Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Bahasa Al Qur’an dari Ilmu Allah….

Posted by agorsiloku pada Agustus 6, 2007

Tergelitik dari postingan Kenapa Al Qur’an dari bahasa Arab, kemudian diselingi oleh pandangan sedikit liar dari berislam tak usahlah berarab ria lalu uraian sedikit menggelitik dari ahli lingustik muda untuk berjenggot dan bersorban lalu bersalib dan bertapa di klenteng (tentu saja ini guyon 😀 ) . Jadi tidak usahlah terlalu menyeriusinya.

Sejumlah huruf “hfahatfjer996derghmdf” atau disusun menjadi sejumlah kata “borokosomoho apakalahahrikaba tarikasaldam” atau tersusun menjadi campuran kata “gajah tidur harimau sleep golden akhwat kum salam amigos permios” atau juga tersusun dalam sebuah urutan kalimat dalam satu bahasa belumlah menjadi sebuah mahakarya atau bahkan menjadi suatu tema atau menjelaskan kejadian. Sejumlah kalimat juga belum menjadi sebuah novel ketika awal dan akhir, dan runtutan belum menjadi penjelas makna.

Tak sedikit pula yang menguraikan bahwa bahasa Arab dipelihara oleh Al Qur’an. Keunikan bahasa Al Qur’an (bukanlah bahasa sehari-hari), namun dengan bahasa ini, yang terpilih menjadi bahasa pengantar Allah kepada manusia. Tentu dijadikan karena memiliki keunggulan yang sulit ditandingi oleh bahasa-bahasa lainnya. Keindahan dalam terjemahan atau asli, nampak dalam rentetan yang dibahas terbatas dalam forum-forum sempit, karena juga kedalamannya yang tak tertandingi. Bukan hanya kemudahan diingat dan dilantunkan, juga berada pada kedalaman struktur, keseimbangan , dan tatanan informasi yang sulit dibandingkan dalam dunia tata tulis manusia sampai kini.

Keindahan Syair.
Tampak keindahan syair dari sebuah surat yang sudah top deh :

Qul A-’uu-dzu birabbin-naaaas
Malikin-naas
Ilaa-hhin-naas
Min syarril was waasil khonnaas
Alla-dzii yuwaswisu-fii shuduurin-naas
Minal jinnati wan-naas

dan pada banyak surat lainnya, tak mudah merasakan keindahan syair jika tidak dalam bahasa aslinya. Penerjemahan, bagaimanapun akan membuat, boleh jadi kehilangan nuansa keindahannya kalau ketepatan penerjemahan dalam ragam bahasa tak berhasil ditampilkan.

Juga kalau kita membaca surat Al Falaq, At Takaatsur, Ar Rahman, dan banyak lagi terasa nuansa syair sebagai salah satu perwujudan keindahan kata yang membuat takjub pendengarnya. Apalagi di masa awal kehadirannya di tanah Arab. Keindahan bahasa itu juga terekam pada karya-karya terjemahan. Ketepatan komposisi bahasa adalah satu keniscayaan sehingga Walid bin Mugirah berkata kepada Abu Jahal (yang memusuhi Nabi) setelah menemui Nabi : “Apa yang harus kukatakan?. Demi Allah, di antara kamu tak ada seorang pun yang lebih tahu dari aku tentang syair, rajaz dan qasidah-nya dan tentang syair-syair jin. Demi Allah, apa yang dikatakan Muhammad itu sedikit pun tidak serupa …. Ucapannya itu sungguh tinggi, tak dapat diungguli, bahkan dapat menghancurkan apa yang ada di bawahnya.

Jadi maksudnya, dalam ukuran kebahasaan, keindahan bahasanya mengandung hal pokoknya siiip lah.

Ketepatan Ilmiah.

Dari sudut keilmuan, penandaan informasi tersusun begitu jelas dan kemudian ilmu dan pengetahuan mengakui ketepatannya. Struktur informasi dan kata bahkan posisinya tersusun dengan pola yang tak terbayangkan oleh manusia. Misalnya tentang besi, Al Qur’an menjelaskan dengan caranya sendiri yang tak pernah sebelumnya manusia memahaminya.

