Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Weleh… weleh..Ternyata Musik Itu Haram Euy?

Posted by agorsiloku pada Agustus 9, 2007

Gara-gara Tikabanget, jadi ingin berkomentar juga tentang haramnya musik. Sempat diributkan di blogsphere, namun Agor pikir untuk apa sih ikutan berpendapat. Namun, apakah yang ditulis oleh beliau tentang keharaman ini memberikan makna berpikir dan menjadi lebih bijak atau sekedar meramaikan saja?. Penjelasan menggelitik juga diberikan oleh Syariah Online tentang penggunaan musik dan alat musik?.

Tentu saja kebolehan atau ketidakbolehan terhadap sesuatu sepanjang tidak ditulis dengan terang dan jelas pada Al Qur’an maka saya pribadi cenderung menelisik dulu. Apa iya musik itu haram?

Apalagi kalau bicara di ranah agama Islam, teologi Islam, dan terlebih di sini dalam aturan-aturan (fikih). Sungguh suatu arena yang teramat luas dan dalam. Teramat dalam malah.

lho kok belum apa-apa sudah minder duluan?

Bukan gitu pak Le…, soalne haram itu kan dosa, dapat pahala jika ditinggalkan, masuk neraka jika dikerjakan, tidak minta ampun atau tidak diampuni 😦

Namun, lepas dari logika-logika ayat dan hadis yang dipakai untuk menetapkan haram atau tidaknya sesuatu, tentulah para ulama dan cerdik pandai dalam bidang agama telah menegasi masalah-masalah ini secara detil, hati-hati dan teliti. Rasanya saya menjadi terlalu naif jika lihat paduan suara anak-anak pasantrenan gitu bernyanyi, bermusik atau dan lain sebagainya lalu menggolongkan itu sebagai perbuatan nista dan haram.

Juga lagu legendaris Bimbo : “Rindu kami ya Rasul…. rindu tiada terperi...” Rasanya seperti disiram air dingin dan menyejukkan.

Juga kalau (kadang-kadang seeeh), mendengarkan lagu Mozart, Beethoven, Bach yang menunjukkan keanggunan musik. Konon, alunan musiknya mampu menggetarkan dan memberikan harmoni yang mampu meningkatkan kualitas kesehatan.

“Itu kata hasil penelitian lho.”

Lantas, kalau musik dengan tari perut dan goyangan yang mengumbar hawa nafsu piye toh?

“Wah… meneketehe 😀 Yang jelas tho Nduk, kalo araknya haram, bukan airnya yang haram gitu. Piye toh… masak diaduk-aduk begitu. Yang hak dan yang batil itu kan sudah jelas. Kalau mengumbar hawa nafsunya haram, ya wanitanya nggak lah.”

“Jadi. Musik itu haram nggak?”

“Kata Syariah Online, menjadi haram kalau bermusik karena menimbulkan kemungkaran, menjadi lalai, kemunafikan, dan lain sebagainya. Jumhur ulama dan Mazhab top bilangnya begitu lho.”

“Lha, tanpa musik juga itu sih udah haram… 😀 ”

“Iya seeeeeh”.

~~~~~~~~

“Sebenarnya relevan nggak sih masalah ini di abad ini?”

“Huussss, bukan soal relevan atau tidak, bukan soal kemajuan teknologi atau budaya. Semaju apapun (paling tidak sampai saat ini). Sebenarnya seeh tidak ada perbedaan signifikan dalam soal melihat dalam dimensi keimanan, kesalehan atawa ketakwaan. Pokonya dalam dimensi keagamaan”

~~~~~~~~

22 Tanggapan to “Weleh… weleh..Ternyata Musik Itu Haram Euy?”

  1. abumaulid said

    Hemmm. Barakallahu fiik. Semoga Allah memudahkan pemahaman kita terhadap agama yang lurus.

    @
    Semoga… ya semoga… agama yang lurus… ya… ya… agama yang lurus… agama yang petunjuknya terperinci dan jelas… yang juga termanajemeni dengan baik dan tentu saja ikhlas… (kalo bisa seeeh… )

    Suka

  2. MaIDeN said

    Sebenarnya …. barangkali karena pengetahuan tentang agamanya sendiri yang kurang sehingga kalau dibaca post-post itu malah cenderung mengolok-ngolok agamanya sendiri, bukannya malah mencerahkan seperti tulisan pak Agor ini 😉

    Tapi, barangkali juga itu hanya salah satu trik yang dilakukan untuk menggaet komen. Kalau pak Agor perhatikan komen-nya mereka musti banyak karena apa yang ditulis di post-nya cenderung provokatif.

