Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kartun Pelecehan Nabi Muhammad saw, Bagaimana Menyikapinya?

Posted by agorsiloku pada Mei 21, 2010

Kalau bicara soal pelecehan agama,  boleh jadi agama Islam adalah agama yang paling mendapatkan perlawanan dari berbagai jenis manusia yang mengingkari Allah Subhanahu wa ta’ala.  Dalam perjalanan sejarah kebudayaan manusia yang penuh dengan usaha menyekutukanNya.  Kitab suci Al Qur’an dijaga keasliannya, melalui mekanisme penyajian yang ditetapkan Sang Pencipta dan para pembelajar Al Qur’an, melalui hamba-hambaNya.     Al Qur’an menjadi petunjuk bagi orang beriman, untuk menjadi tuntunan, perhatian, sumber informasi, sumber pengetahuan tentang perilaku ahlak, tentang tanda-tanda kehadiranNya.  Melalui Al Qur’an, ummat Islam mengenali dengan penuh keyakinan tentang perilaku bangsa-bangsa terdahulu yang dikenai azab, yang dalam perjalanannya sejumlah kaum bahkan membunuh utusanNya, dan mengabarkan bahwa mereka akan terus berlaku demikian sampai “kamu mengikuti” mereka.  Peringatan-peringatan kepada kaum beriman bertebaran dalam kitab petunjukNya untuk menjadi acuan di jalan lurus.

Kartun hanyalah sebagian kecil dari perilaku yang dengan sadar atau tidak disadari berusaha membangkitkan amarah ummat Islam atas pesan Nabi Muhammad SAW untuk tidak melakukan perbuatan yang menggambarkan dirinya.  Tentu ada penjelasan logis yang seperti biasa diungkapkan oleh ummat, tidak menjadi sumber pengkultusan, tidak menjadi sumber untuk membenarkan sebagai sumber wajah/wujud yang membuat peluang terjadi kemungkinan pengingkaran atau persekutuan antara Sang Pencipta dan Sang Utusan.  Untuk yang bukan beragama Islam, bukan yang mempercayai Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai satu-satu Tuhan yang mencipta alam semesta, seluruh mahluk hidup dan seluruh isinya, maka digambarkan dalam bentuk apapun, dipatungkan, atau difilmkan, ganti-ganti wajah, ganti-ganti rupa dari utusanNya tidaklah masalah.  Bahkan, jika perlupun diolok-olok bersama dengan vampire pun tidak masalah.  Itulah bagian dari kebebasan berekspresi, termasuk kebebasan untuk mengolok-olok Sang Pencipta dan utusanNya.

Kartun Nabi adalah Ekspresi Pelecehan terhadap Ummat Beragama Islam.

Jelas,  yang dibuat marah adalah ummat Islam yang tidak menghendaki terjadi penyimpangan atau kemungkinan terjadinya pengkultusan atau penggambaran Nabi yang memungkinkan timbulnya penyimpangan akidah.  Sulit kita bayangkan jika ummat Islam membiarkan gambar, kemudian foto, kemudian patung diperlombakan dengan menggunakan Nabi Muhammad sebagai figur.   Pembiaran membuka peluang penyimpangan akidah.

Hal berikutnya yang harus dilihat juga adalah stigma sosial, keras dan “teroris”-nya ummat Islam dalam arena berpikir orang bukan Islam dan juga kalau kita mau jujur, kooptasi yang sama juga pada sejumlah ummat Islam di dalam kerangka berpikir ini.  Hal ini dimungkinkan dengan hadirnya istilah Islam garis keras, moderat, atau sejenisnya.  Namun, setidaknya kita akan sepakat dan seharusnya sepakat bahwa kemungkinan penyimpangan akidah haruslah dijaga, dan yang menjaga adalah ummat yang diamanati untuk menjaganya.

Tantangan.

Kalau kita merujuk pada kehalusan budi pekerti Nabi dalam segala situasi, dipercaya, halus budi pekertinya, jadi suri tauladan.  Bahkan dalam satu kisah hadis diceritakan Nabi dilempari kotoran, sampai Malaikat Jibril menawarkan untuk menimpakan saja gunung kepada mereka, dijawab Junjungan bahwa mereka adalah orang yang tidak tahu.

Tantangan yang dihadapi ummat dengan pelecehan terhadap keyakinan ini adalah marah dan adil.  Marah dalam artian harus menunjukkan ketidak setujuan dan menegakkan akidah setegak-tegaknya dan adil, jangan berbuat aniaya dan berlebihan.  Menuntut harus dengan tatacara yang menunjukkan jati diri Islam, keras, dalam arti siap berperang untuk melawan orang kafir yang melecehkan Agama Islam dan ketentuan untuk tidak menyediakan negosiasi apapun untuk membiarkan Sang Nabi dihadirkan dalam bentuk reka gambar, patung, atau apapun yang telah dipesankan.  Bukan karena Nabi dilecehkan, tapi karena gambar Nabi dapat menimbulkan peluang penyimpangan akidah.

