Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Strategi Canggih Membasmi Aliran Sesat

Posted by agorsiloku pada Oktober 3, 2007

Soal kafir mengkafirkan adalah perkara yang menjadi sudah biasa. Yang kafir tidak mau disebut kafir, yang beriman tidak mau disebut kafir. Sebaliknya, yang kafir mungkin tidak mau juga disebut beriman. Sudah jelaslah ciri-ciri kafir dan ciri-ciri beriman. Jadi tidak usahlah kita memperdebatkan lagi.

Barusan, ceramah tarawih berbicara soal ini. Di Sumatera Barat ada pembasmian aliran sesat. Sang penceramah menjelaskan alasan kesesatan mereka, katanya : “masih ada nabi terakhir dan nabi itu datang dari Indonesia  😀  “tapi tidak menjelaskan kesahihan pembasmian. Di MetroTV kemarin disiarkan pembuktiannya dan tindakan aparat yang dilakukan. Kebetulan saja yang dibahas di Sumatera Barat, bukan berarti di daerah lain tidak ada. Banyak. Ada yang hadir sesat sesaat, kemudian lenyap dari peredaran, lalu muncul lagi dalam bentuk-bentuk lain. Soal kesesatan tidak hanya muncul dari agama terakhir saja, tetapi juga dari masa sebelumnya.

Sesat adalah sebuah pilihan.

Karena kebodohan saya, saya belum berhasil menemukan petunjukNya untuk membasmi kesesatan dari petunjuk Al Qur’an dengan membasmi melalui kekerasan. Allah menyampaikan : QS 43. Az Zukhruf 83. Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka. Allah berpesan untuk, biarkan saja sampai pada hari yang dijanjikan kepada mereka. Di ayat sebelumnya, ditegasi lagi :QS 43. Az Zukhruf 40. Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar atau (dapatkah) kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?.

Timbul pertanyaan : “Apakah hak kita melakukan pembasmian atas kesesatan mereka?” (kalau kita anggap sesat dan berada dalam kesesatan yang jauh”.

QS 27. An Naml 81. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.

Yang kemudian saya bertanya dalam hati :”Apakah kebolehan kita mewakili untuk membasmi kesesatan itu, apapun bentuk dari kesesatan itu?. Sedangkan Allah yang Mahaberkehendak, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Keras siksaNya tidak langsung menembakkan petirNya kepada mereka. Blas… langsung dimusnahkan !”.

QS 19. Maryam 75. Katakanlah: “Barang siapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya; sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya.”

Weleh… welah nggak bisa begitu dunk. Bagaimana kalau mereka merusak, bagaimana kalau iman anak-anak kita terpengaruh, lalu anak-anak kita jadi tersesat kayak mereka itu. Bagaimana tanggung jawab kita kepada Yang MahaKuasa?

Gangguan keamanan.

Siapa ingin tersesat?. Tentu jawabnya nggak lah. Sebaliknya pula yang kita anggap tersesat melihat kita juga sama : mahluk yang juga tersesat !?. Kalau begitu semua tersesat dong ! Terlepas dari jumlah yang tersesat dan disesatkan, melakukan pembasmian atas ketersesatan tidak dijumpai dalam kitab suciku. Kalau mereka yang tersesat itu melakukan penganiayaan, mengajak perang kepada yang tidak tersesat, hendaklah kita juga membalas mereka. Tidak boleh berpangku tangan atau duduk manis saja. Tapi kalau tidak menganggu, maka apakah boleh kita membasmi mereka?.

Sepanjang tidak menimbulkan gangguan keamanan, tidak melanggar hukum yang berlaku di daerah atau negara dimana kaum tersesat itu tinggal, sepanjang tidak melakukan provokasi dan ancaman atau dengan kata lain “tidak memerangi kaum tidak tersesat” maka bukanlah hak kita untuk mengambil alih peranan Tuhan untuk menghukum mereka. Bukankah kita tahu itu hal perogatif Allah SWT?.