Ketepatan Matematis Bahasa

Juga keseimbangan informasi, keakuratan posisi kata, keakuratan jumlah, keakuratan bilangan perhitungan, atau sistematikanya yang sengaja saya kumpulkan dari berbagai sumber. Saya yakin masih terlalu sangat banyak (superlatif) yang tidak diketahui manusia dan yang telah diketahui  pun, masih penuh ketidaktahuan kita. Tidak ada satu kitab ilmu pengetahuan, novel atau apa saja yang menjadi karya manusia yang mampu membangun komposisi kata dan arti dalam satu pemaknaan yang sangat terstruktur dari mulai jumlah huruf, isi, maupun uraiannya.

Ketepatan peristiwa sejarah, hukum, dan hal lainnya yang dicakup secara amat luas terwakili oleh satu kitab dengan 6346 ayat yang terumuskan atau  dapatkah dirumuskan menjadi 6348 ayat yang di dalamnya menjelaskan bagaimana seharusnya manusia hidup, berhubungan dengan sesama, bagaimana memimpin, bagaimana berhubungan dengan pencipta, bagaimana hidup berkeluarga, bagaimana mengatur warisan, bagaimana menggunakan akal, bagaimana… bagaimana… Wah tentu para ahli (mufasir) menjelaskan dari berbagai segi. Memahami dengan cara harfiyah, maknawiyah, tasyiriayah, atau bahkan menta’wilkannya.

Saya kira (prasangka) bahkan definisi-definisi sosialpun (seperti arti kafir, arti muchsin, syirik, jin, setan, ghaib) dan lain sebagainya sangat boleh jadi tersusun secara matematis dan logis. Hanya, kemampuan manusia untuk memahaminyalah yang bertingkat-tingkat. Manalah mungkin memahami ilmu Allah dari kedalaman Al Qur’an, mana mungkin juga menyamai atau menanding!i. Kita hanya bisa memahami pesan tersurat, yang begitu gamblang dipahami itupun hanya seper…. seper… sekian dari yang seharusnya. Sebuah tingkatan yang orang-orang jaman kini mungkin semakin sulit memahami.

Karena itu, saya percaya keterperinciannya. Hanya kemampuan kita memerinci kembali yang menjadi tantangan untuk memahami. Tingkatan yang masih teramat jauh untuk dijangkau. Karenanya, yah… apaboleh buat, dalam banyak hal… mengimani tanpa reserve.

Kita juga melihat :

  • Karena kepentingan (politik dan golongan) tidak akan disimpangkan kiri kanan pemahaman agama sehingga disebar di jalan lurus menjadi setengah bengkok, dan ada yang benar-benar dibengkokan.  Tersebar dalam sejarah Islam yang berdarah-darah.   Muncul berbagai aliran bersimpang siur adalah fakta sejarah dan perjalanan yang tidak dipisahkan dari keterampilan berbahasa dan keterampilan menafsirkan untuk dan atas nama agama.
  • Kalau bukan karena Profesor atheis yang ahli agama Islam, ahli bahasa Arab dan bahasa Al Qur’an, maka juga kita bisa melihat bagaimana pemeluk agama di acak-acak.
  • Kalau bukan karena ulama dan kaum cerdik pandai (dalam bahasa dan sastra Arab) yang ikhlas dan berjihad di jalanNya, di dalam ridhaNya, maka tentulah syiar agama  tidak tumbuh subur (Semoga Allah Subhanahu wata’ala memberkahi keselamatan para pewaris Nabi ini).  Terasa makin tipis kita memiliki ulama-ulama sekaliber ini (cerdik, berilmu, dan berilmu Al Qur’an, ikhlas dan mencurahkan hidupnya hanya untuk kepentingan ummat).

Fakta berbahasa :

Memahami dalam bahasa ibu : Dikatakan — dipahami.

bukan bahasa ibu : Bahasa Penutur — bahasa ibu — dipahami.

Orang Arab : Bahasa Al Qur’an — bahasa Arab — dipahami.

Ulama Arab : bahasa Al Qur’an — dipahami.

Ketika membaca bacaan sholat : bahasa AQ — bahasa ibu, dirasakan.

Ketika membaca ayat suci :  bahasa AQ selesai (hanya diketahui kata-kata pendek saja)

berikutnya baru :     terjemahan (bahasa ibu)  — coba dipahami (jika ragu, lihat dalam berbagai varian penerjemahan).

