi. Bukan Misi.
    Apakah penggunaan kata strategi ini dipaksakan? Tidak. Coba telaah ini.
    Jika kita menganggap bahwa misi Rasul saw adalah (contoh saja) mengesakan Tuhan dan mengajarkan kepada manusia untuk melaksanakan segala perintah Allah swt dan menghindari hal-hal yang dilarang-Nya (Taqwa), maka sejatinya setelah penetapan misi tsb diiringi juga dengan cara bagaimana agar misi itu dapat terlaksana sesuai yang diharapkan. Pada titik inilah muncul STRATEGI bukan? Nah (salah satu) strategi yang diterapkan Allah swt melalui Rasul-Nya untuk mencapai misi di atas adalah penetapan kepemimpinan yang mampu menggantikan posisi Rasul saw. Secara logika kepemimpinan selepas Rasul saw haruslah memiliki kemampuan, keutamaan, kemuliaan dan tingkat taqwa yang sebisanya setara dengan Rasul saw. Ini tidaklah sulit bagi Allah swt dan sudah diisyaratkan dalam AQ juga sering diisyaratkan oleh Nabi saw sendiri. Sampai di sini, bahwa apa yang disampaikan oleh Rasul saw di Ghadir Khum adalah strategi untuk mencapai misi dan bahwa strategi tsb adalah penetapan kepemimpinan oleh Allah dan rasul-Nya masih sesuai alur logika dan dapat dipahami, setuju bukan?
    Sekarang, jika kita kembali pada point kegagalan. Benar sekali bahwa bahkan tidak berselang lama setelah Rasul saw meninggal sdh terjadi kericuhan siapa yang harus menggantikan Nabi, terjadi perselisihan antara keluarga Ahlulbayt dengan sebagian sahabat, terjadi pembunuhan antar sahabat, bahkan thd khalifah, permusuhan-permusuhan, muncul bidah-bidah tanpa kendali, pembunuhan antar umat Islam, dan segala macam kekacauan lainnya di lingkup umat Islam. Kesemuanya menunjukkan kegagalan ke titik dimana strategi yang telah dicanangkan Rasul saw untuk membentuk kepemimpinan selepas Beliau tidak pernah ditatati.
    Mungkin inilah yg juga dimaksudkan oleh mas aburahat/madopolo/marcopolo. Wallahua’lam.
    Mohon maaf jika keliru

    Damai…damai

    @
    Saya memahami kata kunci mas :”Namun disebabkan Rasul saw merupakan sosok pribadi yang sempurna, baik pengetahuan, keimanan, akhlak, ketataatan thd perintah Allah swt serta pribadi yang sempurna dalam menyampaikan risalah, maka untuk menyatakan bahwa Rasul saw telah gagal menjalankan misinya adalah sesuatu penisbatan terlalu tergesa-gesa dan kelewat batas.”
    Apalagi kejadian yang disebut gagal itu adalh kejadian setelah wafatnya Junjungan. Kegagalan misi Rasul sama saja dengan kegagalan pemberi peringatan, kegagalan yang mengutus. Logika ini memang sebaiknya tidak jadi wacana ummat Islam. Astagfirullah.

    Suka

  33. haniifa said

    Subhanallah…
    STRATEGI
    Insya Allah, memang benar-benar betul “strategi”…
    Bukti :
    1. Petunjuk Allah yang dijanjikan kepada Khalifah pertama di muka bumi ini (Nabi Adam a.s) di turunkan secara bertahap.
    2. Diakui ataupun tidak diakui, Alhamdulillah… walaupun Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan posisi ke-4 setelah Nabi Muhammad s.a.w wafat, Panji Islam berkibar di Indonesia.
    3. Saya termasuk pengagum Khalifah Ali bin Abi Thalib, tetapi menyayangkan pengkultusan berupa “Gambar wajah beliau”, sebab seindah-indahnya juga gambar 2 dimensi tidak seindah aslinya atau secantik-cantiknya juga patung tetap saja lebih cantik dan sempurna buatan Allah subhanahu wa ta’ala.
    4. Khalifah Ali bin Abi Thalib dididik, digembleng oleh tangah yang ahli (baca: Nabi Muhammad s.a.w) sehingga menjadi ujung tombak panji Islam, makanya saya ibaratkan “Emas Monas”… Apa jadinya kalau emas monas disimpan di dasar ?! (baca: Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah pertama setelah Nabi Muhammad s.a.w wafat)

    Wassalam, Haniifa.

    @
    Jadi misinya berhasil dunk. Alhamdulillah.

    Suka

  34. haniifa said

    Bukti Strategi keberhasilsan Nabi Muhammad s.a.w, dari sisi perluasan panji Islam.
    1. Khalifah Abu Bakar as Sidiq…
    2. Khalifah Umar bin Khattab…
    3. Khalifah Utsman bin Affan…
    4. Khalifah Ali bin Abi Thalib… terluas diantara khlifah sebelumnya

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  35. haniifa said

    Bukti Strategi Allah subhanahu wa ta’ala, seperti yang difirmankan dalam surah At Taubah ayat 24
    [QS 9:24] Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.

    1. Khalifah Abu Bakar as Sidiq…
    2. Khalifah Umar bin Khattab…
    3. Khalifah Utsman bin Affan…
    4. Khalifah Ali bin Abi Thalib… bukan saja jiwanya bahkan jiwa anak-anaknya

    Disisi lain….
    Ibu kota ke-khalifahan-nya paling jauh dari tanah kelahirannya bukti bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih mencintai Allah dan Rasulullah maka jelas-lah sesuai ayat diatas bahwa beliau memang berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  36. haniifa said

    Buat saudara BAGIR yang merasa pintar,…
    BUKTIKAN KEPADA SAYA DENGAN SEKUAT HUJAHMU… BAHWA @BAGIR LEBIH MANGAGUMI ALI BIN ABI THALIB DARI PADA @HANIIFA

    bagir, di/pada Agustus 2nd, 2008 pada 10:35 am Dikatakan:

    @Haniifa
    Terserah dg Asumsi anda…itu semakin terlihat jls kebodohan anda..!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  37. aburahat said

    Mungkin benar bahwa penembatan misi Rasul agak meremehkan/kelewat batas atas pribadi Rasul. Tapi saya melihat dari segi misinya dan bukan sipembawa misi (Rasul). Saya menafsirkan apa yg disampaika madoplo dgn apa yg diuraikannya saya dapat menangkap maksudnya adalah: Bahwa apa yg disampaikan Rasul di Khadir Ghum atas kepemimpinan sesudah Rasul se-akan2 tdk ada. Karena kenyataan bukan Imam Ali yg seharusnya menjadi khalifah tetapi lain orang.Terkecuali kita tdk mengakui hadis2 yg diriwayatkan atas kejadian di Khaidi Ghum.
    Setelah saya membaca posting tsb diatas maka saya membaca kembali sejarah hidup Rasul serta hadis2 shahih menurut ahli sunah dan syiah . Ternyata banyak hadis2 yg membenarkan Ali b. Abitalib adalah pemimpin para MUKMIN setelah Rasul. Sesudah saya melihat adanya kebenaran tsb. Apakah kita tdk akan mengakui?
    Kita yg mencari kebenaran harus mempelajari sejarah masa lalu. Kita nilai kebenaran. Jgn kita nanti oleh Allah dikenakan sesuai FirmanNya:
    1. QS 43:78
    Sesungguhnya Kami benar-benar telah memhawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.

    2. QS 50:5
    Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.

    3. QS 23:90
    Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.

    Sesudah kita melihat pd kebenaran saya takut klu menolak akan berhadapan dgn ayat2 tsb diatas. Dan banyak lagi ayat2 mengenai penolakan KEBENARAN. Mudah2an kita mendapat taufik dan hidayah utk berada dlm Kebenaran. Wasalam

    Suka

  38. armand said

    @haniifa
    Jadi strategi lebih cocok ya 🙂
    Cuman kalo mas haniifa mau memahami komen saya, maka sebelum mas menetapkan bahwa strategi kepemimpinan setelah Rasul saw adalah yang 4 itu, mas haniifa dihadapkan pada pertanyaan berikut:
    (1) Apa tepatnya strategi Rasul saw yang disampaikan di Ghadir Khum?
    (2) Jika kita sepakat hal itu mengenai kepemimpinan, maka sejatinya tidak ada lagi kesibukan dan kericuhan dalam penentuan kepemimpinan setelah Rasul saw (kesibukan dan kericuhan mengenai siapa pengganti setelah Rasul saw wafat dapat kita baca di semua kitab sejarah Nabi saw).
    Hal ini bagi sebagian orang/kelompok merupakan topik yang sangat tidak nyaman untuk dibicarakan, sehingga kita selalu mendengar mereka mengatakan: “Sudahlah, itu sejarah yang telah berjalan ratusan tahun, toh kita tidak pernah tau seperti apa sesungguhnya yang terjadi. Lagipula sahabat adalah manusia-manusia pilihan yang tidak mungkin melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Sehingga menyalahkan dan mencaci mereka akan mendapat murka dari Rasul saw.”
    Begitukah? Maka jawaban saya seperti ini: “Jika itu merupakan sejarah yang tidak perlu dibicarakan, maka mengapa ada karangan Sejarah Nabi saw oleh Sirah Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Hisyam, Muhammad Husein Haikal, dll. Mengapa ada hadits-hadits yang telah direkam oleh para Perawi yang menceritakan tentang riwayat Nabi dan para sahabat? Mengapa kesemua sumber tsb tidak dimusnahkan saja kemudian ditutup..tup! Sehingga kita tidak perlu lagi mengutak-atik sejarah? Kemudian jika dikhawatirkan membicarakan peristiwa tsb (sesaat setelah kepergian Nabi saw) akan memunculkan fitnahan thd pribadi sahabat, maka mengapa kisah-kisah tsb dan riwayat tsb masih dapat kita baca di sebagian kitab2 Shahih dan tulisan-tulisan sejarah? Apakah mereka para penulis hadits dan penulis sejarah telah lancang karena telah menyinggung pribadi sahabat? Mengapa kita tidak boleh?
    Sebenarnya alur logika strategi penetapan kepemimpinan setelah Rasul saw ini mudah saja.
    2.a) Apakah Rasul saw bersifat masa bodoh thd umat yang akan ditinggalkan? Tidak mungkin, kan?
    2.b) Jika kepemimpinan harus ditentukan melalui musyawarah. Maka mengapa Rasul saw tidak pernah mengajarkan cara bermusyawarah untuk menentukan pemimpin? Jika menurut mas pernah dicontohkan dan diajarkan oleh Rasul saw, maka sejatinya ia menjadi sunnah Nabi saw. Tapi mengapa musyawarah ini tidak dilaksanakan oleh Abubakar ketika ia melakukan penunjukkan ke Umar bin Khattab sebagai penggantinya?
    (3) Jika ternyata masih ada keinginan dari sebagian sahabat untuk menentukan sendiri strategi kepemimpinan dalam menjalankan misi Rasul saw, bukankah tidak sesuai dengan strategi yang disampaikan Rasul saw sebelumnya?
    Ingat mas, kepemimpinan Islam tidak hanya berbicara untuk 1-2 generasi, tapi hingga akhir generasi. Strategi Rasul saw mengenai kepemimpinan umat tidak berhenti di 20-30 tahun sepeninggal Rasul saw, mas.

    Oh ya, seyogjanya Imam Ali memang berada di pondasi (Monas) sebagai pengokoh dan penguat. Kemudian, apa pun justifikasi yang selalu dilemparkan mengenai urutan Imam Ali dikekhalifan, jika kita mengakui bahwa Imam Ali ditunjuk sebagai khalifah pengganti setelah kepergian Rasul saw, maka pembenaran ini selalu menjadi hambar karena tetap menunjukkan ketidakpercaaan dan ketidaktaatan kepada Nabi saw.

    Damai…damai

    Suka

  39. haniifa said

    BUKTI SEJARAH DIAKUI ATAU TIDAK
    TETAP ALI BIN ABI THALIB POSISI KE EMPAT. TITIK
    ———————————————–
    Bukti jika meributkan masalah Ahlul Bait:

    Assalamu’alaikum, @Mas Dono
    Mohon maaf mas, saya agak sulit mempercayai cerita-ceritanya. Misalnya @mas Donno telah kehilangan kedua orang-tua (baca: berarti yatim-piatu), tapi di komentar ini, anak yatim. —:Click::
    Tapi terus terang saja mas, Insya Allah saya merasakan kepedihan yang pernah mas rasakan… namun bedanya saya di tinggal ibunda tercinta (baca: Piatu dulu), beberapa tahun kemudian menyusul Ayahanda tercinta (baca: jadi yatim-piatu). Alhamdulillah… sebulan kemudian saya (@haniifa) bertemu dengan mantan pacar… hingga kini.
    Maksudnya begini mas, walaupun merasa yatim-piatu sebaiknya kita ingat perjuangan Nabi Muhammad s.a.w,…. dalam artian beliau menjadi yatim-piatu dalam usia relatif muda sekali, sedangkan kita sudah cukup umur dan bisa memilih/memilah mana yang baik dan benar menurut aqal fikiran kita.
    Kembali ke komentar mas Dono….
    Jibril a.s tidak menyampaikan wahyu kepada saya, cuma saya disuruh TULISKAN! dan salam perkenalan saja, mungkin beliau lagi jalan-jalan ketemu saya.

    Sekali lagi saya ingatkan mas, tidak ada kata mungkin atau kebetulan dalam hal urusan pengawasan Allah subhanahu wa ta’ala… seperti yang difirmankan dalam surah Al An’aam ayat 59:
    [QS 6:59] Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata

    Camkan itu mas, sebab saudara secara explisit merasa menjadi Nabi atau Rasul.

    Wassalam,Haniifa.

    Siapa yang bisa membalikkan “fakta sejarah” yang diakui dunia ISLAM maupun Non ISLAM soal “Tongkat kepemimpinan setelah Nabi Muhammad s.a.w wafat”

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  40. agorsiloku said

    @all
    Diskusi di wilayah ini, karena tema postingan mengarah pada awal kepemimpinan pasca Rasul. Beberapa komentar dan penjelasan yang muncul menurut agor sangat santun dan baik. Mohon bantuannya ini dipertahankan. Kalau boleh, agor mohon para kontributor menjaga kesantunan — seperti yang telah ditunjukkan selama ini. Terimakasih atas kesudian dan keniscayaan semua rekan-rekan yang telah membuat bernas blog ini. Mari kita jadikan blog ini syiar pada kebenaran yang santun dan bermanfaat bagi kehidupan (betapapun kecilnya). Kata kuncinya : Damai…damai.

    Wassalam, agor.