KALAU BEGITU, BAGAIMANA DONG MENGATASI KESESATAN “MEREKA” ITU ?

Membentengi diri dan kelompok, menjaga agar tidak yang belum tersesat menjadi tidak tersesat secara sadar menjadi tanggung jawab renteng kaum yang tidak tersesat. Namun, kalau mereka bersikukuh dalam kesesatan, maka tugas kaum beriman adalah menyampaikan kebenaran. Soal diterima atau tidak, adalah tanggung jawab pemilik yang sesungguhnya.

LAIN SEEH PERSOALANNYA KALAU YANG MAHA KUASA SECARA RUTIN MELAKUKAN UJI PETIK DAN SERTIFIKASI UNTUK MEWAKILI YANG MAHA KUASA?

Fir’aun yang otoriter dan sok kuasa (karena memang raja) yang kezalimannya telah dimusiumkan oleh Allah Swt saja masih dinasehati : QS 20. Thaahaa 43. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; 44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”

“Walah… ente nggak bisa begitu dunk. Tugas kita melakukan siar dan mencegah kemungkaran dan lain sebagainya.  Gitu !?”

“Lho… jangan protes sama saya dong, baca saja sendiri deh ayat di atas. Carilah juga pada tebaran beragam petunjukNya”.

Lalu, tentu yang terbaik bukan berargumen kan… tapi mengikuti petunjukNya.  Insya Allah.

11 Tanggapan to “Strategi Canggih Membasmi Aliran Sesat”

  1. danalingga said

    Lagian yang dianggap sesat itu , pastinya merasa dia ndak tersesat. Malahan mengganggap orang yang tersesat. Dan masing-masing mengklaim kalo sama-sama menggunakan sumber dalil yang sama. 😀

    Jadi gimana tuh?

    @
    Dengan Al Qur’an (baca : dengan petunjukNya) manusia disesatkan, dengan itu pula manusia diberi petunjuk. Jadi uraian yang sama, mendapatkan dua hasil yang bertolak belakang. Karena itu pula, Al Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang beriman.

    Dalam bahasa berbeda dan asal saja :
    Dengan hujan, manusia menjadi sakit kehujanan (dan sekaligus jadi rahmat buat industri farmasi dan dokter karena banyak yang pilek 🙂 ), karena hujan pula tanaman tumbuh subur, petani berbahagia 😦

    Suka

  2. danalingga said

    Nah pak agor, jika ada 2 kubu yang saling bertentangan, sehingga saling menyesatkan. Kira-kira bagaimana caranya menentukan yang sesat? Sebab toh masing-masing pihak akan menganggap bukan sebagai yang sesat.

    @
    Tugas pewaris Nabi adalah menyampaikan kebenaran, sama sekali bukan untuk memaksakan kebenaran. Sampaikanlah dengan cara yang paling baik. Nabi Musa diperintahkan Allah untuk menemui Fir’aun : QS 20. Thaahaa 44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”

    Selebihnya serahkan kepada Allah. Kita tidak punya kuasa untuk mengubah iman seseorang, mengajak kepada kebaikan bukan memaksakan kehendak kita, apalagi kehendak dengan mengatasnamakan Allah.

    Mengajak kepada kebaikan adalah menunjukkan jalan kebaikan, bukan mencegah kemungkaran dengan saling menyesatkan (apabila memaksa kepada kita, maka wajib kita melawan). Menunjukkan jalan kebaikan dengan dakwah dan terutama perilaku (emang gampang sih ngomong, tapi prakteknya susah).

    Mengapa pula kita harus menentukan mereka tersesat, jangan-jangan kita juga yang sedang tersesat karena kesombongan kita.

    Kalau mereka melanggar hukum pidana atau perdata, hukum lah yang bertindak. Kalau mereka melanggar hukum agama (menurut versi kita), maka dak’wah jalannya, itupun dengan seruan yang lemah lembut.