    Kalau pendapat saya tentang haramnya mendengar musik, saya sejalan dengan pendapat syariah online. Tapi kalau ada yang berpendapat bahwa mendengarkan musik itu haram, ya di hormati saja pendapatnya. Toh, kalau dia merasa dengan mendengarkan musik menjadi jauh dari Tuhannya, ya … itulah “kepribadiannya”. Nggak harus sama kan tiap-tiap orang dalam menyikapi sesuatu 😉

    @
    Kadang saya sering bertemu orang dengan meyakini yang diyakininya benar (juga termasuk saya). Kadang kita “merasa” menjadi wakil nabi atau wakil Allah di muka bumi untuk memberikan penilaian tentang baik dan buruk. Kadang kita menyadari (tapi laen kali kagak sadar), tugas hanyalah menyampaikan (kalau merasa ditugasi 😀 ), selebihnya terserah kepada kebijakan yang Allah saja.
    Kadang kita merasa menjadi ahli bahasa, jadi orang suci, karena waktu kita habiskan untuk beribadah dan itikaf dari satu mesjid ke mesjid lainnya….

    Yah.. terkadang… betapa ragamnya perbedaan pandangan. Namun toh, yang jangan (kalo bisa nih), kita anggap saudara-saudara seiman adalah orang-orang sesat dan terbelakang karena kita berbeda pandangan. karena orang di depan kita lebih pintar atau maaf : begonya kaga ketulungan (Padahal bego dan ndableg juga mahluk ciptaanNya ya).

    Kadang dalam kekerasan dan disiplin agama dan disiplin ilmiah yang dilokani.. kita merasa (astagfirullah) kitalah yang menentukan kebaikan itu, karena kita sulit membedakan antara nafsu ingin benar dan nafsu ingin baik dan hati yang tulus untuk mencapai ridhaNya…

    Namun, tentu saja… setuju deh… tiap orang kan nggak sama. Dan dalam dunia blog ini, yang satu sama lain hanya mengenali melalui lembaran digital… yah.. kalau agor sih berusaha saja agar tidak menyakiti… biar jadi pahala gitu… 😀

    Suka

  3. Amd said

    Makasih postingnya Mas, objektif, berimbang dan mencerahkan.
    Semoga saya bisa terlepas untuk tidak terjebak ke dalam generalisasi dalam menilai segala sesuatu.

    *Semangat untuk terus belajar*

    @
    Trims kembali… ha..ha..ha… generalisasi… ya… generalisasi… ini memang karakter kita… karakter manusia. Satu kali lancung ke ujian, seumur hidup tak dipercaya… walah… bener-bener pepatah pendendam ya… mengeneralisir manusia, kalau satu tidak setuju, maka yang lain juga biar harus ditolak… wah…

    kita belajar terus saja ya Mas… 😀

    Suka

  4. rd Limosin said

    jadi??

    //gak ngeh

    @
    😦 tulisan pada postingan tidak ber”fatwa” atau pengantar tentang sesuatu keharaman di bidang musik… hanya menggaris bawahi, bahwa menjelaskan objek jangan dicampur-campur… tapi tidak ada tendensi apa-apa kok… Segalanya layak direnungkan… begitu saja kok 🙂

    Suka

  5. peyek said

    masih banyak hal yang perlu dan jelas untuk dikatakan haram tapi toh tidak dikatakan haram, jadinya di makruh-makruhkan.

    @
    hmm… iya ya… Yang sudah diharamkan Allah, ya sebisanya kita hindari. Paling tidak, seperti pada komentar rekan lainnya… Jangan digeneralisir, karena berpeluang keluar dari titik pangkal persoalan. Terjebak pada kejadian, keluar dari konsep pelarangannya (mengapa harus ditinggalkan).

    Suka

  6. alex said

    Apapun perdebatannya, minumnya… eh, pada akhirnya kebenaran itu sendiri relatif…

    Yang bikin saya ‘ndak sreg’ itu generalisir seenaknya. Tanpa memberi batasan-batasan.

    Btw, tulisan Agor ini bagus. Lebih nyaman dan menenangkan dibaca, setidaknya oleh orang yang mudah meledak macam karbit seperti saya 😛

    @
    😀

    Suka

  7. hahaha..
    iya ni..
    ndak model kayak sayah yang bisanya nyindir nyindir ndak jelas gituh ya lex..
    wekekek..

