Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Apakah/Mengapa Kejadian Gempa Sumatera, Jawa dihubungkan dengan Ayat Al Qur’an?

Posted by agorsiloku pada Oktober 8, 2009

Pertanyaan yang aneh tapi nyata.  Facebook dan blog-blog dan berita lainnya tergerak untuk membuat hubungan kejadian luar biasa dengan sejumlah ayat-ayat suci.  Bahkan beberapa tokoh agama juga tergerak minatnya untuk juga ikut menghubung-hubungkan.  Semua jawaban akhirnya akan berpulang pada wallahu a’lam, atau Allah Swt yang lebih mengetahui.  Kita boleh jadi sedikit tahu, sedikit memahami, sedikit menghubung-hubungkan, dan sejumlah kebetulan lainnya yang betul-betul.

Sebelum dibahas lanjut, mari kita berpatokan pada penjelasan AQ 6:59 Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (terj. Depag)

Ini merupakan komitmen dari wallahu a’lam.

Saya sendiri tidak berani menyalahkan dan apalagi membenarkan semua keterhubungan yang dibuat oleh kita dalam segala keterbatasan logika dan pengetahuan.  Namun, saya percaya bahwa segala apa yang terjadi di permukaan bumi ini, di luar, atau di dalamnya semuanya adalah by design.  Tidak ada kebetulan dan semua adalah keniscayaan.  Tidak ada yang tidak memiliki ukuran dan potensi untuk terjadinya sebuah kejadian sederhana sampai menjadi sebuah resultante bencana yang luar biasa.  Dan semuanya sudah “tertulis” dalam kitab yang nyata. Tertulis seperti apa, wallahu a’lam.  Ilmu pengetahuan, teknologi, dan segala sumber turutannya memahamkan kita bagaimana konsepsi-konsepsi sebagian kecil dari ilmu Allah dipahamkan kepada manusia.

Waktu gempa dan ayat?

Pertanyaan yang bergulir pada kejadian gempa (yang menelan korban jiwa besar) adalah waktu yang dipakai oleh stasiun pengamat gempa, kecepatan gelombang gempa saat tiba gempa (ke permukaan bumi) dan waktu terjadinya gempa dari pusat gempa di kedalaman bumi.   Jadi, setidaknya ada 3 komponen yang perlu dilihat (dalam pengetahuan kita) : pusat gempa, perjalanan gelombang gempa ke tempat kejadian, dan kedalaman kejadian gempa.

Tempat  Gempa, diperkirakan berdasarkan laporan stasiun pengamat gempa di kedalaman sekian sampai sekian.  Kalau disebut kedalaman 70 km ya artinya antara 67-100 atau kalau disebut 30 km antara 0-34 km.  Artinya ada unsur ketidak pastian, karena alat yang dimiliki memiliki faktor koreksi dan perkiraan.

Waktu kejadian, waktu kejadian dalam beberapa kasus ini dihubungkan dengan perhitungan kalendar matahari (teristial day).  Matahari dan Bulan dalam Al Qur’an memang disebutkan sebagai alat bantu bagi manusia untuk melakukan perhitungan.  Al Kahfi juga menjelaskan antara perbedaan waktu hitung pemuda yang tidur dalam gua, 300 tahun dan 9 tahun lagi.  Meskipun keduanya (matahari dan bulan) digunakan sebagai alat hitung manusia, namun Al Qur’an dalam pembahasan aturan dan kelengkapannya menggunakan perhitungan kalender bulan (Hijriah), bukan matahari (Syamsiah).  Jadi, mengapa hitungan pada hubungan ini menggunakan ayat dalam hitungan waktu masehi?, bahkan lebih spesifik lagi menggunakan WIB (Waktu Indonesia Bagian Barat).  Bagaimana dengan kejadian gempa di Nabire?, apakah menggunakan WIT?, atau Bali dimana antara Kota Banyuwangi dan Kota Negara (Bali) yang jaraknya terpisah beberapa kilometer, tapi waktunya berselisih satu jam?.

Informasi dan Keterhubungan?

Pertanyaan berikutnya yang menggeluti pikiran adalah, gempa ini dicatat dengan ketepatan waktu berapa oleh BMG, menit atau sampai detik, kalau misal jam 12.58.29 dan 29.59.01  dicatatnya bagaimana?.

