Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Siksa Kubur dan Ndeso !

Posted by agorsiloku pada Mei 19, 2007

Saya mendapat dua komentar yang saya percepat angkat ke postingan.  Sebenarnya banyak komentar yang menarik dan sangat layak naik ke postingan, namun karena belum punya waktu cukup untuk mengulasnya kembali, saya angkat dulu tulisan rekan Choiril yang mewacanakan dan mengingatkan saya agar menghapus penolakan atas foto-foto yang berkenaan dengan penandaan kebesaran Allah.  Sebab lainnya, kebetulan saya cek lagi tulisan Beliau yang ternyata ada yang tertangkap sebagai spam (oleh askimet).  Jadi komentar balik tanggal 12 Mei 2007, baru terbaca seminggu kemudian.  Mohon maaf.

Ini komentar/pandangan beliau pada komentar-komentar dari postingan Jeritan Siksa Kubur.

Choiril Berkata:  Mei 11th, 2007 pada 12:25 pm e (ditebalkan oleh penulis)

  1. Bismillahirahmanirrahim
    Assalamualaikum wr.wbSungguh Allah SWT Maha Besar yg telah menunjukkan tanda-tandanya dilangit dan dibumi.
    Berkenaan dgn bukti tanda-tanda kebesaran Allah (foto-foto) dsb, Anda boleh saja berpendapat bahwa anda tidak mempercayai bukti2 seperti itu karena menurut saudara itu adh pekerjaan setan, karena menurut saudara juga bukan zamannya lagi Allah SWT menunjukkan tanda2 kebesarannya seperti itu.

    Sebaiknya pendapat saudara tsb tidak diutarakan/issue kan di depan khalayak (web). Karna ini bisa saja menjadi polemik diantara umat Islam sendiri. Naudubillah. Allah hu Akbar yg telah mununjukkan kebesarannya dilangit dan dibumi.

    Memang bukti kebesaran Allah SWT tidak untuk diperdebatkan melainkan untuk diImani, karena Sampai kapanpun bukti kebesaran Allah akan tetap tersirat di langit dan di bumi ini baik itu dgn menuliskan lafadnya ataupun tidak.

    Sekali lagi saran dr saya ‘tolong diedit/disaring lagi artikel ataupun pendapat pribadi yg mengandung polemik diantara umat Islam”. Sebelum hal ini betul2 menjadi polemik umat islam.

    Mari kita sama-sama mencintai Islam

    Wasslam

    @
    Wass. wr.wb. Saya menyampaikan suatu pendapat dengan rujukan seperti pada beberapa tanggapan pada komentar. Tentu saja saya tidak keberatan untuk menghapus, mendelete, atau meminta maaf bahwa dalam proses saya memahami ada kesalahan, atau tentu saja saya harus bertobat karenanya. Namun tunjukkanlah secara jelas. Juga terhadap pembahasan-pembahasan sejenis baik yang setuju atau pun menolak yang bertebaran sangat banyak “keajaiban seperti itu”, baik dari “keajaiban Islam”, maupun dari “agama yang berbeda”. Kalau terjadi selisih pendapat, polemik, atau bagaimana gitu, bagaimana nasehat Allah kepada manusia?.

Kemudian komentar berikutnya :

Choiril | choiril_imron@yahoo.com | IP: 202.152.241.5Assalamu wr wb
Bagaimana juga anda menanggapi akan kebesaran Allah yg sudah tersurat (Alquran) dan yg tersirat (yaitu alam semesta ini). Bukankah ini adh tanda2 kebesaran Allah! Nah klo gitu gak usah dipermasalahkan lagi. Kalaupun kita diperlihatkan fenomena alam yg tak masuk akalpun, saya juga percaya itu adalah kehendak Allah, sebagai contoh adanya lafatz2 Allah di batu, di pohon di langit, di bumi. Itupun menunjukkan bahwa alam semesta inipun berdikir menyebut nama Allah.

Memang semua tergantung cara pandang seseorang menerima dan mengartikan sebuah mistery, menerima atau tidaknya dan terlepas dari kesirikan kepada Allah, misal aja “batu/benda bertuliskan Allah atau sejenisnya dijadikan jimat” dan akhirnya terjebak dgn memuja-muja batu/benda tersebut”. yang ini jelas SALAH

Saya sendiri bukanlah pemikir seperti anda, karena manusia bisa gila bila terus memikirkan Dzat-Nya Allah yg maha besar. Bukankah Allah Maha berkehendak atas sesuatu?.

Polemik/selisih pendapat udah pasti ada karna manusia diberi akal, —> tapi sayangnya dgn akal yg cuma terbatas manusia seringkali bertingkah & sombong. selisih pendapat boleh tapi alangkah bijaknya klo kita tidak menambah-nambahi sesuatu yg blom paham,… ya tentunya semua itu kita kembalikan lagi kepada Alquran Kallamullah (nasehat Allah pada manusia). Saya Perlu belajar banyak untuk betul2 memahami kandungan Alquran.

Bagaimana pula dgn orang yg TIDAK berpikir akan tanda2 kebesaran Allah?….padahal mereka mengetahuinya ?—>(yaa tentunya mereka akan TELER terus)….Silahkan menjabarkan sendiri makna TELER.

Seandainya saja anda mempunyai bayi (kandung sendiri) dan bayi anda itu ada lafatz Allah di kening nya. Akankah anda masih menganggap itu adalah perbuatan setan atau menganggap anak anda adlh setan dan apakah anda akan membunuh anak anda sendiri? (padahal setan itu adh jelas2 musuh yg nyata).
(mungkin anda akan berkata “sayangnya anak saya tidak demikian”)

Saya sendiri juga tidak suka berandai-andai karena seringkali membuat kita malas, tapi bagi Allah tidak ada yg mustahil jika Allah berkehendak. Bukan begitu

Mohon maaf, cara berpikir saya mungkin agak NDESO, tapi cara pandang Allah tentunya Sangat berbeda dgn semua mahluknya. Bukankah kandungan Alquran (Allah) mencakup masa lalu, masa Semarang dan masa yg akan datang. - artinya ini TIDAK NDESO dong.

