Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Apakah Kitab Wahyu Dapat Menjadi Sumber Sains?

Posted by agorsiloku pada Oktober 26, 2007

Ribet ribut soal Sains Islami atau Sains Kristen itu seperti apakah?. Apakah pengembangan sains dapat dicari jawabannya dari kitab wahyu Al Qur’an. Apakah, sainstis perlu berkutat dengan segala potensinya untuk menguak sebagian kecil ilmu Allah melalui kitab suci?. Dimanakah kita akan meletakkan agama dalam dunia sains?. Bukankah juga fakta bahwa keduanya, diasumsikan diharapkan akan bertemu di satu titik. Namun pada dasarnya penalaran manusia pada keduanya berada pada tataran berbeda?. Pola kehadirannya untuk mencapai pemahaman juga berangkat dari sisi yang berbeda (bahkan sering dianggap berlawanan).

Belum lagi sejumlah fakta bahwa sains berdiri di atas filsafat positivisme yang mengukur pada penjelasan materialistik?. Sedangkan Al Qur’an menempatkan sains sebagai bagian dari perjalanan spiritual manusia berakal untuk sampai kepadaNya.

Lho kok spiritual seeh?

Ya… iyalah. Agama itu memaknai tujuan hidup, memaknai kehadiran totalitas pada Penguasa Alam Semesta. Semua perjalanan sains dalam konteks seorang saintis muslim berawal dari niat dan diakhiri dengan ungkapan :”…tidaklah semua itu Engkau ciptakan dengan sia-sia..”, seperti dijelaskan manis oleh T.Jamaluddin mengenai “Islamisasi Sains

Namun, fakta juga bahwa sains dan iptek pada dasarnya sudah bukan lagi milik ummat Islam yang nyata-nyata disuruhnyalah kita mencari dan menemukan hakikat kehidupan ini. Perkembangan ilmu dan pengetahuan justru dimiliki oleh Eropa dan Barat secara umum. Lupakanlah kejayaan sains dalam masa keislaman dulu. Itu hanya sejarah, hanya memberikan makna terhadap “kemenangan lampau”, hanya spirit yang tinggal tangisan belaka. Fakta kini “jauh panggang dari api“. Penemuan-penemuan berharga yang berkontribusi pada kemakmuran bangsa-bangsa di dunia, penemuan-penemuan brilian dan membawa serta pada kemegahan sains, di awal atau diujung pengetahuan begitu banyak diwarnai bukan oleh sarjana-sarjana muslim.

Ummat Islam tidak sedang bercengkrama dengan lukisanNya di seluruh bagian alam semesta atau pada diri manusia sendiri, tapi sibuk dengan “bisnis spiritual dan ritualnya” untuk menundukkan isi dunia. Meskipun, kemudian juga Islam melihat begitu banyak tebaran ayat-ayat sains berada di dalam cakupan Al Qur’an memberikan kesadaran akan adanya petunjuk dari Al Qur’an untuk menjadi bench mark bagi sains.

Kalaulah sumber-sumber pengetahuan dan sains tidak sebagian besar bukan berasal dari pandangan Islam, apakah pantas layak ummat Islam menarik benang merah kehadiran sains dalam kawasan berpikirnya ummat Islam, atau bahkan menafikkannya sehingga ummat malah semakin jauh dari metodelogi ilmiah, makin terasing dari basis filsafat sains dan agama dalam satu kesatuan pemahaman. Ummat tidak lebih dan kurang hanya menjadi penikmat sains (teknologi) yang menjadi bagian praktis kehidupan?.

Sains dan spirit memang bukan persoalan agama, spirit juga bukan agama universal, tapi setidaknya mulai menjadi salah satu titik pandang dalam sains, bahwa empirisme dan epistemologi ilmu memiliki dimensi lain yang lebih luas lagi untuk memaknai hidup dan juga mengindikasikan sains juga harus menjawab kebolehjadian yang tak terjelaskan dalam perjalanannya. Sejarah penilaian sains juga selalu diilhami oleh pandangan untuk teistik ataupun menjadi agnostik.

Sains dalam Islam seyogyanya menempatkan sains dalam pandangan Islam, dalam pandangan relijius. Dengan begitu, tujuan sains dalam kehidupan seorang muslim berposisi sangat jelas, sebagai bagian dari usaha mengenalNya.

Namun, apakah hanya cukup sebagai pandangan.  Adakah persoalan yang lebih urgen dalam memahami sains dalam kacamata ummat beragama.  Tidakkah kita juga layak bertanya, apakah karena kita lebih suka urusan ritual dan spiritual sehingga usaha memahami sains dan menerapkan dalam dunia keseharian menjadi jauh tertinggal?.  Dengan kondisi ini, maka warna gemerlap dunia tidak diwarnai oleh pandangan untuk mendekatkan pada Sang Pencipta, tapi menjadi bagian dari lebih semata kesenangan dunia?…..

3 Tanggapan to “Apakah Kitab Wahyu Dapat Menjadi Sumber Sains?”

  1. almirza said

    Lho sampean gak tahu ya
    Ada Fatwa Haram menggunakan Tafsir Ilmiah dari “Sesepuh Pokoknya”
    Makanya yang benar itu Matahari Mengelilingi Bumi :mrgreen:

    Maaf, maaf 😀
    Bertobatlah akhi

    @
    Mas Al Mirza… demi kerukunan dan tidak saling menyesatkan… saya mengusulkan bagaimana kalau pada hari-hari ganjil Matahari mengelilingi Bumi dan pada hari-hari genap, Bumi yang mengelilingi Matahari.

    Hari ini tanggal 27 adalah hari ganjil, maka hari ini Matahari mengelilingi bumi.

    Demi toleransi dan kesepakatan…kiranya usulan ini dapat dipertimbangkan…. 😀

    Suka

  2. almirza said

    wakakakakak 😆
    Akur ya kalau begitu
    Gak bisa akhi yang bathil itu sudah jelas dan yang benar itu sudah jelas

    @
    aha… apa lagi yang dapat disamarkan dalam nafsu 😀

    Suka

  3. […] menarik dari rekan yang menurut saya berada pada cara pikir saya juga dan sebagian lainnya. Apakah Al Qur’an sebagai sumber sains? atau “hanya” sebuah petunjuk posisi perkembangan sains?.  Dan beberapa artikel lain […]

    Suka

Tinggalkan komentar