Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Do’a Harapan Di Padang Arafah

Posted by agorsiloku pada Mei 17, 2007

“Kring… kring….kring..”

Bunyi telepon berdering, berbasa-basi sejenak. Kami dikabari bahwa salah satu dari peserta calon haji beberapa bulan lalu;  bulan depan akan menikah. Beliau ini, masih saudara. Usianya memang tidak terlalu muda lagi meski tentu saja tidak terbilang tua. Alhamdulillah, seruku menyambut kabar ini.

Kabar ini mengingatkanku pada suatu saat di pagi yang dingin, di luar tenda Padang Arafah ketika kami bersama dipimpin ustad melantunkan do’a bersama sambil berdiri. Angin berhembus kencang menelisik mengembangkan lembaran kain ihram yang kami pakai. Do’a dipimpin dalam alunan nada antara pengharapan dan keniscayaan. Bergabung antara kelemahan hati dan rasa dan menguatkan keyakinan bahwa Allah maha mendengar. Saat itu, kami berdo’a untuk para jemaah yang datang untuk berhaji dengan “seribu keinginan”, yang dipahami oleh ustad dan beliau mengetahuinya lalu dilantunkan dalam do’a bersama.

Terbayang, saat itu kami ikut juga berdo’a kepada saudara-saudara kami yang belum mendapatkan jatah makanan. Adalah satu kemarahan dan kepedihan ketika mendengar saudara-saudara kami di tanah lapang yang sama, entah di bagian mana tidak mendapatkan hak dalam perjalanannya beribadah kepada Allah. Inilah padang Allah, ketika setan akan tampak kurus dan Allah memberikan begitu banyak rahmat do’a dan pengampunan pada hambaNya.

Lantunan do’a itu sudah tak begitu banyak lagi kuingat, hanya berapa titik saja. Do’a memang nada dan isinya relatif sama, juga pada pagi itu. Ustad memimpin do’a menjelaskan tentang saudara kami dan mendo’akan agar segera dipenuhi Allah yang diharapkannya. Mendapatkan pendamping dalam kehidupan. Setelah do’a itu dilantunkan, Saudaraku ini agak malu hatinya. Maklumlah, yang mengiringi do’a harapan itu semua yang bersama dalam satu tenda di Arafah. Mendo’akan. “Aduh jadi malu, sampai dido’akan begini…”, bisiknya padaku usai berdo’a bersama ini.

Jalan panjang manusia dalam kehidupan, dari sebuah titik-titik fatalis dan tak terbayangkan. Harapan dan ketidakmampuan, kesibukan dan kesendirian, dan segala yang terukir dalam jejak hati tak terucapkan kemudian terungkap dalam do’a dipimpin ustad yang ramah dan sedikit uzur ini.

Bayangan kejadian itu tiba-tiba hadir kembali ketika usai dan saat percakapan dalam telepon. Allah maha mengabulkan do’a. Aku percaya ini. Ya, Allah semoga Engkau kabulkan do’a-do’a kami juga yang kami lantunkan ketika bersimpuh di rumahMu. Juga setelah kami kembali pada dunia penuh tipu daya ini. Subhanallah. Sungguh Engkau Maha Melihat dan Mendengar. Allah mengabulkan do’a, jika berdo’a padaNya. Begitu firmanNya, begitu pula yang kuyakini…..

(Pengalaman Hajj 26) dan dalam catatan kemudian.

10 Tanggapan to “Do’a Harapan Di Padang Arafah”

  1. Suluh said

    Pertama ya *clingak clinguk*
    Haji?
    Wah kapan ya?
    Pengen juga ngrasain!!!
    Pengeenn!!!
    APa daya kantong gak punya!!! 😦

    @
    Kapan?, Allah tahu apa yang sesungguhnya diingini hambaNya. Dia pasti memberikan jalan. Insya Allah.
    Yang kita punyai, juga bukan milik kita.
    😀

    Suka

  2. KaiToU said

    Semoga urusan2 qta dimudahkan, terutama yg menyangkut ibadah, terutama lagi ibadah haji… nikah juga… 😛 amin amin amin…
    Allah maha mengabulkan, koq…
    *mengusap wajah*

    @
    Amin… amin… nikah, melaksanakan salah satu rukun iman dll…. amin… amin… amieeeen….

    Suka

  3. Agam said

    Semoga kita (pembaca yang belum haji) bisa segera menunaikan Ibadah Haji. Amin…

    @
    Amin… amien… semoga… semoga. Insya Allah.