Selebihnya, jika beriman beriman dan tawakal, disyaratkan harus menjadi ahli bahasa.  Atau jika menggunakan logika dan pikiran adalah sesat dan menyesatkan, maka tidak ada pilihan, kecuali : Nanti saya akan tanyakan sebagai seorang hamba kepada Sang Pencipta.  Benarkah?.  Namun, insya Allah tidak akan muncul pertanyaan seperti itu, terlalu naif.  Lagi pula, saya akan gemetar dan berkeringat mengalir di seluruh badan, bak sungai mengalir… menunggu keputusanNya.

Subhanallah, betapa gramatikal tak tertandingi yang tersaji menyadarkan kita untuk kian mengimaninya.

26 Tanggapan to “Bahasa Al Qur’an dari Ilmu Allah….”

  1. Hmmmm, mimpi saya adalah belajar bahasa sebanyak banyaknya, salah satunya tentu saja adalah bahasa Arab. Namun ternyata sampai sekarang itu semua hanya tetap menjadi mimpi. Bahasa sendiri saja nda beres.

    Makasih tulisannya Mas. Membuktikan sistematis bahasa. Karena bahasa juga bisa sama dengan matematika. Contohnya adlah seimbangnya jumlah iblis dan malaikat dalam Al’Qur’an (maaf kalau salah

    Sekarang mimpi belajar bahasa mungkin berubah jadi cita cita……

    Semoga…..

    @
    Saya juga ingin Mas… cuma nggak berbakat di bahasa. Manusia seperti H.Agus Salim yang menguasai 17 bahasa adalah manusia langka. Perlu talenta yang lebih yang tak sembarang bisa dicapai. Bukan hanya sekedar ketekunan. Saya sama sekali tidak memiliki keterampilan berbahasa yang memadai. Yah… sekedar ala kadarnya sajalah. Sementara itu cukup saja. Kerumitan berbahasa, lebih baik kutap kutip saja dari ahlinya 😀 Namun, membaca semangat menulis Mas, masya Allah peningkatan yang jarang orang mencapainya.

    Suka

    • bambang said

      kalau beli laptop, disana ada manual dalam berbagai bahasa.Saya paham bahwa pabrik bermaksud memberi petunjuk agar manual dipahami oleh pemakai dari berbagai bahasa penutur.
      Allah memberi petunjuk hanya dalam satu bahasa, Apakah Allah kalah cerdik dengan pembuat manual dalam laptop?
      Dalam alQuran ada 3 buah hurup yang hanya Allah yang mengerti artinya….lalu buat apa hurup itu diturunkan kalau manusia tidak mengerti? Apa Allah Iseng?

      Suka

      • agorsiloku said

        Tentulah Allah punya maksud.

        Suka

      • @Mas Bambang
        Ahh… masa seh bijituh ?!
        Mungkin sampean nggak hapal-hapal yang 3 huruf itu seeh, jadi ajah nggak bisa baca Al Qur’an.

        ( 😀 hihihi… anak teka ajah hafal dan faham semua huruf yang ada di Al Qur’an, apa nggak malu sampean)

        Suka

      • ardiansyah said

        bahasa = ucapan = komunikasi ,kalo ngomong ngak nyambung kira-kira apa yang salah ya…?

        Suka

      • @Mas Ardiansyah
        😀 hehehe….
        Makanya sampean belajar baca Al Qur’an, jadi tahu Alif, Lam dan Mim … itu ada tanda bacanya, bukan sekedar huruf…. hehehe.

        Jangan-jangan sampean baca “Alama” bukannyah Alif-Laaammmm-Miiimmmm.

        Paham sampean sekarang kalau bahasa Arab itu sub dari BAHASA AL QUR’AN (‘arabiyum mubiin)

        Suka

  2. danalingga said

    Mendingan juga belajar bahasa Tuhan. 😛

    @
    bahasa kepada jiwa : QS 91. Asy Syams 8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

    Suka

  3. Gw dapet pengetahuan rohani disini, neh. Artikelnya bagus banget. lhoh.

    @
    😀

    Suka

  4. sikabayan said

    euh… belajar bahasa kandung.. terus bahasa negara.. terus bahasa Al Qur’an.. terus bahasa Tuhan.. terus bahasa Al Qur’an lagih… terus bahasa kandung lagih.. terus bahasa manusia… terus bahasa jiwa.. terus bahasa tubuh.. hop ah…
    setelah ituh… mudah2an ajah jadi orang yang paling banyak gunanyah bagi orang lain gituh… 🙂

    @
    Yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain… Duh Gusti… jauh sekali….

