Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Mencari Zarah Terkecil Penyusun Jagat Raya

Posted by agorsiloku pada Juli 16, 2006

Kompas (10 Juli 2005)

Terry Mart (Departemen Fisika, FMIPA UI )

Sejauh saya bisa mengingat, hanya dua buku kosmologi populer yang menarik dan enak dibaca. Pertama adalah karya pemenang Nobel Fisika tahun 1979, Steven Weinberg, berjudul The First Three Minutes yang bercerita tentang tiga menit pertama setelah jagat raya diciptakan.
Buku kedua, A Brief History of Time, ditulis ahli kosmologi Stephen Hawking dengan topik hampir sama, kecuali diselingi upaya terakhir manusia dalam menyatukan semua teori melalui teori Superstring. Meski buku kedua ternyata jauh lebih laris dari buku pertama, saya lebih “jatuh hati” pada buku karya Weinberg.Saat menulis bukunya, Stephen Hawking memutuskan lebih berorientasi pada tuntutan pasar. Pada pengantar ia ungkapkan setiap persamaan matematika yang ia tulis akan mengurangi separuh potensi penjualan. Akhirnya Hawking hanya menulis satu persamaan saja, persamaan terkenal Einstein E=mc². Mudah dimengerti, menghapuskan sama sekali matematika dalam pembahasan fisika merupakan hal yang absurd. Sama absurdnya dengan mempertahankan argumen dominasi warna kuning pada lukisan Van Gogh dengan kata-kata tanpa menampilkan lukisan tersebut. Namun, haruslah ada jalan tengah yang dapat diterima penulis, pembaca, maupun penerbit buku.
Lebih dari 10 tahun sebelum Hawking, Steven Weinberg membayangkan calon pembaca buku yang ia tulis seperti seorang pengacara yang cerdas. Seorang pengacara yang lihai biasanya tidak akan puas dengan sekeping informasi yang disajikan, lebih-lebih jika informasi tersebut merupakan kunci yang dapat menyibak misteri utama yang sedang ia selidiki.
Untuk informasi penting ini dibutuhkan pembuktian yang tidak dapat disanggah. Dengan filosofi ini, Weinberg tetap menyediakan rumus-rumus matematika pembuktian informasi kunci yang ia jelaskan dalam bukunya. Agar tidak mengganggu pembaca “lain”, maka rumus tadi diberi sebagai lampiran. Tentu saja cara ini lebih elegan karena tidak semua pembaca senang dianggap sebagai orang awam.
Mendiang Hans Jacobus Wospakrik tampaknya menempuh cara lain. Dalam bukunya ia menggunakan beberapa persamaan matematika sederhana sebagai bagian integral buku. Sepintas cara ini terdengar kurang bijak, namun jika kita amati dengan teliti, ternyata hal ini sama sekali bukan masalah. Formula matematika yang digunakan sangat sederhana, dapat dimengerti bagi mereka yang pernah belajar matematika dan fisika setingkat SMP.
Cara ini juga saya nilai tepat untuk mendidik masyarakat menjadi lebih kritis terhadap informasi, terutama informasi kontroversial. Bayangkan seumpama ada seorang yang mengklaim kehidupan abadi (paling sedikit kehidupan dengan usia setara usia jagat raya) dapat dicapai jika ia berhasil menciptakan kendaraan yang dapat melaju mendekati kecepatan cahaya.
Buku berjudul Dari Atomos hingga Quark ini bercerita tentang sejarah upaya manusia selama lebih dari 2.500 tahun mencari penyusun dasar jagat raya dan bagaimana mereka berperilaku. Dimulai dari usaha awal filsuf Yunani purba sekitar tahun 600 SM yang menahbiskan air sebagai penyusun semua zat, hingga pencarian zarah Higgs yang dapat menjelaskan mekanisme bagaimana komponen dasar jagat raya memiliki massa, buku ini menghadirkan aliran kontinu sejarah perkembangan sains fisika secara jernih.