    Suka

  4. Raffaell said

    Iya, kadang ada orang yang udah bisa kemana mana, india, pakistan, us, uk, eropa, dll, tp belom ke mekah, sedih bat

    @
    Betul, bukan maksud agor sok, agor sudah pergi ke banyak tempat (karena kesempatan yang diberikan pekerjaan), juga banyak kota di Indonesia. Bahkan Pulau Jawa, sudah 99% disinggahi biar cuma sebentar. Maklumlah kerjaan salesman. Tapi, kemudian memang tidak ada tempat dimana hati merasa tentram ketika berada di rumahNya…..

    Suka

  5. muhammad ihsan tawakkal said

    saya juga pengin naik haji….tapi “ilmunya” nggak tau, “duitnya” belum cukup, kalau “sehat” sih insyaALLAH masih diberikan kesehatan sama ALLAH…gimana nih tooolllloooong…dong
    karena kata kyai dikampung saya, syarat untuk menunaikan ibadah haji itu ada 3 :
    1. mampu “ilmu”
    2. mampu “duit”
    3. mampu “sehat”
    benar begitu Pak Agor ???

    @
    Betul, semua tergantung niatnya.

    gimana nih tooolllloooong…dong —> 🙂 Allah yang menetapkan, Dia juga yang memberikan kita kesempatan, Dia juga yang akan memberikan jalannya. 😀

    Suka

  6. haniifa said

    As Salammu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
    @Agorsiloku
    Maaf yach Pak Agor, tolong koreksi saya jika salah.
    1. Kita belum pernah tatap muka, bukan ?
    2. Dari komentar:
    …”…sudah pergi ke banyak tempat …kota di Indonesia”
    …Insya Allah, fasih Bhs. Inggris dan sedikitnya mengerti beberapa Bhs Daerah.
    3. Dari komentar:
    …” .. tempat dimana hati merasa tentram ketika berada di rumahNya…..”
    …Insya Allah, pernah ke Padang Arafah
    4. Dari Komentar:
    …”Maklumlah kerjaan salesman …”
    …Insya Allah, salesman = Siar Islam, Penceramah.
    5. Dari Komentar:
    …”Amin… amien… semoga… semoga. Insya Allah….”
    …Insya Allah, cukup lanjut usia
    6. Dari Komentar Bapak :
    …”Betul, semua tergantung niatnya…”
    …”gimana nih tooolllloooong…dong….”
    …Insya Allah, bijaksana dan bersahaja.
    7. Dari Komentar Bapak :
    …”Betul, semua tergantung niatnya., arif bijak sana dan sederhana.”
    …Insya Allah, seorang Ulama, Kyai Haji, Ustad, Da’i, Cendekiawan Muslim.
    8. Pembuatan Blog nuasa Islam dan “Komentar & Tanggapan”
    …Insya Allah, Seorang Pejuang (tampa memandang medan perang).
    9. Insya Allah, selalu mengharap rido dari Allah.
    Nalar saya mengatakan: Mas Agorsilaku = “Muslim Sejati”
    @Muhammad ihsan tawakkal
    (maaf Mas Muhammad Ihsan Tawakkal ….saya pinjam buat contoh studi kasus)
    “…………..
    saya juga pengin naik haji….tapi “ilmunya” nggak tau, “duitnya” belum cukup, kalau “sehat” sih insyaALLAH masih diberikan kesehatan sama ALLAH…gimana nih tooolllloooong…dong
    karena kata kyai dikampung saya, syarat untuk menunaikan ibadah haji itu ada 3 :
    1. mampu “ilmu”
    2. mampu “duit”
    3. mampu “sehat”
    benar begitu Pak Agor ???
    …………….”
    Mungkin dibenak Mas Ihsan. (maaf diasumsikan pembaca=berbagai kalangan)
    ————————–
    Setelah saya bolak-balik baca tulisan “Do’a harapan di padang Arafah”.
    Padahal saya muslim, tapi rasanya janggal kalau semua rukunnya tidak terpenuhi ??
    Padahal di tafsiran yang saya baca, yang paling taqwalah maka derajatnya paling tinggi ??
    Karena penasaran: tanya sana-sini, dengar sani-sini, baca ini itu ??
    Semakin banyak tahu tentang Islam, tapi tetap saja tidak terjawab ??
    Lalu apakah frustasi, padahal saya mengerti putus asa adalah dosa ??
    Lalai kewajiban yang lain ??
    Bukankah kita tahu sesuatu kerena kita mau “Mengerti” = mau mengenali ciri-ciri
    Bukan soal baca tulis untuk beriman kepada Allah tapi bagaimana kita menangkap maksud yang tersirat dari Allah. (maaf kalau ada hadist / ayat Al Qur’an tolong email).
    Bukti :
    Kenapa begitu yakin, Ya Insyal Allah, berkat ijinNya saya mengenali dari ciri-ciri Bapak Argosilaku.
    Bapak yang ber label Agorsilaku, bagaimana pendapat bapak ???
    Demi Allah, kalau “pemahaman” saya salah “Tolong Hapus semua Tanggapan saya”
    Lalu bagaimana solusinya dengan kasus Mas Muhammad Ihsan Tawakkal.
    Mas ini belum mengerti ciri “Kyai dikampung” ??
    Kemungkinan Mas Muhammad Ihsan Tawakkal salah persepsi saol “label kyai”, saya kira Mas ini menganggap ciri kyai adalah sama dimanapun.
    Maaf tolong koreksi bila salah.
    Label kyai = dimanapun tetap sama.
    Orannya, sifatnya, pengetahuanya = tiap kyai berbeda-beda
    Tapi dimata orang awam disamaratakan….(Justru ini kesalahan yang fatal).
    Seandainya:
    Mas Muhammad Ihsan Tawakkal pernah hidup dikampung (kenal kyai dikampung) kemudian sekolah di kota besar, karena soleh maka Mas Muhammad Ihsan banyak bertanya pada kyai.
    1. Jika yang dimaksud kyai dikampung mampu ilmu = Khatam Qur’an dan Hadist.
    …Sementara Mas Muhammad Ihsan Tawakkal, mampu ilmu = Sarjana.
    2. Jika yang dimaksud kyai dikampung mampu duit = Janga sampai jual sawah.
    …Sementara Mas Muhammad Ihsan Tawakkal, mampu duit = Punya deposito.
    3. Jika yang dimaksup kyai dikampung mampu sehat = sehat badan saja.
    …Sementara Mas Muhammad Ihsan Tawakkal, mampu sehat = sehat badan dan rohani.
    Tolong koreksi saya mas Muhammad Ihsan Tawakkal, jika salah ??
    (Maaf kalau redaksi, tulisan, ungkapan saya berbelit-belit)
    Selanjutnya apa yang tersirat dari judul topik dan isi bacaan yang terbaca, seandainya kita tidak mampu mengenal penulisnya(penyajinya), tapi karena saya ingin menjadi muslim yang baik, lalu bagaimana ???
    Dengan rendah hati, saya belum berani melanjutkan tulisan ini ?
    Kalau “pengertian” saya dianggap benar, tapi saya hakin sekali hanya Allah Yang Maha Benar dan Mengetahui Segala Isi Hati.
    Wassalam,
    penulis : Haniifa.