    Suka

  41. aburahat said

    Fakta sejarah tdk bisa dibalikkan,tapi KEBENARAN bisa diputar balikan. Wasalam

    Suka

  42. haniifa said

    Mohon maaf @Mas Agor, komentar double… sebetulnya ada di mar Ari…

    Mohon “penjelasan Ghadir Khum” Apakah Al Hadits atau Al Qur’an ?

    Trim’s.

    Suka

  43. aburahat said

    Benar sekali mas, kita berdiskusi utk mencari kebenaran dengan etika seorang pencari ilmu. Terima kasih.Klu bisa usul mas klu sampai ada kata2 menjurus kpd penghujatan td perlu dilayani. damai damai. Wasalam

    Suka

  44. Dono. said

    Ass.wr.wb,pak Haniifa,
    Kedua orang tua saya masih hidup, siapa bilang sudah mati.
    Waduh gawat neh.

    Saya jadi bingung nih pak Haniifa.

    Salam kasih untuk semua.
    Wassalam,Dono.

    Suka

  45. haniifa said

    Oke sory mas Dono, tapi anda pernah cerita mendatangi Kuburan Orang tua… lupakan saja. Trim’s.

    Suka

  46. Dono. said

    Ass.wr.wb,pak Haniifa,
    Coba pak Haniifa baca sekali lagi mengenai komentar saya di no.16 (memutuskan perkara syeitan atau…)
    “Beberapa minggu yang lalu saya menjenguk kedua orang tua saya, tiba-tiba di hadapan saya berdiri almarhum (ibu dari bapak saya) dengan wajah yang sangat pucat dan sengsara”.
    Ibu dari bapak saya berarti:ibunya bapak saya.

    Wassalam,Dono.

    Suka

  47. haniifa said

    Saya kira pertanyaan saya sangat simple.

    Mohon “penjelasan Ghadir Khum” Apakah Al Hadits atau Al Qur’an ?
    Jawaban Ya:= Al Hadits
    atau….
    Jawaban Ya:= Al Qur’an

    Just it.

    Suka

  48. Dono. said

    Ass.wr.wb,pak Haniifa.
    Mengenai komentar bapak pada no.39.

    Siapa yg katakan saya seorang rasul atau nabi?
    MasyaAllah.
    Kalau saya sendiri yg mengatakan demikian, tentulah saya sudah jadi TUYUL dan di jual orang.

    Tetapi firman Allah S.W.T. sbb (adalah benar).
    [QS 6:59] Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.

    Dengan firman ini nyatalah bahwa Allah S.W.T memegang kunci keghaiban dan membukanya kepada siapa yg dikehendakiNYA.

    Marilah kita semua mencintai Allah dan rasulNYA yg mulia.

    Wassalam,Dono.

    Suka

  49. aburahat said

    @Haniifa
    Al Hadits

    Suka

  50. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @Mas Dono
    Komentar mas pada Juli 26, 2008 pada 11:28 am… saya juga mengerti yang mas maksud adalah : “NENEK dari pihak ayah” yang sangat berbahaya adalah :
    “Memang ibu dari ayahku selalu membanggakan agamanya sehingga dia kafir sampai dia meninggal.… secara tidak langsung mas menyalakan kekafiran Nenek adalah akibat orang-tua mas Dono, dan mas merasa lebih baik dari kedua orang tua.
    (Sesungguhnya pesan itu yang ingin saya sampaikan)

    Sekali lagi mohon maaf.

    @Mas Aburahat
    Trima kasih, jadi Hadits yach.

    Bagaimana @Mas Armand ?! (mohon maaf saya menunggu jawaban dari mas)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  51. haniifa said

    @Mas Arman
    Oh ya, seyogjanya Imam Ali memang berada di pondasi (Monas) sebagai pengokoh dan penguat. Kemudian, apa pun justifikasi yang selalu dilemparkan mengenai urutan Imam Ali dikekhalifan, jika kita mengakui bahwa Imam Ali ditunjuk sebagai khalifah pengganti setelah kepergian Rasul saw, maka pembenaran ini selalu menjadi hambar karena tetap menunjukkan ketidakpercaaan dan ketidaktaatan kepada Nabi saw.
    PEMBENARAN INI SELALU MENJADI HAMBAR
    Mari kita bicara kenyataan dan logika sederhana saja:
    ——————————————————
    1. Berapa biaya yang harus dikeluarkan jika pondasi terbuat dari Emas dibandingkan dengan batu kali ?!
    2. Emas dijadikan pondasi maka menggiurkan para maling, dengan berbagai upaya digrogoti sedikit demi sedikit… yang pada akhirnya MONAS runtuh ?!
    3. Pada jaman ke-khalifah-an sebelum Ali bin Abi Thalib, pernahkah terdengar berita/cerita/hadits… yang mengatakan rencana “MAKAR/KHIANAT” Ali bin Abi Thalib terhadap Khalifah-nya.
    4. Kalau Ali bin Abi Thalib lebih takut kepada Allah dan merasa tongkat kepemimpinannya setelah Nabi Muhammad s.a.w, Mengapa beliau begitu lama menunggu… Jelas kontradiksi dengan ketakutan menghadapi Abu Bakr as Sidiq, Umar bin Khatab dan Usman bin Affan, Bukan ?!

    Bagaimana @Mas Armand “(penjelasan Ghadir Khum)”, Apakah Al Hadits atau Al Qur’an ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  52. haniifa said

    Saudara Armand
    Apa yang saudara sembunyikan, dengan hanya menulis Nabi saw, Rasul saw sementara dengan murahnya saudara tulis : Sirah Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Hisyam, Muhammad Husein Haikal

    Kenapa tidak Nabi Muhammad s.a.w atau Rasul Muhammad s.a.w ?!
    (Hiraukan kalau saudara kesulitan menjawab pertanyaan ini.)

    Sekali lagi saya tanya !!!
    Bagaimana @Mas Armand “(penjelasan Ghadir Khum)”, Apakah Al Hadits atau Al Qur’an ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  53. haniifa said

    armand Berkata:
    Agustus 3, 2008 pada 11:23 am

    @aburahat/madopolo/marcopolo….. Jadi strategi lebih cocok ya 😀

    Suka

  54. haniifa said

    Strategi Cantik ?! 😀
    1. Anatoly Karpov
    2. Boris Spassky

    Suka

  55. aburahat said

    @Agor
    Pada komentar saya no 31 mas bertanya mengapa ada kata “JIKA”
    Klu saya tafsirkan adanya kata jika (penafsiran saya didasarkan atas ayat dengan ayat dan hadis) merupakan ketegasan suatu syarat. Yakni apabila tidak disampaikan, maka Risalah yg selama 23 thn Rasul sampaikan se-akan2 blm disampaikan.
    Bayangkan Firman Allah yg sedemikan tegas utk Rasul.
    Marilah kita pikirkan dan melihat kebenaran ayat tsb.
    Selama 23 thn Rasul telah menyampaikan tugas yg Allah berikan pd Rasul yaitu MENYAMPAIKAN BERITA GEMBIRA DAN PERINGATAN. Dan telah Rasul tunaikan dgn ber-macam2 resiko. Dan Wahyu berupa cahaya kebenaran Yaitu Alqur’an yg sekarang kita miliki terjaga keasliannya.
    Tapi setelah kepergian Rasul SIAPA yg mampu menjelaskan KEBENARAN ini kepada umat yg kemudian? Tentu hrs ada seseorang yg meneruskan estafet kepemimpinan umat. Dan kepemimpinan umat ini tdk seperti pemimpin2 biasa, tetapi pimpinan yg mempunyai kriteria yg luar biasa terutama dlm soal menyampaikan Kebenaran. Atau mampu menjelaskan firman2 Allah yg MUHKAMAAT maupun MUTASYAABIHAT. Dan ini telah Allah isyaratkan dlm Surah An-Nisaa’ayat 59 yg bebunyi:
    Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

    Jadi Allah menunjuk melalui Rasul siapa Ulil Amri tsb. Karena utk menjadi orang yg ditaati sesudah Allah dan Rasul harus mempunyai ke Utamaan2 yg hanya diketahui oleh Allah dan disampaikan pd Rasul. Dan Ali b. Abithalib orang yg berdasarkan hadis2 shahih dipersiapkan memegang tongkat kepimpinan setelah Rasul. Saya bukan mengagungkan Ali b. Abithalib,tetapi Allah dan Rasul mengutamakannya maka wajib bagi kita utk mengutamakannya. Sekarang saya mengajak kita berfikir dan menganalisa KEBENARAN.
    Seorang yg Allah dan Rasul isyaratkan sebagai seorang yg mampu menafsirkan Alqur’an dan dapat memberi keputusan yg benar berdasarkan Alqur’an.
    Dan beberapa orang yg ber-beda2 penafsirannya terhadap firman2 Allah terutam atas ayat mutasyaabihat agar jelas saya akan tunjukan firman Allah dlm Surah Al-Imran ayat 7 yg berbunyi:

    Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

    Serta keputusan tdk berdasarkan Alqur’an tapi ijtihad atau ijma. Mana yg lbh benar
    Saya katakan sekali lagi: Saya bukan mengungkit-ungkit masa lalu atau pro dan kontrak. Saya hanya coba menyodorkan sesuatu utk dibicarakan agar mendapat kebenaran. Allah berfirman: Jgnlah kamu menyimpan KEBENARAN apabila telah nyata itu adalah KEBENARAN. Menurut saya itu nyata tapi mungkin kawan2 lain bukan kebenaran. Maka marilah kita cari kebenaran itu. Demi mempertanggung jawab dihadapan Allah nanti. Ingat masing2 bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Mudah2an dgn diskusi kita ini ada pencerahan dan mendpt petunjuk dari Allah kepada cahaya kebenaran. Amin, Wasalam
    @
    Ass.ww Mas Abu.
    Terimakasih penjelasannya. Dalam pemahaman ini, Mas Abu atau saya “sepertinya sependapat bahwa” kata Jika atau “apabila” adalah sebuah pernyataan yang tidak terhubungkan dengan sebab akibat, jadi bukan “peristiwa itu sendiri”. Atau term itu lebih menjelaskan pengandaian (if). Dengan kata lain, kita bisa menambah keyakinan bahwa Rasul telah menyelesaikan seluruh risalahNya.

    Mengenai kejadian tongkat kepemimpinan pasca Rasul, benar atau tidak, perlu diluruskan atau tidak, saya tidak punya kompetensi sama sekali jadi, hanya bisa menjadi pendengar saja… 😦
    Wass, agor

    Suka

  56. armand said

    @haniifa
    Sabar mas…mas rupanya selalu depan komputer ya, sigap sekali 🙂
    Saya baru bisa buka komputer kalo ga sibuk n di kantor mas.
    Saya coba respon pertanyaan mas satu per satu
    (1) Kisah Ghadir Khum adalah AlHadits. Detail tentang ini saya serahkan ke mas aburahat/truthseeker karena beliau-beliau yg pertama kali melemparkan isu surah 5:67
    (2) Kenapa tidak Nabi Muhammad s.a.w atau Rasul Muhammad s.a.w ?!
    Ini hanya masalah gaya tulisan/bahasa. Tidak ada maksud terselubung atau apa pun yg membuat mas bertanya-tanya. Heran, yang ini juga msk pertanyaan mas 🙂
    (3) Mengenai Imam Ali yg menurut saya lebih cocok di posisi sebagai pondasi saya kira tdk relevan utk terus diperdebatkan. karena mengenai ini hanya sebagai sekedar pendapat, sama spt pendapat mas bahwa Beliau lebih cocok sebagai ujung tombak. Tidak akan ada habisnya.
    (4) Yang menurut saya lebih relevan adalah membahas mengenai komen mas di postingan #35, #39 dan #41 (3-4);
    Menurut mas urutan-urutan kekhalifahan yang mas sebutkan (Abubakar-Umar-Utsman-Ali) sudah merupakan kenyataan sejarah mau diakui atau tidak.
    Tentu saja saya tidak pernah berpikir bahwa sejarah harusnya diulang kembali untuk menyesuaikan dengan keinginan kita. Bahkan banyak hal yang telah lewat yg terjadi yang tidak sesuai dengan harapan saya. Lucu juga kalo saya memaksakan bahwa kejadian-kejadian yg lewat itu sebaiknya diulang kembali untuk menyenangkan dan memuaskan keinginan saya.
    Mas juga pasti mahfum bahwa fungsi sejarah adalah salah satunya sebagai pengingat dan pembelajaran thd apa-apa yang telah kita lakukan dan tidak tidak lakukan. “Kita” disini mencakup diri kita sendiri, keluarga, orang-orang lain, tokoh/pelaku penting dari sejarah, dsb. Sehingga sejarah bukan sekedar sebagai kumpulan kisah-kisan dan bahan rujukan, tapi ia digunakan sebagai cermin dan sebagai bahan koreksi dan evaluasi. Enaknya belajar sejarah adalah kita telah disodorkan dengan contoh-contoh yang menjadi bahan pertimbangan keputusan apa sebaiknya yang akan kita ambil kemudian. Sejatinya contoh yang jelek tidak kita gunakan dan kita akan mengambil contoh-contoh yang baik.
    Sehingga merespon pertanyaan mas di atas, saya mengakui bahwa memang sejarah mengatakan demikian urutannya. Namun kemudian apakah sejarah tsb dapat kita jadikan contoh kebaikan agar kita saat ini bisa mengambil keputusan yang tepat? Hal ini yang perlu kita pikirkan kembali;
    – Sejarah kekhalifahan, yakni dengan diangkatnya Abubakar sebagai khalifah pertama menurut saya adalah sebuah contoh yg kurang baik. Alasannya: Tidak sesuai dengan amanat Rasulullah saw. Rasulullah saw sepengetahuan saya tidak pernah mengajarkan pemilihan kepemimpinan dengan cara musyawarah. Rasulullah saw pasti memikirkan kelangsungan risalah-Nya setelah Beliau meninggalkan umat-Nya. Rasulullah saw pasti meletakkan pondasi bagaimana caranya agar kepemimpinan setelah Beliau tetap berjalan langgeng.
    Rasulullah saw adalah sosok pribadi sesempurnya manusia, sempurna ketataatan thd Allahswt, sempurna keimanan, sempurna ketaqwaan, dsb. Dengan tugasnya sebagai Penyampai Risalah, beliau terlepas dari memiliki sifat lupa, lalai, malas, masa bodoh, dll. Sehingga apa pun amanat yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada umat seharusnya diterima dengan lapang dada, sami’na wa atha’na, tanpa reserve, tanpa pertimbangan, tanpa keraguan.
    Menurut mas sendiri, contoh sejarah pengangkatan Abubakar sebagai khalifah pertama sudah sesuaikah dengan amanat Rasulullah saw?
    Jika mas menganggap ini tidak penting, maka saya coba mengingatkan kembali kepada mas, bahwa sesaat setelah meninggalnya Rasulullah saw, dimana jasad Nabi saw belum lagi disemayamkan, beberapa orang yang mas anggap sahabat Nabi di sebuah tempat/rumah tertentu, lebih disibukkan dengan pemilihan kepemimpinan sebagai pengganti Nabi saw ketimbang siapa yang akan menshalatkan jasad Nabi saw.
    Apakah ini sebuah contoh yang baik, mas? Apakah ini merupakan sunnah Nabi? Sunnah mana yang akan kita pakai di kemudian? Sunnah Nabi kah atau sunnah sahabat?
    Persoalan ini memang sangat runyam dan peka, dan sangat…sangat dibutuhkan hati dan pikiran yang jernih, jauh dari fanatisme mazhab/golongan, jauh dari fanatisme kepada si anu dan si anu.
    Kisah pembelokan thd amanat Nabi di atas dan masih ada lagi, bukan direka-reka oleh saya atau orang-orang yg sependapat dengan saya, namun telah direkam di hadits-hadits yang telah diposikan sebagai hadits yang shahih dan dipercaya. Saya kurang berkompeten utk menampilkan hadits-hadits tsb maskipun saya juga pernah membacanya. Semoga ada mereka yang berkompeten menampilkannya di sini, tentu kalau mas Agor tidak berkeberatan.

