Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

ATM NINO, PACAR KHANZA ADA Rp10 MILYAR

Posted by agorsiloku pada Juli 31, 2008

Gara-gara Sinetron Cinta Fitri yang sudah mulai membosankan, sempat juga nonton sinetron Khanza. Tapi buat agor sih lumayan deh Khanza, dari pada sinetron iblis dan setan bergentayangan. Hampir nggak ada seninya, kecuali eksplorasi “kekonyolan mistis”.
Ada beberapa, kalau Cinta Fitri mengingatkan sama Damien Omen, Sang Dajjal. Kalau Khanza seeh nggak. Barusan, Nino dituduh melakukan blackmail ke Ibu Tineke dan Omanya Khanza itu mengirimkan uang Rp 10 Milyar.
Kemudian, untuk membuktikan bukan Nino pelakunya, mereka bersama Khanza tentunya, setelah ditemukan datang ke ATM (Sutradaranya nggak nyuruh panggil polisi). Dan ketika dicek, setelah tunggu “sedang diproses”, maka terpampanglah di layar monitor ATM Rp 10.000.000.000,- . Pas sepuluh milyar.
Aneh, logika-logika sederhana kadang dilupakan. Masa sih transfer ke ATM Rp 10 Milyar maka di ATM akan tersedia uang persis sebesar Rp 10 Milyar?. Emangnya ada bank di dunia ini yang mengijinkan saldo minimum nol rupiah.

Ah gpp kok, kan cuma sinetron.  Mungkin sebagian besar iya, tidak perduli ketidaklogisan.  Namun, ketidaklogisan yang konyol menempatkan pikiran di bawah karpet benar-benar menghilangkan ketegangan dan kelucuan Khanza !.

Sama juga, beberapa sinetron yang menganggu konsentrasi (tapi ditonton   😀  ).  Kalau si tokoh lagi mikir, maka pikirannya digantikan narasi/kata-kata.  Sepertinya pemirsa TV tidak bisa mengarahkan pikiran pada logika gambar ke pada logika pikiran.   Mungkin pemirsa sutradaranya menggunakan logika manajemen palu, sehingga semua tampak seperi paku.  Atau seperti polisi di sini yang salah mengambil kesimpulan sehingga tindakan menolong, menjadi musibah.

Tapi sudahlah, memang selera berpikir agor juga nggak jauh-jauh amat dari sini kok…. 😀

16 Tanggapan to “ATM NINO, PACAR KHANZA ADA Rp10 MILYAR”

  1. chiw said

    ya itulah Kang…
    semua bisa terjadi di sinetron…
    😀

    saya pikir, lama lama sinetron ini jadi mirip pilem kertun, dimana yang nggak mungkin jadi mungkin… 😀

    mungkin Kang Agor tinggal nunggu, kali aja bakalan ada adegan dimana Khanza badannya bisa terlipat lipat, trus kembali ke sedia kala… wah…kasian Tom n jerry donk, kalo gitu… 😆

    @
    iya.. lagi nunggu, kali saja Khanza mau kabur dari rumah Oma Tineke…. agor lagi mempertimbangkan untuk menampung… 😀

    Suka

  2. Sebagian besar sinetron kita memang bukan untuk orang-orang yang bisa berpikir logis. Hi Hi Hi….-
    Yah….dinikmati saja-lah daripada capek sendiri.

    Saya pribadi lihat sinetron bukannya seneng malah capek sendiri.
    Makanya saya jadi agak males nonton sinetron.
    Harapan saya seh semuanya bakal tambah pinter di masa depan. Ya anggap saja proses.