    Suka

  5. Quantum said

    Kedahsyatan lainnya ada yang menghitung kapan hari kiamat diperkirakan juga sudah diunlock , meskipun masih bersifat menduga duga oleh rasheed khalifa (RK) pemecah kode 19,versi mesir .
    Bahkan kematiannya diduga sudah ditulis di Al Quran.
    meninggal di Tucson on 31/01/1990 (dibunuh pengikut al Qaeda) .

    tanggalnya ditulis 31011990 = 19 x 1230 x 1327.
    1230 disamping gematrial value ternyata juga ada hubungannya dengan Al Quran sampai dengan surat ke 19 ( dimana kode 19 adalah keistimewaan profile RK) .
    1230 = jumlah ayat Al Quran yang diawali dengan huruf2 initial (Alief Lam Mimm dsb) dari surat pertama sampai surat ke 19 + ayat pertama surat ke 19 =
    Al Baqarah (jumlah ayat 286)+ Ali Imran 200 + Al ‘Araf 206 + Yunus 109 + Hud 123 + Yusuf 111 + Ar Rad 43 + Ibrahim 52 + Hijr 99 + Maryam ayat ke 1 = total 1230 ayat.
    sedangkan 1327 adalah dari awal sampe penutup surat ke 19 (Maryam) yaitu 98 ayat, (ayat pertama sudah dimasukkan di 1230, jadi sisa 97 ayat, 1230 + 97 = 1327

    Al Quran menurut saya ada korelasi dengan kitab Laufil Mahfudz di sisi Allah.

    QS Al Anam 6:59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Louhmahfuz).

    @
    Tentang perhitungan bahwa kematiannya sudah ditulis di Al Qur’an… saya sudah membacanya memang… tapi saya sangat meragukan. Rasanya janggal. Namun, saya juga tidak punya pengetahuan untuk mengecek. Lalu hitungannya pakai Masehi… itu juga menurut saya janggal. Tahun di sisi Allah dengan hitungan sideris bulan. Masih banyak yang tanda tanya, sehingga terus terang… saya belum berani mengutipnya. 😦

    Yang berikutnya… saya percaya itu 😀

    Suka

  6. Maaf OOT dikit Mas Agor

    membaca semangat menulis Mas, masya Allah peningkatan yang jarang orang mencapainya.

    Itu karena saya sampai sekarang masih sedkeah kertas dan amplop, aja Mas. coba kalau saya uah dapat kerjaan. apa saya masih sempat nulis? nulis pas ga ada kerjaan aja hasilnya ga mutu. apalagi ntar pas sibuk?

    Jangan panggil “Mas” dong. saya masih kecil kok Mas Agor 😀

    @
    menulis itu… seperti naik motor… kalau sudah biasa kan tidak ingat lagi, kapan injak rem, kapan injak kopling….
    semakin sibuk, semakin sempat….
    Pepatah manajemen : Berikan pekerjaan pada orang sibuk. Ia tahu bagaimana membagi waktu dan mengerjakannya. Jangan berikan pada orang yang tidak sibuk. Dia tahu terlalu banyak alasan mengapa tidak bisa mengerjakannya. 😀
    eh… gpp kan manggil Mas… kita selalu saling menghormati.
    Malah saya pernah juga dipanggil Kek… gpp juga….
    Waktu naik angkot, tiba-tiba ada pemuda berwajah garang menyapa …
    geser dikit gitu Kek?… 😀

    Suka

  7. Kurt-Z said

    assalamu’alaikum wr. wb.

    saya tak bisa berkata2 membaca artikel ini. speechless (bener gak nulisnya) tuh kan bahasa Indonesia masih jauh dari bahasa Inggris: Cukup speechless. sedangkan bahasa Arab lebih hebat lagi. kata guru nahu saya perintah “lihatlah!” cukup dengan mengucapkan “ro” tentu dengan huruf arab. belum lagi tasrif kata2 kerja, matnul bina, tasrif lughowi dan maknawi waah banyak sekali… anehnya, kok gak pinter2. Gimana sih mas Agor menyiasatinya… mohon pencerahannya. 🙂

    tumbuh subur artikel di sini. saya jarang silarahmi.. maklum lagi limited connection mas.