    Semoga bermanfaat mas

    @
    Mas Armand, kalau pertanyaan di alinea terakhir ini betul Mas tujukan ke saya. Maka jawabannya kurang lebih sama dengan uraian mas di awal-awal, kalau kita tidak mungkin membolak balikkan sejarah untuk kesenangan/kepuasan/kebenaran yang telah diuraikan oleh Mas. Karena fakta sejarahnya adalah bola salju yang menimbulkan perpecahan dan pertumpahan darah di sampai beberapa masa kepemimpinan paska Rasul. Dan cara pandang kekuasaan (kepentingan politik) dan amanat keagamaan.
    Agor juga tidak punya kompetensi, apalagi blog agor bukan blog pengajaran agama, tapi elaborasi akal, mengutamakan akal dalam memahami nash AQ. Satu kata yang begitu banyak dibenci oleh sebagian saudara-saudara kita.

    Suka

  57. truthseeker said

    @Armand
    Tepat sekali mas Armand dan sangat jelas, semoga kali ini tidak sulit bagi mas Haniifa untuk bisa memahami. Kita doakan saja.

    Wassalam

    Suka

  58. aburahat said

    @Agor
    Maaf mas Agor. Menurut mas “jika” atau “if” bermakna penandaian, saya kurang sependapat. Saya lbh cocok apabila itu merupakan sebab dan akibat. Sebab klu tdk disampaikan maka akibatnya GUGUR risal yg dibawah Rasul Jadi saya menganggap menurut mas, apabila berita ini tdk disampaikan tdk apa2 krn Rasul sdh menyelesaikan tugasnya. Menurut mas bgm umpanya Rasul tdk sampaikan yg satu ini. Apakah sdh sempurna tugas Rasul. damai damai. Wasalam

    @
    “pengandaian” untuk kata Jika atau if…
    Jika saya bertemu dengan Mas Abu, maka saya akan mengajak makan –> Faktanya saya tidak bertemu dan saya tidak mengajak makan.
    Jika saya diperintah Mas Abu, maka saya akan melaksanakan –> Faktanya Mas Abu tidak memerintah saya.

    Kalau dalam matematika Jika A maka B.
    Kalau Jika dan hanya jika, maka kemungkinannya menjadi hanya satu. Tapi, intinya tetap itu adalah pernyataan kondisi, bukan pernyataan kejadian.

    Dalam pemahaman agor, ayat ini :
    Jika Rasul tidak menyampaikan risalah Allah, maka artinya Rasul tidak menyampaikan amanat Allah. —> Faktanya Rasul menyampaikan risalah, maka artinya Rasul menyampaikan amanat Allah.

    Kemudian mengenai, apabila berita ini tidak disampaikan… dst. (pertanyaan Mas Abu). Dalam pemahaman saya, tidak ada berita yang tidak disampaikan. Semua disampaikan, seperti juga pada haji Wada, berulang-ulang Nabi menegasi hal ini.

    Bahwa kemudian ada friksi setelah wafatnya Nabi, itu adalah persoalan berikutnya pada ummat Islam yang tidak ada lagi peran aktif Rasul di dalamnya.
    Begitulah yang saya pahami Mas Abu. Penjelasan Mas Abu bukan saya tidak mengerti, Pada waktu lain saya akan pelajari lebih baik lagi. Insya Allah.

    Wass, agor.

    Suka

  59. truthseeker said

    @Agor
    Tuan Rumah adalah imam kita. Jadi saya manut aja dengan aturan main mas Agor dah.. :mrgreen:

    Wassalam

    Suka

  60. aburahat said

    @Agor
    Dengan kata2 mas terakhir maka kita telah ketemu persesuaian. Maka bgm kita harus bertingkah laku/amal perbuatan tergantung kita masing2. Damai damai . Wasalam

    @
    Terimakasih Mas Abu. Alhamdulillah. Terimakasih pula untuk pesan Mas Abu, bagaimana kita harus bertingkah laku. (Ini nih yang agor paling susah… 😦 )
    Salam damai, agor

    Suka

  61. yureka said

    rekomen mas agor atas komen no 23 saya ” adalah :
    “Sebagai utusan, maka Rasul diperlengkapi dengan bukti-bukti yang nyata (tentu bukti nyata itu sesuai dengan jaman).

    Mohon dikoreksi jika cara pandang ini keliru ya…

    komentar balik yureka :
    anda sangat jeli untuk membuat kesimpulan saya sangat mengambang.

    @
    Duh.. tiada maksud mengambangkan, selain bahwa agor ingin menyampaikan cara pandang yang mungkin dilihat dengan cara yang sedikit berbeda. Namun, esensinya bukan pada perbedaan Rasul dan Nabi yang memang jelas Allah membedakan pengertiannya, namun lebih pada kita belajar melihat apa perbedaannya yang dijelaskan tersirat dalam Al Qur’an. Mungkin kesimpulan yang didapat menjadi bermanfaat untuk telaahan berikutnya
    Bukan juga untuk diadukan, tapi untuk kita belajar kan Mas…. 🙂

    Suka

  62. yureka said

    surat 2 ayat 124
    dan ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu IMAM BAGI SELURUH MANUSIA”. Ibrahim berkata: ” dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku tidak mengenai orang yang zalim”.

    @
    Yang zalim lebih banyak dari yang tidak zalim. Ini fakta yang diceritakan AQ kepada kita…

    Suka

  63. haniifa said

    Astaghfirullah…
    Subhanallah…
    Alhamdulillah…
    Assalamu’alaikum. @All
    Mohon maaf saya tidak hendak mengambil kesimpulan, namun menurut pemahaman saya yang “bodoh” ini… saksi laki-laki cukup 2 (dua) sebagai penghilang “fitnah”
    ——————————

    aburahat Berkata:
    Agustus 3, 2008 pada 8:40 pm

    Sesudah kita melihat pd kebenaran saya takut klu menolak akan berhadapan dgn ayat2 tsb diatas. Dan banyak lagi ayat2 mengenai penolakan KEBENARAN. Mudah2an kita mendapat taufik dan hidayah utk berada dlm Kebenaran. Wasalam
    (ayat2 tsb diatas:= Al Qur’an, silahkan baca komentar aslinya diatas)
    —————————————————
    Pertanyaan @haniifa :
    Mohon “penjelasan Ghadir Khum” Apakah Al Hadits atau Al Qur’an ?
    —————————————————
    Jawaban @aburahat :
    aburahat Berkata:
    Agustus 3, 2008 pada 10:26 pm

    @Haniifa
    Al Hadits
    =====================================================
    and then….

    Pertama Al Hadits (penjelasan Ghadir Khum) kemudian Al Qur’an…. what next ?! 8) 8)

    Menurut saya yang bodoh := Pertama Al Qur’an kemudian Al Hadits… no what..what

    armand, di/pada Juli 29th, 2008 pada 3:04 pm Dikatakan: —-::Click Me::

    @modopolo
    “……dan ini mungkin merupakan tulisan saya terpanjang….”

    Iya benar……..

    “….krn ini adalah KEBENARAN”
    Mana yang dianggap kebenaran:
    1. Alquran dan isinya (teks)——– OK
    2. Hadits dan perawinya———— Masih perlu verifikasi
    3. Tafsir Alquran———————– Belum mewakili kebenaran kecuali dari orang-orang yg kita yakini sebagai wakil kebenaran
    4. Tafsir Hadits————————- Apalagi tafsir hadits

    Saya berasumsi bahwa KEBENARAN yg dimaksud mas adalah bahwa:
    1. Ayat-ayat yg disampaikan BENAR dari Alquran
    2. Hadits-hadits yg disampaikan BENAR terdapat dalam Shahih Bukhari/Muslim/Abu dawud, dll

    Damai….damai
    —————————————————
    Pertanyaan @haniifa :
    Mohon “penjelasan Ghadir Khum” Apakah Al Hadits atau Al Qur’an ?
    —————————————————
    Jawaban @arman :
    @haniifa
    Sabar mas…mas rupanya selalu depan komputer ya, sigap sekali
    Saya baru bisa buka komputer kalo ga sibuk n di kantor mas.
    Saya coba respon pertanyaan mas satu per satu
    (1) Kisah Ghadir Khum adalah AlHadits.
    =====================================================
    and then….

    Pertama Al Hadits (penjelasan Ghadir Khum) kemudian Al Qur’an…. what next ?! 8) 8)

    Menurut saya yang bodoh := Pertama Al Qur’an kemudian Al Hadits… no what..what

    Pembaca yang budiman, semua saya kembalikan kepada diri masing-masing.
    Apakah Al Qur’an dulu baru dibantu Al Hadits
    atau…
    Apakah Al Hadits dulu baru menerangkan Al Qur’an

    Insya Allah, kalau haniifa tetap Al Qur’an dulu baru dibantu Al Hadits.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  64. haniifa said

    **** BUKTI HANIIFA PAKAI AL QUR’AN DULU ***
    haniifa Berkata:
    Agustus 3, 2008 pada 5:04 pm —::Click Me::

    Strategi Allah subhanahu wa ta’ala, seperti yang difirmankan dalam Al Qur’an surah At Taubah ayat 24
    [QS 9:24] Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
    ——————–
    1. Imam Abu Bakar as Sidiq…
    2. Imam Umar bin Khattab…
    3. Imam Utsman bin Affan…
    4. Imam Ali bin Abi Thalib… bukan saja jiwanya bahkan jiwa anak-anaknya

    ——————–
    1. Khalifah Abu Bakar as Sidiq…
    2. Khalifah Umar bin Khattab…
    3. Khalifah Utsman bin Affan…
    4. Khalifah Ali bin Abi Thalib… bukan saja jiwanya bahkan jiwa anak-anaknya

    Disisi lain….
    Ibu kota ke-khalifahan-nya paling jauh dari tanah kelahirannya bukti bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih mencintai Allah dan Rasulullah maka jelas-lah sesuai ayat diatas bahwa beliau memang berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  65. haniifa said

    haniifa berkicau := “sudilah mas second memaklumi kebodohan saya”

    akhirnya…ngaku sendiri…untung gak saya ladenin dari awal. Memang sih biasanya yg “bo??h”, suka mencaci maki karena ketidak tahuannya en gak nyambung, dilihat dari blognya “menurut saya…menurut…” why about “menurut” tanpa ada kajian ilmiah……teruskan caciannya maaaas, gak ikut2

    @bagir, aburahat, oky, sp, armand, madopolo, arif dll

    udah mas, akhirnya ngaku sendiri tuuh
    ————————————————————-
    Wahhh bagaimana neehhh…..
    Tolong dunk….mas-mas yang pinter kajian “ILMIAH”…
    Yang terhormat:
    1. @Mas Abu Syahzanan
    2. @Mas Bagir
    3. @Mas Aburahat
    4. @Mas Oky
    5. @Mas Second
    6. @Mas Armand
    7. @Mas Madopolo
    8. @Mas Arif
    9.. and so on… yang tidak tersebutkan
    —————————————————-

    Buktikan secara Ilmiah kepada saya yang mempostingkan http://haniifa.wordpress.com
    Kenapa AL QUR’AN pada surah AT TAUBAH tidak diawali dengan “Bismillaahir rahmaanir rahiim” ?!

    Sekali lagi saya yang bodoh ini tolong buktikan secara ILMIAH, Kenapa Al Qur’an Surah At Taubah tidak diawali dengan “Bismillaahir rahmaanir rahiim” ?!

    Wassalam, Haniifa .

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  66. haniifa said

    Saya tantang saudara @Abu Syahzanan
    Buktikan statment saudara BENAR. —::Click Me::

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  67. armand said

    @haniifa
    Saya ngga tau mau meringis atau ketawa baca komen mas haniifa. Kadang rada konyol model jurus wiro sableng kadang menyerang langsung kayak si pitung. Ada pantun cocok buat mas haniifa nih:

    “Kadang bergaya seperti wiro sableng….
    Dari ilmu sang guru sinto gendeng….
    Lawan dan teman jadi puyeng….
    Sebab ngga mudeng….”

    “Sebaiknya gunakan jurus si pitung….
    Serang dan tembak langsung….
    Agar kawan tak bingung….
    Sedang lawan menjadi limbung….”

    Damai….damai

    @
    Menurut agor seeh, yang oke tuh, kita menjadi al murid aja dah. Bukankah kita ingin menggapai makrifat bukan sudah berada di posisi seorang sufi. Kita juga kan berharap al hikmah yang menjadi hak perogatif Allah kepada hamba-hambaNya. 😀

    Suka

  68. haniifa said

    Damai… damai

    Ramai… ramai 😀

    Suka

  69. haniifa said

    @Arman
    Coba mas pakai jurus apa biar saya nyaho… !!

    Surah At Taubah tidak diawali dengan “Bismillaahir rahmaanir rahiim” ?!

    Trim’s berat.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  70. haniifa said

    hua.ha.ha lupa sorii neehhh kirain jurus silat, nggak tahunya pantun toch..

    Pantun buat mas Armand.