Bahwa pada suatu peristiwa dilakukan perhitungan seperti yang dilakukan oleh rekan menggunakan kelipatan 19 bisa direnungi lebih ke dalam.  Sejumlah kejadian alam semesta (seperti komet Halley, tiba 76 tahun sekali, alias habis dibagi 19).   Kita dapat memahami bahwa semua unsur kejadian adalah kombinasi matematis yang tidak sederhana (dan bisa disederhanakan dengan sejumlah pengabaian perhitungan).  Dengan kata lain, kejadian besar kecil, baik buruk, tentu ada mekanisme yang mengendalikannya.

Namun :

Kalau ayat AQ 17:16 digunakan untuk menjelaskan  : Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.

Untuk menjelaskan kejadian di Padang dan sekitarnya.  Maka pertanyaan berikutnya (kalau kita membenarkannya) maka “Nagari Padang” masuk kriteria ini, … Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya?. (ayat yang menjelaskan tentang negeri yang dihancurkan juga menerangkan kaum mana yang dihancurkan oleh Allah).  Dengan kata ayat menjelaskan tentang kebijakan Allah untuk mengambil keputusan atas perilaku sebuah negeri !.

Bukankah kita tidak tahu, bukankah kita tidak dibenarkan berprasangka, terlebih lagi jika prasangka itu menggunakan “pembenaran” ayat suci !.  Subhanallah, bagaimana pula perasaan saudara-saudara kita yang terkena musibah terhadap pernyataan ini?.

Perlukah/Pantaskah?.

Wah, susah juga ya menjawabnya.  Namun, tentu saja kita sebagai ummat Islam yang dari padanya kita diajarkan melihat ilmu dan pengetahuan perlu bertanya : apakah dampak sosial/budaya terhadap kitab Al Qur’an dan pandangan manusia jika kejadian-kejadian musibah besar (atau kecil) dikaitkan dengan cara ini.  Bagaimana kalau kita mempercayai dan meyakininya.  Bagaimana kalau hitungan serupa atau sejenisnya disampaikan oleh yang berkompeten (tokoh) untuk kejadian yang belum terjadi?

Begitu juga hitungan-hitungan waktunya.

Tentu, tulisan ini sama sekali tidak meremehkan musibah atau bencana dari sudut pandang rahmat Allah atau azab, namun setidaknya menghubungkan informasi dengan kejadian dengan dasar argumentasi yang kebenarnnya kita juga kita juga masih terperangah sebaiknya kita simpan saja.  Ada kekhawatiran, bahwa syiar dengan model ini bisa menimbulkan sisi yang berbeda dengan apa yang sebenarnya sehngga kita terperangkap dalam keterperdayaan……

Wallahu a’lam.

14 Tanggapan to “Apakah/Mengapa Kejadian Gempa Sumatera, Jawa dihubungkan dengan Ayat Al Qur’an?”

  1. Assalamu’alaikum, @Kang.
    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ
    Catatan terakhir dari @Om Agor sangat menyejukan hati,

    Tentu, tulisan ini sama sekali tidak meremehkan musibah atau bencana dari sudut pandang rahmat Allah atau azab, namun setidaknya menghubungkan informasi dengan kejadian dengan dasar argumentasi yang kebenarnnya kita juga kita juga masih terperangah sebaiknya kita simpan saja. Ada kekhawatiran, bahwa syiar dengan model ini bisa menimbulkan sisi yang berbeda dengan apa yang sebenarnya sehngga kita terperangkap dalam keterperdayaan……

    Karena walau bagamanapun itu terjadinya kita selaku Umat Islam harus tetap berpedoman pada firman Allah berikut:
    أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَـنِ الرَّجِيمِ

    مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

    Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 64:11)

    Lalu mengenai catatan waktu gempa 17:16, apakah waktu tersebut ?!
    1. Dipusat gempakah ?!
    2. Di Padangkah ?!
    3. Di Padang Pariamankah ?!
    Jika semua tercatat sama, apakah rambatan gelombang gempa tidak diperhitungkan ?!

