Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kalah oleh Pedagang Balon Bersepeda Tua.

Posted by agorsiloku pada Agustus 9, 2011

Di tengah keramaian pasar, seorang anak batila (bawah tiga tahun) menangis dan nyaris menjerit-jerit sambil tangannya menarik kakaknya yang juga masih balita. Sang kakak, tampaknya berusaha menjauhi apa yang menyebabkan si adik berurai air mata. Namun tak cukup berhasil. Si anak teguh dengan keinginannya, tak perduli keramaian pasar. Entah dimana bapak atau ibunya, mungkin sedang sibuk mencari penganan untuk berbuka. Saya perhatikan anak itu, ada keinginan untuk membantu memenuhi keinginan anak ini. Namun, hati kecil berkata :”Tunggu dululah, paling bentar lagi orang tuanya akan datang menyelesaikan masalah. Bukankah tak baik juga, menjawab keinginan anak dengan menjerit-jerit dan berurai air mata agar keinginannya terpenuhi”, gumanku dalam hati.

Sang Bapak tua yang menjadi sasaran menatap nanar si anak, kemudian menyapa halus, : “Mau yang mana?”.  Si anak berhenti menangis, dan menunjuk balon berbentuk lumba-lumba berwarna hitam.  Slow but sure, si Bapak melepaskan lilitan balon yang ditunjuk untuk diberikan pada si anak.  Entah apa yang ada dalam pikiran si Bapak pedagang balon ini.  Kemungkinan besar, dia kasihan pada anak kecil itu.  Mungkin juga ia ingat cucunya atau entah apa yang dipikirkannya.

Saya kemudian melangkah mendekat.

“Berapa Pak harga balon ini?”

“Lima ribu perak”.

Lalu saya sodorkan uang lima ribu kepada si Bapak.  Beliau ternyata tidak segera menerimanya, tapi malah balik bertanya.

“Ini putri Bapak?”.

“Bukan Pak”, reflek saya menjawab.

“Kalau begitu, tidak usah Pak, saya ikhlas memberikannya”.

Saya terdiam, uang tidak jadi saya berikan ke Bapak tua itu. Rasanya tidak sanggup berkata apa-apa.  Si anak segera pergi, tanpa kata apapun hilang di tengah keramaian pasar bersama adiknya.  Tiba-tiba isteriku bertanya, “Ada apa?”.  “Nggak apa-apa?”.  “Mau sedikit berbagi, sudah didahului !”. Jawabku sekenanya.

Si Bapak pedagang balon kemudian berjalan lagi, menuntun sepeda bututnya.  Balon yang dibawanya tidak lebih dari belasan saja.  Kalau semua dikali lima ribu rupiah, tak akan lebih dari sekitar 75 ribu rupiah.  Belum tentu dalam sehari terjual semuanya.  Saya perhatikan langkah tuanya yang bergerak menjauh.  Keikhlasannya untuk berbagi dalam kemiskinannya terasa sebagai cemeti yang menggelegar menyentuh keangkuhan nurani……

Ramadhan hari ke 7.

 

7 Tanggapan to “Kalah oleh Pedagang Balon Bersepeda Tua.”

  1. Roy Rey said

    PERTAMAX…
    Salam bos Agor..
    Sahur dengan apakah hari ini..???

    Suka

    • agorsiloku said

      Salam Mas Royrey……
      Sahur hari itu, wah makan besar….saya makan dengan sop yang sisanya hampir 97% dari berat lauknya tidak dimakan…. maklum sop tulang dengkul sapi yang dibeli 10 ribu lalu dipotong dua, dijadikan sup tulang….. murah nan nikmat…..(jangan bilang sama Kang Haniifa, nanti minta lagi….), padahal sudah blas habis…he….he…he….

      Suka

  2. Subhanallah,…

    Suka

  3. Wah sudah lama ga main ke blog ini, tulisannya masih tetep enak dibaca..
    makasih mas untuk artikelnya..

    Suka

  4. Subhanallah

    Suka

Tinggalkan komentar