    Kenapa eh kenapa…
    Mengapa eh mengapa…
    Sebabnya eh sebabnya…
    Surah At Taubah tidak diawali dengan “Bismillaahir rahmaanir rahiim”

    Ramai… ramai

    Suka

  71. aburahat said

    @haniif
    Rupanya anda senang nantang orang. Anda ber-pura2 tdk tau.
    Ok karena saya termasuk orang yg anda tantang baik saya akan beritahu sesuai pengatahuan saya terserah diterima atau tdk.
    Surah Attaubah dgn nama lain Baraah, merupakan pengumuman yg menyatakan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin dibawah oleh Imam Ali dan ditempelkan didinding Ka’bah yg berisi PERANG TOTAL PADA KAUM MUSJRIKIN.
    Tidak dipakai BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM karena ayat ini bernafaskan perdamaian dan cinta Allah. Wasalam

    @
    Mas Abu, berbagai diskusi mengenai ketiadaan basmallah memperoleh tempat untuk banyak kajian. Termasuk juga pemikiran-pemikiran dan dijadikkan hujjah bahwa AQ sudah berubah (dikurangi/ditambahahi). Perdebatan ini begitu panjang, kalau nggak salah dari kisah lama pun sudah dibahas. Salah satu pendekatannya adalah seperti yang dituliskan dalam Blognya Mas Haniifa (proporsi agung), pendekatan lain di era kontemporer juga ditulis oleh Rashid Khalifa bahkan termasuk menggugat jumlah ayat 129 menjadi 127 (dikurangi 2) karena katanya nggak pas (jangan tanyakan, agor juga belum paham benar).
    Matematika Islam dan komposisi bilangan 19 menjelaskan bahwa memang benar tidak ada basmallah adalah “dari sononya emang begitu”. Artinya dari segi komposisi matematis, memang Allah merancang tanpa basmallah.
    Sedangkan penjelasan retorikanya ada beberapa, dan salah satunya disampaikan oleh Mas Abu. Saya kira pemaknaan manapun, hati kita yang pada akhirnya menjustifikasi. Namun, terimakasih, catatan dari Mas Abu juga menambah lagi pengetahuan agor. Tengkyu deh. Semoga Mas Abu tak bosan-bosannya berbagi.
    😀

    Wass, agor

    Suka

  72. armand said

    @haniifa
    Sorry mas, pertanyaan mas yg ke #65/#70 ga nyambung….tapi ya saya coba jawab supaya mas ga uring-uringan.
    Menurut yg pernah saya baca dari beberapa mufassirin, Surat At Taubah tidak diawali dgn bacaan basmallah adalah dikarenakan surat tsb berisi pernyataan perang total bagi segenap kaum muslimin utk memerangi seluruh kaum musyrikin. Sedangkan basmallah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah swt. Gimana mas OK ga? Atau mas punya pendapat lain? Tapi ga usah diperpanjang deh. Temanya kan bukan mengenai surat At Taubah?

    Kalo komen #64 mengenai Alquran dulu atau Alhadits, ini jawaban saya mas;
    Lucu juga mas ini. Masa mempertanyakan mana yg harus dipegang dulu, di tulisan saya bahkan tidak ada sama sekali memberikan isyarat bahwa saya lebih mendahulukan Alhadits daripada Alquran. Kok mas mempunyai pikiran spt itu?
    Hadits yg saya dan kita pegang untuk dijadikan rujukan adalah sebuah catatan informasi dimana tidak sepenuhnya tercantum di Alquran. Keberadaan informasi mengenai Ghadir Khum sama dengan pengetahuan kita mengenai rukun shalat, nama-nama shalat dalam sehari, informasi mengenai pribadi Abubakar, pribadi Umar, pribadi Utsman, dll. Emangnya semua informasi itu kita dapat di Alquran?
    Tinggal mas telaah saja, apakah hadits Ghadir Khum benar-benar ada dan apakah ia hadits yg shahih atau tidak? Begitu saja kok repot?

    Damai…damai

    Suka

  73. armand said

    @aburahat
    Makasih dukungannya. Kok mirip ya? 🙂

    Suka

  74. aburahat said

    @armand
    Masalahnya kita semua ditantang sih.yah ap boleh apa yg kita pernah tau kita sampaikan .Nda tau klu mas Haniifa punya tafsiran yg lbh mantap. Damai damai. Wasalam

    @
    🙂

    Suka

  75. haniifa said

    Subhanallah…
    Tafsiran saya silahkan baca yang ini:
    @Mas Aburahat dan @Mas Armand Bukti Sejarah Islam…

    Ingat saya awali dengan Al Qur’an Surah 67 ayat 3

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  76. haniifa said

    To: @Mas Aburahat dan @Mas Armand

    Tolong perhatikan, tulisan dibawah surah Al Baqarah :

    1. [QS Index 0] := 112… (basmallah tak bernomor)
    2. [QS Index 1] := 1 ……. (basmallah bernomor, Al Faatihah)
    3. [QS Index 2] := 2 ……. (Negasi dari [QS Index 0], yaitu: “Al Faatihah” dan “At Taubah”)
    *) Jumlah INDEX := TIGA (3)

    1. Al Faatihaah tidak ada “Basmallah bernomor”
    2. At Taubah tidak ada Basmallah bernomor

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  77. zal said

    ::ya..Mas Agor, Rasul yang zahir, adalah sebagai contoh, adalah penyampai…, “pada tiap kaum ada Rasul, dan Rasul itu membawa Al Haq.., Ada zahir ada batin…yang hendak dilihat Allah, apa yang dibalik dada itu…, dan yg dibalik dada itu pasti bukan paru-paru itukan….
    jadi bagaimana mungkin tugas Rasul gagal…, kalau menurutku Allah berada pada setiap apapun juga…, dan Nabi menyempaikan apa yg disampaikan Allah, dengan bahasa “katakan…”…, nah sekarang giliran kita…, yok katakan…

    @
    😀

    Suka

  78. haniifa said

    Paru-paru Fir’aun memang ada Garam Dapur… 😛

    Suka

  79. haniifa said

    **** Simak analis ini, di terima atau tidak ****
    Yang saya baca dari komentar kalian.
    Saudara : Aburahat dan Armand
    1. Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w
    2. Al Hadits sebagian dari sunnah Nabi Muhammad s.a.w
    3. Al Qur’an pegangan pertama kemudian Al Hadits…
    4. Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah setelah Rasulullah wafat.

    Rupanya anda senang nantang orang. Anda ber-pura2 tdk tau.
    Ok karena saya termasuk orang yg anda tantang baik saya akan beritahu sesuai pengatahuan saya terserah diterima atau tdk.
    Surah Attaubah dgn nama lain Baraah, merupakan pengumuman yg menyatakan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin dibawah oleh Imam Ali dan ditempelkan didinding Ka’bah yg berisi PERANG TOTAL PADA KAUM MUSJRIKIN.
    Tidak dipakai BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM karena ayat ini bernafaskan perdamaian dan cinta

    *Oleh Imam Ali dan ditempelkan didinding Ka’bah
    Haniifa: Surah At At Taubah sudah turun dan dihapal banyak orang
    Apakah ditempel didinding yang dimaksud adalah Imam Ali menyobek Mushaf Utsmani, atau dengan kata lain surah At Taubah SEBELUMNYA DIAWALI “Bismillaahir rahmaanir rahiim” tapi di SOBEK oleh Imam Ali ?!
    Fitnah yang nyata kepada Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan

    *Tidak dipakai BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM karena ayat ini bernafaskan perdamaian dan cinta
    Haniifa:Imam Ali menyatakan perang total, tapi nafas surah At Taubah perdamaian dan cinta
    Apakah yang dimaksud total adalah termasuk menyisipkan yang Haq dan yang Bathil ?!
    Fitnah yang nyata kepada Ali bin Abi Thalib

    *** Terpenting ***
    Apa landasan Aburahat dan Armand, bahwa At Taubah == Al Barrah ?!
    Al Qur’an atau Al Hadits yang kalian rekayasa

    Surah Al Qur’an ayat berapa, hingga kalian berkesimpulan At Taubah tidak diawali dengan “Bismillaahir rahmaanir rahiim” ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  80. haniifa said

    Ingat saudara Aburahat dan Armand, kalian harus konsisten dengan:

    Tidak dipakai BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM karena ayat ini bernafaskan perdamaian dan cinta

    Suka

  81. armand said

    @haniifa
    Maaf mas…ga tertarik utk nanggapin lagi masalah surat At-Taubah. Ga nyambung sama tema di sini. Kalau mas merasa msh nyambung ya silakan jawab sendiri.
    Yang perlu kita diskusikan dan yg lebih nyambung adalah: “Apakah strategi Rasul saw dalam menetapkan kepemimpinan untuk menuntaskan misi Beliau telah dilaksanakan dan dijalankan secara sami’na wa atha’na oleh para Sahabat atau tidak?”
    Saya kira point ini sebaiknya kita coba tuntaskan dulu sebelum beralih ke masalah yg lain. Lagipula kan masih lebih relevan dengan tema mas Agor?

    Dami…damai

    @
    Mas Arman, tentulah semua sahabat Nabi pasca Rasul SAW tentulah taat Allah dan RasulNya, kalau tidak taat, betapa kita (dan boleh jadi) kita tidak akan pernah bisa membaca AQ secara digital. 🙂 kalau ada perbedaan-perbedaan, tentulah karena ada kreatifitas akal. Kalau merekonstruksi kejadian, duh sebagai penonton teater, antara satu pertunjukan ke pertunjukan berikutnya yang sama saja, dengan teks yang sama dan dilakukan dua kali berbeda, sudah tentu akan ada perbedaan. Kecuali kalau semuanya adalah mekanik dan robot. Jadi all of all, masalah politik paska Rasul wafat, menurut agor nyaris tidak akan bisa dijadikan alat merekonstruksi pengambilan keputusan yang terjadi.
    Namun, ketika pembahasan ke arah, apakah pemimpin yang melanjutkan kepemimpinan Nabi adalah “takhta suci”, meneruskan kekhalifan Rasul. Ini lebih possible. Namun, kita juga mengerti, di sini pun friksi telah berusia ratusan tahun. Apakah mungkin, kita bisa menyimpulkan dengan arif, benang sejarah yang terjadi untuk sedikitnya membawa kemashalatan pikiran bagi “kubu-kubu” berpikir yang bersebrangan. Dapatkah kita mengulas dengan arif?. Mungkin di laboratorium pengkajian, tapi di forum blog, meskipun tidak ada salahnya kita coba, tapi berat juga lho.
    Damai..damai… kalau kata kunci ini bisa dipegang… so beautiful loh…
    agor.

    Suka

  82. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All
    bara’ := putus
    bara’ah mashdar (kata dasar) bara’ jadi arti harafiahnya adalah “memutus atau memotong”… Clear 😀

    Coba simak firman Allah subhanahu wa ta’ala:
    [QS 11:41] “Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.” Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
    Nabi Nuh a.s berdo’a := Bismillaahi majreehaa wa mursaaha inna Rabbi la ghafuurur Rahiim

    [QS 2:124] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia“. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim”.

    [QS 27:30] Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
    Kops surat Nabi Sulaiman a.s := “Bismillaahir rahmaanir rahiim”

    Sekarang kita urutkan berdasarkan kedatangan Rasulullah atau utusan Allah subhanahu wa ta’ala.
    Nabi Nuh a.s —> Nabi Ibrahim a.s —-> Nabi Sulaeman a.s
    Coba lihat konsistensinya….
    Nabi Nuha a.s := Bismillaahi …. Rahiim.
    Nabi Ibrahim a.s sebagai pengikut sunnah Rasul sebelumnya maka pada saat pembuatan rumah Ibadah di Mekkah
    (Ka’bah Baitullah) berdo’a juga := “Bismillaahir rahmaanir rahiim”
    Sehingga Surah At Taubah tidak di awali dengan Basmallah karena sudah ditempelkan / stempel oleh IMAM-nya manusia yaitu Nabi Ibrahim a.s adalah Bapaknya para Rasulullah, dan yang paling terakhir adalah Al Qur’an sebagai rahmatan lil ‘alamin (warisan dari Nabi Muhammad s.a.w)
    Bukti didalam Al Qur’an bahwa Nabi Ibrahim a.s dan putranya Nabi Ismail a.s (baca arti bara’) di stempel oleh Nabi Sulaiman a.s …. Clear 😀

    Baraah := Prosesi ujian keimanan Nabi Ibrahim a.s atas perintah pemotongan leher putra pertamannya yang bernama Nabi Ismail a.s karena ujianya “lulus” maka Allah subhanahu wa ta’ala mengganti dengan seekor “domba” sehingga umat Islam seluruh dunia memperingatinya dengan I’edul Qurban….. Clear 😀

    Perhatikan permutasi do’a Nabi Nuh a.s yaitu 3 asmaul husna…
    1. Allah
    2. Rabb
    3. Rahiim

    Sekarang perhatikan “Bismillaahir rahmaanir rahiim”
    1. Allah
    2. Rahmman
    3. Rahiim

    Harus SUPER CLEAR jika kalian memeggang Al Qur’an sebagai SOP atau penggangan hidup kalian

    Coba perhatikan kesalahan yang berkelanjutan….
    ————————————————-
    1. Imam Nabi Ibrahim a.s… berubah tulisan menjadi
    2. Imam Ali bin Abi Thalib… berubah tulisan menjadi
    3. Imam Ali…. berubah tulisan menjadi
    X. IMAM MAHDI…. 😛

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  83. haniifa said

    He.he.he dasar anak-anak teka.. bisanya cuma nyanyi POTONG BEBEK ANGSA 😀

    Suka

  84. haniifa said

    bara’ := putus
    bara’ah mashdar (kata dasar) bara’ jadi arti harafiahnya adalah “memutus atau memotong”…

    Coba kita aplikasikan :
    I’edul Qurban di bara’ maka I’edul Qur an… Clear 😀
    perhatikan dari Q u r b a n menjadi Qur an (baca: Kitab Al Qur’an)

    Kitab Al Qur’an umat ISLAM, sehingga setiap perayaan i’edul qurban diikuti oleh “pemotonngan” hewan ternak sebagai tanda syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  85. haniifa said

    Imam Ali… eh.. mas Ali pada saat memotong ANGSA dengan pisau tajam, maka beliau berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala:

    “Bismillaahir rahmaanir rahiim”

    Jadi… Daging angsa HALAL… Clear 😀

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  86. haniifa said

    Potong bebek ANGSA… masak di kuali … 😀
    Mas Arman, tentulah semua sahabat Nabi pasca Rasul SAW

