Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Hasil Pemilu dan Keajaiban Statistik

Posted by agorsiloku pada April 12, 2009

Saya sama sekali bukan ahli statistik, jadi wajar-wajar saja deh saya mengagumi kehebatan statistik.  Dari 561 ribu lebih TPS untuk pemilu DPD, DPRD, dan DPR Pusat maka hanya dengan 2500 TPS yang dipantau, mampu mewakili perhitungan suara sebanyak 561 ribu (atau 0,4 % dari total populasi yang akan diuji). Pak Rohedi tentu bisa menjelaskan lebih banyak fenomena ini dengan lebih cantik.  Metro TV, katanya memantau data dari 4000 TPS (Tempat Pemilihan Suara) atau 0,07% dari populasi (jumlah total TPS).

Pokoke, hasilnya bisa dipercaya dan mendekati angka yang akan dicapai dari 561 ribu TPS yang ada.  Wah kalau begitu asyik juga ya.  Daripada mengeluarkan uang banyak-banyak untuk membiayai pemilu 2009 sebesar Rp 271 ribu per pemilih atau mencapai Rp 47,9 Trilyun maka gunakan saja quick count, maka biaya bisa ditekan hanya kurang dari Rp 1 Triliun saja dan sisanya yang 46,9 Triliun digunakan untuk membunuh kemiskinan, menambah biaya untuk menggratiskan sekolah.  Pokoknya membangun dan membangun.  Bukan untuk bancakan.  Mengapa, karena biaya untuk mendapatkan calon DPR yang waras, cukup 0,07% saja dari biaya demokrasi. 😀

Bukankah janji-janji semua partai itu untuk kesejahteraan bangsa dan negara, untuk cita-cita luhur bangsa ini.  Meskipun ada fakta pula, bahwa kalau mereka gagal menjadi anggota dewan yang tidak terhormat maka peluang masuk rumah sakit jiwa juga terbuka lebar.  Apalagi jika cita-citanya untuk kesejahteraan bangsa dan negara ini, cita-cita luhur ini gagal dicapai.  Bukankah tersedia uang kartal, tunai keras sebesar 46 Triliun untuk membiayai semua cita-cita ini dari pada dibuang untuk pemilu yang cita-citanya justru untuk memilih pemimpin dan yang bakalan terpilih itu-itu juga.

Gantikan saja pemilu dengan TPS Quick Count Only. Ho..ho..ho… bukan begitu dong logikanya.  Pestalah berdemokrasi dan kematangan berpolitik.  Quick Count kan tidak mungkin mewakili sebuah pesta untuk menyejahterakan bangsa ini….

Bagaimana pula dengan kasus-kasus yang mengungkapkan jumlah kejadian negatif yang terjadi di sejumlah TPS, serangan fajar, penggunaan birokrat untuk mengumpulkan suara.  Apakah perhitungan ala Quick count bisa mewakili?.  Artinya, kalau ada sejumlah kasus terungkap, maka kasus yang ada dalam sekam, yang tersembunyi, yang tersimpan di dalam keserakahan manusia untuk berkuasa, sebenarnya terwakili oleh ungkitan yang dihasilkan oleh model matematis quick count…

Untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini, belum kita menghitung biaya pribadi yang harus dan perlu dikeluarkan caleg untuk berhasil menarik minat pemilihnya.

Namun, setidaknya Quick Count mengajarkan kepada kita, kalau mau mendapatkan informasi yang benar tentang kemiskinan, kerisauan masyarakat dan lains sebagainya maka sampel yang proposional dan tepat bisa menghasilkan informasi yang relatif akurat dan tepat untuk kemudian dijadikan pengambilan keputusan yang tepat pula…..(ulasan yang aneh…) 😀

9 Tanggapan to “Hasil Pemilu dan Keajaiban Statistik”

  1. miftahrahman said

    ya begitulah pak..

    Suka

  2. marinki said

    Betul sekali… uang segitu triyunan hanya seolah dibuat bancakan.. padahal yang dipakai adalah uang rakyat, hasil pajak sana sini. Saya setuju banget kalau pemilu quick count saja, biar rakyat sejahtera, kenapa mereka tidak mau berpikir ke sana ya?
    Jurusan statistik, sekarang jadi pilihan, karena memang sudah tahu jalan keajaiban kok..

    Suka

  3. Rohedi said

    Assalamu’alaikum Mas Agor,

    Tadi siang waktu saya ngantar nyonya dan kedua putri saya Denaya Lesa dan Nadya Fermega, saya coba akses agorsilaku.wordpress.com via Black Berry. Dan saat membaca penggalan kalimat yang ini:

    “Pak Rohedi tentu bisa menjelaskan lebih banyak fenomena ini dengan lebih cantik”,

    mulanya saya sempat tertarik untuk melayani permintaan panjenengan.

    Tapi setelah membaca penggalan kalimat yang berikutnya:

    “Bukankah tersedia uang kartal, tunai keras sebesar 46 Triliun untuk membiayai semua cita-cita ini dari pada dibuang untuk pemilu yang cita-citanya justru untuk memilih pemimpin dan yang bakalan terpilih itu-itu juga”.

    Langsung lubuk hati saya berbisik “nihik-nihik” Rohedi. Bukan karena pemimpin yang bakal kejaring itu-itu saja mas Agor, tapi lebik takut kenak laknat angka 46 di atas, yang menurut keniscayaan saya ia merupakan angka Tauhid (4+6=10>>1+0=1, bukan begitu mas Haniifa?). Jadi urung untuk nganalisis perolehan suara Pemilu itu.

    Lagian di PEMILU mendatang saya mencanangkan turut berlaga menjadi salah satu capres, Eists…kalau Mantan Presiden B.J Habibie juga turut berlaga lho… Tidak percaya kalau saya serius mematok RI-1?

    Monggo visit ke link yang ini Mas..

    http://rohedi.com/content/view/27/26/

    Di leave comment itu saya paparkan Visi dan Misi Kenegaraan saya.

    Tapi alasan penolakan saya yang lebih realistis adalah karena terlalu simple kasus statistik yang harus saya analisis. Saya khan biasa mengalisis gejala “Stochastic the base of high technology”, masyak saya harus turun jabatan menganalis pekerjaan yang cukup ditangani oleh Saiful Jamil CS, hehehe…..ya khan mas.

    Mas Agor bisa saja….

    Wassalam,
    Rohedi.

    @
    Ass.wr.wb. Betul Mas… statistiknya simple, yang tidak simple justru keputusan yang dilahirkannya. Bahkan makin terasa “garing” hasil KPU sekarang, karena melakukan perhitungan mengikuti statistik model kura-kura untuk keputusan politik yang begitu penting untuk bangsa ini.
    Atau hanya menunjukkan ketidakberartian ilmu dan pengujian untuk mengambil pilihan atas keberhasilan KPU memperlambat hasil hitungan….. pada cara yang nyaris sudah di luar akal sehat…..
    Wass, agor

    Suka

  4. Saya pun prihatin dengan pemilu lalu.Ada banyak kesedihan dan kepedihan yang terjadi.

    Suka

  5. Liexs said

    Assalamu’alaikum Wr. Wb
    Numpang ngiklanin Image Header Competition Mas di

    Image Header in Competition(s.d tanggal 10 Juni 2009)

    Suka

  6. myrazano said

    seharusnya sebagai rakyat yang uangnya dipakai secara bodoh bisa menuntut KPU dengan kacaunya pemilu ini

    terimkasih

    Suka

  7. Quick count

    Suka

Tinggalkan komentar