Sebagai peneliti, saya mencatat bagian paling menarik diungkapkan di awal bab pertama yang menjelaskan kemajuan sains hanya dapat diraih para pemikir bebas yang tak terikat lingkungan pemerintah serta kepentingan praktis atau sesaat. Harus diakui, masyarakat Mesir dan Babilonia saat itu telah memiliki ilmu astronomi dan matematika canggih. Namun, karena tujuan utama ilmu tersebut hanya untuk keperluan penujuman astrologi serta pemetaan lahan pertanian, para ilmuwan setempat kurang tertarik memikirkan zarah terkecil yang merupakan “batu bata” jagat raya.
Berpindah tangan
Dari Yunani ilmu pengetahuan berpindah ke tangan Aleksandria (Iskandariah) dan Arab. Tidak dapat dibantah, kontribusi ilmuwan Arab sangat penting dalam meneruskan dan mengembangkan konsep yang dilahirkan para filsuf Yunani, terutama dalam bidang matematika, fisika, kimia, dan astronomi. Di bidang matematika, ilmuwan paling menonjol adalah Al-Khawarizmi (algorithm menurut ucapan orang Eropa) yang melahirkan konsep aljabar. Mungkin tidak semua orang tahu bahwa galaksi Andromeda pertama kali berhasil diamati ilmuwan Arab Persia yang bernama Abdul Rahman Al-Sufi pada tahun 964 yang memublikasikan pengamatan tersebut dalam buku berjudul Kitab al-Kawatib al-Thabit al-Musawwar (The Book of Fixed Stars). Meskipun demikian, yang menjadi selebriti masa itu adalah bidang alkimia. Sumbangan ilmuwan Arab di bidang ini sangat membantu melicinkan pengembangan ilmu kimia beberapa abad kemudian di Eropa.
Perpindahan ilmu pengetahuan ke tangan Eropa dijelaskan pada bab tiga. Perkembangannya dimulai dengan pertanyaan kebenaran tujuan alkimiawan, “Apakah emas dan perak dapat diciptakan dari logam biasa?”
Dari sini muncul terobosan baru fisikawan Irlandia, Robert Boyle, yang menolak teori empat unsur Yunani purba serta tiga asas alkimiawan Arab. Mulailah petualangan fisikawan mencari zarah penyusun semesta hingga mengalami “titik belok” pada awal tahun 1900 dengan lahirnya mekanika kuantum. Kelahiran mekanika diskret ini serta dampaknya dijelaskan penulis pada bab sepuluh.
Pada tahun 1961, Murray Gell-Mann berhasil mengelompokkan zarah-zarah yang berinteraksi kuat melalui kesamaan bilangan kuantum mereka. Pengelompokan ini ternyata sesuai dengan teori simetri istimewa yang ia namakan the Eightfold Way. Dari pengelompokan tersebut, Gell-Mann meramalkan kehadiran zarah baru bernama yang saat itu belum teramati.
Pada kenyataannya, hanya dibutuhkan tiga tahun hingga ramalan Gell-Mann ini terbukti secara eksperimen. Selain itu, teori Gell-Mann juga mengizinkan dekomposisi hadron menjadi zarah yang lebih kecil yang dia sebut quark. Ada enam jenis quark yang dikenal ilmuwan saat ini. Cerita tentang quark yang diberikan pada bab 15 (terakhir) ini ditutup dengan teori Weinberg-Salam, diiringi penormalan ulang oleh Gerardus ‘t Hooft, serta pencarian zarah Higgs yang (jika ditemukan) akan semakin mengukuhkan teori kuantum.
Memahami fisika
Secara umum, buku setebal 324 halaman ini berhasil menjelaskan kronologi perkembangan sains fisika (dan kimia) selama lebih dari 25 abad dalam mencari atomos (zarah terkecil yang tak dapat dibagi) sebenarnya. Buku ini dapat dipakai memahami mekanisme perkembangan fisika bagi pembaca yang relatif awam di bidang ini, atau menutupi lubang-lubang pengetahuan umum bagi para profesional fisika.
Meski tergolong relatif serius, beberapa selingan berupa biografi singkat ilmuwan diberikan secara santai. Pada halaman 292 misalnya, dikisahkan ironi yang menimpa matematikawan jenius Norwegia, Niels Henrik Abel, yang meninggal pada usia 27 tahun karena penyakit paru-paru. Dua hari setelah kepergiannya, datang sepucuk surat menawarkan jabatan akademik di salah satu universitas di Berlin.