    @
    Wss.
    Saya merasa sangat tidak mengerti bahasa Arab. Seperti sering saya tulis dalam berbagai postingan atau dalam komentar di sini. Kalau soal bahasa, saya kutap-kutip saja dari ahlinya. Orang yang terampil dalam berbahasa — tentu saja termasuk berbahasa Arab. Saya menyadari, betapa keunggulan bahasa Arab (terutama Al Qur’an tentunya). Tapi saya bukan ahlinya dan karenanya juga tidak mau membahas sama sekali pengertian dari sudut bahasa Arab. Bahkan sering saya bandingkan, jangankan bahasa Arab, bahasa Indonesia saja, bahasa Ibu… masih berlepotan. Bahasa Inggris apalagi.
    Kalau pun saya sulit menguraikan pemahaman bahasa al Qur’an pada postingan, maka saya ambil saja beberapa “karya terjemahan” dari beberapa sumber (semuanya ada pada tag blog) sehingga bisa memilah dan memilih yg paling mendekati.

    Kalau betul-betul mengalami kesulitan, barulah saya tanya orang seperti Mas, lulusan pasantren, fasih arabnya, fasih agamanya.

    Jadi Mas … menanyakan ke saya salah alamat lho… Apalagi saya bukan orang pasantren, saya seorang yang baru mengenal dan belajar memahami apa itu agama Islam. Kemudian, saya menikmatinya. Alhamdulillah. Jadi, menurut agor seeh… kontribusi orang seperti Mas itulah yang diperlukan dalam dunia ini… 😀

    Suka

  8. MaIDeN said

    Usul:
    Ketepatan Ilmiah & Ketepatan Matematis Bahasa sebaiknya dijadikan post khusus

    Post ini kan untuk menjawab: Kenapa Al Qur’an dari bahasa Arab saja 😉

    Saya juga sedang menanti post: Elmu kanuragan di alqur’an. Model ilmu kebal-kebal itu loh …

    @
    Usul yang menarik. Saya kerap mengumpulkan berbagai keunggulan (keistimewaan Al Qur’an) dari ragam sumber karena, terus terang saya terpesona oleh isi dan ketepatannya dalam menjelaskan. Pantaslah tantangannya juga begitu tinggi derajat Al Qur’an… manusia dan jin bersama saja tak akan mampu membuat yang serupa. Jelas menunjukkan keberadaannya di atas segala yang bisa dipahami manusia. Di kejap lain, saya ingin juga dalam tag khusus atau postingan lagi.

    Kalau dikatakan mengapa Al Qur’an dari bahasa Arab saja, tentu saja di awalnya begitu. Sekarang kan semua orang bisa membaca Al Qur’an dalam bahasanya masing-masing. Ada bahasa Inggris, Spanyol, Jepang, Indonesia, Malaysia, Urdu, dan lain-lain. Jadi jelas itu bahasa manusia dan dalam berbagai bahasa kaum manusia yang tersebar luas seantero dunia. 😀 Keberadaan bahasa Arab sebagai pohon utamanya tetap dipertahankan untuk menjaga keutuhan komunikasi. Para pakar komunikasi tentu tahu, apa resiko yang terjadi dari transliterasi dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Untunglah al Qur’an terjaga dalam bahasa aslinya dan ada sejumlah “mereka” yang dirahmatiNya untuk menjaga sehingga proses transformasi nilai-nilainya tetap terjaga. Kita perlu mensyukuri hal ini.

    Versi Al Qur’an itu terpelihara dan begitu terpeliharanya.

    Versi terjemahan, salah sedikit saja, apalagi salah mengartikan, maka sejumlah orang yang dirahmatiNya, akan merubung untuk memperbaiki, menyempurnakan, menjelaskan dari pohon utamanya. Karena itu, kita tak usah capek lagi untuk memahami, sehingga seolah-olah menjadi ahli bahasa karena harus menjelaskan asal-usul kata. Buat agor seeh.. biar saja itu urusan ahlinya saja, saya mengambil dari sisi yang lain saja (yg diminati).

    Ilmu Kebal dari Al Qur’an… tertarik juga… banyak yang mengamalkan hal ini. Hanya, jujur saja, karena dunia ini adalah dunia yang begitu berbeda dengan pemahaman “modern” saya, saya tidak berani/belum berani mengambil pembahasan ini. Agak takut juga seeh, karena Nabi juga tidak digdaya dan sakti mandraguna seperti superman. Saya khawatir, di wilayah ini, saya tersesat. Sungguh, saya khawatir.