    Lalu mengenai hitungan 19, mari kita review lagi ayat tsb:
    “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan (baca: 19) ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (QS 74:31)

    Sangat jelas akan terjadi pemisahan yang semakin jauh yaitu orang-orang yang tersesat dan orang-orang yang diberi petunjukNya, Alhamdulillah rekan kita yang menghitung dengan tepat Insya Allah termasuk orang-orang yang diberi petunjuk sebab nada kekhawatiran akan peringatan Allah berupa bencana ini jelas ketara.

    Rekan-rekan sekalian,
    Jujur saja saya mendapat pesan “rahasia” dari seorang sohib yang tahu seluk beluk secara detail tatanan di tempat bencana saat ini…. duh sayah jadi mengurungkan niat membuat artikelnyah dan secara pribadi hatur tengkiu to Oom Agor ternyata lebih luwes dan bijak memaparkannya, padahal sayah ingat peristiwa bencana kemanusian di bumi pertiwi ini : G 30 S 9 :mrgreen:

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  2. […] walau bagamanapun itu terjadinya kita selaku Umat Islam harus tetap berpedoman pada firman Allah berikut: أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ […]

    Suka

  3. Kier Darby said

    Thank you for your topic and subtraction

    This wedding location in which such and such language in order to benefit all

    And a thousand thanks to you

    Holy Quran translated into English
    http://www.mp3allah.com/Quran-En-Book/index.html

    Holy Quran translated into Spanish
    http://www.mp3allah.com/Quran-Es-Book/index.html

    Holy Quran translated into German
    http://www.mp3allah.com/Quran-Dm-Book/index.html

    Holy Quran translated into French
    http://www.mp3allah.com/Quran-Fr-Book/index.html

    Suka

  4. ubung said

    mas agor paling tidak mengatakan gempa menurut AQ bukan menyebutkan daerahnya, cukup dikatakan negeri-2 spt layaknya dalam AQ, yang Allah binasakan atas kehendak Allah karena menyekutukan Allah dsb dsb dan menjadi peringatan bagi yang berakal dan yang Allah hidupkan yang menjadi saksi agar kembali kepada Allah gitu termasuk kita kita ini amin ya Allah wassalam oeboenks.

    Suka

  5. ABDUL AZIZ said

    Assalamu’alaikum,

    Kang Agor & Kang Haniifa, saya jadi ingat dulu ketika Amstrong menginjakan kakinya di bulan tahun 1969 ( belum paga lahir ya ? ). Para ulama kita tidak mau kalah, katanya semua itu ada dalam Al-Quran. Sama seperti sekarang dengan upaya meghubung-hubungkannya dengan ayat Al-Quran.

    Terima kasih

    Salam

    Suka

  6. kautsar said

    Jawaban ilmiah untuk masalah ini Alhamdulillah telah kami posting dalam artikel berikut. silakan di cek di sini :

    Hukum Menghubungkan Waktu Kejadian Gempa dengan Ayat-ayat al-Qur’an

    semoga bermanfaat.

    Suka

  7. 1. Luar biasa jika ada orang yang mengkaitkan bencana di Padang dengan ayat walaupun jam kejadian dan ayat sama sama bermakna bencana (17:16), namun apakah kita tidak mengetahui :
    a. bahwa urutan surat-surat yang ada dalam alquran itu sebagian besar ulama sepakat hanya surat 1 sampai 8 saja yang diurutkan oleh Nabi saw? urutan selanjutnya, inisiatip dari para sahabat yang melihat nabi saw meletakkan urut yang paling panjang lebih dahulu?. Bagaimana mungkin jam 17 sama dengan urutan ayat ke 17
    b. Demikian juga urutan nomor surat. Bukan kah zaman Nabi saw alquran dibaca tanpa angka surat? hanya nabi memberikan contoh dimana harus berhenti. Contoh sederhana surat alfatihah, apakah semua sepakat bahwa ar rohmanir rahim itu ayat ke 3?, bukankah tergantunga pada apakah orang itu menganngap bismillah sebagai ayat pertama ataukah alhamdulillah yang ayat pertama?
    kalau dari sisi urutan surat dan urutan angka ayat pada zaman nabi saja bukan merupakan kepastian, bagaimanakah bisa menjadi patokan untuk kehidupan ?
    2. Jika ayat tersebut atau ayat-ayat yang lain kita jadikan patokan bahwa gempa di padang sebuah azab atau minimal peringatan allah swt karena kemaksiyatan penduduknya, alangkah nistanya kita mengkaitkan ayat tersebut. Apakah kita yang tidak kena gempa itu oran baik? apakah kita lupa dengan surat 35 ayat terakhir ? bahwa Allah swt tidak mengkaitkan siksaNya dengan perbuatan seseorang?
    3. Mari kita jauhkan prasangka tidak baik dalam diri kita terhadap bencana yang ada. Mari kita perihatin dengan kondisi sahabat sahabat kita di Padang itu. Sebab kalau kita mengkaitkan bencana di padang dengan Azab Allah swt, tentunya kita tidak mungkin memberikan sumbangan karena, bagaimana mungkin kita bisa berikan sumbangan kepada orang-orang yang sedang dimurkai Allah ? Subhanallah, mudah mudahan kita tidak seperti itu

