Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Al Qur’an Pelajaran Untuk Yang Berakal Saja !?

Posted by agorsiloku pada April 27, 2007

Iman, tak diragukan lagi definisinya adalah percaya, meyakini. Ciri orang beriman juga disampaikan antara lain : beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menafkahkan rejeki yang dianugerahkan Allah (QS 2:3), beriman kepada Allah dan RasulNya (QS 57:8), beriman kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya (QS 2:285), kepada hari kiamat (QS 42:18), menunaikan zakat (QS 4:162), tidak merendahkan kumpulan yang lain (QS 49:11), tidak ragu-ragu dan berjuang dengan harta dan jiwanya (QS 49:15), tidak mengambil pemimpin orang yang menjadikan agamamu jadi bahan ejekan (QS 5:57), yang hatinya menjadi tentram dengan mengingat Allah (QS 13:28), beriman adanya kehidupan akhirat (QS 6:92), tidak menikahi wanita musyrik (QS 2:221), bertaubat, menahan pandangan, tidak menampakan perhiasan kecuali yang biasa tampak (QS 24:31), tidak melanggar syiar-syiar Allah, berhaji (QS 5:2). Dan lain-lain, cukup banyak ayat yang berkenaan dengan ini.

Sifat dari iman yang dapat dipahami adalah tunduk/patuh. Tidak lagi bertanya sebab akibat atau mengapa. Singkat kata absolut tunduk/taklid. Beriman adalah sebuah pilihan, bukan pikiran.

Karenanya yang disampaikan ayat ini :

18. Al Kahfi 29. Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Dengan kata lain, di sana tidak ada dialektika, tidak ada tesa dan antitesa. Absolut. Percaya Allah, hari Kiamat, kehidupan akhirat dan lain-lain atau tidak. Itu saja. Jadi tidak usahlah bertanya lagi, ada nggak sih kehidupan akhirat itu?, atau apa saja yang berkenaan dengan iman. Setidaknya begitu yang saya pahami dari Al Qur’an.

Timbul pertanyaan : Apakah Al Qur’an adalah pelajaran bagi orang beriman?.

Sebentar, sebelum menjawab hal ini, apa sih artipelajaran”?

QS 54. Al Qamar 17. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
QS 3. Ali ‘Imran 138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
QS 7. Al A’raaf 57. Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
QS 16. An Nahl 125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS 50. Qaaf 8. untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
QS 44. Ad Dukhaan 58. Sesungguhnya Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.
QS 43. Az Zukhr 56. dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.

Tampaklah dari beberapa ayat di atas ada kata “pelajaran”. Kata “pelajaran” itu minimum menunjukkan suatu proses berpikir, menjadi mengerti, memahami, menjadi peringatan dan sebagainya. Jadi di situ ada proses yang “diajarkan”.

Sedangkan berakal?. Apa sih akal itu. Saya agak sulit memahaminya, tapi cenderung memilih sebagai kombinasi dari pikiran dan hati. Namun dengan definisi akal itu, saya merasa lebih mantap bahwa pemahaman kitab Allah memang harus bersumber dari akal. Hati saja tidak cukup. Tapi juga jika hanya pikiran saja, maka hawa nafsu bisa menyertai dan melahirkan kesombongan. Sebaliknya pula jika hati saja, maka proses memahami juga cenderung akan berhenti. Namun hati yang ikhlas memungkinkan tibanya pengertian-pengertian yang dijamin Allah :

75. Al Qiyaamah 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

Untuk urusan memahami, Al Qur’an mengabari posisi akal sebagai sarana untuk bertakwa :

QS 2. Al Baqarah 179. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.
QS 3. Ali ‘Imran 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
QS 5. Al Maa’idah 100. Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”
QS 13. Ar Ra’d 19. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,

Timbul pertanyaan : Mengapa ya Allah tidak menyebutkan hai orang-orang beriman saja yang dapat mengambil pelajaran.

Sholat saja nggak boleh kok, sampai akal kita kembali (tidak mabuk)…..

Lalu, bagaimana dong dengan posisi hati.