Ini menjadi pemikiran lagi bahwa Allah (cara pandang Allah) tidaklah NDESO sebagaimana yg pernah anda utarakan sebelumnya.

Tapi ngomong2 janganlah suka menghina orang NDESO, sebab sebagian besar sego alias nasi berasal dari ndeso.
Yg jelas fakta saat ini NDESO sgt digemari orang KUTO/kota (baca: Tukulisasi)

Demikian mohon maaf dan beda persepsi bukanlah perpecahan, marilah kita kembalikan pada Alquran karna Allah tentunya mempunyai rahasia terhadap segala sesuatu.

Wass

=========

Ada juga yang lebih keras lagi komentarnya, begini :

renee Berkata:
April 5th, 2007 pada 7:43 adalah e

sepertinya pak Agor harus menyaksikan pertanda-pertanda kebenaran agama Allah YANG DIPERLIHATKAN MELALUI MAHLUK DAN ALAM INI DENGAN MATA KEPALANYA SENDIRI SETELAH ITU SAYA YAKIN DIA TIDAK AKAN BERANI MENYEBUT HOAX LAGI PADA KEAJAIBAN2 SEPERTI ITU SETELAH ITU BAHKAN MUNGKIN AKAN LANGSUNG SHOLAT TOBAT GARA2 MENDUSTAI KEBENARAN ITU.

renee Berkata:
April 5th, 2007 pada 7:48 adalah e

BTW, LOKASI PENEMUAN ITU PASTI DITULISKAN PADA SETIAP ARTIKEL YANG DITULISKAN MENGENAI MISALNYA IKAN YANG BERTULISKAN AYAT2 ALQURAN PD SIRIP2NYA DI NEGARA KENYA ATAU KAMBING YG BERTULISKAN NAMA ALLAH DAN MUHAMMAD PADA TUBUHNYA YG BARU2 INI DITEMUKAN DIINDONESIA…COBA SI AGOR LIHAT LANGSUNG, KIRA-KIRA APA DIA MASIH MENYEBUT PERTANDA ITU ADALAH KLENIK ???????

========

Pembahasan ini, karena perbedaan pandangan, memang melelahkan. Komentar saya atas komen Mas Abdullah dan ulasan kemudian, menurut agor menjelaskan sebagian besarnya :

Abdullah Berkata:
Februari 13th, 2007 pada 4:44 adalah e

Mas Agor kita tidak boleh mengatakan sesuatu yg kita sendiri belum tahu kebenarannya itu dikatakan Hoax, yakinkanlah sesuatu walaupun itu tdk sesuai dgn pikiran kita bahwa Allah S.W.T mampu membuat sesuatu untuk menunjukan kebesaran-Nya, dan cukup katakan AllahuAkbar apabila melihat sesuatu tentang mahluknya untuk menunjukan kebesaran-Nya, tugas kita hanyalah meyakini kebesaran Allah S.W.T. Apabila itu menambah keyakinan kita bahwa Allah itu Maha Besar dan tidak mengandung kesyrikan didalamnya maka tidak perlu dikatakan itu adalah hoax…
Wassalam.

@
Mas Abdullah yang dirahmati Allah,
Cukup lama saya merenungkan berbagai “tanda-tanda” yang sering disebarluaskan di internet, kadang dikutip berbagai orang, bahkan oleh ulama terhadap “tanda-tanda” ini sebagai bukti kebesaran Allah. Mulai dari tulisan-tulisan pada buah semangka, pohon rukuk, tulisan Allah pada gelombang tsunami, suara azan di bulan, juga termasuk suara siksa kubur dari kedalaman bumi yang dibahas ringkas pada tulisan ini. Inikah bukti kebesaran Allah?. Apakah manfaatnya bagi kita, manusia, khususnya ummat muslim?, bagaimanakah kita menyikapinya?, mungkinkah kita menguji kebenarannya (atau seperti orang terdahulu, apapun yang ditunjukkan tentang tanda-tanda kuasaNya), ditertawakan, dikatakan sihir, dan lain-lain sebagainya.

Lalu, kalau “tanda-tanda” itu muncul di masa kini, bagaimanakah kita menyikapinya?. Apakah kalau kita tidak mempercayai berarti kita tidak menghambakan diri, tidak berserah diri padaNya. Sebaliknya pula, kalau itu ternyata (dan harus dibuktikan), itu adalah kebohongan, maka bagaimana pertanggungjawaban hambaNya kelak di depan pengadilan akhir?.
Jujur saja, tidak mudah untuk menganalisis hoax, apalagi jika dibungkus dengan pendekatan ilmiah, kebesaran nama Allah yang terbungkus begitu. Bahkan di majelis keagamaan, oleh ulama top, oleh para ustad, itu juga dijadikan bukti kebesaran Allah. Sedangkan agor, menolak mentah- mentah hal-hal sejenis ini.

Apa alasannya?.

Pikiran logis : Tanpa hal-hal seperti itu, di masa akhir kehidupan manusia (ciri-ciri jaman akhir sudah tampak), hal-hal seperti suara alam kubur begitu tidak logis sebagai bukti kebesaran Allah. Allah telah menunjukkan pada alam semesta ini dan pada diri manusia sendiri tanda-tanda kebesaranNya. Bagi orang berakal. Jadi, tidaklah logis itu kerjaan (atau atas perintah Allah) ditunjukkan hal-hal seperti itu. (itu menurut pikiran agor).