    Suka

  8. Irawan Danuningrat said

    Assalamu’alaikum wr.wb.
    Saya sangat gembira dan bersyukur membaca artikel Kang Agor terlebih dengan dicantumkannya QS 6:59 dan komentar mas Haanifa yg merujuk QS 64:11.
    Dari kedua ayat tersebut, ditambah dengan At Taubah ayat 51 yang berbunyi :

    قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا ڪَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَٮٰنَا‌ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَڪَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

    Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS 9:51)
    Menurut hemat saya, sungguh mengada-ada dan sangat tak berdasar siapapun yg mengaitkan nomor surat dan ayat dalam al-Qur’an dengan suatu kejadian luar biasa (musibah maupun anugrah) yg dialami manusia. Hanya Allah swt yg mengetahui rahasia yg Ghaib dan segala sesuatu yg terjadi di jagat raya ini. Tiada satu kejadianpun yg berlansung tanpa rencana dan kehendak Allah swt.
    Maka dari itu, menurut hemat saya siapapun yg menyatakan adanya korelasi antara ayat-ayat al Qur’an tertentu dengan kejadian tertentu, maka disadari atau tidak ybs telah menempatkan dirinya sebagai “Allah” yang menciptakan Al-Qur’an dan berbagai kejadian tsb.

    Wallahu’alam.

    Wassalamualaikum wr.wb.

    Suka

  9. bolehkah menghubungkan antara gempa sumatra dan ayat al qur’an? temukan jawabannya di http://salafiyunpad.wordpress.com/2009/10/15/gempa-sumatra-dan-ayat-al-quran-benarkah/

    Suka

  10. Dono. said

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    Manusia yg kurang kerjaan dan zholim memang suka mencari-cari kesalahan orang lain atau mengutak-katik firman Allah untuk mencari hubungan yg tepat atas bencana-bencana yg terjadi, padahal sebelum bencana terjadi amat sedikit yang beribadah,dengan kata lain balok yg didepan matanya sendiri dia tidak nampak tapi kononnya menunjukkan kesalahan orang lain.
    Untuk ginian tidak usah pake ayat Alquran segala tetapi pake akal yg sehat.
    Jika berkeinginan hendak menggunakan ayat pada alquran, carilah ayat yang tepat agar tidak menyakiti saudaramu sendiri.

    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Suka

  11. Arief juniawan,drh said

    Ketahuilah ALLAH Maha Nyata dan Maha batin….ALLAH menyukai orang-orang berilmu…ALLAH mengangkat derajat orang-orang berilmu…ilmu yg tak berdasar sangat di benci Allah…Allah Maha Pandai…teladani sifat-sifatnya…dosa kebodohan juga ada maka dari itu….waspadalah utk orang-orang berpuas dgn kebodohan…

    Suka

  12. wira said

    berarti, orang-orang di sumatera barat itu pada banyak yang durhaka ya, sepertinya penulis ingin menyampaikan hal ini.
    sedurhaka mana dibandingkan dengan orang-orang di vatikan?
    kok di sana ga begitu ada bencana ya? apakah ketentraman di vatikan itu merupakan ujian dari ALLAH? bagi saya, gempa di sumatera barat atau pun aceh, lebih kepada ujian ALLAH kepada orang-orang yang beriman. dengan ujian seperti ini, akan diuji apakah orang-orang beriman ini akan tetap menyebut asma ALLAH ketika menghadapi dan setelah menghadapi ujian dari ALLAH.

    Suka

Tinggalkan komentar