Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Gemerlapnya Haji Mabrur.. eh Makmur

Posted by agorsiloku pada Januari 23, 2007

Banyak orang yang secara materi makmur, tapi “merasa” Allah belum memanggilnya untuk berhaji, begitu juga sebaliknya. Banyak yang merindukan untuk berhaji, tapi keuangan tidak memungkinkan untuk melakukannya. Tidak sedikit pula, yang sudah mabrur sebelum menjadi haji. Haji hanyalah dan adalah salah satu rukun yang hanya karena mampulah (secara ekonomi dan kesehatan) maka menjadi wajib. Ritualnya juga begitu, ada yang boleh diwakilkan, ada yang tidak.

Allah maha pengasih, maha pemurah :”Barang siapa sholat subuh dengan berjamaah, lalu ia duduk berdzikir hingga matahari terbit kemudian dia sholat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah, secara sempurna dan sempurna“. Pahala ini diberikan bila mereka (yang melaksanakan) tidak mampu melakukan haji dan umrah. Jadi, jangan mentang-mentang ya. Memangnya orang nggak haji, nggak bisa mendapatkan pahala senilai haji?. “Lebih gampang malah”. Tentu saja harus ikhlas. Ke Tanah Haram, berhaji juga, kalau kagak ikhlas mah… Entahlah….

Jangan main-main, hadits ini diriwayatkan oleh :

  • Hasan, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Jami’ushShaghiir no. 6346, Silsilah Ahaadits ash-Shahiihah no. 3403, ShahihAt-Tharghib wat Tarhiib no. 464.
  • Hadits yang diriwayatkan oleh ath Thabrani dalam al-Mu’jamal-Kabir no. 7469 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihat-Targhib wat Tarhiib I/112 no. 469.
  • Dari Abdullah bin Ghabir, bahwa Umamah dan ‘Utaibah bin Abd at-Thabrani dalam al-Mu’jamal-Kabir no. 7741 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihath-Targhib wat Tarhiib I/112 no. 467, radhiallahu’anhuma.

Jadi soal mabrur atau tidak, tidak saya komentari deh (malu)

Dengan sedikit perbedaan pemahaman. Namun, hadits ini shahih atau setidaknya hasan itu mengingatkan bahwa, Allah maha pemurah. Pahala haji bisa diraih bukan hanya karena orang pergi berhaji, tapi melakukan ritual dalam satu hari seperti sholat subuh. Jadi, memang kurang relevan kita memikirkan pahala-pahala dalam perbandingan-perbandingan. Rahmat Allah meliputi segala. Dan memang bisa melanjutkan di kampung akherat dengan harapan dimasukkan ke surga, bukan karena pahala ibadah kita, sungguh karena kemurahanNya saja. Begitulah banyak orang alim berbisik ke kami.

Kembali ke haji makmur, ketika bis menjelang berangkat dari Hotel Kakky Jeddah, sebagian kecil dari jemaah-jemaah dalam satu group kami mulai berubah. Bukan sikap dan senyumnya saja, lebih tampak sumringah, namun pakaian yang dikenakan serta perhiasan yang dikenakan (terutama muslimah) sudah lebih “hot”. Sedangkan, jemaah laki-laki umumnya berganti ke kopiah haji.

Lebar dari gelang emas yang dipakainya, saya kira tidak kurang dari 5-7 cm, belum termasuk yang gemerincing gelang kecil di pergelangan tangan kiri dan kanannya. Yang satu lagi, kalung yang mungkin bisa dipersaingkan dengan putrinya Firaun. Pakaiannya gemerlap. Sungguh haji makmur deh.

Udara bis berbau emas, bertahtakan kopiah putih atau kopiah haji berumbai benang berwarna emas. Seandainya saya hari ini menjadi maling atau rampok, saya tentu menjadi sangat “beruntung” hari ini. Seandainya mereka tikus dan aku menjadi kucing, maka “kriuk..kriuk”, kumakan mereka berikut segala emas gemerincingnya yang menutupinya.

Mata kucoba alihkan lagi ke jalanan menuju bandara. Saya ingat detik terakhir menatap Ka’bah sebelum sholat sunnat terakhir.

“Teh… sudah Thawaf Wada, langsung kita pulang atau sholat sunnat dulu?”