    Jadi bersyiar saja dengan jalan kebaikan dan jalan Tuhan (masing-masing), kalau hidayah turun, Insya Allah, Allah juga yang memutuskan perkara keduanya.

    Senjata orang mukmin itu sabar dan shalat. Bukan bom atom.

    Suka

  3. miedzand said

    Yang sekarang tersesat itu siapa?
    kalo perjalanan Al-Quran di jalankan pada fase-fase yang pas/ tepat
    gak akan ada yang tersesat. sekarangkan bulan Ramadhan, khan banyak yang pada pake Al-Quran, apa itu orang pada ngerti dengan apa yang dia baca? apa cuma u/ nyanyi-nyanyi aja? gak beda jadi nya dengan orang2 nasrani, baca AL KITAB tapi gak ngerti apaan yang di baca
    !!!! Al-Mala Al-Awal Misbah 5 buruj 7 !!!!

    @
    Memahami yang di dalam saja sudah susah… jadi tak berani menilai di dalam apalagi yang berbeda.

    Suka

  4. Anonim said

    Kita tidak bisa memfonis ‘SESAT’. jika apa yang di katakan berdasarkan Al-Quran. Apakah anda tidak percaya dg Al-Quran????? Saat ini kita memang berada dalam kondisi JAHILIYAH.Sama seperti kondisi Rosul-rosul dulu.Apakah ANDA-ANDA masih mau mencari SURGA????? KARENA SEKARANG KITA BERADA DI DALAM NERAKA

    @
    Yang bisa diusahakan antara lain : Kita (menyampaikan kebenaran yang diwahyukan pada Nabi Muhammad), kita dikabarkan ciri-ciri orang beriman dan orang tersesat. Sampaikanlah kebenaran, tugas yang dibebankan dari Al Qur’an disebutkan menyampaikan kebenaran. Mudah-mudahan karenanya menjadi ingat. Tidak ada petunjuk untuk memberikan VONIS. TIDAK ADA, bahkan ketika kita berprasangka terhadap sesat atau tidaknya seseorang, Allah menegur kita jangan lakukan, meskipun itu pada kaum penyembah berhala (Majusi). Apa makna dari kejadian/teguran ini. Hidayah dan keberimanan adalah hak perogatif Allah.

    Bahkan kepada Nabi Musa, Allah berfirman untuk menyampaikan kebenaran dengan lemah lembut, semoga dia (Firaun sadar).

    Jadi, berbeda sekali menyampaikan kebenaran dengan baik dan menegakkan amar maruf dengan memfonis.
    Cukup pahami apa ciri-cirinya.

    Kita tidak sedang berada di Neraka, kita hidup di dunia. Jangan campurkan yang sudah jelas Haq. Ini prinsip dasar fundamentalis dalam beragama. 😀
    Semoga Allah mengampuni salah kami dalam bersyiar karenaMu.

    Suka

  5. Nur Washila said

    waaah gw s7 bgt ma komen dr no3. mang bener bgt tu,baca Al quran tapi gk ngerti isix.
    ya iya lah orang kafir gk mau dibilang dirinya sesat,orang beriman jg gk mungkin mau di bilang kafir. orng kafir gk mau di bilang iman, tapi mangx nentuin kafir ato gk dari pribadi kita sendiri??? ya pake quran laah.mangx quran fungsix cuma d baca2 doang

    @
    Tidak mengerti dan tidak mau mengerti. Pengertian, jika memang pelakunya ingin maka bisa mengerti dan yang jelas, pengertiannya akan tiba pada dada setiap manusia. Ini janji Allah. Kalau kita tidak mengerti secara langsung dari bahasa aslinya, tentu bahasa pendukungnya ada, karya terjemahan. Walaupun tidak sama dengan aslinya namun mendekati juga. Lebih dari itu, tanpa disertai penyerahan diri, maka biar membaca dan mengerti juga, maka pemahaman juga tidak akan sampai-sampai. Juga, dibaca 100 kalipun asli dan terjemahan, kalau tidak dalam konteks totalitas dan keberimanan juga tidak mencapai hakikat langit. Yang merasa sudah sampaipun, bisa malah sebenarnya berkutat di lantai dasar…..