16 Tanggapan to “Mencari Zarah Terkecil Penyusun Jagat Raya”

  1. nurisah said

    Berbicara mengenai zat terkecil penyusun alam semesta berarti bicara tentang materi. Apakah Anda percaya bahwa kita dan alam semesta ini adalah sebuah materi, benda berwujud? Pernah terpikir dalam benak saya bahwa hanya ada satu materi yang benar-benar ada dan kita semua adalah sebuah halusinasi belaka. Mungkinkah Tuhan adalah satu-satunya zat yang berwujud. Bahkan suami saya pernah berseloroh, bahwa kita semua sebenarnya sedang duduk dan dikepala kita tersambung kabel2 yang memprogram kita berada dalam film kehidupan. dan saatnya kiamat nanti,kita semua dibangunkan dari halusinasi tersebut dan menjalani kehidupan nyata. Mohon beri pendapat Anda. Terima kasih.Ini hanyalah sebuah pendapat dari seorang ibu rumah tangga yang mencintai kehidupannya. Salam

    @
    Salam kembali Bu, saya juga tidak tahu. Wujud terkecil dari materi itu belum terdeteksi karena pengetahuan dan teknologi tidak bisa mengukurnya. Ini diteguhkan kebimbangannya oleh teori dawai. Hologram besar Pibram mempertanyakan hal serupa. Wahdatul wujud Ibnu Araby berabad lalu merujuk pada pengertian Allah sebagai satu-satunya yang wujud. Harun Yahya juga memberikan penjelasan kurang lebih sama.
    Tuan Plato telah memikirkan realitas semu ini sebagai dunia ide, sebagai realitas ide?

    Lalu, bagaimana dengan penjelasan Allah :
    (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.” Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami (QS 7:51)

    Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS 23:115)

    dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin(QS 102:7) => tentang hari kebangkitan/kiamat.

    Karena pengetahuan berada pada wilayah pseudo sains maka ini adalah spekulasi ilmuwan untuk mencari wujud terkecil materi maka berpikir seperti yang disampaikan suami Ibu sampai merujuk pada filsuf masa lalu adalah logis juga. Al Qur’an sepertinya mengisyaratkan hal ini. Alam semesta seperti screen savernya layar monitor ==>(QS 7:51)

    Namun, QS 23:115 menegasi, alam semesta diciptakan.

    Dan keyakinan akan sangat akan didapatkan nanti — ainul yaqin — (QS 102:7)

    Kesimpulan saya sementara : Allah menjelaskan dalam konteks perbandingan bahwa dibanding dengan kehidupan di kampung akhirat, maka alam semesta ini sesungguhnya fana (tidak abadi), semu, dan main-main saja (penuh tipu daya) dan ini ditegasi pula oleh :
    Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
    (QS 6:32).
    Sungguh, maha benar Allah dengan firmanNya. Wallahu alam. Salam.

    Suka

  2. aricloud said

    Assalamu’alaikum
    Mas Agor, menurut saya, mencari yang terkecil sama sulitnya dengan mencari yang terbesar.
    Kedua-duanya tidak akan pernah mampu dijangkau manusia, karena dengan akal manusia keduanya dapat dikatekorikan tidak terbatas.
    Yang terbesar misalnya: berapa besarnya alam semesta ini? mungkin sangat mudah menjawabnya dengan jawaban ‘tidak terbatas’ terutama kalau hanya menggunakan akal manusia. seperti yang pernah saya sampaikan pada komentar di artikel lain, jika alam semesta memiliki batas, maka apa bentuk batas itu? kalau batasnya ruang kosong maka ruang kosong itu batasnya juga dimana? kalau batasnya materi, maka materi itu tebalnya sebatas apa? ini sama saja membicarakan sesuatu yang tiada batas (dalam persepsi akal manusia).
    Bagaimana dengan yang terkecil?
    Sama saja dengan terbesar tadi. Suatu benda tidak akan disebut terkecil selama masih memiliki materi lain sebagai penyusunnya atau masih dapat dibelah (yang artinya dengan pembelahan itu ia masih dapat memiliki materi hasil belahan yang lebih kecil). Ingatkan, kalo sebuah benda dibagi 2 terus menerus, maka secara matematis benda tersebut tidak akan pernah bernilai 0, namun hanya mendekati 0. atau sepertakberhingga (1/~)
    Satu-satunya yang membatasi manusia adalah akal dan ukuran manusia itu sendiri.
    Jika ukuran manusia sebesar atom atau quark, maka tentu manusia mampu meneliti dibangun dari apakah quark itu? kalau quark dibelah sepuluh maka berapa ukuran hasil belahannya itu? dsb. Itupun masih akan belum ketemu yang benar-benar terkecil karena keterbatasan akal tadi.
    Akan tetapi mempelajari tentang materi terkecil yang mampu diteliti apalagi diuraikan oleh manusia akan tetap memiliki manfaat besar bagi peradaban manusia itu sendiri.
    Wallahu’alam