QS 22. Al Hajj 46. maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Dengan hati, mereka dapat memahami. Jadi memang pemahaman itu dengan hati. Hati bermain rasa takut, khawatir, gembira, kesal (beberapa ayat Al Qur’an) memberikan penjelasan mengenai kondisi hati ini. Jadi, kesimpulan akhirnya, meski rada-rada “mengesalkan” usaha Wak Somad untuk menjelaskan bahwa memahami harus dengan hati. Akhirnya akal saya, karena hidayahNya, bisalah mengerti mengapa Wak Somad yang kadang nggak konek memaksakan untuk menegasi pentingnya hati ini. Terutama setelah ditambahkan bahwa pada hati ada unsur pikiran/akal. Terimakasih ya Wak Somad.

Namun, begitu dengan ayat di atas, menjelaskan bahwa memahami itu dengan hati, bukan berarti pula bahwa akal boleh dikesampingkan. Akal sebagai partner hati sudah disampaikan pada ayat-ayat di atas, juga dengan tegas pula disampaikan :

QS 10. Yunus 100 Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

Tulisan ini juga untuk melengkapi catatan mengenai :

Akal Itu Di Batok Kepala Apa Di Dada Sih Yah?

Memakai Dalil, Dalih, Akal, atau Hati.

wallahu alam

11 Tanggapan to “Al Qur’an Pelajaran Untuk Yang Berakal Saja !?”

  1. abdulsomad said

    Assalamualaikum wr wb
    Semoga Hidayah buat kita semua bercurah…Amien
    Ayat-ayat pada alinea paling atas itu, kata sebagian Ulama disebut Ilmu Iman, diperlukan otak untuk mengingatnya (menghafal ayat ayat itu) disini fungsi Otak, Fikiran dipakai.
    Tetapi untuk MeYAKINI ayat-ayat itu, meYAKINI adanya ALLAH, Malaikat, Kiamat tak cukup dengan AKAL, disini dibutuhkan fungsi Hati, Perasaan, karena KEYAKINAN adalah perasaan.

    Hebat nya lagi KEYAKINAN ini bisa menjadi kekuatan, apalagi untuk meyakini ayat berikut : (QS 2:221), bertaubat, menahan pandangan, tidak menampakan perhiasan kecuali yang biasa tampak. (tak cukup dihafal).

    Dan lebih hebat lagi apabila kita sudah punya Keyakinan, selain kita dapat Kekuatan, akan berimplikasi pada mudahnya pengamalan.
    Ingat, ayat AL-QURAN, bukan cuma buat diketahui dan dihafal, tapi harus diamalkan.

    Ilmu Iman ada disekolah-sekolah, pesantren. Tetapi Ilmu Yakin agak susah nyari sekolahnya, tapi kalo serius mau belajar Ilmu Yakin (menanamkan Keyakinan dalam hati) wak bisa tunjuki tempatnya. Insya ALLAH.

    @
    Wass, wr.wb.
    Trims memberikan catatan tambahan Wak Somad. Pada kesempatan lain, saya “mungkin tertarik” dgn ilmu yakin. Sampai saat ini, agor hanya berusaha meyakini, dan percaya, bahwa seluruhnya adalah benar. Benar dalam segalanya. Hanya keterbatasan akal untuk memahaminya adalah sisi yang tidak bisa dihindari. Namun, dalam belajar, tak satu hurufpun dari ayat, ingin diingkari.
    Terimakasih pula untuk Wak Somad yang tidak menafikkan akal. Karena bagaimanapun akal adalah salah satu alat untuk mendapatkan pemahaman yang ada di hati. Wass, ag

    Suka

  2. madsyair said

    kalau ilmu ikhlas,tanya wak haji (sinetron kiamat sudah dekat). 😀
    pendapat saya
    otak untuk mengumpulkan informasi atau ingatan
    akal memikirkan apakah ini baik/tidak berdasar informasi dari otak
    hati menentukan apakah ini benar atau tidak.