Sejarah Mujizat : Mujizat selalu ditunjukkan Allah kepada manusia (sesuai dengan kualitas berpikir manusia) dengan cara keluar dari hukum-hukum alam (sunatullah) kepada kaum yang ingkar agar mereka memilih jalan beriman. Sejak masa nabi-nabi terdahulu sampai nabi terakhir. Contoh tentu sudah banyak, seperti mujizat pada Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Shaleh, dan lain-lain yang sebagian dijelaskan oleh Al Qur’an.

Kualitas dari Mujizat selalu meningkat (artinya lebih besar, dan lebih besar lagi), seperti ditegasi dalam QS 43:48 Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).

Al Qur’an adalah mujizat terbesar untuk ummat di penghujung waktu, Isra Mi’raj adalah mujizat yang tidak ada duanya dalam sejarah ilmu pengetahuan tentang alam semesta, bulan terbelah adalah sesuatu yang dahsyat yang ditunjukkan Allah kepada ummat zaman akhir. Al Qur’an memiliki sistem informasi dan keakuratan yang tidak tertandingi dengan tantangan kepada manusia sangat mengesankan : Buatlah ayat yang serupa…

Al Qur’an dalam beberapa bagiannya dijelaskan : sempurna, terinci, pelajaran untuk orang berakal.

Kemudian, bagaimanakah posisi “Suara Jeritan Alam Kubur” yang saya komentari panjang lebar dalam artikel di atas.
Apakah itu alam kubur, apakah itu gaib, bagaimana urusan gaib dikendalikan oleh yang mahaKuasa. Mengapa Allah menyatakan, yang gaib itu adalah urusanKu. Bahkan jin pun (mahluk tidak kasat mata), tidak masuk dalam kriteria gaib dalam penjelasan Al Qur’an. Jika jin mengetahui hal yang gaib, sudah tentu ketika Nabi Sulaeman wafat, jin mengetahuinya. Faktanya tidak.

Suara Alam Kubur yang ditangkap oleh perangkat teknologi menurut hemat agor, menurunkan derajat kemampuan berpikir manusia, ditarik ke masa-masa kegelapan kembali ketika sihir dan tipu daya merajalela di muka bumi (dan sampai kini).

Juga dari link yang dirujuk pada artikel di atas, ada penjelasan tambahan. Mudah-mudahan ini memberikan makna dalam sebuah wacana.

Ini hanyalah sebuah ijtihad, sebuah proses berpikir yang boleh jadi si agor juga keliru. Kebenaran milik Allah semata.
Wassalam, agor.

====

Sayang tidak ada komentar yang membahas dari argumen terhadap  ayat yang menjadi rujukan bagi saya :

QS 43:48 Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).

==

Sedangkan tanda kebesaran Allah, dalam ayat-ayat yang bertebaran,  sama sekali belum menjumpai indikasi atau petunjuk bahwa tanda-tanda kebesaran Allah ditunjukkan dengan cara yang oleh banyak orang (termasuk saya) sebagai hoax. Tapi, tak apalah… tiap orang memiliki cara pandang yang berbeda.  Alangkah baiknya juga jika rujukan pandangan lain direnungkan kembali, termasuk oleh agor juga tentunya.

Dalam hal Ndeso, mohon maaf sebagai sesama ndeso juga, memang ini ditulis hanya karena saya terkesan pada tulisan Emha yang juga saya kopi paiskan di blog ini :

ah-mosok-gusti-allah-ndeso-gitu 

 Jadi, kalau ada kata itu, Agor mohon maaf.  Agor juga belum bisa (belum mau) menghapus postingan yang dinilai bisa menimbulkan perpecahan (?).  Semoga tidak ya, karena perbedaan bukan bertujuan untuk saling menang-menangan atau dan lain sebagainya.

“Keajaiban sejenis” ini, tidak hanya tulisan Allah saja pada buah tomat, juga ada juga gambar Yesus dalam rahim manusia.  Ada juga Bunda Maria menangis mengeluarkan darah (kalau tak salah), dan lain sebagainya.   Apakah kita akan berkata, kalau itu sesuai Islam, kita harus percaya.  Kalau bukan dari Islam, maka itu bohong. (?).

Ataukah kita tahu akan semakin beriman kalau Allah sewaktu-waktu menuliskan namaNya di batu, di pohon, di kening bayi lahir, di awan, di antara bara api yang menyembur.  Baru kita akan percaya?.

Akhirnya, selalu pertanyaan hadir kembali, apa untuk siapa.  Apa manfaatnya bagi kebudayaan dan keberimanan.  Kalau di bagian sana tidak benar, apakah bagian sini harus benar?.  Mengapa hal ini ada di jaman ini.  Apakah ini adalah tanda-tanda yang diberikan oleh Allah melalui ciptaanNya.

Mengapa saya harus menerima bahwa tulisan Allah dalam foto dan tomat sebagai bukti kebesaran Allah?.  Mengapa bukti ini harus disandingkan dengan ayat-ayat rujukannya?.  Apakah betul berpikir bahwa itu sebagai bukti kehadiranNya.  Saya kok lebih bisa menerima bukti bahwa anak cacat adalah sebagai pelajaran bagi orang berakal, yang mengembangkan ilmu kedokteran.  Matahari dan bulan pada peredarannya, sebagai bukti bagi kaum yang memikirkannya.

Ini rujukan tambahan :

Neraka di Perut Bumi.

Suara-Suara dari Dalam Tanah

Hoax Tengkorak Raksasa.

Mewaspadai Hoax

The Holy Qur’an in Your DNA Coding.

Hoax yang terkait Islam  (link sdh tidak ada)

Wah terlalu banyak rujukan, malu rasanya mengulangi OOT ini.  Tapi gpp, kita memang harus disampaikan ya.