    Mas Arman, tentulah semua sahabat Nabi Muhammad s.a.w pasca Rasul Muhammad SAW

    Pantesan nggak lulu-lulus axaptanya… 😛

    Suka

  87. haniifa said

    Damai… damai ama anak teka loba bugsy 😀

    Suka

  88. armand said

    @agor/haniifa
    Makasih. Saya hargai komennya mengenai ‘rekonstruksi sejarah’ meskipun bernada pesimis dan kurang menghibur 🙂
    Anyway, saya coba mengemukakan hal-hal berikut:
    (1) Kesimpulan mas yang menyatakan bahwa sejarah sangat sulit dan rumit untuk dikaji ulang sehingga hanya mungkin dilakukan di laboratorium pengkajian tidak untuk diblog mungkin benar pada satu sisi, tetapi menurut saya keliru pada sisi lain.
    Mas benar bahwa kita tidak akan mampu merekonstruksi kembali bagaimana kejadian sejarah masa lalu. Bukan saja ia berisi peristiwa-peristiwa yang kompleks, saling berkaitan, saling berurutan, tetapi juga karena ia sdh berusia ratusan tahun lalu (1400-an) dimana tidak ada saksi hidup yg bisa diharapkan utk menceritakannya. Jangankan ratusan tahun, baru 1-2 minggu yang telah lewat kita juga akan mengalami kesulitan untuk melakukan rekonstruksi secara penuh.
    Namun tidakkah terpikir serius oleh mas, bahwa kita punya sumber-sumber informasi, kitab sejarah, hadits-hadits, dll yang dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk membayangkan sebagian dari peristiwa-peristiwa sejarah yang sempat terekam? Okelah kita mengakui bahwa begitu banyak sumber dan begitu banyak keberpihakan dan penentangan thd masing-masing sumber, namun bukankah kita bisa menyepakati mana sumber informasi yg bisa dijadikan rujukan? Saya masih belum mengerti bagaimana kita bisa menerima dan meyakini mengenai keberadaan Nabi saw, kelahiran, kehidupan masa kanak-kanak, dewasa, hingga wafatnya Nabi saw, keberadaan para sahabat bahkan detil dengan sifat dan pribadinya, urutan kekhalifahan, dan lain sebagainya. Namun jika disinggung mengenai sejarah Islam dan para sahabat, lantas ada indikasi untuk menolak! Di satu sisi kita mengakui bahwa pengetahuan kita mengenai seluruh keberadaan para pelaku sejarah adalah berdasarkan kitab-kitab sejarah dan hadits-hadits dan anehnya kita bisa menerimanya dengan bulat tanpa reserve. Sementara di sisi lain kita katakan tidak mau mempercayai sejarah. Bagi yang biasa menggunakan nalar untuk mencari kebenaran, hal ini sungguh kontradiktif dan tidak dalam jalur logika.
    Jika kita akui bahwa pengetahuan tentang Nabi saw, para sahabat serta peristiwa-peristiwa yang mengiringinya berdasarkan kitab-kitab sejarah dan hadits-hadits, maka jika ada orang yang berkeinginan untuk menunjukkan dan mengingatkan hal-hal yang lebih detil dan yang dianggap belum teranalisis, yang mereka juga mengambil informasi dari kitab-kitab yang sama dan dari buku-buku hadits yang sama pula, sejatinya bagi yang ingin mencari kebenaran menerima info-info tsb dengan tangan terbuka, paling tidak bukan dengan apatis, sinisme dan penolakan

    (2) Mas mengatakan, “…..tentulah semua sahabat Nabi pasca Rasul SAW tentulah taat Allah dan RasulNya, kalau tidak taat, betapa kita (dan boleh jadi) kita tidak akan pernah bisa membaca AQ secara digital.”
    Benarkan semua sahabat Nabi taat kepada perintah Nabi saw dan Allah swt seperti yang mas katakan?
    Kalau mas mau dan bersedia meluangkan waktu untuk menelaah sejarah kehidupan Rasul saw dan membaca serta menganalisa dari hadits-hadits (hadits Bukhari/Muslim saja), maka mas akan menemukan bahwa peryataan mas di atas terlalu tergesa-gesa dan sangat prematur.
    Mas juga bisa membuka-buka AQ di surah 9, dimana sebagian ayat-ayatnya menceritakan tentang perangai dan tindak-tanduk orang-orang yang mas anggap sahabat.
    Saya coba memberikan satu contoh saja untuk mengingatkan kita. Diperlukan hati dan pikiran yang jernih memang.
    9:101. Di antara orang-orang Arab yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.
    Alquran mencatat kemunafikan ini sudah muncul semasa Rasul saw masih hidup. Bagaimana setelah meninggalnya Rasul mas?

    Semoga bermanfaat. Terima kasih sdh menyediakan ruangan ini untuk saling berbagi pendapat dan keyakinan.
    Damai…damai

    @
    Iya Mas Arman, begitulah. Mas juga tahu, betapa tuduh dan tafsir paska wafatnya Rasul SAW bertebaran. Mas Arman tentu lebih memahami. Catatan Mas menjadi perhatian agor. Setiap membaca masalah yang berkait ke riwayat kekuasaan. Terus terang, selama ini tidak agor pahami dengan tekun, karena alasan itu (Mas Arman tentu memahami sebabnya).

    Suka

  89. haniifa said

    Sory saya koreksi dulu menurut selera ogut oke 😀

    Al Qur’an mencatat kemunafikan ini sudah muncul semasa Rasul Muhammad s.a.w masih hidup. Bagaimana setelah meninggalnya Rasulullah mas

    Jadi saudara-saudara mengerti bukan, kenapa Rasulullah (baca: Nabi Muhammad s.a.w) lebih menyukai tinggal di Madinah hingga akhir hayatnya… ?! sebab itu tadi….
    1. Al Qur’an surah Qurasy… jaminan Alhul bait tetap ada di Mekkah.
    2. Perang polemik, lebih dasyat di Medinah… sebab di Mekkah tidak ada Yahudi yang jauh lebih licik.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  90. indra1082 said

    Yang Gagal adalah Umatnya yang tidak mau mengikuti Rasulnya

    @
    hm… mudahan tidak ya, mungkin prosentasenya yang kecil 😦

    Suka

  91. Anonim said

    Mohon maaf, koreksi:
    1. Al Qur’an surah Qurasy… jaminan dari Allah subhanahu wa ta’ala bahwa Ahlul bait tetap ada di Mekkah.

    Suka

  92. armand said

    @haniifa
    Saya belum paham maksud mas: “1…jaminan Ahlul bait tetap ada di Mekkah” dan “2….sebab di Mekkah tidak ada Yahudi yang jauh lebih licik.”
    Hubungannya apa mas antara jaminan Ahlul bait dan tetap ada di Mekkah? Kaitannya juga apa ya dengan Nabi Muhammad saw lebih menyukai tinggal di Medinah? Pake jurus si pitung aja lah.
    Setahu saya Yahudi tinggalnya di Medinah bukan Mekkah. Rasul saw sering berseteru dengan kaum mereka.

    @Indra
    Sesungguhnya kesimpulan ini sudah tentu disepakatinya semua umat Muhammad saw. Namun pertanyaan intinya adalah apakah kita memiliki kemauan dan kebesaran jiwa untuk bersedia menelaah lebih dalam mengapa terjadi kegagalan bahkan jika ia menyinggung pribadi-pribadi sahabat Nabi saw yang selama ini tertanam di memori kita sebagai pribadi-pribadi yang tanpa cacat cela?
    Bersediakah kita untuk membicarakannya di blog (ini)? Itu sih pointnya menurut saya.

    Damai….damai

    @
    Pernyataan Mas Arman yang terakhir begitu menggelitik, dan selama ini sengaja saya hindari.
    Mengapa?
    Karena hal ini langsung beradu pada kutub pemikiran bahwa Kepemimpinan adalah amanat Allah yang menempatkan pemimpin (khalifah) kaum muslim adalah juga amanat (ditetapkan) oleh Allah. Istilah sederhananya menjadi “takhta suci”. Atau dalam bahasa Syiah dikenali sebagai imamah. Kemudian juga ada pandangan terhadap kepemimpinan ini dengan taat kepada ahlul bait, keturunan Rasul. Begitu juga Sunni memiliki model pemikiran tersendiri mengenai masalah ini. Kalau pembahasan mengalir pada konsepsi ini, seperti yang sudah dilakukan banyak sekali pakar-pakar yang di masa lalu dan kini selama berabad-abad, kita akan tahu hasil akhirnya. Seperti yang mas sampaikan :
    “…bahkan menyinggung pribadi-pribadi sahabat-sahabat Nabi saw yang selama ini tertanam di memori kita sebagai pribadi-pribadi yang tanpa cacat cela !”.
    Pribadi-pribadi itu, tentu memiliki fans yang juga akan membela lagi dengan segala dan seluruh argumennya. Begitu juga sebaliknya. Bahkan sejarah juga sudah melihat, hadis yang diterima atau diakui derajat keshahihan kedua kutub pandangan yang berbeda itu bisa saling tidak mengakui.

    Sedangkan agor, masih sangat pesimis bahwa mengungkapkan hal-hal ini tidak akan cukup mampu dijalani oleh seorang intelektual sekalipun. Saya suka membaca dan mengagumi beberapa karya tertulis dari Muttaharri atau beberapa karya tertulis ayatullah r. Khommeini, dan lain-lain. Sama juga suka mengagumi Umar bk, Abu Bakar, dan etos-etos kepahlawanan lainnya. Namun, secara keseluruhan, memang lebih menyukai membahas logik dan hati. Jika menyangkut orang-orang, dimensi politik dalam Islam, sangat selintas karena memang agor sendiri tidak berada pada lingkup ideologi-ideologi kekuasaan.
    Jadi, kembali ke pointnya Mas Armand, saya memang menghindari pembahasan internal Islam dalam blog ini karena alasan di atas. Semoga Mas Armand memakluminya.
    Wass, agor.

    Suka

  93. aburahat said

    @indra1082
    Benar mas, kalau menurut saya digagalkan. Saya berdasarkan hadits mas. Kita harus melihat kebenarannya jgn hanya pasrah dan taglik sebab Firman Allah tegas,
    Surah lukman ayat 21 :

    “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah.” Mereka menjawab: “(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” Wasalam

    Suka

  94. truthseeker said

    @armand Berkata:
    Agustus 5, 2008 pada 12:29 pm
    Very clear dan lugas.

    @Agor
    Realita harus dihadapi dan dimanage..:)
    Jika kita menutup mata dari relita maka ia akan menusuk dari belakang

    Saya yakin orang sekaliber mas Agor tidak akan terjebak dalam caci maki, tuduh menuduh, claim mengclaim, walaupun mendalami masalah apapun… :mrgreen:
    Karakter & kapasitas seseorg yg menyebabkan dia bereaksi, bukan apa yg dipelajarinya.

    Wassalam

    @
    Mas Truth, saya sendiri tidak yakin bahwa saya tahan terhadap caci maki, tuduh menuduh, dan klaim mengklaim. Persoalan dalam komunikasi kepada sejawat saja sering kelabakan… 😀

    Suka

  95. haniifa said

    @Armand
    Saudara bisa memberikan perumpaan buat saya, nah sekarang saya umpamkan saudara pimpinan sebuah pasar yang akan mengumumkan sesuatu aturan kepada para pedagan, OK.
    Kenyataan dipasar : ada pedagang sayur, pedagang buah, pedagang ikan, pedagang kelontongan, pedagang… dll, banyak sekali.
    Insya Allah saya yakin saudara memberikan pengumuman yang menghimbau pedagang cukup “Hai para pedagang”, tegasnya tidak saudara sebut satu per satu…. atau misalnya:
    *** PENGUMUMAN BUAT PEDAGANG ***…
    Analogi diatas dapat saudara gunakan untuk menterjemaahkan mengenai “Ahlul Bait”, tegasnya AHLUL BAIT itu tidak hanya di kota Mekkah,Arab Saudi saja, tapi juga di kota Yerusalem, Palestina.

    Keturunan Nabi Ibrahim a.s + Sarah := Ahlul bait di Masjidil Aqsha
    Keturunan Nabi Ibrahim a.s + Hajar := Alhul bait di Masjidil Haram

    *** Hai Alhul Bait := (Baitul Atiq, Baitul Ma’muur, Baitul ma’dis) ***

    Coba simak sekali lagi, firman Allah subhanahu wa ta’ala :
    (saya sarankan saudara membacanya satu ‘ain)
    [QS 28:12] dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

    Jelasnya ayat tersebut diatas := Nabi Musa a.s dikatakan seorang Ahlul Bait oleh saudaranya…
    Sekarang perhatikan Al Qur’an surah At Taubah ayat 30.
    [QS 9:30]Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?

    Ahlul bait (Nabi Ibrahim a.s + Sarah) := Yahudi dan Nasrani… Yahudi dikutuk, dan Nasrani tersesat, sehingga tidak ada jaminan Ahlul bait di Yerusalem, Palestina (baca: hati-hati bukan tidak ada sama sekali)

    Ahlul bait (Nabi Ibrahim a.s + Hajar) := Dengan berpegang kepada Al Qur’an surah Al Ikhlas… jaminan tetap tidak menyekutukan Allah (baca: sehingga Nabi Muhammad s.a.w memuji Ali bin Abi Thalib… saat membaca surah Al Ikhlas 3x dalam satu nafas)

    Saudara bertanya: Saya belum paham maksud mas: “1…jaminan Ahlul bait tetap ada di Mekkah” dan “2….sebab di Mekkah tidak ada Yahudi yang jauh lebih licik.”

    APAKAH SAYA MENYEBUTKAN ADA “YAHUDI” DIMEKKAH ?! TIDAK KAN.
    KARENA KAUM YAHUDI DIKUTUK DAN DI CORET SEBAGAI AHLUL BAIT. (hati-hati kaum berarti kumpulan orang)

    Coba baca berulang-ulang Al Qur’an surah Qurasy ayat 1-4:
    “Bismillaahir rahmaanir rahiim”
    1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
    2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
    3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah).
    4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

    Perhatikan ayat 3, Insya Allah saudara akan menjupai orang yang kerjanya hanya mengepel lantai Ka’bah seumur hidupnya, dan mungkin saja beliau tidak pernah tahu silsilah keluarganya bahkan sekolahpun tidak.
    Orang yang bekerja tersebut := AHLUL BAIT.. PAHAM.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  96. haniifa said

    @Armand
    Hubungannya apa mas antara jaminan Ahlul bait dan tetap ada di Mekkah? Kaitannya juga apa ya dengan Nabi Muhammad saw lebih menyukai tinggal di Medinah? Pake jurus si pitung aja lah.

    Saudara tahu sejarah “ketajaman” Pedang Ali bin Abi Thalib ?!

    Rasakan “ketajaman” KOMENTAR-KU…

    Suka

  97. haniifa said

    @Truthseeker
    Saya yakin orang sekaliber mas Agor tidak akan terjebak dalam caci maki, tuduh menuduh, claim mengclaim, walaupun mendalami masalah apapun…
    Karakter & kapasitas seseorg yg menyebabkan dia bereaksi, bukan apa yg dipelajarinya.