    Suka

  9. […] Menarik TRAGEDI LUMPUR LAPINDOJeritan Siksa Dari Alam KuburBahasa Al Qur’an dari Ilmu Allah….Poligami Nabi Muhammad-Pernikahan dgn AisyahBaitullah (Kabah) Terendam BanjirTuhan, Siapakah Engkau […]

    Suka

  10. […] iya… Al Qur’an dan hadist. Maka dalam Al Qur’an tertulis IQRO, bacalah… bacalah bahwasanya dalam tubuh […]

    Suka

  11. Rahm said

    Bagaimana dengan ini?
    New book answers challenge issued by Islam’s holy book

    By C.S. Arthur

    SACRAMENTO, Calif. (BP)–For nearly 1,400 years, challenges to the Qur’an and its claims of divine origin and purity have been few, far between and, when necessary, forcibly silenced. Now Islam’s holy book is facing a new challenge — “The True Furqan,” a 368-page book mirroring the Qur’an, or Koran, in language and style, but challenging its teachings and divine authority.

    “We believe that our Muslim friends — numbering more than 1 billion mostly in 39 countries — have not received the true message of the gospel,” said Al-Mahdy, a member of the executive committee of Project Omega 2001, which released The True Furqan in April. “Furqan” is synonymous with Qur’an.

    The hardcover book was delivered to Muslim countries’ embassies in Paris on April 17 and to various entities in London such as the BBC on April 20. On May 15, it was delivered to Arabic, Hebrew and English periodicals in Jerusalem and, during the week of May 17, to Arabic periodicals in London.

    “The purpose of The True Furqan is a tool of evangelism, because so far we have not found a breakthrough way to reach the Muslim world for Christ,” Al-Mahdy said. “We have tried medicine, schools, books, movies and many other methods.

    “There has not been a classical Arabic translation of the Bible that Muslims would consider reading,” he continued. “They make fun of the one translated into their spoken language because they consider it of lesser quality.” Quality and style of language is a source of pride for Arabic people, whose classical written language is one of the most difficult in the world. Muslims claim the writings of the Qur’an are powerful as relayed in perfect classical Arabic, a rich language of words which often have no equivalent in any other language to fully express their meaning.

    Now, The True Furqan not only presents the gospel message in classical Arabic, but moreover, it seeks to become a key to reaching the Muslim world for Christ by answering a 1,400-year-old challenge from the Qur’an:

    “Say: ‘If the whole/ of mankind and Jinns/ Were to gather together/ to produce the like/ of this Qur’an they could not produce/ the like thereof, even if/ They backed each other/ With help and support'” (The Holy Qur’an, Surah 17:88).

    “The Qur’an challenged the world to produce a book like it,” said Al-Mahdy. “In fact, the Muslim world bases its entire religion on this challenge. But no one has tried it because they would be beheaded or banished. Even Taha Hussain, a well-known Egyptian scholar and writer of this century, was threatened with death if he attempted it. No literary document has surfaced in 1,400 years as a response to the challenge.”

    Until now.

    Al-Mahdy said The True Furqan will be a breakthrough to Muslims not only because it answers the Qur’an’s challenge, but because it also questions many of the Qur’an’s teachings, as well as presenting the gospel message, all in the language Muslims revere — powerful, perfect, classical Arabic.

    “Muslims will want to see a book that accepts the Qur’an’s challenge,” said Al-Mahdy. “Then the evidence presented against the Qur’an will shake their foundation. They will seek a more solid base.

    “And the gospel message in The True Furqan will provide it.”

    An Internet site — http://members.xoom.com/TrueFurqan — is scheduled to be opened during the week of May 31 relaying various parts of The True Furqan. Orders for the book, at $19.99 including postage, can be sent to Project Omega 2001, P.O. Box 293627, Sacramento, CA 95829.

    The Qur’an of the seventh century was formulated over 23 years by Islam’s prophet, Muhammad. “The True Furqan took only seven years,” Al-Mahdy said, adding that the new book also relays its message with eloquent English alongside the classical Arabic.