Jadi, sebenarnya ini betul-betul hoax lama, hanya karena kebetulan saya mendengar lagi sewaktu berangkat ke tanah suci beberapa bulan lalu dan disampaikan oleh orang yang menurut saya sangat kompeten pada ilmu agamanya, maka saya memberikan beberapa catatan kecil bahwa : “boleh jadi, ada yang salah dalam cara berpikir kolektif ummat”.  Karena itu, ingin menambah kontribusi untuk kita tidak mudah merasa menjadi lebih beriman dengan tanda-tanda “ndeso” seperti ini.

14 Tanggapan to “Siksa Kubur dan Ndeso !”

  1. deking said

    Lama tidak mampir kediaman Pak Agor nih…
    Waduch kok jadi bermasalah begitu sih?
    Saya tetap pada pendapat saya dulu…
    Mari hargailah perbedaan…
    Yang penting itu bukan hoax dan non hoax nya…
    Yang penting adalah bagaimana kita menyikapi, mempelajari dan mengambil hikmah atas semua peristiwa tsb.
    Percuma rasanya kalau kita berteriak2 bahwa itu bukan hoax dan merupakan tanda2 kebesaran Alloh tetapi pada akhirnya semua itu hanya berakhir sebatas teriakan saja tanpa adanya upaya untuk belajar dan pengambilan hikmah atas peristiwa tsb.
    Yang beranggapan itu hoax pun bukan berarti mereka tidak percaya akan kebesaran Alloh…mungkin mereka sudah yakin bahwa Alloh benar2 Maha Besar sehingga tdk perlu menunjukkan kekuasaannya dengan berbagai peristiwa tsb
    Yang penting hikmahnya kan?

    @
    Betul, memang ada masalah dalam memahami “tanda-tanda” kebesaran Allah. Dari tulisan/komentar yang masuk terasa bahwa yang menerima itu sebagai “tanda kebesaran Allah”, kehendakNya juga. Yang menolak, juga dengan alasan yang sama. Juga dengan himbauan yang kurang lebih sama :”marilah mencintai Islam”.

    Namun, apakah itu perbedaan pendapat?. Ya, jelas… memang berbeda. Ambilah hikmah atas peristiwa tersebut. Memang betul, sisi hikmah yang bisa kita tarik dari hal seperti ini.

    Di kesempatan lain, ingin juga membahas lebih mendalam mengapa buat saya ini bukan tanda-tanda kebesaran Allah, tapi malah sebaliknya : “pelecehan keyakinan dan keberagamaan” tapi yang lain malah berpikir sebaliknya.

    Saya tidak hapus komentar berbeda, karena saya melihat, bagaimanapun ini adalah dialektika berpikir yang baik. Seperti kata Mas Choirul yang begitu jernih juga untuk mengatakan : “ini bukan untuk perpecahan”. Boleh jadi, di masa yang lain saya bisa menerima pendapat beliau, bisa juga malah sebaliknya.

    Namun, seperti diurai pada berbagai postingan, saya betul-betul ingin belajar dari memahami ayat Allah yang tertulis maupun yang tersaji dalam ilmu dan pengetahuan. Pandangan Mas Chairul seperti : itu satu tanda bukti bahwa “alam semesta” berzikir, saya tidak sependapat. Alasannya karena :

    QS 17. Al Israa’ 44. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

    Karena ayat ini menjelaskan bahwa “…kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka…”. Jadi kalau kita menyimpulkan apa yang tidak dijelaskan petunjuknya, maka saya berusaha untuk tidak menarik kesimpulan atas dasar pemahaman yang bisa saya pahami.

    Suka

  2. Roffi said

    Kang agor, saya setuju hoax itu mesti diwaspadai, jangan sampe menyesatkan umat..

    @
    Semoga Kang Roffi.

    Suka

  3. Santai Pak…
    Mungkin karena derajat dan tingkatan manusia itu berbeda-beda, maka cara beriman kita juga berbeda-beda.
    Beruntunglah mereka yang bisa beriman tanpa perlu berpikir banyak, menerima saja semua yang ada sebagai bukti kekuasaan Allah.
    Beruntung juga mereka yang bisa ber-taqlid lurus tanpa perlu memperdulikan dunia lagi.
    Beruntung pula bagi mereka yang meyakini kata-kata ustad, guru ngaji mereka, lafaz ALLAH di berbagai benda, berita gaib dari berbagai sumber dan lainnya sebagai bukti kebesaran Allah tanpa perlu memikirkannya lagi.
    Dan mungkin, kita yang sial pak, kenapa pula kita – termasuk saya – harus merasa perlu memikirkan dulu segala sesuatunya sebelum menerima kebenaran universal ini…
    Sial kita pak…
    @
    Ya Mas santai saja, bahkan menjadi perlu untuk mengingatkan diri sendiri bahwa ada perbedaan memahami. Saya merasa beruntung diberikan kesempatan memikirkan sebelum mengimaninya. Berada dalam kerugian, bukan berarti dalam kesialan kan… 😀
    –Beruntung pula bagi mereka yang meyakini kata-kata ustad, guru ngaji mereka, lafaz ALLAH di berbagai benda, berita gaib dari berbagai sumber dan lainnya sebagai bukti kebesaran Allah tanpa perlu memikirkannya lagi. –> Benarkah?

    Suka

  4. anas said

    Ya kita tidak perlu merasa bingung atau gimana dalam menjalankan agama ini, selama kita yakin apa yang kita lakukan itu benar dan ada dasar dalam melaksanakannya kita pegang kuat saja pendapat dan pemahaman itu.

