Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sains Islami – Apakah Sains Bebas Nilai?

Posted by agorsiloku pada Juni 26, 2008

Sains ya sains, agama ya agama.  Itu dua entiti yang berbeda.  Sains punya aturannya sendiri dan agama juga punya aturannya sendiri.  Itu dua hal yang berbeda?.  Jelas? 😀

Kalau ada sains Islam, lalu tentu juga ada Sains Budha, Sains Kristen, Sains Hindu, Sains Kepercayaan?, atau apalah namanya?.  Kutub peradaban sains dan kutub keberagamaan adalah dua hal yang berbeda.  Sejarah pernah membuktikan ketika tokoh-tokoh agama menghakimi para saintis karena.. ya begitulah… Sains menjadi alat menggugat Tuhan?

Menggugat Tuhan?  Bisa saja, misalnya tentang engsel yang indah dari Oom Charles.  Sains, didalamnya melahirkan kebenaran-kebenaran dan uji-uji hipotesis dari masa ke masa dengan segala latar belakangnya menimbulkan kebanggaan dan keberdayaan manusia dengan produk teknologinya.  Meski kita sadari juga, pada akhirnya seluruh proses kreatifitas manusia dan kemampuan berpikir manusia untuk mengelola alam semesta dengan segala pernak-perniknya selalu melahirkan penemuan-penemuan baru yang kian lama kian shophisticated, kian canggih.  Namun, ilmuwan tetap terperangah, apalagi orang awam seperti kita ini.  Suatu fakta selalu terbentang di depan mata bahwa seluruh kreatifitas dan hitungan yang jlimet selalu kemudian disadari :”Selalu ada sesuatu dibalik itu; yang lebih spektakuler, selalu lebih mempesona, dan lebih kreatif”.  Tidak salah karenanya, ilmuwan kemudian memahami bahwa kreatifitas alam semesta dalam membangun dirinya lebih kaya dibandingkan dengan kemampuan olah dan pikir manusia dalam memahaminya.

Kalau memang begitu, lalu kenapa kemampuan manusia untuk memahami isi alam semesta yang dipesankan Allah sebagai pelajaran bagi orang-orang berakal tidak selalu.  Sekali lagi, tidak selalu menjadikan manusia yang berpikir semakin mengerti pesan-pesan ilahiyah yang terkandung di dalamnyal.

Buktinya sederhana saja, tidak sedikit ilmuwan yang memilih tidak beragama dan sedikit pula yang beragama.  Di berbagai belahan dunia, terutama di tengah kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat dan digdaya, pengetahuan dan teknologi tidak menyebabkan manusia menjadi mengenalNya.

Jelas, dan seperti kita lihat bersama, ada prasyarat yang memungkinkah bahwa seorang ilmuwan atau orang berpengetahuan luas, tidak dengan sendirinya menjadi seorang semakin dekat dan mengenalNya.  Bahkan bisa juga karenanya pula, malah semakin jauh dan samar Sang Pencipta baginya.

Kalau begitu, apakah kemudian yang harus kita pahami dari Sains Islami. Apakah sains yang menjelaskan keajaiban Al Qur’an, Mukjizat, keberadaan Sang Pencipta, Dimulai dari menyebut namaNya dan selanjutnya biasa saja, ataukah dengan pemahaman keislaman, maka sains menjadi warna yang tidak sepenuhnya bergantung pada pemahaman materialistik.  Dimanakah batas-batas sains, apakah sains juga akan bertahan pada ranah yang hanya bisa diuji dengan hitungan dan indra-indra yang lima itu.  Apakah ini sains Islami, ataukah menempelkan metodologi sains pada dunia keagamaan?.