    @
    Ha…ha… jadi passwordnya : Proses… lalu kapan logisnya… 😀
    Tapi saya ingat peribahasa : “Begitu Sinetronnya, begitu juga bangsanya… “:D

    Suka

  3. tongky said

    foto nino donk

    @
    😀 duh maaf, nggak punya dan… dan… tidak ingin punya… 😦

    Suka

  4. Oalah pakk.. Sinetron tokh, tobat.. tobaat,,,

    @
    Duh… biar nanti saya sampaikan sama dajjal Neng Miska dan Oom Bram…. 😀

    Suka

  5. rudyhilkya said

    wakakakakaksssss …. analisa yang tepat atas ATM 10 M …
    saya aja mencoba menguras hingga 50 rb tak pernah bisa di ATM 😆

    memang itulah sinetron indonesia penuh impian dan kejutan …

    yang penting ada tontonan ….

    analisa yang bagus punya …

    @
    Kalau di ATM tertulis Rp 10.000.050.000,-
    Tentulah Oma Tineke mengirimkan 10 Milyar itu ke banknya Mas Rudy atau Oom Agor… 😆

    Suka

  6. Walah Pak. Buat saya setantron hanyalah si kaya mencinta si miskin lalu ditentang oleh orang tua si kaya, dan semua itu banyakan palsunya.

    Tapi dengan ini saya akan berusaha tulis juga sedikit pandangan saya tentang setantron Indonesia.

    itu uang kok bisa transfer segede itu? Emangnya beneran bisa ya? Bukannya harus bertahap? Ngambil sertifikasi saja dananya hanya bisa dicairkan secara bertahap

    @
    Soal transfer segede itu… Duh Non Chiw, agor enggak pernah berusan dengan transfer sebesar itu, tapi kalau cukup untuk beli bensin atau bayar listrik sering. Jadi nggak punya pengalaman… Apalagi sertifikasi. Di setantron, segalanya mungkin… 😀

    Suka

  7. Hi Hi Hi. Tanyanya kok sulit banget sih. Proses ? lalu kapan logisnya ? Jadi bingung mau jawab apa.

    Masalahnya saya sendiri juga agak pesimis kalo sinetron kita bisa logis. Yah mungkin itu harapan kosong saya saja ya ? Hi Hi Hi. Sinetron…sinetron. SUdah jelek, hidup lagi.

    Tapi jangan meremehkan sinetron ya? Dia pujaan hati banyak orang lho….-

    Emangnya yang nggak beres itu pemuja sinetron apa kita-kita ini bung Agor ??? Saya lama-lama kok malah mikir kalo yang nggak beres itu kepala saya sendiri. Hi Hi Hi.

    @
    Ha…ha…ha.. kalau LOVEPASSWORD saja bingung memecahkan ‘kriptografi’ sinetron Indonesia, apalagi agor.
    Juga saya tidak mau bilang ada yang nggak beres sama pemuja sinetron,… bisa-bisa agor nggak bisa dikasih lagi jus oleh isteri tersayang deh… 😀

    Suka

  8. CARISSA STEVIA said

    AKU INGIN TAHU KELANJUTAN CERITA KHANZA LIHAT AZA DI RCTI SATU UNTUK SEMUA

    Suka

  9. Anonim said

    komentar ku seharusnya khanza percaya sama nino,kan yang jebak mereka adlah sila.

    @
    Setuju… apalagi seharusnya khazasila itu limo bukan nino. 😀

    Suka

  10. yuni sarah said

    harusnya nino tahu yang jebak adakah sila

    @
    iya.. tapi nggak tahu, mungkin bisa kita beritahu sutradaranya juga…. 😀

    Suka

  11. Khanza ? Nino ? limo ? Sila ?

    Astaga naga ?
    Duh….mengapa mendadak kepalaku jadi pusing ya ???
    Tak kusangka bisa serumit itu. Pusing-pusing. Benar-benar pusing.

    @
    duh… pusing tidak ada hubungannya dengan khanzasila kan… !

    Suka

  12. Elza said

    Assalamualaikum Wr wb.

    Wah sudah lama ngga berkunjung di situs mas Agor,
    bicara soal cerita, ini saya nggak sengaja nemu baca diwebsite :
    http://www.goodreads.com/book/show/1376220.Hafalan_Shalat_Delisa

    ***

    Read in June, 2008
    Ada sebuah keluarga di Lhok Nga – Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.

    Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadarinya sholat jama’ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing – Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa…more Ada sebuah keluarga di Lhok Nga – Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.

    Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadarinya sholat jama’ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing – Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa susah sekali dibangunkan untuk
    sholat subuh. Tapi lama-lama ia bisa bangun lebih dulu ketimbang Aisyah. Setiap sholat jama’ah, Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat keras-keras agar Delisa yang ada di sampingnya bisa mengikuti bacaan sholat itu.

    Umi Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah kalung emas kepada anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Begitu juga dengan Delisa yang sedang berusaha untuk menghafal bacaan sholat agar sempurna. Agar bisa sholat dengan khusyuk. Delisa berusaha keras agar bisa menghafalnya dengan baik. Selain itu Abi Usman pun berjanji akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.

    Sebelum Delisa hafal bacaan sholat itu, Umi Salamah sudah
    membelikan seuntai kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali dengan kalung itu. Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah mengapa, Delisa tak pernah bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.

    26 Desember 2004

    Delisa bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya nyaris sempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba Delisa lupa bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak untuk mengingatnya. Umi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa. Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang
    bagaimana khusuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya.
    “Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya
    satu.” Nah jadi kalian sholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap khusuk.

    Delisa pelan menyebut “ta’awudz”. Sedikit gemetar membaca
    “bismillah”. Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan hatinya pelan-pelan mulai mantap. “Allahu Akbar”.

    Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian mencuat. Mengirimkan pertanda kelam menakutkan.

    Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa, tepat ketika Delisa mengucapkan kata “wa-ma-ma-ti”, lantai sekolah bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik.

    Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh. Pecah berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar. Anak-anak berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi menjadi panik. Kacau balau. “GEMPAR”!

    “Innashalati, wanusuki, wa-ma… wa-ma… wa-ma-yah-ya,
    wa-ma-ma-ti…”

    Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya
    Allah, Delisa takut… Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah membasahi baju putihnya. Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman, sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat sholat ketika punggungnya digigit kalajengking?

    Delisa ingin untuk pertama kalinya ia sholat, untuk pertama
    kalinya ia bisa membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat Rasul. Delisa ingin khusuk, ya Allah…

    Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras … SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin khusuk. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa megap-megap. Gelombang tsunami tanpa mengerti apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnya keras-keras. Kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih bersisa. Delisa terus memaksakan diri, membaca takbir setelah “i’tidal…” “Al-la-hu-ak-bar…” Delisa harus terus membacanya! Delisa tidak peduli tembok yang siap menghancurkan kepalanya.

    Tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum kepalanya menghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari “Arasy Allah.” Tembok itu berguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala mungil Delisa yang terbungkus kerudung biru. Air keruh mulai masuk, menyergap Kerongkongannya. Delisa terbatuk. Badannya terus terseret. Tubuh Delisa terlempar kesana kemari. Kaki kanannya menghantam pagar besi sekolah. Meremukkan tulang belulang betis kanannya. Delisa sudah tak bisa menjerit lagi. Ia
    sudah sempurna pingsan. Mulutnya minum berliter air keruh.
    Tangannya juga terantuk batang kelapa yang terseret bersamanya. Sikunya patah. Mukanya penuh baret luka dimana-mana. Dua giginya patah. Darah menyembur dari mulutnya.

    Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan sekencang yang ia bisa dengan kerudung itu. Lantas sambil
    menghela nafas penuh arti, melepaskan papan itu dari
    tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencang diatasnya.

    “Kau harus menyelesaikan hafalan itu, sayang…!” Ibu Guru Nur berbisik sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid.

    Minggu, 2 Januari 2006

    Dua minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tak berdaya. Tubuhnya tersangkut di semak belukar. Di sebelahnya terbujur mayat Tiur yang pucat tak berdarah. Smith, seorang prajurit marinir AS berhasil menemukan Delisa yang tergantung di semak belukar, tubuhnya dipenuhi bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya, berkemilau, menakjubkan! Delisa segera dibawa ke Kapal Induk John
    F Kennedy. Delisa dioperasi, kaki kanannya diamputasi. Siku
    tangan kanannya di gips. Luka-luka kecil di kepalanya dijahit. Muka lebamnya dibalsem tebal-tebal. Lebih dari seratus baret di sekujur tubuhnya.