Ummat Islam bukan melemparkan caci maki terhadap pelaku.  Tapi menegasi bahwa keimanan terhadap Allah SWT adalah mutlak, mengijinkan atau membiarkan penggambaran Nabi bukan memperkeruh suasana, tapi memberikan peluang adanya kejadian yang menimbulkan Tuhan ummat Islam dipersekutukan.  Karena itu, dengan segala cara yang elegan, ummat Islam meminta agar hal ini harus dihentikan.  Negara juga tentunya harus berperan, karena jelas Sila ke Satu Pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa.  Negara berkewajiban untuk menegakkan dan menyelesaikan masalah ini sebagai masalah negara.

Perlawanan sederhana ditunjukkan dengan sikap seseorang,  Kesedihan Saya dan Pelecehan Karikatur Nabi. Boikot adalah salah satu cara, syiar kebenaran dan sebab akibat juga harus dijelaskan.  Namun, marah dan merusak, tidak memberikan makna apa-apa, namun bisa jadi lebih banyak mudaratnya karena memperkuat stigma sosial yang selalu dengan sengaja dibesar-besarkan oleh beragam pihak, agar cahaya agama sirna dari muka bumi.  Nabi adalah manusia dengan perilaku agung yang tak akan terlecehkan dengan cara apapun.  Kekasih Allah SWT yang kita puja sebagai suri tauladan, bukan sebagai mahluk yang menyaingi Sang Pencipta.  Namun, sebuah stigma pembenaran bisa dijadikan arena untuk menunjukkan perilaku ummat yang cinta kepada Nabinya menjadi stigma yang menggiring ummat Islam pada stigma yang diharapkan oleh musuh-musuhNya.

Komunikasi Ummat terhadap Citra Islam.

Kalau kita pintar, tentu kita akan menyusun langkah-langkah komunikasi sebagai sarana siar Islam dan utusanNya kepada ummat yang ragu.  Bagaimana pencitraan dikembangkan untuk mendapatkan nilai komunikasi yang baik agar apa yang kemudian terjadi, bukan menambah stigma sosial, namun tampil dan kematangan dan kedewasaan yang menjelaskan sebab akibat.  Tentu tanpa perlu menyudutkan pihak lain manapun, tapi dengan tegas menolak segala upaya dan tindakan yang dilakukan pihak di luar Islam untuk menghapuskan agama Allah Swt  dari muka bumi.  Tidak menghapuskan, tapi sistematis mengaburkan pengertian-pengertian petunjukNya, menjauhkan dari kebenaran, dari jalan lurus.

9 Tanggapan to “Kartun Pelecehan Nabi Muhammad saw, Bagaimana Menyikapinya?”

  1. aliusmanhs said

    tks…sangat bermanfaat …

    Suka

  2. KangDjadja said

    Terkadang saya berfikir, bahwa di luar sana banyak orang yang memancing-mancing agar umat Islam bertindak anarkis. Mudah-mudahan kita selalu diberi kesabaran, seperti Rasulullah saw yang tetap sabar meskipun dihina dan dilecehkan.

    Suka

  3. Olads said

    Diperlukan kesabaran tinggi bagi umat islam, agar jangan mengedepankan emosi nafsu dengan mengatasnamakan jihad sembari mengucap kebesaran Tuhan, malah hal yang demikian menunjukan sikap kebodohan sebagai umat yang katanya ber agama SELAMAT.

    Entah apa sebab kedengkian mereka berbuat semacam itu kecuali hanya ujian bagi kesabaran dan kepasarahan ciri umat islam, namun yang kita tahu selama ini, kebencian mereka terhadap islam selalu di hadapi dan dilawan oleh gerakan anarkis hingga pengrusakan dan pembantaian pengeboman. Mungkin perlu intropeksi lebih dalam lagi agar umat islam tidak terpancing oleh rekayasa yang murahan.

    Apakah kita ini masih mencintai islam dan Nabi nya dengan sesungguhnya…?, atau hanya pengakuan saja….?, itu semua perlu pengujian Iman dalam diri, bahwa : Kesempurnaan Iman adalah mencintai Allah dan Rasul Nya melebihi cinta nya kepada diri sendiri. Semua itu perlu dibuktikan dengan Akhlaqulkharimah sebagai ciri umat yang SEALAMAT.

    Suka

    • agorsiloku said

      Mencintai Rasul dan Sang Pencipta, esensinya tentu pada usaha untuk mengikuti petunjuk yang disampaikan, melalui risalah yang dibawa Penghulu Nabi. Benar Mas Olads, dibuktikan dengan ahlak yang mulia… Sebuah perjalanan panjang dan tidak mudah.
      Terimakasih Mas sudi berkunjung ke sini… 😀

      Suka

  4. hafizh29 said

    Allahu Akbar

    Dalam menyikapi masalah ini kita harus menggunakan kepala yang dingin, jangan kita berbuat anarkis, karena apabila kita terpancing untuk melakukan suatu tindakan anarkis, mereka akan senang, karena memang itu tujuan mereka, akan lebih baik jika kita berikan mereka terlebih dahulu, apabila mereka masih saja menyakiti umat Islam, maka kita berikan mereka suatu sikap yang dapat merugikan mereka ( seperti pemboikotan, pengusiran ), jika mereka masih juga baru kita berikan perlawanan fisik terhadap mereka

    Suka

  5. hafizh29 said

    maaf ketinggalan, untuk langkah pertama kita berikan merekan peringatan keras, di koment sebelumnya ketinggalan

    Suka

Tinggalkan komentar