14 Tanggapan to “Sains Islami – Apakah Sains Bebas Nilai?”

  1. […] : 1. Duhhh… Mas-mas… Mba-mba… Mujuzat ditanganmu khok, tidak terasa !! Possibly related posts: (automatically generated)Bagaimana mungkin manusia ditakdirkan masuk Neraka […]

    Suka

  2. Aburahat said

    @Agor
    Mas mengatakan SAINS ya SAINS da AGAMA ya AGAMA se-akan2 tdk akan bertemu SAINS dan AGAMA
    Mungkin utk agama selain Islam yg dibawa Nabi Muhammad Rasulullah SAW mungkin YA. Tetapi sesudah Rasul datang dgn Alqur’an maka SAINS tdk bisa terlepas dari AGAMA.
    Sblm datangnya Alqu’ran para SAINS (FILOSOF) pencari Tahun akhirnya menyatakan bahwa ada yg SATU Yg Maha Kuasa, Yang Maha Pencipta yg tdk ada permulaan dan tdk ada Akhir. Tdk mungkin ALAM ini terjadi dari tiada menjadi ada. Harus ada Yg Awal yg tdk terbentuk. Sdgkan yg berpaham Materilist mereka terbentur dan tdk dpt melanjutkan penilitiannya.

    @
    Kan awal sebuah wacana, bukan kesimpulannya. 😀
    Apa yang kita jumpai dari persoalan sains dan agama, sains dalam agama ataukah sains versus agama adalah polemik yang kadang dikenali juga sebagai perbenturan kebudayaan. Bukan hanya Barat (teknologi) tetapi juga dengan peradaban Islam. Mengapa, karena Islam menjadi salah satu agama yang kokoh mempertahankan tradisi, pandangan, cara hidup yang oleh para penganutnya sangat difanatiki (fanatik jangan diartikan negatif)…..

    Suka

  3. kips said

    Dalam realitas yang ada, tidak sedikit orang mengagungkan metodologi sains tanpa mengikutsertakan pemahaman agama, menurut sy justru seharusnya pemahaman agama-lah yang harus selalu menempel dalam pengembangan sains.

    Suka

  4. Aburahat said

    Saya setuju dgn dgn anda Kips.
    Kalau kita bebicara sbg orang berilmu dan JUJUR mencari dan mengelola Kebenaraan maka seharusnya SAINS dalam AGAMA dan bukan SAINS versus AGAMA. Sains versus Agama hanya bagi mereka yg FANATIK buta dan ABID. Banyak ayat yg berisi perintah Allah utk kita bertafakur dan berpikir.
    Disamping itu banyak Ilmuwan Barat mempelajari dari Ilmuwan Islam.
    Metode penilitian bisa berbeda tapi yg akan dicapai ternyata telah Allah firmankan dlm Alqur’an. Para Ilmuwan Barat dlm penilitian bergerak dari INDUKTIF ke DEDUKTIF tp Ilmuwan Islam bertolak dari DEDUKTIF menuju INDUKTIF. Ilmuwan Islam lambat berkembang atau tertinggal dlm pengembangan Ilmu krn telah mengakui akan KEBENARAN Firman Allah maka tdk mau mengolah KEBENARAN ASAL (deduktif) atau mengembangkanya. Sedangkan Ilmuwan BARAT yg mecari KEBENARAN memulai dari INDUKTIF. Jd berkembang.

    Suka

  5. MaIDeN said

    Sains islami?
    Saintis yang beragama islam sih banyak

    Suka

  6. haniifa said

    Dengan cara apapun mengagumi seseorang bukan mendewakan pasti ada hikmah-nya khan !! 😀

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  7. Hedi Mulyatma said

    SAINS DAN AGAMA SALING MELENGKAPI

    Dari dulu sampai sekarang kebanyakan orang selalu berpikir dikotomi tentang sains dan agama, sains selalu dipertentangkan dengan agama, agama selalu menghambat sains. Agama dan sains dianggap berjalan pada koridornya sendiri-sendiri, ada ilmuwan dan ada agamawan. Pada akhirnya yang terjadi adalah perebutan hegemoni kekuasaan, antara kekuasaan sains dan kekuasan agama. Jika kita berpikir luas maka selalu ada kompromi antara keduanya, yaitu berpikir komplementer antara sains dan agama, sains dan agama adalah saling melengkapi.