    pengalaman dari beberapa mu’alaf, mereka beriman dalam islam setelah mereka membaca dan menggali ilmu tentang agama islam (di sini otak dipakai), kemudian akalnya berfikir apakah ajaran islam benar atau tidak berdasar informasi dari otak(akal bicara),kemudian hati (yang disertai hidayah Alloh) menentukan bahwa Islam adalah agama yang benar dan paling benar sehingga mereka yakin.
    Keimanan yang diawali dari proses panjang sebelum menemukannya,biasanya lebih mantab karena sudah melalui pemikiran dan pertimbangan. lain halnya kalau beriman karena keturunan biasanya kurang mantab kalau tidak disertai proses di atas.

    Nyumbang pemikiran,pak

    @
    ya, betul Mas, yang Wak Somad maksudkan juga tampaknya di situ. SEtelah akal bekerja dengan seluruh proses dan pengetahuan, tibalah kemudian hati beikrar untuk memahami (atau menolak) kebenaran. Pada hati itulah, Allah memberikan hidayah pada hamba yang dikehendakiNya. Kesombonganlah yang membuat hati tertutup dan “hitam”.
    Betul kagak mantap tanpa analisis dari akal. Akal juga memilah mana yang tertutup hatinya dan mana yang bukan, jadi nggak boleh lah taklik buta.
    Trims atas “sumbangan”nya, atas sedekah ilmunya ya. Agor

    Suka

  3. abdulsomad said

    Assalamualaikum wr wb…
    Tempat mencari ILMU YAKIN itu sangat dekat, adanya di MESJID, mulailah menyibukkan diri dengan kegiatan di MESJID yg dekat kampus/sekolah atau dekat rumah, berkumpullah dengan orang alim, sebentar lagi dunia ini mau digulung sama ALLAH.

    Ingat ketika Rasulullah Hijrah, yang pertama kali beliau bangun adalah MESJID, tempat turun nya HIDAYAH adalah Mesjid.

    @
    Wass.wr.wb,
    Berkumpullah dengan orang alim … eh ada lagunya ya…
    Itu betul sekali, saya setuju buanget… meskipun baru bisa sekali dalam sehari, saya berusaha Wak bertemu dengan mereka yang bertausyiah setiap pagi, membahas amanat Allah pada manusia. Mestinya lebih rajin ya wak. Insya Allah pesan Wak Somad menjadi perhatian agor, yah… meskipun merasa belum ada apa-apanya. Kesibukan dunia begitu melalaikan, agor mencoba pahami hal ini. Pagi tanpa bertemu dengan orang-orang alim, rasanya hambar santapan pagi tanpa santapan rohani. Sepinya pagi dalam jamaah mengingatkan betapa kuatnya perlawanan melawan hawa nafsu….
    Terimakasih diingatkan Wak.
    Wass, agor.

    Suka

  4. […] membuat AGAMA itu menjadi sulit, buat analogi-analogi sederhana, kayak gini misalnya, atau begini, atau begini, agar orang/manusia mudah untuk memahami agama, jangan dulu jejali […]

    Suka

  5. Abu Afkar said

    Ada berbagai ungkapan dari para ulama tentang agama:

    1. Agama adalah akal, tidak beragama bagi yang tidak berakal.
    2. Agama adalah sanad (urutan riwayat)
    3. Agama adalah Cinta, cinta adalah agama.

    Dari ketiga hal tersebut, agama bertumpu pada hujah (burhan). karenanya tantangan bagi orang kafir adalah “tunjukkan buktimu (burhanakum) jika kamu merasa benar”.

    Hujah agama Islam memiliki ketiganya: akal, riwayat dan hati. Ketiga tidak terpisahkan dalam Islam. Dalam Aqidah yang dominan adalah Akal dan riwayat, namun hati juga penting. Dalam fikih Riwayat dan akal dominan, namun hati tidak boleh dilupakan. Dalam tasauf, riwayat dan hati dominan, namun akal juga digunakan.

    Tidak ada dalam agama yang tidak masuk akal!
    Bedakan tidak masuk akal dengan di luar kemampuan akal atau tidak biasa secara akal.