    Ingat pertanyaan soal IMAM jum’at ?!

    Agorsiloku := Mohon maaf mas Haniifa.
    Trutseeker := Mohon maaf mas Haniifa.

    Suka

  98. haniifa said

    @Arman
    Bukti “ketajaman” komentar-ku.
    Di casi-maki tapi mohon minta maaf, bukan ?! —::Click Me::

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  99. truthseeker said

    @Haniifa
    Apa tiak ada hadits yang shahih (tafsir Rasulullah ttg QS:33:33) ataupun tafsir2 dr mufassir lainnya shg mas Haniifa berakrobat dg tafsir mas Haniifa?

    @Agor
    Saya pikir diskusi ttg tafsir terutama adalah berawal dr tafsir yang ada dan Hadits/asbabun nuzul. “Tafsir” kita adalah:
    1. Jika ada banyak tafsir yg berbeda dr mufassir, shg tentu kita mengemukakan alasan kita knp memilih tafsir si fulan.
    2. Jika tafsir msh belum jlas shg tafsir tersebut masih perlu ada penafsiran lanjutan.

    Maaf jika tdk berkenan, ini hanya usulan agar lebih runut dan tertata krn kita kan tdk bisa “main2” dlm masalah tafsir.

    No offense…pisss..pissss…pisss..

    Wassalam

    @
    Mas Truth, ini memang tantangannya. Saya lebih suka memilih kata, :”menurut pemahaman saya”. Kalau diperlukan, saya ambil pemahaman kata si A, si B, atau menurut saya Allah menjelaskannya begini. (prinsip utama tafsir kan ayat menjelaskan ayat).
    Saya juga tidak menemui petunjuk di AQ bahwa AQ akan dipahami melalui tafsir, tapi dari hidayah dan hikmah.
    Jadi tafsir dalam akal saya, tidak lebih dan kurang hanya komparasi pemahaman dan pembelajaran. Manfaatnya jelas ada, memutlakannya jelas tidak. Makin banyak sumber, tentu selalu makin baik. 😀

    Suka

  100. armand said

    @agor
    Trim’s buat komennya
    Saya mengerti dan memahami benar posisi mas dan tentu saja saya tdk bisa memaksakan keinginan saya untuk meneruskan diskusi ‘peka’ ini. Terserah mas saja 🙂
    Tapi mas truthseeker bilang itu bagus juga lho:
    “Realita harus dihadapi dan dimanage.. 🙂
    Jika kita menutup mata dari relita maka ia akan menusuk dari belakang”

    Mudah-mudahan suatu saat nanti mas Agor tidak lagi berkeberatan, risih dan sungkan menulis dan menelaah persoalan ini di blog mas Agor dan mengomentari secara positif.
    Cuman teman-teman mas truthseeker, mas aburahat dll yang memulai ‘kasus’ ini tentu punya pemikiran lain.

    Suka

  101. agorsiloku said

    Mas Arman, saya pindahkan postingan mengenai kepemimpinan/pemerintahan/kekuasaan ke postingan baru. Judul postingan sedikit membatasi, namun memang hampir semua postingan yang dibuat memang berfokus pada AQ.
    Mudah-mudahan dari sini ada yang bisa kita lihat dan pembahasan ada pada garis ridhaNya. Bukan untuk cari menang, tapi kita belajar dari kalam ilahi.
    Wass, agor

    Suka

  102. haniifa said

    @Truthseeker

    truthseeker Berkata:
    Agustus 6, 2008 pada 11:06 am

    @Haniifa
    Apa tiak ada hadits yang shahih (tafsir Rasulullah ttg QS:33:33) ataupun tafsir2 dr mufassir lainnya shg mas Haniifa berakrobat dg tafsir mas Haniifa??

    Adakah dipostingan ini saya berbicara Al Qur’an SURAH 33 ayat 33 ?!

    Mr. Badut ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  103. haniifa said

    Realita harus dihadapi dan dimanage…. 😀

    Suka

  104. truthseeker said

    @Agor

    Saya mengerti yang mas Agor maksud, saya juga tentu menggunakan akal saya sebaik mungkin. Namun ada hal2 yg sdh ditetapkan yg kita “tidak perlu” membuat sejarah/arti baru.
    Misalnya nih mas Agor dr isu yg paling hangat.. :), tentang ahlul bayt, jika sudah ada asbabun nuzul dan hadits Rasul yg menerangkan siapakah mereka ahlul bayt yg dimaksud di QS:33:33. Maka seolah2 dg premis mas Agor td kita bisa membuat arti baru menurut “akal” kita diluar yg sdh ditentukan oleh Rasulullah?. Inikan jadi membingungkan saya.
    Jadi seperti yg dijelaskan di AQ sendiri, ada ayat2 yang jelas: QS:3:7.
    Misal lagi, mengenai perintah shalat, apakah masih terbuka bagi kita menafsirkan jumlah shalat wajib? Bukankah tidak disebutkan di AQ? Bagaimana hanya dg akal saja mas Agor bisa menemukan jumlahnya?
    Ini mas Agor yg saya maksudkan bhw tafsir tidaklah sebebas2nya, walaupun jg saya tdk mau terjebak bhw kita sendiri tdk berhak.

    Wassalam

    @
    Ahlul Bayt artinya kan keluarga. Dalam konteks ayat 33:33 itu maksudnya keluarga nabi, penghuni rumah Nabi. Kemudian masyarakat Islam mengenali ahlul bayt adalah keluarga Nabi, ya sah-sah saja. Agor kira tidak ada masalah sama sekali. Allah juga menegaskan, Allah menghendaki keluarga Nabi dibersihkan sebersih-bersihnya, ya sangat masuk di akal. Namanya juga keluarga Nabi. Ada hal khusus (seperti tentang hijab), Nabi enggan menyampaikan, tapi Allah menjelaskan. Isteri-isteri Nabi tidak boleh dinikahi lagi sepeninggal Nabi adalah komponen-komponen informasi yang menunjukkan bahwa penegasan Allah itu begitu clear.

    Sedang mengenai perintah shalat, jelas bahwa di situ ada contoh dan berlangsung terus menerus dari masa ke masa. Nabi adalah contoh nyata bagaimana melakukan shalat dan saksinya semua ummatnya. Kalau cara sholat dalam situasi sulit, Allah juga menjelaskan (misal shalat dalam masa perang atau dikejar musuh). Saya kira, dalam konteks ini, tidak ada keraguan dan para ulama bersepakat dan dalilnyapun begitu lengkap. No doubt. Begitu juga cara haji, petunjuk haji yang dimulai dari jaman Nabi Ibrahim sampai contoh yg diberikan Nabi. Secara prinsip tidak ada yang terputus seharipun prosesi ritual ini. Jadi kalau ada orang mengakali dengan akalnya, menjadi jelas juga bahwa dia tidak taat kepada Rasul.
    Memang kerap ini dijadikan alasan untuk “kepentingan penafsiran” sehingga ada dimunculkan shalat berbahasa Indonesia (dan kasus serupa di turki dan di abad-abad lampau). Atau juga mengkultuskan Nabi dalam sejarah sempat terjadi. Yang begini, kita tahu dari “hati” kita ada penyimpangan (meski kita tidak mengatakannya sekalipun).
    Jelas akal tanpa hidayah Allah lebih logis disebut pikiran. Akal orang Islam mengkombinasikan ketaatan dan akal. Ibadah tanpa akal juga diminta untuk tidak ibadah saja…. 😀

    Mudah-mudahan komentar balasan ini tidak menyakiti Mas ya. Jangan panggil saya dengan sebutan lain juga ya (baik pujian atau celaan – sebenarnya pesan ini bukan untuk mas, saya hanya ingin menempatkan di sini saja. Tentu mas mengerti maksud saya 🙂 ). Sebaik-baiknya sebutan, adalah yang menyenangkan hati pendengar/pembacanya. Insya Allah, kita berharap dicatat sebagai pahala, betapapun kecilnya.
    😀

    Wass, agor.

    Suka

  105. haniifa said

    Realitanya adalah….
    Saya suka dan kagum dengan tulisan saudara :
    Realita harus dihadapi dan dimanage..
    Jika kita menutup mata dari relita maka ia akan menusuk dari belakang

    Makanya saya simpan… 😀

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  106. haniifa said

    Realita ?!
    Pakai “mata domba” untuk latihan operasi… Clear 😀

    Adakah dipostingan ini haniifa menulis [QS 33:33] ?! 8)

    Suka

  107. truthseeker said

    @Haniifa

    Adakah dipostingan ini saya berbicara Al Qur’an SURAH 33 ayat 33 ?!

    Setiap mas bicara Ahlul Bayt yg disucikan (Imam Ali, Sayyidah Fatimah, Imam Hasan & Imam Husein) maka yang dirujuk adalah QS:33:33, tp terserah mas Haniifa sihh mau ngeles (saya nyerah dehh dg ilmu ngels mas Haniifa… :mrgreen: ), tp saya dan rekan2 lain (mungkin) langsung menguhubungkan ke QS:33:33.
    Mas Haniifa, malah jadi pertanyaan kenapa mas tdk mengikutkan QS:33:33 pada saat bicara Ahlul Bayt, pakah mas Haniifa juga alergi?.. :mrgreen: atau mas sdg menyembunyikan sesuatu?.
    Kalau mas Haniifa mengijinkan diri sendiri utk berakrobat dan ujug2 bicara ahl bayt (dr mn sihh mas hubungannya dg topik kita? mohon pencerahannya.. :mrgreen: ) terus kenapa saya tdk boleh menghubungkan dg QS:33:33? yg padahal masih sangat relevan dg yg mas bicarakan (mestinya mas berterima kasih lhoo sama saya yg sdh menanggapi, kan gak etis kalau mas dibiarkan berkoar2 tanpa ada yg menanggapi)…:)

    Wassalam

    Suka

  108. haniifa said

    @truthseeker
    Tanya dunk… biar jadi “realita” kenapa pakai “mata domba” untuk latihan operasi… dari pada mata kebo ?!

    Apakah Truthseeker “ALERGI” terhadap yang benar-benar betul… ?! 😀

    Jujur dunk… diri sendiri, pisss pusss posss

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  109. haniifa said

    hua.ha.ha
    Jangan tanya sama saya, oke.. oke.. keok

    Sebab haniifa juga nggak tahu kenapa nggak nulis, yang kamu tuli… eh tulis 😀

    Suka

  110. truthseeker said

    @Haniifa
    Bisa ditunjukkan dimana alerginya saya, supaya saya bisa belajar. Apalagi kl betul saya sampai alergi dg kebenaran, wahh itu saya sangat takutkan, mencari kebenaran koq takut/milih2…hehhehe..insyallah tidak.
    Mas Haniifa jangan alergi untuk lugas ya mas.. :mrgreen:

    Wassalam

    Suka

  111. haniifa said

    Siapa yang alergi soal AHLUL BAIT ?! (badut seeker)

    Coba baca berulang-ulang Al Qur’an surah Qurasy ayat 1-4:
    “Bismillaahir rahmaanir rahiim”
    1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
    2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
    3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah).
    4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

    *** Al Qur’an surah ini acapkali saya baca juga setiap SHALAT ***

    Perhatikan ayat 3, Insya Allah saudara akan menjupai orang yang kerjanya hanya mengepel lantai Ka’bah seumur hidupnya, dan mungkin saja beliau tidak pernah tahu silsilah keluarganya bahkan sekolahpun tidak.
    Orang yang bekerja tersebut := AHLUL BAIT.. PAHAM. –::CLick Me::

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  112. haniifa said

    @truthseeker
    Sudah saya tunjukan kepada mas saya tidak alergi pada ahlul bait
    sekarang….

    Mas jangan alergi untuk “lugas” dan “TEGAS” ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  113. haniifa said

    @Truthseeker
    Baik karena saudara “ngotot terus”… silahkan simak sendiri dan cari kebenaran sendiri menurut pemahaman saudara…, tolong perhatikan yang saya cetak tebal {bolt}

    Allah subhanahu wa ta’ala berfirman pada surat Al Ahzab ayat 33:
    [QS 33:33] dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

    Siapakah yang Shalat, Zakat dan membersihkan diri sebersih-bersihnya (baca: ahlul bait yang Tath-hiiraa) itu adalah…..

    Coba perhatikan ayat ke 4 dari: Al Qur’an surah Qurasy ayat 1-4:
    “Bismillaahir rahmaanir rahiim”
    1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
    2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
    3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah).
    4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

    Jelas Allah subhanahau wa ta’ala telah memberikan keleluasaan makanan, keamanan… dll, bukan ?!

    Wajar sekali kalau mereka (ahlul bait) berdosa, maka azabnya adalah dua kali lipat manusia biasa…
    (Saudara mungkin faham sekarang kenapa janda-janda Nabi Muhammad s.a.w di HARAM-kan di tikah oleh Manusia biasa)

    Astaghfirullah….
    Begitu berat bukan, beban para ahlul bait ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  114. haniifa said

    @Truthseeker
    Kalau saudara masih kurang yakin, saya cuplik sebagian…
    [QS 33:33] dan hendaklah kamu tetap di rumahmu
    Silahkan saudara Truthseeker lihat konsistenitas saya:
    Insya Allah saudara akan menjupai orang yang kerjanya hanya mengepel lantai Ka’bah seumur hidupnya, dan mungkin saja beliau tidak pernah tahu silsilah keluarganya bahkan sekolahpun tidak.
    Orang yang bekerja tersebut := AHLUL BAIT.. PAHAM. –::CLick Me::

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  115. truthseeker said

    @Haniifa

    Bisa bantu jelaskan Asbabun Nuzul ttg QS:33:33, dan juga penjelasan Rasul ttg ayat tsb?

    Terima kasih. Untuk yg lainnya tambah bingung saya..(tp gpp).. :mrgreen:

    Wassalam

    Suka

  116. haniifa said

    @Truthseeker
    Ok, bisa ?? yaitu sebabnya anda plitat-plintut… 😀

    Suka

  117. truthseeker said

    @Haniifa
    Ya udah gak usah dipaksakan mas… :mrgreen:

    Wassalam

    Suka

  118. zal said

    :: 🙂 :mrgreen: 👿

    Suka

  119. aburahat said

    @Haniifa
    Anda klu tdk mengerti mengenai Ahlul Bait dlm QS 33:33. Tdk usah komentar dgn menghina. Cara anda berkomentar sok ahli tafsir. Kami semua sedang belajar (terkecuali anda). Oleh karena itu setiap ayat terjemahan dan tafsir kami merujuk pada mufasir, dan hadis kami belajar dr kitab shahih yg ada. jd kami berkomen berdasarkan nash dan kami coba menggali kebenaran dan bukan mencari musuh dgn mencaci maki. Saya tdk tahu anda belajar akhlak dari mana. Wasalam

    Suka

  120. haniifa said

    Astagfirullah…
    Silahkan itu kehendak bebas saudara…
    Seperti saudara diserang dalam postingan masalah TAKDIR oleh rekan saudara sendiri truthseeker, INGAT ?!