    Suka

  6. BILA KITA INGIN MEMBASMI ALIRAN SESAT TERSEBUT KITA HARUS MEMBAKAR (MEMBASMI KE AKAR-AKARNYA!)

    @
    Kata ini rasanya begitu bias. Karena kata sesat adalah merujuk pada perbedaan terhadap cara pandang yang benar dan cara pandang yang salah. Sesat dipahami adalah menyimpang dari Tidak Sesat. Yang dianggap tidak sesat, kerap adalah karena banyak pendukungnya. Jadi, titik asalnya adalah karena ada yang tidak sesat juga, maka ada yang disebut sesat. Dalam beragam bahasa, pengertian ini bisa bias. Ambil contoh, prajurit desersi dari pemerintah yang otoriter dan kejam. Siapa yang desersi, pemerintahan yang korup dan jahat, atau prajurit yang desersi. Patokannya apa?. Kalau patokannya kebenaran, maka akar dari persoalan adalah kebenaran itu sendiri.
    Dalam hal sesat dari agama, maka tugas manusia yang beriman adalah menyampaikan kebenaran. Namun, kalau kesesatan itu menganggu, memerangi, mengacaukan… maka yang perlu diluruskan adalah jalur hukumnya terhadap gangguan keamanan atau perbuatan tidak menyenangkan itu. Tapi sesat tapi tidak menganggu?. Perlu usaha untuk mengajak pada kebenaran (padahal yang sesat juga mengaku dirinya benar :D)

    Suka

  7. Maha_Sang said

    Maaf neh sebelumnya kalau saya mau bilang.. yang namanya si moshadeq itu, “BODOH”, “PENGEN TENAR”, Ingin menyelamatkan manusia?, itu khan kalimat yang Ente Ambil dari Umat Nasrani, kok ngak sekalian aja Ente masuk Nasrani khan beres urusan dari pada bawa-bawa Nama Islam. Nauzubillah… Kalau Ente tidak mau dianggap sesat, tolong jangan bawa-bawa Islam dan jangan pegang-pegang tuh Al-qur’an karena Ente Najis megangnya, kalau Al-qur’an bisa bicara Abis Ente Ditelan. Sampe Ngaku-Ngaku Rasul segala, pake ngubah-ngubah syahadat segala, Apa hak Ente berbuat begitu. Masa Allah..
    Kalau Ente Hidup dijaman Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar, Ustman dan Ali. Walaupun Ente Berada Di Indonesia atau diujung dunia sekalipun Bakal Habis Kepala Ente Ditebas. Nauzubillah…

    @
    Kemudian muncul pertanyaan… bagaimana membentengi ummat dengan pengertian dan pemahaman yang benar sehingga syiar yang saling menasehati tertangkap sanubari, menggugah kesadaran dan tidak semakin banyak domba-domba “lieur” yang mengikutinya…. 😀

    Suka

  8. […] on Wahdatul Wujud Yang Wah !….danalingga on Mengapa Mencampurbaurkan Sains…Maha_Sang on Strategi Canggih Membasmi Alir…Iwan on Agus Mustofa : Tak Ada Azab […]

    Suka

  9. didin kasep said

    wah….lagi2 ada alairan baru ne!!!! masih mau nmbah lg ych nabi nya?? ap nt2 lupa ych,ucpan Allah “barang sp tdk briman pd utsan kami,brarti dy tdak percaya pada kami(Allah)dan kami tidak akan mkgampuni dosanya……CEPAT2LAH BERTOBAT BUNG!!!! KIAMAT UDAH DEKAT TUCH….

    @
    agak susah memahami ini Mas Didin ketika mengaitkan dengan isi postingan :D.