    @
    Wass. Wr. Wb. Mas Haniifa.
    Semoga Allah merahmati Mas sepanjang waktu…
    Saya kurang paham no. 1-9 tentang agorsiloku, bagaimana harus menjawabnya. Namun No. 3 benar… pernah datang ke sana. Ya… Allah rindu hati ini pada situasi hati yang terasa dekat padaNya. Yang jelas, saya memang salesman (orang yang menjual), juga bukan kyai 😦 . Tentu saja ingin jadi muslim sejati. Kalau bersahaja… jelas tidak. Meski tidak banyak harta, namun, alhamdulillah rejeki diberiNya lebih dari cukup. Seperti kata orang marketing, kebutuhan manusia itu sedikit sebenarnya, yang banyak dan tak habis-habis itu keinginannya.

    Komentar untuk Mas Ihsan, agor sampaikan tergantung niatnya ya.. bukankah kita temui orang yang memenuhi syarat 3 itu untuk pergi haji, tapi nggak pergi-pergi juga. Alasannya :”belum dapat panggilanlah”… Itu kan nggak niat namanya….. Wass, agor.

    Suka

  7. haniifa said

    As Salammu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
    ——————————————————————————-
    Surat Ali Imran 139 (QS 3:139)
    ” Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. ”
    ——————————————————————————–
    Alhamdulillah, Mas Agor.
    “Yaa Allah Yang Maha Pemberi, limpahkanlah pahala kepada orang yang telah mendo’akan kebaikan untukku, sebanyak pahala yang telah berikan padaku.”
    Dengan keimanan dan ketaqwaan saya, walaupun saya belum berpredikat “Haji”:
    ” Insya Allah, sampai detik ini. jumlah amalan kebaikan Mas Argo = amalan kebaikan saya. ”
    Wasalam.