    Salut, Blog ini bagus… Cuma kalau bisa gambarnya diberi dong, supaya mempermudah pemahamannya.

    @
    Pencerahan yang cerah dan mencerahkan. Terimakasih sudi berkunjung ke sini.
    Untuk gambar, ya betul kekurangan gambar, namun bisa diambil pada. Ini kekurangan dalam mempersiapkan visualisasi postingan. 😦

    Tidak ada dalam agama yang tidak masuk akal!
    Bedakan tidak masuk akal dengan di luar kemampuan akal atau tidak biasa secara akal.
    —> Menarik, bagaimana memilahnya?

    Suka

  6. muhammad ihsan tawakkal said

    hebat….ane setuju seluruh dunia akhirat (karena ane nggak bisa nyebut setuju 100% aja….itu mah, masih kuuurrrraaaaanggggg) atas apa yang di tulis itu…tidak ada alasan apapun untuk menolak hujjah itu….sekali lagi setujuuuuuu. bravo, buat yang nulis…sangat berbobot.
    kalau boleh, ane ikut kasih opini…islam adalah agama yang super komprehensif…siapapun juga apabila mau menelaah secara jujur dan objektif, pasti mau mengakui itu….karena islam membawa pencerahan sekaligus tantangan…! kenapa ane katakan begitu ? sebab islam mengajak manusia dari alam “kegelapan” ke alam yang penuh cahaya, islam mengajak manusia dari alam “kebodohan” ke alam “kepintaran”….caranya IQRA = Baca…Al-Qur’an sebagai bahan rujukan utama, baca Al-Hadist sebagai uraiannya, baca diri sebagai prototipe Kemaha Hebatan PenciptaanNya dan baca alam sebagai refleksi sunatullah.
    maaf mas…cuma ini yang bisa diungkapin…maklum masih taraf belajar. (tapi belum pinter-pinter juga…he..he…he)

    @
    Kita sama sedang belajar, pada rujukan dari yang Maha Mengenal, belajar untuk bisa sampai kepadaNya.

    QS 13. Ar Ra’d 19. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,
    Dan tentu saja kita tidak menafikan hati ketika kita mau memaknai pelajaran yang kita terima ya….

    Suka

  7. Abu Afkar said

    @Mas Argo

    Sesuatu yang tidak masuk akal, misalnya: Tuhan ada 3, Tuhan setara dengan makhluk, dll. Dalam matematika; 1+1+1=1.

    Sedang sesuatu yang di luar kemampuan akal adalah kalau akal tidak bisa mengkonfirmasi kebenarannya. Secara logika bisa benar, bisa tidak… Misalnya: Adakah setan/makhluk ghaib? Mu’jizat para Nabi.
    Secara akal/logika, tidak ada alasan logis yang bisa menerima atau pun menolak adanya makhluk ghaib. Di sinilah pentingnya Dalil naqli (yang berdasarkan pada riwatat/sanad) serta hati untuk memahami. Terima kasih.

    @
    Sesuatu yang tidak masuk akal, misalnya:
    Tuhan ada 3 –> masuk akal, buktinya banyak yang menyekutukanNya.
    Tuhan setara dengan mahluk –> masuk akal, karena akalnya mengarahkan dan membangun interpretasi seperti yang dimaui pemilik akal.

    1+1+1 = 1 —> kalau ingin dimasuk-masukkan kepada akal, ya bisa saja, dan kemudian dibuat contoh-contohnya.

    Sedang sesuatu yang di luar kemampuan akal adalah kalau akal tidak bisa mengkonfirmasi kebenarannya —> 100% setuju, dan ini hanya bisa dipahami ketika orang mencoba memahami batas-batas akalnya.

    Secara akal/logika, tidak ada alasan logis yang bisa menerima atau pun menolak adanya makhluk ghaib. Di sinilah pentingnya Dalil naqli (yang berdasarkan pada riwatat/sanad) serta hati untuk memahami. Terima kasih. –> Ini juga sama. Rupanya Mas Afkar malah lebih memahami ketimbang saya. Terimakasih ya Mas.