    @
    Mas Ari terimakasih atas kesimpulannya pada kalimat terakhir :”Akan tetapi mempelajari tentang materi terkecil yang mampu diteliti apalagi diuraikan oleh manusia akan tetap memiliki manfaat besar bagi peradaban manusia itu sendiri.” Apapun juga, makna dari ilmu pengetahuan adalah kerelatifan kualitas kehidupan. Setidaknya dari segi materi

    Suka

  3. haniifa said

    As Salammu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
    Mencari zarah terkecil di jagad raya ? “KONYOL”
    Dalam kehidupan keseharian kita saja ada, contohnya cahaya. Apa itu cahaya ? Ion-ion yang bertumbukankah ? kalau ya, apa yang memercik pada hasil tumbukannya apakah elektronkah, protonkah, netronkah ataukah yang bernama Quark ? kalau cahaya adalah Quark, lalu bagaimana mungkin retina kita yang notabene terdiri dari susunan molekul-molekul dapat menangkap sesuatu yang lebih kecil ? kalau memang demikian, mungkinkah alat ukur yang mempunyai batasan rendahnya 1 Ampere digunakan untuk mengukur arus 0,001 Ampere ????
    Albert Einsten pernah berkata “Suatu ilmu tampa agama akan menjadi buta”.
    Saya kira tempat sekali ungkapan beliau, kalau kita mencari-cari sesuatu diluar batas kemampuan akal fikiran kita maka tidak akan menjumpai suatau batas akhir kecuali hanya dengan iman (kepercayaan mutlak). Mari kita simak persamaan Einsten yaitu E=mc² yang notabene kita hanya harus percaya saja dari sejak bangku sekolah sampai saat ini, dengan kata lain kita hurus meng-iman-i bahwa E=mc² titik. Energi ya pokoke energi mau energi suara, nuclear, listrik, gelombang dll sekali lagi pokoke energi titik, Massa ya pokoke masa atau materi mau uranium, helium, besi dll sekali lagi pokek Massa begitu juga constata kecepatan cahaya mau standar NASA, perthitung lewat rotasi bumi terhadap matahari atu bulan pokoke ya constanta titik.
    Seandainya saya tukang becak yang hanya lulusan SMP, kemudian mencoba mensubtitusi persamaan tersebut:
    Mengayuh beca = Nasi sebugkus x c² ???
    Seandainya saya nelayan becak yang hanya lulusan SMA,
    Tsunami = 1 gr air lauk x c² ???
    Atau seandainya saya seorang ahli fisikawan modern yang mengotak ngatik persamaan tersebut kemudian disusul dengan teori “FUSI” atau “FISI” sehingga tahu seluk beluk reaksi “Nuclear”, berangkat dari gagasan tersebut saya mencoba membuat bahan dasar materi : m (materi) = E (energi nuclear) / c² ???
    Saya yakin mas Albert pasti tidak mentertawakan kondisi saya semuanya, malah dengan jujur beliau mengungkapkan “Suatu ilmu tampa agama akan menjadi buta”. Sebab tidak pernah diungkapkan Energi apa ? Materi apa ? dan Konstata kecepatan cahaya apa ?
    Kalau saya beriman (percaya) pada rumus persamaan E=mc² titik. Tentu kita seharusnya lebih beriman pada An Nahl 40 (16:40), tampa harus bertanya bagaimana asal muasal kehidupan titik, seperti saya beriman bahwa Nabi Adam a.s bukanlah manusa pertama tetapi sebagai Khalifah pertama titik (ada dalam komentar saya “Haniifa”).
    Surat An Nahl 40 (16:40).
    ‘Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun (jadilah)”, maka jadilah ia.’
    Ikhlas suatu kata-kta yang mudah diucapkan tetapi susah diungkapkan.
    Sesungguhnya kita manusia sangat takabur pada hidayah yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa ta ‘ala, berupa akal fikiran.
    Al Kahfi 109 (18:109)
    Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
    “Berkorelasi” atau “tidak berkorelasi” ayat tersebut dengan disiplin ilmu APAPUN, saya yakin bahwa firman tersebut menyatakan sesuatu yang banyaknya tidak terhingga (~).
    Saya yakin sekali sebagai muslim, bahwa ada sesuatu “apapun itu” yanag tidak dapat dicapai oleh akal fikiran manusia.