    Jika kita berpikir tentang agama lewat kitab suci maka sudah sangat jelas bahwa kitab suci misalnya AlQuran adalah buku sains. Kenapa demikian ? Karena buku sains memeberikan petunjuk tentang sesuatu, sedangkan AlQuran telah memberi petunjuk tentang segala sesuatu. Banyak sekali petunjuk dasar tentang segala sesuatu yang terdapat di AlQuran. Harusnya orang Islam yang benar-benar mengerti isi AlQuran sejak dulu sudah banyak yang menjadi scientist (ilmuwan sains), tetapi kenyataannya tidak. Orang Islam yang membaca AlQuran malah menjadi ahli agama, khususnya fiqih agama yang akhirnya digunakan untuk mencari hegemoni kekuasaan politik. Petunjuk dasar dalam AlQuran seharusnya digunakan untuk membuka rahasia alam ciptaan Allah ini, apakah rahasia di bidang alam semesta atau di bidang sosial.

    Orang-orang yang mengerti agama seharusnya berpikir ilmuwan untuk semakin mengetahui rahasia alam dan sosial yang lalu digunakan untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran. Itulah yang disebut sebagai orang-rang yang bermanfaat.

    Suka

  8. haniifa said

    @Hedi Mulyatma
    Subhanallah…
    Jadi penjabaran Philosophy @mas Albert bisa diperluas ke segala sisi, begitu maksudnya mas ?! 😉

    Science without religion is lame, religion without science is blind.
    Albert Einstein, “Science, Philosophy and Religion: a Symposium”, 1941
    US (German-born) physicist (1879 – 1955)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  9. […] Bersambung… 1. Cerita si “Bleki”… 2. Teori pendukung 2 3. Kaum muslim, jangan pernah mau kembali ke jaman “KEBO”-dohan. 4. Hayoo… latihan := Koper … opo…. Kompor “HANSIP” […]

    Suka

  10. Sains ya sains, agama ya agama. Itu dua entiti yang berbeda. Sains punya aturannya sendiri dan agama juga punya aturannya sendiri. Itu dua hal yang berbeda?. Jelas? 😀

    Jelas, Pak Guru….-

    Masalah paling dasar dalam sains agama adalah : karena hasilnya diplot lebih dulu, baru teorinya di pass-passken. Anggapan awalnya karena agama selalu benar. Padahal kan nggak mesti begitu : Karena bisa saja tafsir anda dalam memahami Kitab Suci itu yang justru nggak bener.

    Tokoh agama ngontot mencoba mensainskan sesuatu topik dalam agama. Padahal bisa saja kan tafsir dia salah( saiins tentu juga biusa salah ).
    Kalau kemudian fakta di masa depan membuktikan kalau ide itu salah . Ini bisa jadi iklan very-very bad untuk agama. Karena kesannya itulah pendapat agama, padahal itu pendapat seorang tokoh doang.

    Mekaten menurut kolo nggih, sederek sedoyo

    SALAM Nggih ….

    Suka

  11. faubell said

    @Lovepassword
    Mas Lovepassword berarti belum mengerti apa bedanya benar dan betul. Sono gih belajar lagi ke Pak Guru yang ahli NgASSEMBLER.

    -Salim-

    Suka

  12. Musafir said

    Yaaa jelaslah ada Sains Islami, karena sudah terbukti, Islamlah agama yang paling rasional dan ilmiah. baik itu dari ritual keagamaanya ataupun lainnya… kalau agama yang lain..? Rancu lah…
    Bingung,, dan lebih cenderung kearah takhayul/dongeng dari pada kenyataan.

    Dan satu hal lagi…!! boleh tau anda dulu sekolah / kuliahnya nya dimana..?

    balas yaa…!

    Suka

  13. Murzani said

    @dani. Menurut pendapat saya,agama dan sains berlawanan,kalau tidak ada sains itu tidak akan ada evolusi.sains perlu di perhitungkan, karena sains peranannya sangat membantu manusia dalam mengetahui yang diciptakan tuhan,manusia itu pada umumnya hanya meneliti dan mengembangkan saja.misalnya zaman dahulu dan zaman sekarang banyak perbedaan yang kita lihat,oleh karena itu sains perlu di pertanya kan. 13-12-2009,pkl 07:37.

    Suka

  14. maulay said

    memahami sains harus komprehensif, ontologis, epistimologis, etis dan tentu hrs memahami metodologinya,,sehingga anda tdk gampang saja mengatakan sains dan islam (agama) adlh tdk terkait,,
    trimakasih

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Murzani Batalkan balasan