    @
    😀 sindirian… tapi jelas kok….

    Suka

  8. Mmmm….mungkin kesannya saya akan komen dengan mengedepankan aturan sendiri…tapi saya percaya dengan kebijakan Mas Agor….

    Menurut saya yang bikin musik itu haram adalah campurannya…misalnya dicampur mabuk dan dicampur sex bebas….

    Kalau musik murni….bukankah main drum juga olahraga…(padahal ga bisa bisa main drum)
    Bukakah latihan piano dan gitar meningkatkan kapasitas otak…setidaknya melatih jari jari agar tidak kaku sehingga kelak tanganpun tidak kaku untuk bersedekah…..

    Juga lyrics…kalau liriknya jorok dan cabul..kalau menurut saya, haram atau tidaknya. yang jelas lyrics yang cabul dan jorok adalah SAMPAH!

    *maaf Mas, malah jadi posting di tempat Mas Agor….. 😀 *

    @
    emang betul, aturan sendiri yang dibangun dengan kejujuran dan hati nurani adalah bisikan (ilham) tentang jalan kebaikan dan kefasikan… begitu kan adek…..

    kalau lirik nakal… betul yang jelas sampah. Kenapa tidak. Musik ya musik, pedang ya pedang, yang berbeda bagaimana manfaatnya 😀

    Suka

  9. Untung saya hampir tak pernah menyengaja mendengar musik (saya ga suka musik).

    @
    Hah…. hah…. ha…ha…ha…. musik klasik seperti matematik juga… sama indahnya….

    Suka

  10. madsyair said

    Yang penting tidak mengundang maksiat.
    Sama aja ngenet, kalau ngenet buat sharing dan cari ilmu, ya oke2 saja, tapi kalau ngenet buat cari yg mesum dan parno, itu baru ndak boleh. Yang ndak boleh bukan ngenetnya, tapi mesumnya.

    @
    😀

    Suka

  11. sikabayan said

    duh… kabayan pergi kesanah sinih juga.. jaman sekarangmah banyak musik atuh…ketemu nasid bagus.. Alhamdulillah musik inih mengingatkan kabayan sama Allah… ketemu musik yang kesetanan.. duh.. inih musiknyah mengingatkan kabayan sama setan yang dilaknat Allah.. Alhamdulillah lagih.. kabayan diberi momen mengingat Allah yang melaknat setannyah.. blug..

    @
    Logika yang aneh tapi nyata… mungkin alasannya yang menjadi sebab tinggalkan saja (haram) atau ikuti karena memang memberikan kebaikan bagi kita….. 😀

    Suka

  12. deedhoet said

    Sungguh sebuah bencana besar kalau musik diharamkan. Berapa banyak jumlah penderita stress akan bertambah karena obat stresnya dihilangkan? Sungguh malang sekali orang yang berbakat gampang stress, pasti jumlah orang bunuh diri akan bertambah banyak 😦

    Berapa banyak jumlah pengangguran akan bertambah karena mata pencariannya diharamkan? Sungguh malang sekali nasib para musikus 😦

    Saya percaya Allah Maha Adil. Dia pasti melimpahkan suatu kelebihan sebagai kompensasi kekurangan yang diberikan kepada makhluknya. Jika musik benar-benar haram, sungguh islam adalah agama yang tidak adil kepada para tuna netra, genius & savant musik karena satu-satunya bidang yang mereka kuasai diharamkan. Masa sih Allah setega itu?

    Gak tau apa itu savant? Baca dulu ini
    http://en.wikipedia.org/wiki/Autistic_savant
    Yang nonton film Rain Man (http://en.wikipedia.org/wiki/Rain_Man) pasti tau apa itu idiot savant.

    Semoga yang mengharamkan musik sudah memikirkan hal ini juga.