    Saudara sendiri yang kelimpungan, memjawab pertanyaan kritis Mr. Badut Seeker bukan ?!

    Nuansa menjatuhkan postingan saudara yang saya rasakan, CATAT ITU

    Kita sama-sama secara tidak langsung menjatuhkan orang yang akan menulis BUKU tentang TAKDIR, INGAT !!!
    (Insya Allah, niat kita sama-sama mencari kebenaran… biarlah Allah subhanahu wa ta’ala… yang mengganti rizki beliau, AMIN)

    Sekarang saudara saling bahu-membahu menjatuhkan saya, yang nota bene sebagai kontributor setia. It’s OK, No problemo… saya tidak mengharapkan PAHALA DUNIA tapi yang saya harapkan adalah PAHALA DUNIA DAN AKHIRAT…
    (silahkan simak kembali: Serupa tapi tak Sama)

    Mohon maaf saya teringat postingan mas:
    Orang Beriman Itu Resikonya Banyak Dihina !?

    Kesimpulan:
    Silahkan simpulkan sendiri sesuai postingan-postingan saudara sendiri… CLEAR

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  121. haniifa said

    Tidak usah berpura-pura…
    Pertanyaan saya silahkan jawab, sejujurnya pada diri sendiri..

    Apakah Asbabun Nuzul termasuk Al Qur’an ?!
    Jawaban saya sendiri adalah ..
    Asbabun Nuzul bukan bagian dari Al Qur’an tetapi sebagai pelengkap saja tentang sebab-akibat turunya ayat.

    Mohon maaf mungpun masih diberi kesempatan.
    Jika saya mencari Nomor Telephone yang bernama “John” dibuku KUNING.
    Maka saya akan mencari index, dan mengumpul Nama-nama John di bukut telephon tersebut.

    Analogi yang sama dengan diatas maka.
    ————————————–
    1. IMAM… saya cari dulu di Al Qur’an
    2. AHLUL BAIT … saya cari dulu dari Al Qur’an
    Selanjutnya…
    Saya cari korelasinya….
    JIKA HANYA JIKA masih merasa kurang maka…
    Saya cari di AL HADITS….
    JIKA HANYA JIKA masih merasa kurang maka…
    Saya tanya sama ULIL AMIR

    Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala….
    Saya mempunyai ULIL AMIR yang semodel dengan Khalifah Abu Bakr As Sidiq….

    Terima kasih, atas diberinya kesempatan kepada saya selama ini.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  122. agorsiloku said

    @ Ass.w.w. Mas Haniifa, and all.
    Mas keliru kalau saya diserang oleh Mas Truth Seeker atau siapapun. Tidak juga dijatuhkan. Setiap masukkan setuju atau menolak, mengkritisi atau memperbaiki, atau bahkan menggugurkan suatu hipotesis adalah sah-sah saja dan wajar. Saya tidak akan merasa terhina kalau postingan saya disalahkan. Bahkan saya terimakasih atas kontribusinya. Itu adalah dialektika akademis.

    Mas Haniifa juga keliru kalau berpikir saya bahu membahu menjatuhkan Mas. Tidak sama sekali, Tapi mas, bagaimana hati dan pikiran akan terbuka kalau dipanggil dengan sebutan seperti yang Mas sampaikan. Saya sampai tidak bisa lagi berkomentar pada komentar Mas, karena banyak komentarnya justru sebaliknya dari yang Mas harapkan.

    Kalau saya memiliki cara berpikir, dan diserang (saya lebih suka dikatakan : dimunculkan anti tesa terhadap tesa yang saya lemparkan). Saya berusaha untuk memahami (sebisa saya), dan kalau saya merasa keliru, maka alhamdulillah, ada kontributor yang mau meluruskan perkaranya.

    Kalau saya melemparkan postingan simpel dan ditanggapi/diluruskan. Saya juga berbahagia benar, karena tujuan postingan tercapai tanpa menggurui. Usaha-usaha ijtihad dari para kontributor dengan kekuatan kesalehannya atau kenakalannya berpikir, tentulah menjadi syiar untuk memilah dan memilih.

    Saya paham, saya jauh dari baik, jauh dari iman, jauh dari takwa, jauh dari kesalehan dan segala rupanya. Dan saya ingin ke sana. Sekali lagi ingin. Banyak yang saya tidak tahu, dan saya postingkan ketidaktahuan itu, kegelisahan itu. Dan Mas memberikan banyak jawaban, seperti kontributor lainnya selama 3 tahun terakhir ini.

    Tapi maaf Mas, kalau Mas memanggil semua kontributor itu dengan panggilan yang sepengetahuan saya berpotensi menyakiti/tidak menyenangkan orang lain, maka bukan esensi persoalan yang muncul, tapi kejengkelan/kemarahan dalam kata-kata. Lalu apa manfaatnya?.

    Sekali lagi, saya mohon maaf dengan penegasan ini. Justru karena saya sangat menghormati pandangan Mas. Kalau selewat dan memaki, saya biarkan dalam postingan, sebagai penanda langkah, sebagai pengingat. Tidak setiap langkah harus sesuai.

    Jauh di lubuk hati, harapan saya, Mas Haniifa dan rekan dapat memahami kegalauan saya.

    Wass, agor.

    Suka

  123. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All
    Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 26:

    Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

    Wassalam, @haniifa

    Suka

  124. aburahat said

    @Haniifa
    Soal pemahaman dan cara anda mendapatkan kebenaran itu urusan anda. Yg masuk sorga atau neraka adalah tanggung jawab masing2. Tapi yg kami minta jgn menghina apa yg diyakinin orang lain. Apalagi menghina dan mencemohkan kami2 yg turut berkomentar dlm blog ini. Apakah ini etika diskusi? Wasalam

    Suka

  125. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All

    Sungguh saya tidak ingin menyakiti hati siapapun.
    Insya Allah, hanya orang-orang yang tertindas maka akan bangkit. Dan yang saya lihat dari semua postingan mas dan rekan-rekan… banyak hal yang saya kagumi jauh dilubuk hati terdalam.

    Demi Allah, saya tidak bermaksud riya/sombong… mudah-mudahan dengan cara dikritis/dihina maka rekan-rekan Muslimim wal Muslimat akan bangkit saling mengasah, saling mengasuh dan saling mengasihi.
    Anggap saja saya sebagai batu asahan “yang buruk dan kasar” dan rekan-rekan semua adalah “Pedang” yang diasah sehingga lebih tajam.
    Atau sebaliknya jika saya “Pedang” maka saya anggap rekan-rekan sebagai “batu asahan”.

    Dengan rendah hati saya mohon maaf sebesar-besarnya, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memaafkan komentar-komentar saya yang berlebih-lebihan. AMIN

    Wassalam, @haniifa.

    @
    Mas Haniifa, saya juga mohon maaf atas kata-kata saya juga. Keep on smiling all the time.
    Semoga setiap titian kata menjadi anugrah dan pencerahan pada setiap derap dan desah kehidupan kini dan nanti. Keniscayaan dari Islam adalah menetapi kesabaran. (Duh ini yg agor paling susah !)
    Wassalam, agor.

    Suka

  126. yureka said

    @ haniifa..
    harus saya akui terkadang saya gemes juga sama sampean, tapi terkadang ide2 anda membuat saya kangen “debat” sama sampean. Hanya perlu dikit di amplas komentarnya biar halus sedikit.

    Memang benar Allah tidak segan membuat perumpamaan yg bahkan sangat buruk untuk manusia yg tidak beriman. Tapi tidak untuk mas Haniifa, apalagi perumpamaan itu langsung pada person tertentu.

    Sedangkan komentar mas Haniifa no:122 pada esensinya saya sangat mendukung.

    Salam khusus saya buat mas Haniifa untuk tetap muncul di blog ini dengan performa yang makin asyik.

    Suka

  127. armand said

    @haniifa/Agor/aburahat
    Mas agor dan mas aburahat kayak ga ngerti aja…. 🙂 Anggap saja wiro sableng lagi kumat. Omongannya rada kasar memang tapi terkesan konyol, jadi terus terang di hati lubuk paling dalam saya geli. Geli benar-benar geli :mrgreen:. Bukan karena isi tulisannya yg ‘semrawut’ tapi gaya bicaranya yg sangat terbuka dan kasar namun konyol.
    Beradu agumentasi dg mas haniifa seperti mengejar dan menusuk-nusuk tikus di lumbung padi. Kejar ke di sini, lari ke sana, tusuk di pangkal, muncul di ujung. Sehingga kadang males mau ngejar (ngejawab) dan berpikir lebih baik nunggu sampai tikus diam dan menampakkan batang hidungnya.
    Toh, tetap saja tikus merupakan bagian dari rantai makanan bukan? :mrgreen:
    Salam buat haniifa. Ga ngambek kan?

    Suka

  128. truthseeker said

    @Haniifa
    Jangan ngambek krn mas Agor sedang melakukan tugasnya sbg tuan rumah yg baik. Yaa memang harus begini sebagai tuan rumah yang jika ada tamu2nya saling berselisih (mas Agor salut anda seorang tuan rumah yg sempurna).
    Saya yakin mas Agor sendiri tdk terlalu ambil pusing thd cara mas Haniifa, tp mas Agor juga tdk bisa menafikan dampaknya thd orang lain dan juga tentunya thd etika yg berlaku.
    Bagi saya sendiri? “no problemo”, wong saya masih santai2 saja koq. Cuma kadang2 saya dengan cara saya menyentil dengan dg tajam itu juga hanya bagian melihat bagaimana mas Haniifa bereaksi (hanya utk mengenali teman diskusi). Tapi disaat yang bersamaan saya akan tetap tajam menuntut teman diskusi saya utk logic dan runut. Tapi juga jika tdk mau logic dan runut saya juga tdk keberatan (cukup saya tidak ikut dalam diskusi tsb… :mrgreen: ).
    Jangan pernah marah/tersinggung jika ada kawan2 (termasuk saya) yg belum paham dg bahasa mas Haniifa. terimalah keberatan dr teman2 sbg bagian dr informasi dlm mengenali diri kita.

    @Agor
    Anda seorang tuan rumah yang adil (walaupun saya tahu berat bagi anda utk melakukan ini). Tidak amsalah mas Agor, semua akan belajar, jgn terpaku pd kondisi sesaat, mari kita lihat hasil (manis, pahit & getir) di masa depan.

    @All
    1. Mari kita hormati tuan rumah kita yg arif ini.
    2. Jangan goyah dengan kesulitan, kesulitan hanyalah bagian dr cara Allah menaikkan derajat seseorg.
    3. Setelah ini saya pikir kita akan menjadi lebih dekat/akrab, thx for mas Agor.
    4. Kita bukan sedang menyatukan pendapat, kita sedang menambah/memperkaya pilihan dan wacana kita utk nanti kita pertanggungjawabkan sendiri atas keputusan yg kita pilih.

    Keep smile we are family… 🙂 🙂 🙂

    Wassalam

    Suka

  129. aburahat said

    @Haniifa
    Alhamdulillah. Kita umat Islam adalah saudara saling memaafkan dan saling menasehati. Sama2 mas Haniifa. Kita semua jg punya kesalahan. Mari kita ambil hikmahnya dan menjadi pelajaran buat kita semua. Saya ingat waktu SMP dulu waktu belajar idiom: Every clouds have a silver lining. Damai damai .Wasalam

    Suka

  130. zal said

    ::akhirnya, terjadi juga…mudah-mudahan faham akan maksud…
    sebab berakhlaq baik diawali dengan tidak marah….

    @
    😀
    amin

    Suka

  131. haniifa said

    Assalamu’alaikum,
    @All

    yureka Berkata:
    Agustus 7, 2008 pada 9:46 am
    Hanya perlu dikit di amplas komentarnya biar halus sedikit.

    Memang benar Allah tidak segan membuat perumpamaan yg bahkan sangat buruk untuk manusia yg tidak beriman. Tapi tidak untuk mas Haniifa, apalagi perumpamaan itu langsung pada person tertentu.

    armand Berkata:
    Agustus 7, 2008 pada 10:50 am
    Bukan karena isi tulisannya yg ’semrawut’ tapi gaya bicaranya yg sangat terbuka dan kasar namun konyol.
    Beradu agumentasi dg mas haniifa seperti mengejar dan menusuk-nusuk tikus di lumbung padi. Kejar ke di sini, lari ke sana, tusuk di pangkal, muncul di ujung. Sehingga kadang males mau ngejar (ngejawab) dan berpikir lebih baik nunggu sampai tikus diam dan menampakkan batang hidungnya.
    Toh, tetap saja tikus merupakan bagian dari rantai makanan bukan?

    truthseeker Berkata:
    Agustus 7, 2008 pada 11:18 am

    Tapi disaat yang bersamaan saya akan tetap tajam menuntut teman diskusi saya utk logic dan runut.
    Jangan pernah marah/tersinggung jika ada kawan2 (termasuk saya) yg belum paham dg bahasa mas Haniifa. terimalah keberatan dr teman2 sbg bagian dr informasi dlm mengenali diri kita.

    zal Berkata:
    Agustus 7, 2008 pada 12:01 pm

    sebab berakhlaq baik diawali dengan tidak marah….

    ============================================

    Selanjutnya sudilah rekan-rekan mengomentari haniifa, setelah membandingkan komentar berikut:

    john Says:
    April 11, 2008 at 6:21 am e

    Ada yang jual neeeeeh…. ?
    Gw beli dah….!!