    @
    Betul — mungkin begitu — tapi kalau saya merasa Mas, merasa belum bisa menjalankan dengan benar, merasa tidak yakin dengan yang sudah dijalani ini — Tentu pula ada perbedaan antara meyakini dan menjalani, ada perbedaan antara memahami dan meyakini, ada perbedaan antara menghayati dan mengamalkan, ada perbedaan dari semua tingkatan pemahaman, ada usaha terhadap setiap pengertian….
    Salam.

    Suka

  5. jurig said

    saya setuju banget sama pa agor … kita dikasih pikiran dan logika sama Tuhan kan buat digunakan …

    @
    Mba Jurig… sungguh… saya hanya sedang belajar tentang apa yang difirmankanNya…. itupun sungguh lelet benar….

    Suka

  6. Ibrahim said

    Islam adalah universal, Al-Qur’an juga universal yang diturunkan kepada seluruh umat manusia dengan segala tingkat kepahaman dan cara berpikir manusia dari jaman Nabi Muhammad SAW sampai akhir jaman nanti.
    Bagi yang berpikir dengan lebih mengutamakan rasionalitas yang kurniakan oleh Allah, maka berpikir dan meneliti adalah cara terbaik untuk memahami, meyakini dan mengimani tanda-tanda kebesaran Allah.
    Bagi yang tidak selalu berpikir dengan rasional maka mereka juga tidak dapat disalahkan karena cara berpikir dan tingkat kepahaman setiap orang berbeda-beda kan.
    Yang jelas, pendapat dan gagasan apalagi hasil penelitian janganlah dimatikan dan dipersalahkan langsung hanya karena berbeda dengan pendapat kita, karena latar belakang cara berpikir dan memahami akan menyebabkan pendapat menjadi berbeda.
    Jangan menanggap bahwa keyakinan akan kebenaran yang kita miliki sekarang adalah satu-satunya kebenaran karena kebenaran yang hakiki hanya milik Allah kan (he..he..kayak lagu dewa 19 ya).
    Kalo ada perbedaan pendapat itu wajar, tapi janganlan perbedaan itu membuat kita pecah. Tetap Satu! Terus kan mencari kebenaran dan semangat mencapai Taqwa.
    Wassalam.

    @
    Betul Mas Ibrahim… saya berpikir (dari sudut pikiran), selain dari penjelasan tentang hoax-hoax, adalah karena ayat ini :

    Kualitas dari Mujizat selalu meningkat (artinya lebih besar, dan lebih besar lagi), seperti ditegasi dalam QS 43:48 Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).

    Sehingga saya berkesimpulan bahwa hal-hal yang sifatnya luar biasa (aneh bin ajaib) yang apakah dianggap biasa atau dianggap sebuah mujizat. Timbul juga pertanyaan, bahkan orang kafir, ketika bulan terbelah pun (QS Al Qamar), mereka langsung tidak percaya. Lalu, dengan kearifan apa Allah memberikan tanda-tanda dengan cara itu?.

    Kenapa tanda-tanda itu baru “dimunculkan di abad internet?”, apakah kisah-kisah ribuan abad yang lalu atau jaman setelah nabi-nabi, setelah wafatnya nabi, ada “petunjuk” serupa yang dibukukan dan dibahas para ulama?.

    Namun, buat agor nih, lebih menunggu, logika ini datang dari QS 43:48. Itu jadi patokan. Kalau patokan itu salah, pls tunjukkan. Ini bukan soal perbedaan, ini soal pembelajaran kok. Masa saya harus mengimani sesuatu yang tidak ada petunjuknya untuk diimani?. Tidakkah kalau begitu saya hanya mengikuti persangkaan belaka.