    =======
    Sekalian tanya pandangan pak agor tentang
    “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik (QS Al-Ahzaab 32)”

    Menurut pak agor, ayat itu arahnya emang menuju “Haram bagi kaum muslimin yang sengaja mendengarkan nyanyian dari wanita yang bukan muhrimnya” kah? Dicomot dari http://syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/27735
    Poin keenam. Soalnya saya nggak bisa melihat arah kesananya…

    Makasih pak agor 🙂

    @
    Musik adalah ritme alam. Musik hadir dalam setiap bagian peristiwa, apakah itu kemudian dikombinasikan dengan daya kreasi manusia atau tidak, musik selalu hadir dalam diri kita. Jadi, menjadikan objek musik sebagai haram rasanya keluar dari esensinya.
    ====
    Mengenai ayat tadi, wah Mas… saya tidak menemukan di ayat itu musik itu haram, nyanyian itu haram. Shalawat Badar itu haram…. Jadi, mana bisa saya menarik kesimpulan itu. Logika saya belum mengijinkan untuk itu…. 😀

    Suka

  13. musik itu sama halnya dengan bicara
    tergantung jenis bicara
    tetapi secara musiknya sendiri tidak ada masalah
    hal-hal yang berbau maksiat yang dicampurkan dalam musik itulah yang haram

    @
    😀

    Suka

  14. catikala said

    ternyata merokok juga haram lho……

    dilarang protes -eh,salah- dilarang merokok!

    @
    😀

    Suka

  15. ummughayda said

    Assalamu’alaikum wr.wb.,
    Salam kenal, Pak. Blog yang sangat mencerahkan. Saya merasa mendapat support dari bahasan-bahasan di blog ini. Seakan-akan menjawab segala pertanyaan yang tersimpan di hati. Saya merasa punya teman satu frame dalam memandang suatu permasalahan terutama berkaitan dengan pemahaman agama.

    Wassalamu’alaikum wr.wb.

    @
    Wass.Wr.wb.
    Semoga memberikan manfaat, karena harapan mendapatkan ridha dan ampunanNya…
    Frame yang diusahakan disusun dalam kesederhanaan dan alhamdulillah, diisi oleh saudara-saudara yang merelakan waktunya melengkapi, mewacanakan dan menyempurnakan….

    Suka

  16. Raja Ahmad Ismail said

    Assalamu’alaikum,
    Musik, haram apa nggak?.
    Haraaaam, kata sebagian orang. Nggak lah yaow, kata yang lain lagi.
    Sementara saya malah bingung. Musik itu apa sih?. Apakah mukul-mukul bedug dengan irama di hari raya juga termasuk musik?. Atau bersiul sambil mukul-mukul gayung dikamar mandi juga termasuk bermusik?.
    Apakah menabuh rebana sambil melagukan Salawat seperti yang dilakukan penduduk Madinah waktu menyambut kedatangan Rasul pertama kali itu juga termasuk musik?. Apakah musik juga termasuk bernyanyi atau menyanyikan lagu?. Apakah melagukan Alquran termasuk kategori bernyanyi atau menyanyi?.
    Ataukah? Ataukah?. Ataukah?….Tau ah!.
    Wassalam,

    @
    Shalawat Badar, titir bedug mesjid haram?…. keep on smiling all the time.

    Suka

  17. Assalamualaikum wr wb.

    Menurut saya haram atau tidaknya musik itu diliat dari sudut padangan yang masing². Tapi entahlah musik itu haram atau tidak, karena musik untuk saya hanya sebagai media hiburan yang dikategorikan sebagai kebutuhan psykologi manusia.

    itu pemikiran saya sebagai seorang penghibur (pemusik)

    wassalam,

    @
    Wass.wr.wb.
    Dalam sudut pandang masing-masing adalah pilihan kebebasan menentukan pilihan. Haram = tinggalkan. Daging sapi pun bisa saya tinggalkan (tidak dimakan) karena sebab (misal) penyakit darah tinggi, lemak juga begitu. Dari sudut pandang agama, artinya kita mengikuti apa yang Allah sampaikan pada kita : sepemahaman saya, saya tidak menemukan perintah musik sebagai haram yang kalau dilakoni berdosa.