    Alhamdulillah….
    Semoga Tuhan mengampuni Anda
    Eling lan Waspodo ya mas

    Haniifa KENAFA Gak Ganti aja namanya jadi h A N I I M AL ….
    atau H A n II FUCK biar lebih sangar

    kayaknya lbih cocok
    He3X…

    Komentar diatas dipostingan saya sendiri

    iwan Berkata
    Mei 19, 2008 pada 3:59 pm

    si Haniifa ini goblok banget, pertama dia gak bisa definisikan kata ‘pusat’ dari judul artikelnya sendiri, kedua dia nge judge mas suluh salah mendefinisikan kelaminnya, padahal suluh nulisnya
    “mas/mba” karena suluh benar2 nggak tau kelaminnya si haniifa ini laki/perempuan/bencong.

    cih orang2 gini ni yg sok2 pintar, cerdas, tapi otak nya gak lebih besar dari otak udang

    Komentar ini diambil dari postingan orang… —::Click Me::

    Bagaimana saran rekan-rekan yang budiman, sekarang ?!
    (Catatan: jika rekan-rekan yang budiman fans berat Imam Ali bin Abi Thalib)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  132. zal said

    ::Mas haniifa, apakah Iwan yang Mas maksud, Iwan berbeda persepsi tentang definisi “pusat” dengan Mas di Postingan “Mekah sebagai Pusat Bumi 4 itu ya…
    dan ttg Beliau ada Mas ulas pada saat menjawab comment saya yg sepert ini : “Saya tidak ingin membahas lebih banyak komentar mas Zal,
    Dimata saya mas Iwan kacau.com selain kafir, juga tidak menghormati Bangsa Indonesia yang berlandaskan kepada Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kebebasan memilih salah satu agama yang tercantum dalam UUD Negera”

    benar Iwan yg ini…yg dimaksud..

    Suka

  133. haniifa said

    Insya Allah, yang saya terima di postingan… sepertinya begitu.
    Jadi @Mas Zal sudah bertanya sama beliau ?!

    Suka

  134. dana said

    @Haniifa

    Saran saya:

    Santai aja man. Ndak usah ikutan gila.

    Suka

  135. haniifa said

    @Dana
    Anda beragama dan berakhlaq, bukan ?!

    (Insya Allah, sebagai user wp… anda tahu saya dapat informasi ini.)

    iwan said 13 hours ago:
    @atas saya
    1. buktikan klo Tuhan itu ada!
    (haniifa: maksudnya Allah subhanahu wa ta’ala)
    2. buktikan klo muhammad itu utusan Tuhan!
    (haniifa: maksudnya Nabi Muhammad s.a.w)
    3. buktikan klo Al-Quran itu dari Aseli dari Tuhan!
    (haniifa: maksudnya Al Qur’an cerita khayalan)

    Santai kah, Jika saya selalu bergantung kepada Allah subhanahu wa ta’ala ?!
    Santai kah, jika saya shalat ?!
    Santai kah, jika bacaan yang sejak kecil saya yakini kebenarnnya ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  136. haniifa said

    @Dana

    Kalau @mas Man Dana santai dan tidak bergantung kepada Allah subhanahu wa ta’ala…. jangan-jangan pernah memberi saran kepada saya… Clear.

    Kalau @mas Man Dana santai dan tidak pernah Shalat 5 waktu sebagai kewajiban umat Islam…. jangan-jangan pernah memberi saran kepada saya… Clear.

    Kalau @mas Man Dana santai dan tidak mempercayai Al Qur’an sebagi pengangan hidup (SOP) umat Islam…. jangan-jangan pernah memberi saran kepada saya… Clear.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  137. armand said

    @haniifa #131
    Jangan khawatir, mas…saya juga ga sreg dgn kata-kata yg buruk dan menghina pribadi. Masih banyak pembendaharaan kata yg bisa dipake kok. Jangankan fansnya Ali bin Abi Thalib, yang ngakunya cinta Rasul saw juga banyak menggunakan kata-kata kayak itu. Menurut saya sebaiknya kita tdk usah terprovokasi dan ikut-ikutan 🙂

    Damai…damai

    @
    Betul Mas. Jangan terprovokasi. ambilah yang baik, tinggalkan sendal yang buruk.

    Suka

  138. haniifa said

    Subhanallah…
    Insya Allah, saya tidak terprovokasi… semoga saja.
    Justru yang selalu mengganggu fikiran selama ini (tolong perhatikan tanggal beliau berdoa: April 11, 2008 at 6:21)

    Begini cara seseorang yang beragama mendo’akan seseorang ?!

    Alhamdulillah….
    Semoga Tuhan mengampuni Anda
    Eling lan Waspodo ya mas
    (Insya Allah, berdo’a menurut keyakinan beliau, walaupun saya ragu ber-do’a dalam agama apa beliau ?! )

    Haniifa KENAFA Gak Ganti aja namanya jadi h A N I I M AL ….
    atau H A n II FUCK biar lebih sangar
    (Contoh yang baik kah ?!)

    Adakah nuansa terprovokasi dalam menjawab pertanyaan beliau ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  139. dana said

    @Haniifa

    Anda ini gimana sih? Tadi katanya minta saran. Sekarang malah ngasih syarat segala. 😛

    Kalo gitu nggak usah minta saran aja sekalina. 😆

    Suka

  140. haniifa said

    @Dana
    Apakah anda termasuk sebagai :
    1. Yureka
    2. Armand
    3. Truthseeker
    4. Zal
    *** Lihat komen 131 ***

    Atau…
    Dana adalah John, begitu maksud sampean.
    Atau…
    Dana adalah Iwan, begitu maksud sampean.

    Suka

  141. haniifa said

    Bagaimana @Mask Man Dana, perlukah saya fokus-ken ?!

    Suka

  142. haniifa said

    zal Says:
    May 19, 2008 at 6:30 pm
    —::haniifa::

    ::subhanallah, istighfar…Mas, istighfar, bukankah tidak Allah ciptakan sesuatu dengan kesia-siaan, saya kira kacau.com, hanya sebuah perusahaan jasa online Mas, mungkin agak terlalu berlebihan juga rasanya menjudge sesorang kafir lantaran tidak berkeinginan membaca dimana dia tidak mendapatkan suatu keyakinan atasnya…, mungkin juga sebab tampilan web sitenya…lha memang biasanya hanya orang asing yang terbiasa menggunakan jasa online dalam berbisnis, bukan pribumi, sebab kita akan puas jika membeli langsung ke loket, sebab disana kepastian kita dapatkan, mohon maaf ya..jika yang saya sampaikan berlebihan… dan saya kira koq wilayah Allah, kita campuri, sementara Allah SAng Pencipta segalanya engga pernah tuh membuka siapa yang sudah dicapnya, sesat, kafir, musyrik atau yang sholihiin, mukminiin..atau apalah itu, kecuali yang disebutkan pada AQ, sebagai teladan…wassalaam…

    @mas Zal
    Astaghfirullah al’adzim…
    Ampunilah hambaMu yang lemah ini … Yaa Allah,
    Jauhkanlah kami dari api fitnah… Yaa Allah, Amin.
    –::@haniifa::

    ::mas Zal
    hanya sebuah perusahaan jasa online Mas… 😀
    Yang saya maksud 1 satu mas Iwan kacau.com adalah orang yang menulis

    iwan said 13 hours ago:
    @atas saya
    1. buktikan klo Tuhan itu ada!
    2. buktikan klo muhammad itu utusan Tuhan!
    3. buktikan klo Al-Quran itu dari Aseli dari Tuhan!

    Apakah dia bekerja di perusahaan tersebut ?? mas Zal tanya dunk
    Apakah dia atas nama perusahaan tersebut ?? mas Zal tanya dunk
    Apakah dia sendiri memfitnah perusahaan tersebut ?? mas Zal tanya dunk
    Apahah dia beragama ?? mas Zal tanya dunk
    Apakah dia yang mempromosikan perusahaan tersebut ?? mas Zal tanya dunk
    Apakah dia beragama ?? mas Zal baca dunk
    Apakah dia mendorong saya supaya kafir ???? mas Zal baca dunk
    Apakah saya meng-kafir-kan satu perusahaan ?? mas Zal baca dunk
    .
    .
    .
    Apakah dia menyadari kekeliruannya ?? Wallahu’alam.

    Allah subhanahu wa ta’ala berfirman pada surah Al Baqarah :
    __________________________________________________________
    Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israel meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. [QS 2:108]

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  143. haniifa said

    @MaskMan

    How do you feel today ?!

    Suka

  144. dana said

    @Haniifa

    Oalah, nanyanya sama mereka toh. Kirain nanya ama rekan-rekan yang budiman. Secara saya termasuk rekan yang budiman toh. 😆

    Ya udahlah kalo gitu. Pamit. 😀

    Suka

  145. zal said

    ::ya sudah, Mas haniifah, yang benar…,saya yang salah, maafkan saya ya.. Mas Haniifah…, semoga “benar” tersebut memberi manfaat bagi Mas Haniifah…

    Suka

  146. haniifa said

    @Dana
    Oa.. BUDI Man 😀

    Suka

  147. haniifa said

    @Zal
    ::Ya sudah, shalat subuh… dulu yach 😀

    Suka

  148. haniifa said

    Oa…oa… DanaZal…

    Oa…oa… DanaZal…

    Oa…oa… DanaZal…

    😀

    Suka

  149. zal said

    ::mas Haniifa, ada apa ya…???,
    sudah sholat…, sholatnya sudah bermanfaat belum …,
    kayaknya yang senangnya mencemooh, senangnya engga mau kalah…, engga senang jika dilemahkan…malah lebih dekat kearah dajjal dech…
    tapi kalau mas memang senang bisa mencemooh…monggo… teruskenn 🙂

    Suka

  150. haniifa said

    @Mas Zal
    Duhh… duh sori banget mas kemarin seehh nggak apa-apa, cuma sebel aja gituh… 😀
    —————————————–
    3 x haniifa + h := haniifaH
    “sampa” beda dengan “sampaH“….
    Kata mas Dana seeh “Tiga kali MAN” 😀

    zal, di/pada Agustus 12th, 2008 pada 6:15 pm Dikatakan:

    ::mas haniifa…, senang ya bisa mencemooh… ??? teruskan…, …teruskan…..
    sholat yuuk…habis itu cemooh lagi yuuk… baguusss….

    Jangan lupa shalat Isya.

    Suka

  151. haniifa said

    @Mas Zal
    ::mas Haniifa, ada apa ya…???,
    sudah sholat…, sholatnya sudah bermanfaat belum …,

    Sebelum shalat… saya Tath-hiira dulu atawa bersuci dulu dari hadats besar dan kecil biar maksum shalatnya, Insya Allah di ilhamkan ketaqwaan pada saat Shalat, setelah mungkin fujur lagi… trus taqwa lagi… dsb.
    Perut saya juga sering lapar.. terus walaupun kemarin makan “ngutang di warteg”… 😀

    Suka

  152. haniifa said

    @Mas Zal
    sudah sholat…, sholatnya sudah bermanfaat belum …,

    Saya ada ide, mas boleh coba sendiri yachh… tapi jangan bilang-bilang ide saya… oceh..

    Nanti kalau Jum’atan…. coba mas ludah-in IMAM-nya mas Zal.

    Insya Allah, kena tabok lu… 😀

    Suka

  153. zal said

    ::Mas Haniifa, itu mungkin penyebabnya Mas…, yang dibasuh hanya sebatas sisi luarnya, sedang marah, rasa cemooh, berasal dari dalam, kayaknya harus diresapkan dulu…, katanya kan Nabi Muhammad SAW, sebelum melakukan Isra’ dan Mi’raj disucikan dulu sisi dalamnya…,
    mungkin wudhu yang itu, merupakan perumpamaan pensucian kali ya Mas…

    Suka

  154. haniifa said

    hua.ha.ha.
    Masak musti dibelek dulu isi dadaku….

    Hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang tahu… dunk.
    Shalat saya bermanfaat atau tidak kembali kepada diri sendiri dan yang saya fahami adalah Allah Maha Pengampun… makanya diwajibkan shalat 5 waktu sehari-semalam.

    Dzikir bukan shalat….
    Tapi rukuk dan sujud membaca dzikir…
    Sehingga dzikir bagian dari ibadah Shalat….
    Jika berdzikir setelah shalat ya… lebih bagus dunk.

    Awas jangan terbalik…. Clear

    Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
    ————————————
    [QS 5:45]Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim.

    Hatiku luka… Oom, obatnya adalah:

    Haniifah bayar DaZal… Adil khan !! 😀

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  155. haniifa said

    Oom-ku bilang TEORI MAN
    …yang dibasuh hanya sebatas sisi luarnya, sedang marah, rasa cemooh, berasal dari dalam, .. bla..bla..bla

    Coba lihat sisi dalamnya @Mas Zal…

    zal, di/pada Agustus 12th, 2008 pada 6:52 pm Dikatakan:

    ::Mas Hanifa…yg engga pake h… maaf ya..salah ketik…maaf ya…. sholat dulu…nanti baru marah-marah lagi…. kan saya yang membuat marah…mas engga bakalan dosa kan… ya…entutku mambu pisan… opo neh…???

    Maaf salah ketik lebeh huruf “H” tapi korupsi Huruf “I”

    ::Mas Hanifa Haniifa… Clear 😀

    Suka

  156. Oh maaf dari keterangan yang saya dapat dari pusat ternyata Wahidiyah belum memiliki situs yang resmi.

    Mas/mbak mungkin memang susah untuk mencari kebenaran tentang ajaran ini karena memang harus di coba dulu. Tidak sedikit orang yang tadinya tidak percaya tapi ketika sudah mencoba dirinya langsung didatangi oleh beliau Rasulullah SAW.

    Suka

  157. haniifa said

    @Bhayu Senoaji
    Betul mas, sekarang coba dulu shalat wajib tepat waktu dan di masjid… kemudian coba terus shalat tahajud.

    Seeep saya setuju 100%.. 😀

    Suka

  158. haniifa said

    @Bhayu Senoaji
    Tidak sedikit orang yang tadinya tidak percaya tapi ketika sudah mencoba dirinya langsung lebih beriman dan bertaqwa

    Malah Nabi Muhammad s.a.w mendapat pesan dari Allah subhnahu wa ta’ala, salah satunya begini bunyinya:
    Dan pada sebahagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. [QS 17:79]… QS 17:80-81 do’anya.

    Kesimpulan saya setuju 100% dengan komentar no:157… 😀

    Suka

  159. Theo jamm said

    Orang2 ini kok repot sih, perkara pendek jangan dipanjang2kan.
    intinya ikut selamat kalau ndak ya terserah anda. Itu pilihan…
    tidak ada tolok ukur gagal atau berhasil dan itu sama sekali bukan tanggung Muhammad SAW.

    @
    saya gabung ya dengan komentar berikutnya :
    mksud saya tanggung jawab muhammad SAW
    salah ketik lagi yach hehehehehehe

    @Mas Theo Jam ini ada ada-ada saja, maksudnya tanggung jawab siapa gitu?
    Tapi kalau jadi tanggung jawab Muhammad SAW, rasanya sih nggak.
    gagal juga nggak.
    buktinya, saya ikut Nabi Muhammad juga, biar ngejalanin hanya bisa saupil….

    Suka

  160. Theo jamm said

    mksud saya tanggung jawab muhammad SAW

    Suka

  161. Theo jamm said

    salah ketik lagi yach hehehehehehe

    Suka

Tinggalkan komentar