    Namun, terimakasih atas diingatkan agar bertobat… (meskipun rasanya masih jauh sekali dari pelaksanaan bertobat namun tetap berusaha agar sholat nasuha). Rasanya malu deh, kalau ingat kisah para sahabat, Nabi yang sudah jelas maksum dan dijamin saja, masih memohon ampunanNya setiap hari tidak kurang dari 70 kali…. Setiap hari…

    Suka

  10. nyeekh said

    Kalau kita udah punya aturan , kemudian orang lain atas nama kita membuat aturan baru lagi.. orang ini menyalahi kita. Kita wajib melakukan hukuman sesuai dengan aturan kita. Kalau orang itu melakukan sesuatu menurut aturan mereka, walaupun diaturan kita orang ini bersalah , kita nggak perlu menghukumnya.

    @
    Hanya, kalau masing-masing menghukum dengan caranya sendiri… itu yang ….
    Di sisi lain, saya sependapat harus ada usaha serius dari para penggede agama untuk menjaga aturan main tidak dibengkokkan. Tentu ada pertimbangan antara manfaat dan mudarat. Ini memang pilihan. MUI bilang ini sesat, yang satu bisa ongkang-ongkang, yang lain dipersoalkan terus… artinya emang adu kekuatan. Namun, jika tidak ada legalitas juga dari kelompok lain untuk menyatakan ba bi bu… emang ummat bisa tambah bingung… Apalagi di dalamnya ada motif ekonomi dan solidaritas dan penggalangan dana.

    Di sisi lain, yang juga patut dicermati, ketika mayoritas juga lebih suka “menyesatkan” dari pada membangun pencerahan. Namun, tentu saja tidak boleh dipukul rata. Banyak sekali juga organisasi keislaman yang berbuat tanpa banyak suara….

    Suka

  11. engkus said

    Strategi yang paling canggih untuk membasmi aliran sesat :
    1. Gembleng aqidah umat sehingga tauhidnya lurus kepada Alloh.
    2. Dirikan pesantren/perguruan tinggi islam yang bisa menghasilkan ulama2 yang warisatul anbiya, dan dicintai umat. Kalau umat sudah cinta terhadap ulama, maka apapun yang dikatakan ulama akan diturut umatnya. Keteladannya akan dicontoh umat. Maka, kalau sudah begitu janganlah menghukum sebagai “kultus individu”.
    3. Hentikan sikap saling menonjolkan perbedaan faham di antara ormas islam, saling mengklaim yang paling benar, menghukum kufur, bid’ah, musrik pada golongan yang lain, karena hal itu sangat merugikan citra islam di mata nonmuslim atau kelompok oposisi agama.
    4. Basmi penyakit hati umat (ujub, riya, takabur, hasud,d engki, dll) dengan memasyarakatkan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil dan kalimah toyibah lainnya.
    5. Strategi dakwah harus menyejukan hati umat, memperkuat aqidah, gemblengan akhlakul karimah.
    6. Kenalkan sejak dini publik figur islam yang termashur seperti; risalah para nabi –> rasul, sahabat, waliyullah, ulama2 ikutan umat. Supaya tumbuh di hati anak2 rasa cinta terhadap mereka akan berpengaruh terhadap fanatisme agama.

    @
    Terimakasih beraaaaaaaat Mas Engkus, lengkap nian catatannya… kalau boleh menambahkan. Rasa-rasanya saya perlu banyak melakukan pelatihan untuk belajar kembali nomor 3 dan meningkatkan kualitas nomor 4. Yang nomor 2 menjadi impian… sudah lama ummat merindukan kembali sosok dekat seperti Hamka… sedang nomor 1 adalah juga terutama karena hidayahNya. Yang nomor 5 dan 6 adalah impian dan bagaimana memanajemi perilaku ummat. Mungkin perlu “kurikulum baru” di jaman instan ini…..

    Suka

Tinggalkan komentar