    Sebelumnya saya mohon maaf kepada para ahli dibidang matematika, fisika, atau sastrawan…dsb, atau bahkan kepada para ulama, ustad, kyai yang telah lama menekuni kajian Al Qur’an & Al Hadist.
    Dengan kemampuan yang terbatas dibidang tersebut saya mencoba, untuk diri sendiri menterjemaahkan surat Al Ikhlash (112:1 s/d 4).
    1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”
    Kenapa Allah harus menyatakan hanya satu, bukankah kita juga yang mempunyai struktur DNA,RETINA,SIDIK JARI, SIDIK BIBIR juga cuma satu-satunya didunia ?
    2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
    Kenapa hanya Allah tempat bergantung, bukankah seorang bayi (0 bulan) akan mati kelaparan jika tidak ada ibunya, atau tidak ada susu pengganti. Kenapa “SUSU” bukan tempat bergantung bayi yang baru lahir untuk menyambung hidup ?
    3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
    Kenapa hanya Allah yang tidak beranak pianak, padahal kita tahu batupun tidak beranak ?
    4. dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
    Kenapa hanya Allah yang tidak boleh dibandingkan kesetaraanya dengan apapun, kata “seorang” ada yang menterjemaahkan “sesuatu” buat saya tidak menjadi soal.
    Padahal kita tahu bahwa kekuasaan Firaun, Presiden U.S.A, atau bahkan puncak gunung Himalaya pun tidak ada yang “setara” ?
    Apa maksudnya surat Al Iklash terpampang di masjid Al ‘Aqso ?
    Mari kita simak secara matematis.
    no. surat Al Ikhlas
    1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
    Statemen angka 1
    2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
    Statement operator, persamaan matematika x, /, +, -, = , > …dsb
    3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan
    Statemen angka 0, berapapun nilai 0/n = 0 atau 0 x n = 0
    4. dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
    Statemen bilangan ~ (atau tak terhingga).
    Gaib adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dirasakan secara akal, fikiran, dan atau pancaindra manusia.
    Bilangan nol (0) secara nilai tidak ada ?
    Bilangan nol secara anggota 1 (satu)
    Kalau kita beriman kepada bilangan 0 itu ada, sudah seharusnya kita beriman kepada Allah Sang Maha Pencipta Segala Sesuatu ?
    Mencari zarah terkecil di jagad raya ? “KONYOL”
    Karena kita akan mencari nilai bilangan NOL.
    Adakah zarah terkecil di jagad raya ? “Insya Allah YAA”
    Karena kita mempercayai anggota bilangan nol.
    Pernah saya mengupas tentang bilangan 0, 1 , + ~ (plus tak hingga), – ~ (min tak hingga) di beberapa komentar “Haniifa”.
    Percaya bahwa anggota bilangan himpunan {0} adalah 1 = Beriman kepada Allah
    Percaya bahwa anggota bilangan himpunan {0} adalah 0 = Tidak bertuhan, tidak mempercayaai alam gaib, atau menyamakan secara matematis bahwa {0} = {} ?????
    Ada bebera rekan masih kurang faham mengenasi pembagian dengan Nol, mungkin terinsfirasi oleh sistem komputer (error devide by zero), untuk dunia komputer mungkin berlaku tapi tidak untuk dunia matematika atau secara akal sehat kita.
    (pernah saya bahas sebelumnya).
    1/+~ = +0,00…00 n (bilangan positip) kalau dibalik 1/+0,00…00n = + ~
    1/-~ = -0,00…00 n (bilangan negatip) kalau dibalik 1/-0,00…00n = – ~
    Kalau 1/0 dinyatakan tidak terdefinisi apakah sama + ~ dengan – ~
    Menyambung judul tulisan diatas, maaf saya tidak perlu Mas Alber Einsten, Steven Weinberg, Ahli Matematika, Ahli Fisika, Para filsuf Yunani, Socrates, Aristoteles dlll, cukup Allah saja, hanya dengan surat Al Ikhlas.
    Kalau benar datangnya dari Allah, kalau salah saya sangat terbuka untuk berdiskusi juga kepada MAS ARGO saya pribadi sangat berterima kasih telah memberikan luang dan topik-topik yang hangat. Amin.