    Suka

  8. Sulit rasanya untuk beriman tanpa akal. Jika iman tanpa akal, seluruh agama dan kepercayaan akan diterima dan diyakini kebenarannya.
    Jadi untuk menjadi seorang muslim salah satu syaratnya adalah harus berakal yang dapat menentukan kebenaran mana yang harus diimani.
    Iman menyangkut kepercayaan masa depan yang belum diketahui fakta pembuktiannya tetapi sudah diketahui tanda-tanda kebenarannya yang tidak dapat dibantah dengan ilmu pengetahuan dan logika secara nyata.

    @

    Betul Mas Dedi Ganedi, akal menjadi penting untuk mengerti. Namun, seperti kata Wak Somad dan memang ada ayatnya juga. Hati berguna untuk memahami. Tanpa akal, tidak akan juga kita mengerti. Ibadah mana yang bisa dilakukan ketika akal tidak sedang berada dalam diri kita…..

    Terimakasih dan terimakasih lagi untuk kesudian berkunjung ke blog ini.

    Suka

  9. […] Kami tak perlu didoktrin bahwa Islam itu agama yang paling benar, karena kami sudah tau, kami sudah Islam sejak kami akil balik, tapi kami (terkadang) masih belum mengerti kenapa kami harus memilih Islam, yang kami tau cuma Islam itu adalah agama dengan kegiatan seperti dalam Rukun Islam dan kegiatan macam Yasinan dan Tahlilan. Selebihnya? Pernahkah para cendikiawan Muslim menjelaskan betapa indah dan bermanfaatnya Islam buat seluruh alam semesta? Pernahkah menjelaskan kenapa Umat Islam pantas berkaca pada lebah sekaligus menelitinya? Jangan hanya filosofi serang, bakar, hajar “musuh jangan dicari, ketemu jangan lari”nya yang didoktrinkan, tapi jelaskan bahwa lebah itu pekerja keras, suka bergotong royong dan tolong menolong, jelaskan bahwa lebah ternyata mampu membagi tugas siapa yang menjaga sarang dan siapa yang memproduksi madu. Sehingga kami tidak pernah menyesal memilih Islam, sehingga kami tau dan mengerti sepenuhnya bahwa segala petunjuk yang kami butuhkan di dunia dan untuk masa depan telah tersurat maupun tersirat dalam ajaran Al Qur’an. […]

    Suka

  10. […] membuat AGAMA itu menjadi sulit, buat analogi-analogi sederhana, kayak gini misalnya, atau begini, atau begini, agar orang/manusia mudah untuk memahami agama, jangan dulu jejali […]

    Suka

  11. […] Kami tak perlu didoktrin bahwa Islam itu agama yang paling benar, karena kami sudah tau, kami sudah Islam sejak kami akil balik, tapi kami (terkadang) masih belum mengerti kenapa kami harus memilih Islam, yang kami tau cuma Islam itu adalah agama dengan kegiatan seperti dalam Rukun Islam dan kegiatan macam Yasinan dan Tahlilan. Selebihnya? Pernahkah para cendikiawan Muslim menjelaskan betapa indah dan bermanfaatnya Islam buat seluruh alam semesta? Pernahkah menjelaskan kenapa Umat Islam pantas berkaca pada lebah sekaligus menelitinya? Jangan hanya filosofi serang, bakar, hajar “musuh jangan dicari, ketemu jangan lari”nya yang didoktrinkan, tapi jelaskan bahwa lebah itu pekerja keras, suka bergotong royong dan tolong menolong, jelaskan bahwa lebah ternyata mampu membagi tugas siapa yang menjaga sarang dan siapa yang memproduksi madu. Sehingga kami tidak pernah menyesal memilih Islam, sehingga kami tau dan mengerti sepenuhnya bahwa segala petunjuk yang kami butuhkan di dunia dan untuk masa depan telah tersurat maupun tersirat dalam ajaran Al Qur’an. […]

    Suka

Tinggalkan komentar