Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Delapan Molekul Kompleks Terdeteksi di Awan Antarbintang

Posted by agorsiloku pada Oktober 25, 2007

Molekul TerbesarGREEN BANK, RABU – Delapan jenis molekul kompleks yang mengandung karbon terdeteksi pada dua awan antarbintang oleh tim peneliti internasional. Molekul acetamide, cyclopropenone, propenal, propanal, dan ketenimine terdeteksi di Sagittarius B2 (N), sementara molekul methyl-cyano-diacetylene, methyl-triacetylene, dan cyanoallene ditemukan di Awan Molekul Taurus (TMC-1).Sagittarius B2 (N) terletak di dekat pusat galaksi Bima Sakti dan berjarak 26 ribu tahun cahaya dari Bumi. Sedangkan, Awan Molekul Taurus berada pada jarak 450 tahun cahaya dari Sagittarius B2 (N).  

“Temuan ini merupakan prestasi terbaik dalam 35 tahun sejarah pencarian molekul-molekul kompleks di antariksa,” kata Jan M. Hollis, ketua tim peneliti di Pusat Penelitian Antariksa Goddard milik NASA. Indikasi keberadaan molekul-molekul yang dilaporkan National Radio Astronomy Observatory, Senin (7/8), terlihat dari Teleskop Robert C. Byrd di Green Bank, Virginia Barat, AS, yang merupakan teleskop radio terbesar di dunia yang dapat dikendalikan penuh.

“Kehadiran molekul karbon kompleks di Awan Molekul Taurus benar-benar mengubah pendapat selama ini, yang menyatakan bahwa molekul organik besar hanya berasal dari ruang yang panas,” kata Anthony Remijan dari National Radio Astronomy Observatory. Sebab, Awan Molekul Taurus hanya bersuhu 10 derajat di atas suhu nol absolut atau 263 derajat di bawah nol Celcius.

Tim peneliti yang mempelajari molekul antariksa di orservatorium tersebut berasal dari National Institute of Standards and Technology, Universitas Oslo Norwegia, the Institute Radio Astronomy of the National Academy of Sciences Ukraina, dan Universitas Paris.

Sumber: AP
Penulis: Wah
Dikutip dari Kompas

3 Tanggapan to “Delapan Molekul Kompleks Terdeteksi di Awan Antarbintang”

  1. Herianto said

    Wow, mas agor pemerhati juga nih masalah pergalaksian, ato memang bagian dari pekerjaaannya nih… 😀
    Sorry OOT.
    Kira2 dari penemuan ini apa implikasinya terhadap pemahaman kita dalam hal penciptaan alam ini ya… ? Adakah bagian2 dari apa yg dijelaskan di Al-Qur’an ttg ini perlu kita tafsir/kaji ulang ?

    He he, malah nanya … 😆

    @
    Ha…ha…ha… saya memang suka asyik dengan semua cerita perkosmologian… rasanya bisa sama enaknya dengan pijat refleksi… bisa merefleksikan diri dari dunia yang sarat kegalauan ini….

    Awan bintang ini mengingatkan saya pada asap yang dipostingkan tgl 13 Oktober lalu, karena kalau tak salah memahami dari beberapa komentar dukungan dari beberapa rekan…maka asaplah yang menjadi fokus dimulainya proses penciptaan (mulai adanya hukum sains)….

    Wacana berupa pertanyaan Mas, implikasi terhadap penciptaan alam ini atau kajian terhadap Al Qur’an, saya kita kita semua berjalan bersama waktu, bersama eksperimen dan hipotesis yang tak akan pernah habis-habisnya. Mengkaji Al Qur’an dalam tema sains saya kira persoalan yang membutuhkan banyak lagi perenungan (meski blog ini begitu nekad temanya – sains inreligion). Namun fakta logis kerangka acuan yang menjadi pokok-pokok dalam sains dan dalam agama “sengaja” dipisahkan oleh beberapa sebab :

    Sains tidak ingin membuktikan adanya proses penciptaan, tapi ingin murni bergerak pada wilayah materialistik.

    Spiritual dalam sains direduksi, namun saintis ujungnya juga kelabakan karena tidak segala sesuatu dapat dijelaskan melalui pendekatan empiris, eksperimen, dan hipotesis keilmuan sains.

    Sebaliknya pula, spiritualsm direduksi tanpa unsur penampakan dan materialisme. Ujung-ujungnya, spiritualism juga kelabakan ketika menjelaskan dimensi makrifat dan tasawufnya karena seluruh pemahaman manapun, akan berlandaskan akal. Dengan akal dan bahasa manusialah maka spiritualisme dijelaskan… jelas ini juga pereduksian pemahaman yang juga menimbulkan pengalaman yang berbeda-beda dan menimbulkan dampak salik yang tak sampai ke suluknya (dalam pemahaman totalitas).

    Perjalanan sains dan spiritual dipisahkan atas dasar pemahaman relijius dan nonrelijius, padahal jelas kalau kita merujuk pada ayat-ayat tertulis (kitab wahyu), Allah tidak melakukan pemisahan antara dimensi spiritual dan dimensi fisis. Pemisahan yang tegas, berada pada wilayah gaib yang tidak dijelaskan pada manusia. Keduanya dalam satu kesatuan politik pemahaman agama. Singkatnya, agama menempatkan dirinya dalam kesatuan dimensi alam semesta, sedangkan sains mengkotak-kotakkan dirinya dalam konteks yang lebih sempit.

    Masalah lain yang juga muncul ke permukaan, kemudian kita juga menerjemahkan agama ke dalam sains, seolah mengharuskan kitab wahyu sebagai sumber ilmu bagi sains. Jelas ini juga mereduksi kitab wahyu pada kungkungan pertumbuhan sains. Sebaliknya juga sains yang menyamakan persepsinya terhadap kitab wahyu melahirkan loncatan-loncatan pengetahuan yang tidak pas bagi sains yang membutuhkan proses dan perumusan bertahap (sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan).

    Sains tidak mampu menjawab pertanyaan tentang apa yang diamati oleh ilmu. Sains tidak berhasil juga menjawab pertanyaan : Apa makna hidup, mengapa ada penciptaan, mengapa manusia bisa berpikir, mengapa… mengapa… dan ini juga menyebabkan sains harus menengok dimensi spiritual yang basisnya tidak dimiliki oleh sains. Sains tidak memiliki tujuan kalau tidak bisa menjelaskan hal ini, sebaliknya juga wahyu tidak berfungsi optimum ketika dia meninggalkan sains.

    Jadi, kembali ke pertanyaan awal…. adakah bagian Al Qu’an yang perlu ditafsir ulang?… he…he…he… ini jawabannya : TIDAK TAHU.

    Suka

  2. […] on Wahdatul Wujud Yang Wah !….ranto hadi on Membaca Peta Terbesar Semesta…Herianto on Delapan Molekul Kompleks Terde…Saya, Kita dan Keres… on Karakter Manusia Indonesia Pic…Saya, Kita dan Keres… on Blog, […]

    Suka

  3. Dash said

    teu ngarti ah, tapi subhanallah bae.

    @
    😀 sama…

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Dash Batalkan balasan