“Sholat saja dulu, ini kesempatan terakhir”

Saya nggak berpikir lagi, apakah setelah Thawaf Wada terus sholat sunnat atau langsung ke luar dari meninggalkan Ka’bah”

Sholat digelar, dua raka’at. Alhamdulillah, Yang Maha Pemurah memberi saya tangisan kebahagiaan perpisahaan. Dua rakaat yang melelehkan bak penampungan air mata, mengalir melalui pipi. Mungkin ada yang jatuh ke lantai marmer halaman Ka’bah, terpanjang dalam sejarah nurani di Tanah Haram. “Ya, Allah, Ya Rabb.. ijinkan hambaMu ini bisa datang kembali ke rumahMu ini”. “Engkau telah memberikanku dan keluargaku ketentraman hati, kesenangan dunia. Jangan biarkan aku menjadi jauh dari hidayahMu”.

Aku ingat kembali, imam Subuh di mesjid dekat rumah nyaris selalu memimpin do’a dengan ucapan :”…Ya, Allah jadikanlah Al Qur’an dan As Sunnah menjadi penerang dalam kehidupan kami dan keluarga kami. Matikanlah kami dengan husnul chatimah…”

Mata berpaling kembali pada gemerincing emas itu, aku tersenyum sendiri dalam kegalauan hati. “Ah, tak aku tak mau jadi penjahat kambuhan. Tidak juga jadi seekor kucing.

Tetesan air mata di rumahMu, jauh lebih berharga dari gundukan emas itu. Hari ini aku bersombong dengan hatiku, menjadi sok suci dan merasa lebih baik dibanding mereka. Astagfirullah.

Bis sudah mulai memasuki bandara. Kamipun berkemas turun. Subhanallah wal hamdu lillah wa la ilaha illa Allah wallahu akbar. Senandung zikir dimanapun kucoba lantunkan dalam hati.

(Catatan Perjalanan Hajj 18)

3 Tanggapan to “Gemerlapnya Haji Mabrur.. eh Makmur”

  1. Yang berhaji pasti mabrur adalah Nabi Suci, karena:
    1. Nabi Suci mengetahui manasik haji makani (syiar-syiar Allah pada baitullah dan sekitarnya) dalam thawaf keliling Kabah, sa’i amtara Shafa dan Marwa, wukuf Arafah, Mabit Musdalifah, Jamarat Ula, Wusta dan Aqaba Mina.
    2. Nabi Suci mengetahui rahasia haji syiar-syiar Allah zamani sejak Adam sampai kiamat.
    3. Kalau umat manusia ingin mabrur ibadah hajinya, harus dapat menyingkap tabir rahasia syiar-syiar Allah itu.
    4. 1.400 tahun lebih sampai sekarang era globalisasi belum ada manusia yang mabrur maik haji makani dan zamani.
    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

    Suka

    • Salamun qaulam mir robir rohim Yaasiin (36) ayat 13,14,20,58.

      Saya, Soegana Gandakoeosoema telah diangkat Allah sebagai seorang rasul ke-3 sesuai dalil tersebut dalam Yaasiin tersebut diatas.

      Penyebabnya adalah saya telah memenuhi perjanjian para nabi memenuhi A;i Imran (3) ayat 19,80,81,82,83,85 Al Naidah (5) ayat 3,44,46,48,50,54,66,67,68.

      Akibatnya saya diberi penyempurnaan wahyu memenuhi Thaha (20) ayat 114.

      Untuk jelasnya baca buku panduan “Bhinneka Catur Sila Tunggal Ika” terhadap “Skema Tunggal Ilmu Laduni Tempat Acuan Ayat Kitab Suci Tentang Kesatuan Agama”, Penulis: Soegana Gadakoesoema, Penerbit God-A Cebtre 2007, sebagai hasil penelitiian otodidak selama 29 tahun terhadap isi Al Quran dan Bibel.

      Alhamdulillah !

      Suka

  2. Salamun qaulam mir robir rohim Yaasiin (36) ayat 13,14,20,58.

    Saya, Soegana Gandakoeosoema telah diangkat Allah sebagai seorang rasul ke-3 sesuai dalil tersebut dalam Yaasiin tersebut diatas.

    Penyebabnya adalah saya telah memenuhi perjanjian para nabi memenuhi A;i Imran (3) ayat 19,80,81,82,83,85 Al Naidah (5) ayat 3,44,46,48,50,54,66,67,68.

    Akibatnya saya diberi penyempurnaan wahyu memenuhi Thaha (20) ayat 114.

    Untuk jelasnya baca buku panduan “Bhinneka Catur Sila Tunggal Ika” terhadap “Skema Tunggal Ilmu Laduni Tempat Acuan Ayat Kitab Suci Tentang Kesatuan Agama”, Penulis: Soegana Gadakoesoema, Penerbit God-A Cebtre 2007, sebagai hasil penelitiian otodidak selama 29 tahun terhadap isi Al Quran dan Bibel.

    Alhamdulillah !

    Suka

Tinggalkan komentar