    In answering the Qur’anic challenge, The True Furqan is written in both prose and poetry like the Qur’an, with the same style of articulation. It is divided into surahs or chapters, just like the Qur’an, dealing with 77 theological themes, such as Peace, The Messiah, The Triune God, The Crucifixion, Women, Fasting, and Prayer, which challenge the Qur’an’s teachings and present the gospel. Each surah begins, “In the Name of the Father, the Word, the Holy Spirit, the One and Only True God,” an echo of the Koran’s “In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful.”

    “The style, language and power is exactly like the Qur’an,” said Al-Mahdy. “But whereas the Qur’an has 100 linguistic and grammatical mistakes, The True Furqan will have none.”

    In 1988, Salman Rushdie published his fictional novel, “The Satanic Verses,” a work stereotyping Islam, its prophet, its people and way of life. The Ayatollah Khomeni, leader of the Iranian revolution and the target of a fiercely satirical portrait in the novel, responded by calling for the author’s death. Al-Mahdy said Muslim backlash from the release of The True Furqan ultimately may prove even worse. “This book answers the Qur’an’s challenge, which has never been done before, plus it’s a scholarly work, not a novel. The True Furqan contains foundational truths, not jokes.”

    (An overview of academic and theological theories about — and challenges to — the Qur’an and Islamic history appeared in the January 1999 issue of The Atlantic Monthly.)

    Already, Al-Mahdy has witnessed amazing reactions from Muslims and other Arabic people to The True Farqan. “I spoke with a man from Bangladesh who said he knew classical Arabic, so I recited about six verses of The True Furqan. He beamed and announced that it was the Holy Qur’an. I told him it was the new Holy Qur’an. He jumped out of his seat and screamed, ‘Impossible!’ I said ‘You have just testified to it.'”

    For Christians, The True Furqan also raises a question, Al-Mahdy said. “Will the Christian communities throughout the world be prepared to welcome a flood of new converts from Islam into their midst?”

    [Baptist News, 28 May 1999]

    @
    Sejak Rahsid Khalifa memberikan penjelasan struktural ayat, penjelasan matematis dari ayat dan variasinya. Memberikan gambaran atas kepastian yang tak ada keraguan lagi padanya. Juga pembahasan yang mendukung dari berbagai site (tag) yang juga saya link di blog ini. Intinya, millatu Ibrahim.

    Suka

  12. abdul rozaq said

    bagaimana keterangan ilmu yang menyebabkan terlahirnya bahasa, dan mengapa terdapat keragaman bahasa di dunia?

    @
    Dari sudut pemahaman, Al Qur’an mengabarkan :
    QS 49. Al Hujuraat 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

    Bagaimana lahirnya bahasa untuk saling mengenal?, wah saya juga belum tahu.. 😦

    Suka

  13. faguza said

    sukran.jazakallah

    @
    Terimakasih juga, semoga rahmat Allah selalu menyertai Mas….

    Suka

  14. annisa said

    mengapa alquran menggunakan bahasa arab ?
    apakah orang arab bisa paham al quran semua ?

    Suka

  15. @Kang Agorsiloku

    Ketepatan peristiwa sejarah, hukum, dan hal lainnya yang dicakup secara amat luas terwakili oleh satu kitab dengan 6346 😦 ayat yang terumuskan di dalamnya bagaimana seharusnya manusia hidup…

    Jumlah Total Ayat Al Qur’an 6236 jika basmallah tidak diikut sertakan.
    Jumlah Toal Ayat AL Qur’an 6348 jika basmallah diikut sertakan (6236+112).

    Mohon maaf lho, mungkin sayah salah hitung… mari kita periksa bersama-sama:

    Saya tidak sepintar Dr. Rashad Khalifa, tapi tidak bodoh

    Salam hangat selalu, Haniifa.

    Suka

  16. Anonim said

    busyet… jauh bener mikirnya?
    Qur’an bahasa arab karena Muhammad S.A.W org arab… kalo Rosul orang Bandung pasti bahasa Sunda.

    please dong, jangan sok meninggikan bahasa arab deh … keragaman berbahasa adalah keajaiban seperti keragaman ras manusia dan langsung direkayasa oleh Allah SWT, artinya semua bahasa adalah mulia dan sederajat.

    Suka

  17. […] Pustaka https://agorsiloku.wordpress.com/2007/08/06/bahasa-al-quran-dari-ilmu-allah/ http://millavandouglash.blogspot.com/2011/01/perbedaan-al-quran-dan-syair.html […]

    Suka

Tinggalkan komentar