    Suka

  18. ibnu chusaeri said

    assalamu’alaikum..
    makna dari syahadat (laa ilaa ha ilallah muhammadarrosulullah)yg sering kita ucapkan setiap sholat adalah bahwa kita meyakini tidak ada yg berhak disembah selain Allah, dan kita juga meyakini Muhammad adalah Rasul Allah. Kita tunduk dan ikhlas pada aturan-aturan Allah yang disampaikan melalui Rasulullah, baik berupa Al-Qur’an dan Assunnah. Dengan demikian apapun yg disampaikan oleh Rasulullah maka hendaknya kita terima dan kita jalankan seperti sifat para shahabat nabi, sami’na wa atho’na kami dengar dan kami jalankan, tanpa banyak bertanya, karena mereka yakin apa yg diperintahkan dan dilarang pasti baik buat mereka. Tidak hanya musik, tetapi dalam banyak hal, bila telah sampai pada kita hukumnya dan berdasar al-qur’an dan assunnah yg sahih maka sami’na wa atho’na. pembahasan-pembahasan yg melebar dan hanya mengandalkan otak kita yg memang terbatas kemampuannya, akan semakin membuat kita mudah diperdaya oleh syaitan, apalagi tanpa dalil. Tugas kita sekarang bukan membahas mengapa ini dilarang dan mengapa itu tidak, tetapi mari kita datangi majelis-majelis ilmu kita bertholabul ilmi dgn bimbingan ustadz dengan pemahaman yg lurus, kita pelajari Al-Qur’an dan Hadist yg shahih kemudian kita amalkan.
    Semoga Allah melapangkan dada-dada kita utk menerima hidayahNya dan memudahkan kita dalam mengamalkannya. Amiin.
    semoga bermanfaat.
    Wassalamu’alaikum..

    @
    Wass.wr.wb..

    Itulah Mas Ibnu, saya gagal mendapati dan larangan musik dari Al Qur’an (terutama) dan juga pembahasan yang menyangkut pelarangan ini juga tidak jelas dan afdol (seperti dibahas oleh beberapa pembangkan 😀 ). Nggggkali hidayah belum totaly datang dengan baik ke saya atau mereka yang tidak bersetuju. Karena, pelarangan itu lebih bukan sebagai yang harfiah dinyatakan, tapi lebih sebagai kesimpulan dari sebuah pemahaman.

    Kemudian, begitu banyak ragam berpikir dan site dari berbagai manhaj, berbagai aliran, berbagai ulama. Kita bisa mengumpulkan dan melihat jawaban sejenis dan spesifik. Kita juga bisa bertanya pada mereka. Dengan begitu, karunia akal dan pikiran kita bisa terbuka dan dimanfaatkan dengan “lebih baik”. Apakah ini juga bukan majelis ilmu. 😀

    Namun, Mas Ibnu, terimakasih sudi memberikan komentar dan berkunjung. Catatan Mas lembut dan menyejukkan.
    Was.

    Suka

  19. Hals said

    Adikku ketagihan lagu, sampai 1 bulan tidak baca al-qur’an karena mendengarkan musik itu terus menerus. Yang lebih parah liriknya berbicara tentang keabaian pada problem-problem masyarakat : tentang dunia artis yang gemerlap, cinta absolut dsb. Memang sih bakatnya menyanyi, dan ia hebat.

    Salah saya karena tidak mengingatkan… tapi kalau menurut saya lagu itu yang bisa menjauhkan mereka dari al-quran. Kenapa setiap waktu, setiap detik yang digunakan untuk mendengarkan musik tidak digunakan setengahnya saja untuk mendengarkan qur’an? itu yang saya bingung. Kita bisa 6 jam di konser musik underground dan berdesak-desakan sampai pingsan, tapi kita membaca qur’an satu lembar sudah ngantuk dan capek. Kenapa ya?

    Bukankah semua aliran-aliran menyempal itu lahir dari ketidakpahaman terhadap islam, al-qur’an dan hadits? Bukankah adanya korupsi, ketimpangan dan kebobrokan pendidikan karena pada masa kecilnya tidak memahami islam, hanya disuruh menghafal saja?

    Aah…. (maaf ya kalau sok.)

    @
    Yah betul.. kenapa harus mendengar musik terus menerus… apalagi sampai harus berdesak-desakkan… 😦

    Suka

  20. membaca al-quran sangat bermanfat ketimbang mendengar musik.

    Suka

  21. Anonim said

    saya pernah bca d buku.., nabi muhammad saw. bersabda.., nanti akan ada dri umatku yg menghalalkan khamar,zinah,musik, n lgie 1 apa gtu w lupa,, klok nabi sabda gtu.. berarti musik haram dunk..? tpi w juga penyayi.. jdi bingung.., tpi klok mank haram y mesti perlahan harus d tinggalkan..

    Suka

    • agorsiloku said

      Mas Anonymous… , ada memang pembahasan hadis yang menyangkut hal ini. Toh fakta juga kini kita bisa melihat banyak yang menghalalkan yang diharamkan oleh Tuhan. Namun, musik…saya suka musik. Mulai dari suara alam sampai beragam alat musik….. Dalam pemahaman saya, musik yang baik tidak akan tergolong hal yang harus dijauhi.

      Suka

Tinggalkan komentar