    Suka

  7. Bismillah…
    Assalamualaikum Bang Agor..
    hmm…sepertinya arah diskusi mengerucut ke arah bagaimana menyikapi fenomena2 yang ada, apakah mesti dengan akal, ataukah mengesampingkan akal..?Oya,saya tidak akan komen tentang siksa kuburnya atau ndesonya lho ya…hehehe, tapi saya mau coba tarik lebih ke dalam.Mudah2an memberikan wacana baru.
    Pertama yang mesti kita sadari dan pahami bahwa,segala yang ada di dunia ini, tanpa kecuali, adalah Allah yang menciptakan dan mengadakan dan mengijinkan terjadi. Untuk apa…?tentu saja banyak sekali hikmahnya…bahkan tak terhingga banyaknya, karena Allah itu Maha Herhikmah. Ilmu Allah itu berlapis2, ada yang tersurat dan ada yang tersirat.
    Akal kita terkadang tak mampu menampung atau menyelami hikmah yang Allah berikan di dunia ini.Itu tidak dapat kita pungkiri. Untuk menampung memori sejumlah 3 digit nama orang yang pernah kenalan dengan kita saja kadang kita sudah kerepotan.kita tidak akan tahu Syurga dan Neraka jika tidak diberi tahu oleh Tuhan. Kenapa bisa begitu? Ya, karena akal adalah makhluk, akal bukanlah Tuhan, artinya kalau akal itu adalah makhluk maka sifatnya lemah atau memiliki kelemahan. Berbeda dengan sifat Tuhan yang Maha Suci dari kelemahan.
    Lalu bagaimana panduan menggunakan akal kita yang lemah ini?
    Itulah fungsinya Allah mengutus para Nabi dan Rasul.Nabi dan Rasul ini bersifat FATHONAH, fathonah terkadang diartikan sebagai jenius, tetapi sebenarnya tepatnya bukan jenius. Kalau jenius bahasa arabnya ABQARI’. Tapi FATHONAH ini bahkan lebih dahsyat dari 1000 orang genius. Kenapa? karena manusia FATHONAH alias para Nabi dan Rasul ini mampu menampung dan menerima ILMU ALLAH ( wahyu )langsung kedalam hatinya. Artinya mereka mendapat ilmu tanpa harus belajar tanpa melalui proses secara akal.Mereka mampu mencerna hal2 yang ghaib, hal2 yang aneh dan pelik,tetapi (ingat..) sesuai dengan kepahaman yang Allah inginkan tentu saja.
    Kita ingat salah satu sifat Nabi kita SAW adalah Ummi, ummi ini sering diplesetkan oleh musuh Islam dengan arti “tidak dapat membaca dan menulis”, tetapi sebenarnya maknanya bukan seperti itu tetapi maknanya adalah “TIDAK PERLU MEMBACA DAN MENULIS”. Hikmahnya untuk menunjukkan keistimewaan Rasulullah, maka Allah takdirkan seperti itu.Hebat kan Nabi kita?Tidak membaca dan menulis ( tidak belajar ) tapi mampu mengungkai rahasia2 alam ( coba kawan2 cek pada Qur’an dan Hadist, banyak hal2 yang baru ditemukan abad2 ini sedangkan Rasulullah sudah menyampaikannya 1500 tahun yang lalu )
    Kembali lagi ke panduan menggunakan akal..
    Allah memang menyuruh kita untuk berfikir dan menjadi pandai.Allah juga suka kepada orang mukmin yang pandai.Tujuannya untuk dapat mengenal Kebesaran Allah. Tetapi poin yang penting disini dalam menggunakan akal kita mesti merujuk kepada wahyu ( Quran dan Hadist ), kita mesti merujuk kepada Rasulullah. Artinya akal kita mesti disuluh atau dipandu dengan wahyu. Kalau tidak maka semakin tinggi akal manusia, jika dia jahat maka akan lebih dahsyat kejahatan yang mereka perbuat. Sebagai kiasan, hasil olahan akal adalah teknologi nuklir, kita tentunya bisa membayangkan atau membandingkan apa yang terjadi apabila teknologi nuklir hasil kemajuan akal ini jatuh ketangan orang yang disuluh wahyu atau sebaliknya.
    Manusia yang disuluh oleh ilmu wahyu, ketika dia menemukan hal baru maka hatinya akan semakin terasa Kebesaran Allah dan terasa bahwa dirinya semakin kerdil di depan kehebatan Allah itu. dia pun akan bersyukur bahwa Allah telah melebihkan akalnya, dan sesuai janjinya kepada Allah ketika shalat ( mengucap salam kekanan da kekiri ) dia akan membuat 1001 macam kebaikan kepada makhluk Allah lain di dunia ini dengan kelebihan yang di punyai.
    Berbeda sekali dengan orang yang akalnya dipengaruhi nafsu jahatnya, nafsu yang tamak, dan sombong. Yaitu akal dan nafsu yang tidak disuluh dengan wahyu.
    Kalau manusia hanya untuk mengagungkan atau membangunkan akal semata, maka ahli filusuf dan profesor 9 yang nota bene pencapaian akal mereka luar biasa canggih ) dsb sudah cukup. Tetapi menurut Allah itu belum cukup atau belum menjamin keselamatan dunia ini.Banyak kisah para filsuf itu yang mereka mati dengan cara bunuh diri, keluarga berantakan, hidup tidak bahagia, jadi gila, dsb. Maka itu diutuslah Nabi dan Rasul yang tarafnya lebih tinggi dari mereka yaitu mencapai taraf FATHONAH.
    Sekian. Ampun Maaf semoga bermanfaat.. 🙂
    wassalam
    -zayd-

    @
    Wassalam Wr. Wb. Terimakasih, penjelasan yang cantik agak halus, tapi menjadi sedikit samar dan malah menjadi tersamarkan. Setidaknya, bagaimana sebaiknya dan manfaat kalau hal-hal yang “difenomenakan” di abad ini bagi kultural keberagamaan yang lebih sehat dan dewasa. Harapan yang ada tentu kita kesana, bukan memperdebatkan atau meributkan hal-hal yang sesungguhnya jika tidak dibahaspun secara sosial kehidupan, terbukti tidak memiliki pengaruh apa-apa buat kemashalatan ummat. Atau mungkin, perlu dilakukan penelitian : hal-hal apa yang mendorong seseorang menjadi semakin takwa, semakin rajin ke masjid, semakin rajin bersedekah, semakin tertib berzakat, menolong saudara-saudaranya yang kekurangan, tidak pernah melewatkan untuk menzuhudkan hartanya, dll. (Wah agor juga masih sangat jelek dalam hal ini)
    Wass. agor

    Suka

  8. Iya bang Agor, maaf kalo menjadi samar.Tapi emang “sengaja” kok..hehehe.Kan critanya mau ngasih wacana baru..;)
    Kalo sehubungan dengan fenomena2 yang ada, secara umum selama hal itu semakin mendekatkan kita dengan Allah, kita semakin takut dengan Allah, kita semakin terasa kebesaran Allah, intinya kita semakin mendapatkan sifat2 taqwa, mudah2an fenomena itu adalah fenomena positif walaupun secara kasat mata nampak negatif.
    Mungkin ada sebagian dari kita yang melihat kecelakaan di jalan raya misalnya, dia langsung ingat dengan Allah, langsung bertaubat dengan Allah, langsung ingat dengan kematian, dsb. Walhal peristiwa kecelakaan secara sains dan teknologi mungkin dianggap kejadian yang relatif biasa. Berbeda dengan Tsunami atau Suara dari Kubur yang memerlukan pemikiran lebih dalam.
    Artinya dengan fenomena itu baik kecil maupun besar Allah mau mendidik kita supaya semakin dekat denganNya.Begitu kira-kira…
    Ampun maaf sebelumnya…:)

    @
    Mas Miracle… Trims.. sepertinya saya merasa agak bisa memahami uraian Mas. Kalau begitu, saya juga coba perdalam ya.
    Fenomena tulisan Allah pada yang begitu –> benarkah akan meningkatkan keimanan?. Bagaimanakah tanda-tanda diberikan pada manusia pada suatu massa (tongkat Nabi Musa, menghidupkan orang Mati oleh Nabi Isa, Membelah bulan), Isra Mi’raj. Tanda-tanda di luar sunatullah ini memenuhi petunjuk pada ayat QS 43:48 Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). Jadi, bisa saya memahami bahwa sesuatu yang sifatnya mukjizat mustinya memenuhi kriteria ini. Kalau tidak memenuhi kriteria ini, berarti tidak datang dari Allah SWT.