    Aisyah dan Zahra, mayatnya ditemukan sedang berpelukan. Mayat Fatimah juga sudah ditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum ditemukan. Abi Usman hanya memiliki seorang bidadari yang masih belum sadar dari pingsan. Prajurit Smith memutuskan untuk menjadi mu’alaf setelah melihat kejadian yang menakjubkan pada Delisa. Ia mengganti namanya menjadi Salam.

    Tiga minggu setelah Delisa dirawat di Kapal induk, akhirnya ia diijinkan pulang. Delisa dan Abi Usman kembali ke Lhok Nga. Mereka tinggal bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian. Hari-hari diliputi duka. Tapi duka itu tak mungkin didiamkan berkepanjangan. Abi Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yang dibangun kembali dengan sangat sederhana.

    Delisa kembali bermain bola, Delisa kembali mengaji, Delisa dan anak-anak korban tsunami lainnya, kembali sekolah dengan peralatan seadanya. Delisa kembali mencoba menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Ia sama sekali sulit menghafalnya. “Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa. Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan.” Begitu kata Ubai salah seorang relawan yang akrab dengan Delisa.

    21 Mei 2005

    Ubai mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah
    bukit. Hari itu Delisa sholat dengan bacaan sholat yang sempurna. Tidak terbolak-balik. Delisa bahkan membaca doa dengan sempurna. Usai sholat, Delisa terisak. Ia bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan sholat dengan baik. Sholat yang indah. Mereka belajar menggurat kaligrafi di atas pasir yang dibawanya dengan ember plastik. Sebelum pergi meninggalkan bukit itu, Delisa meminta ijin mencuci tangan di sungai dekat dari situ.
    Ketika ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai. Seekor burung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.

    Kemilau kuning. Indah menakjubkan, memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu itu terjuntai di sebuah semak belukar indah yang sedang berbuah. Delisa gentar sekali. Ya Allah! Seuntai kalung yang indah tersangkut. Ada huruf D disana. Delisa serasa mengenalinya. D untuk Delisa. Diatas semak belukar yang merah buahnya. Kalung itu tersangkut di
    tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih. Utuh. Bersandarkan semak belukar itu.

    UMMI……………

    Wassalam…

    Suka

  13. Elza said

    Assalamualaikum wr wb.

    wah kesalahan besar nih,
    mas Agor bisakah menghapus identitas email saya?
    kalau email di tampilkan bisa mengundang ribuan spam, yg paling sering org asing yang menawarkan duit gratis tapi sebenarnya jaringan penipuan kelas internasional.

    jadi hati-hati menulis email di umum, dan janganpedulikan org2 yang pura-pura menawarkan uang, lotere, warisan dsb (bahkan milyaran /jutaan US dolar) yang ujung-ujungnya pasti dan pasti penipuan.

    Wassalamu’alaikum wr wb.

    Suka

  14. tria said

    nino . . . uchuld bangeds iiiyyyhh!!!!!!!
    apapun yg nino lakukan … im lovin it!!!

    @
    😀

    Suka

  15. Supermance said

    udah gak pernah nonton tv lagi, nunggu sinetron hilang dari tv 🙂

    Suka

  16. wahyunieshe@yahoo.co.id said

    aq suka bgt nnton “KHANZA” soalnya menghibur sih (menurut aq )smpe2 aq tunggu lho sinetronnya tiap mlm(g’ mo ketinggalan hehe )ceritanya lumayan bgs N lucu jg, mengisahkan percintaan yg penuh tantangan untuk menguji kesetiaan N kepercayaan.ya walaupun kdng2 jengkel jg cz baik Nino maupun Khanza mudah terpengaruh oleh permainan Chila.tp aq seneng ko’ soalnya sutradaranya g’lm2 bikin mereka berantem cz mereka baikan lg N mesra,jd g’mkn ht N bosen nontnnya 😀
    Sebaiknya Chila itu sering2 dikerjain jg biar makin seru tuh haha..
    Aq berharap cerita KHANZA makin ok,,sukses terus buat KHANZA..

    @
    😀

    Suka

Tinggalkan komentar