    Suka

  8. haniifa said

    @Muhammad Ihsan Mutakwa
    Ha.ha.ha. Mas Agor terjebak yach.
    Kenapa ??? …ya karena saya ingin seperti No:7
    Pat guli pat : “Pokoke” seorang muslim ya harus untuk terus.
    Sementara (QS 3:139) ….(he..he maaf saya nggak mau berpolemik-polemikan), “ngertinya” yang dimaksud “kamu” di ayat tersebut adalah “ya saya yang baca” kan Al Qur’an untuk seluruh umat manusia.
    Lantas nyari “Akal” gimana caranya supaya (QS 3:139) bisa “gratisan”.
    1. Cari Muslim ….(Kalo bisa yang ikhlasssss banget).
    2. Trus kalo ketemu, gimana cara kamu yaking…..Ya uji donk.
    3. Gimana yach, caranya …. (=he.he. bukan diundang orangnya, tul nggak Mas Agor)
    4. Trus kalo ketemu … (Ya, terserah Allah Yang Maha Tahu Segala Isi Hati)
    5. Derajat pahalanya …(Ya, terserah Allah Yang Maha Tahu Segalanya)
    5. Ha.ha.ha. Kemenangan ….Pasti mas Agor juga senang sebab saya doakan juga…
    6. Itulah sebab-akibat keimanan seseorang terhadap Surat Al ‘Ashr (QS 103).
    7. Trus Mas Agor rugi gitu ? …. (Ya, terserah Allah Yang Maha Tahu Segalanya)
    8. Trus ha.ha.ha….Insya Allah, Mas mas anguk..anguk (ngerti atau ngeri)
    ——————————————————————————-
    Surat Al Baqarah 201 (QS 2:201)
    Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
    ——————————————————————————-
    Andai lagi ahhh….
    si “FULAN” = Muslim tapi ingin “mendekati” muslim sejati
    Pemimpin yang “Konyolwan” ?? “Solusi” atau “Polusi”
    Fulan = Milih solusi, ya do’a kan, jangan di polusikan
    Mr. and Mrs xxx ? mo pilih apa yach.
    Imam, Pendeta, Habib, Da’i, Ust. Kyai, Hj yang “Konyolwan” ?? “Solusi” atau “Polusi”
    Fulan = Milih solusi, ya do’a kan, jangan di polusikan
    Mr. and Mrs xxx ? mo pilih apa yach.
    RT, RW, Tukan Becak, WTS, Pemabuk, Penjudi yang “konyolwan” ? “Solusi” atau “Polusi”
    Fulan = Milih solusi, ya do’a kan, jangan di polusikan
    Mr. and Mrs xxx ? mo pilih apa yach.
    Yang nawarin..he.he., Wartawan, wawan, tata yang “Konyolwan” ?
    Fulan = Milih solusi, ya do’a kan, jangan di polusikan
    Mr. and Mrs xxx ? mo pilih apa yach.
    …dsb..dsb…
    He.he.he. Maaf yach mas Agor…mungking kebanyakaan……

    @
    Trims Mas Haniifa…. menjelaskan kembali manusia-manusia yang dalam keadaan merugi, berikut pilihan untuk tidak merugi…. 😀

    Suka

  9. lia said

    Ketika haji akhir tahun 2006 lalu, saya juga mendapat informasi mengenai kondisi teman saya yang memakai fasilitas regular. Pak Haji ini berkisah bahwa dia sampai menjemput truk yang jauh dari maktab untuk mendapat jatah makanan. Sementara kami yang ONH Plus berlimpahan rejeki, sampai-sampai rekan2 di Maktab ONH Plus tempat saya mukim di Mina mengirimkan katering yang berlebih ke areal haji regular dengan mencarter pick up dan motor. Menurut rekan2 saya yang mengirimkan makan ke areal haji reguler, saat itu kondisinya sangat memprihatinkan. Insya Allah tahun ini jauh lebih baik, mengingat kondisi jamaah yang sepuh sangat banyak yang mempergunakan jasa regular ini.

    @
    Kita mengalami hal yang sama, saya juga berangkat di tahun yang sama 😀 . Semoga tahun ini lebih baik.

    Suka

  10. Salam kenal. Dari penulis buku 40 Hari Di Tanah Suci.

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Agam Batalkan balasan