    Tapi, Allah kan Maha Kuasa, bisa saja ditunjukkan sesuatu, termasuk memperllihatkan hal-hal ghaib (seperti kasus Dr. Azzacov) – mendengar suara neraka. –> Al Qur’an menjelaskan : QS 72. Al Jin 26. (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.

    Jadi pernyataan ini bahwa Allah maha berkehendak dan “bisa saja” menunjukkan fenomena ghaib kepada manusia, adalah mengingkari pernyataan ayat Al Jin 26 ini. Jadi saya memilih untuk mentidakkan bahwa ada fenomena ghaib yang ditunjukkan Allah pada manusia. Nabi pun, toh melihat?. Ya, kan ini juga dijelaskan dalam Al Qur’an juga.

    Namun, berbeda ketika kita melihat, merasakan, memahami fenomena alam biasa (dan sesungguhnya luar biasa), apakah itu gempa bumi, kecelakaan di jalan raya, tsunami, meteor, pergerakan bulan, tornado, dan lain-lain bahwa disitu terjadi pula karakter Allah dalam mengabulkan do’a. Bahwa Allah memiliki peran dalam kejadian tertentu, dan lain sebagainya.

    QS 12. Yusuf 100. Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: “Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

    Perhatikan kata, “Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki.”

    Secara logis, saya memahami bahwa Allah tidak akan menunjukkan fenomena kehadiranNya dengan menuliskan namaNya pada tomat atau pohon.

    Bahwa fenomena-fenomena alam dan alam itu sendiri adalah pelajaran bagi orang berakal banyak dijelaskan di Al Qur’an.

    Jadi, kalau begitu, kembali pada pertanyaan : apakah fenomena-fenomena seperti yang saya tolak itu memiliki makna pada keberimanan?. (maksudnya untuk fenomena foto-foto tulisan Allah pada ikan, dan sejenisnya…… ha..ha..ha.. di sini tulisan Allah, di Kristen itu tulisan Yesus…?)
    Jawab saya : tidak !, itu justru menjauhkan kita dari firmanNya yang sudah jelas menerangkan bagaimana seharusnya kita menyikapi. Apakah demi sebuah toleransi, saya harus bersetuju, bahwa Allah akan memperlihatkan hal ghaib sewaktu-waktu di dunia ini. Jawab saya tidaklah, kan Allah sudah menjelaskan di Al Jin 26. Apakah kita akan mengingkari ayat ini karena pengelihatan kita saat ini?.

    Sama seperti kita melihat sinetron persetanan dan per-jin-an. Kita kembalikan saja dengan apa yang disampaikan Al Qur’an.

    Tapi, kan.. bisa saja agor salah memahami, malah memperkeruh situasi. Betul, saya juga mencoba memahami hal ini. Karena itu, mari kita baca kembali rujukan yang sama, bisa juga agor salah memahami.

    … memerlukan pemikiran lebih mendalam….?

    Mas betul juga, saya berusaha mencari di Al Qur’an mengenai fenomena ini, bagaimana menyikapinya. Lalu di blog ini saya tulis alasan-alasannya. Jadi, tentu saja, saya juga inginnya sih 🙂 dibantah dengan ayat yang memberikan pencerahan baru yang sangat boleh jadi, tidak saya temui.

    Kalau saya mas, berusaha mencari jawaban (setidaknya pada blog ini) dari ayat-ayat yang berkenaan (atau dihubung-hubungkan) dengan hal yang menjadi pertanyaan. Jadi, kalaupun saya keliru memahami, yang mau dan bisa dipahami juga bukan dari “hasil pemikiran”, tapi dari pemahaman al Qur’an yang sangat boleh jadi, agor juga salah memahami. Saya jenis orang yang mengagungkan akal kok. Tapi ketika berhadapan dengan ayat al Qur’an dan berusaha memahami isinya, saya berusaha untuk memahami tanpa berusaha memanjang-manjangkan akal. Akal hanya komponen terlalu kecil dan sangat tidak bisa dibandingkan untuk berargumentasi dibanding dengan keagungan ayat Al Qur’an yang tertulis dalam kitab wahyuNya ataupun yang terungkap dalam sunatullah.

    Akhirnya, ini wacana lho.. bukan “untuk menghalalkan darah”, polemik dan permusuhan… Nggak sama sekali. Seperti yang disampaikan oleh Mas super, mungkin kita “orang-orang sial” yang memikirkan kejadian berpanjang-panjang akal… 🙂

    Namun, Mas. Terimakasih lho mau berkunjung ke blog agor. Blog Mas juga, saya senang. Berada pada kedalaman dan kadang bergelombang di permukaan kesalehan. Benar-benar guru yang menyenangkan.

    Tabik Hangat, agor,.

    Suka

  9. terus terang saja saya cukup tertarik dengan blog bang Agor ini, tajuk2nya cukup simple tapi menggelitik, kadang terkesan nyeleneh juga.( apa ini salah satu strategi blogger mas? soalnya saya masih awam juga tentang dunia blog ini, hehehe ).Tapi menurut saya justru dari sanalah keluar berbagai macam ilmu, berbagai macam pandangan, dan semoga kita semakin memahami kebenaran, dan tentu saja mengamalkannya…betul ngga bang Agor? 🙂

    @
    Blog ini sederhana dan sekedar catatan yang awalnya untuk memenuhi selera sendiri saja, bertanya tentang sesuatu yang begitu bodoh memahami kehidupan. Mencari jawaban juga dalam tatanan dan batasan sederhana. Ingin disebut sebagai pencari kebenaran, tapi nyatanya hanya sekedar usaha menjauhi kesesatan saja. Ingin rasanya membawa berita baik, tapi nyatanya hanya sekedar upaya memoles diri saja. Bermacam keniscayaan justru datang dari yang telah sudi memberikan komentar dan membuat cahaya samar kian terang.

    Dan, menarik dan benar sekali : … tentu saja mengamalkannya …

    Trims Mas Miracle. Betapapun sederhananya, bahkan seekor nyamuk yang kemudian mati disemprot baygon, telah menunjukkan perannya dalam satu sisi resultante kehidupan.

    Suka

  10. lihinzz said

    banyak bukti kebesaran Allah.. tapi sedikit yang percaya.. parahnya lebih banyak yg lebih percaya dengan adanya dukun2, klenik2 yang mengakibatkan kemusrikan… kalau percaya setan,,, kok malah susah percaya kebesaran Allah and malah nempuh cara syetan.. padahal syetan musuh yang nyata and setan juga ciptaan Allah,…

    @
    Syetan dari golongan jin dan manusia. Fakta memang, manusia lebih sedikit yang menyembah Allah. Kecenderungan (baca : “tersesat yang jauh”, adalah ketika pilihan adalah menyembah yang bukan yang Maha Menciptakan). Hal ini memang sudah dijelaskan terinci di Al Qur’an. Jadi jelas bahwa penyembah Allah adalah kaum yang terpinggirkan (di mata manusia).

    Suka

  11. Indra said

    Ass.sebelumnya saya meminta maaf apabila komentar saya ini kurang dapat memberikan solusi tetapi bagi saya memang perbedaan pendapat merupakan warna warni dalam urusan duniawi, namun jika masalah akhirat itu masih diperdebatkan sehingga menimbulkan polemik bahkan lebih parahnya sebuah perpecahan diantara sekian banyak umat Islam didunia,maka lebih baik janganlah diperdebatkan tetapi alangkah baiknya biarkanlah pikiran kita mengalir bagai air yang sudah pasti mengalir dari hulu ke hilir.Artinya keyakinan dan keimanan itu tak bisa kita sampaikan lewat media lisan maupun tulisan tetapi hanya bisa disalurkan melalaui hati kita yang paling dalam kepada Allah semata. itu saja…..Wassalam.

    @
    Wass Mas Indra.
    Mari kita berpikir, bahwa kita tidak dapat memberikan solusi. Apa yang kita tulis dan kita sedang pahami, hanyalah jalan kecil untuk lebih mengenalNya, karena karuniaNya. Polemik atau apapun juga adalah alat belajar kita tentang memahami kebaikan dan keburukan. Dan tentu kita selalu mencoba untuk memahami, beriman dan menguatkan hati dan akal adalah hidayah besar yang dianugrahkan Allah kepada kita. Semoga Allah memelihara dan menjadikan kita orang-orang yang beriman, beramal shaleh, dan diampuni dosa-dosa kita yang seabreg….

    Suka

  12. Turis Lokal said

    Assalamualaikum

    Maaf Mas pengelola blog ini, memang blog anda merupakan curahan isi hati dan pemahaman anda, tetapi saat ini sudah menjadi konsumsi publik (dg dipublish melalui internet) maka apapun yang tersurat di blog tersebut akan menimbulkan berbagai tanggapan. Maka sangatlah bijak kalau anda berhati-hati dalam mengungkapkan pendapat..jangan sampai pendapat anda menimbulkan polemik di kalangan ummat. Apa-apa yang akhirnya justru memecah ummat adalah perbuatan yang tidak baik, meskipun itu hanya sekedar pemikiran anda.
    Jadi itu Mas pengelola….saya tahu anda tidak bermaksud buruk..anda hanya mengungkapkan pendapat anda sesuai dengan kefahaman keilmuan anda…tapi hati-hati dalam berucap. Salinglah bernasehat dengan lemah lembut.
    Jazzakallah khairan katsiiran

    @
    Wass.
    Trimakasih atas catatannya. Saya melink beberapa hal yang menyangkut “suara alam kubur” yang tidak saya percayai. Tapi, bukan alam kuburnya yang tidak saya percayai. Juga menyertakan hal-hal yang berkenaan dengan hal ini. Kalau sudi, tentulah keseluruhan dari tag dan link-nya dibaca pula dengan semua komen yang berkenaan dengan hal ini. Bukankah kita dikarunia akal untuk memahaminya.

    Suka

  13. Anonim said

    saya mulai prihatin dengan nasib manusia sekarang sudah tidak perduli dengan dosa malah beramai-ramai mermbuat dosa . Ada dengan dunia ? kan kita sudah di jaman akhir
    sudah selayaknya kita berlomba lomba berbuat amal.

    @
    berbuat amal…. walah… kok kita juga senang mengkafir-kafirkan ya, dan ketika melihat kemiskinan dan kebutuhan… kita bilang kita juga masih banyak kebutuhan yang tidak bisa kita penuhi….. 😦

    Suka

  14. […] sempatbegitu banyak dipercaya “sebagai buah karya” Allah suara jeritan dari Neraka, Dr. Dimitri Azzacov di Siberia yang terjadi tahun 1990-an yang sempat populer beberapa tahun lalu dan menjadikan bukti […]

    Suka

Tinggalkan komentar