    @
    Ilmuwan memang sering mencari hal-hal yang “KONYOL” pada suatu masa dan akumulasi penemuan berikutnya memberikan arti bagi kebudayaan manusia.. 😀
    Mengenai nol dan ahad, membahas Dzat Allah dalam pengertian-pengertian yang sepertiga al Qur’an itu atau dari sisi ketauhidan menarik. Kesempatan lain saya ingin coba lakukan, tapi masih perlu referensi.. Trims lho idenya… 😀

    Suka

  4. Abu Afkar said

    Alhamdulillah, di sela kecenderungan sekarang untuk beragama instant dan kurang menyukai pemakaian akal dan iptek, sehingga muncul teori aneh “Bumi berbentuk datar” (sic!), saya menemukan blog yang mengingatkan saya pada kesukaan saya di bidang ini. Bagus, Mas Argo terus dilanjutkan…
    Apalagi jika diisi juga dengan nasib “Islamisasi Sains” yang dulu pernah digagas oleh Ismail Raji’ Al-Faruqi, Ziaudin Sardar, Mahdi Ghulsyani, dll. bisa diramaikan kembali.
    Sebagian orang mengira bahwa banyak menggunakan akal untuk mengungkap misteri kehidupan adalah bentuk kesombongan. Padahal bukan, penggunakan akal dan sains untuk mengungkap misteri kehidupan yang tidak pernah akan selesai adalah perwujudan dari kekaguman kita kepada ciptaan Allah, apalagi Allah Sang Pencipta…
    Sehingga salah satu ayat Al-Quran yang turun dan menyebabkan Rasulullah SAW menangis sepanjang malam adalah ayat ulil Albab yang terkenal:
    # Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS. 3:190)
    # (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3:191)
    Di ayat ini Allah tidak mencela, bahkan memuji orang-orang yang banyak merenungkan langit atau misteri “zarah terkecil”, namun yang tidak boleh dilupakan adalah MENGINGAT SIAPA YANG MENCIPTA, SIAPA YANG MENGATUR ITU SEMUA dan UNTUK APA SEMUA ITU DICIPTA…
    Subhanallah…
    @
    Mas Abu Afkar, terimakasih kesudian berkunjung ke blog agor. Ketika saya berkunjung ke blog Mas, langsung saya ambil ke tag saya sebagai referensi karena banyak pencerahan yang menarik. Juga dengan uraian sederhana dengan isi logis. Saya belajar dari blog Mas. Blog ini, memang tematik ke arah ini digagas karena rasa penasaran dan keinginan untuk dijagaNya.

    Suka

  5. haniifa said

    As Salammu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
    to: mas Abu Afkar
    “Alhamdulillah, di sela kecenderungan sekarang untuk beragama instant dan kurang menyukai pemakaian akal dan iptek, …”
    Menarik ungkapan instant dan Islamisasi Sains.
    Coba anda perhatikan redaksi sendiri:
    Sehingga “salah” ayat Al-Quran yang turun ….
    a. Instant: untuk kata “salah” seharusnya “salah satu”
    b. Islamisasi Sains: jika anda merubah redaksional “salah” menjadi “salah satu”
    Silahkan mas Abu Afkar pilih sendiri ???
    Atau pada redaksi yang ini:
    ” …menangis sepanjang malam adalah ayat ulil Albab yang terkenal”
    a. Instan: untuk kata “ayat” seharusnya “ayat tentang”
    b. Islamisasi Sains: jika anda merubah redaksioanl “ayat” menjadi “ayat tentang”
    Silahkan mas Abu Afkar pilih sendiri ???
    Maaf ya mas sebab saya tidak pernah tahu dan mau tahu apa itu “islamisasi sains” atau “instant”, sebab sepengetahuan saya “ISLAM CIKAL BAKAL SAINS MODERN”.
    Apapun pilihannya, smoga yang dimaksud kesampaian
    “@Mas Abu Afkar, terimakasih kesudian … keinginan untuk dijagaNya.”
    Apa betul dengan iptek dan daya nalar yang sehat, kita bisa membuktikan bahwa
    ” ….Rasulullah SAW menangis sepanjang malam …”.
    Luar biasa !!!, Ribuan tahun yang lampau tapi dengan pemaksaan kehendak kita harus percaya bahwa Rasulullah SAW menangis sepanjang malam. Apakah asal comot seperti asal comotnya “namun yang tidak boleh dilupakan adalah MENGINGAT SIAPA YANG MENCIPTA, SIAPA YANG MENGATUR ITU SEMUA dan UNTUK APA SEMUA ITU DICIPTA…
    “, mudah-mudahan tidak karena saya ingin sekali melihat film Rasulullah menagis, atau buktikan secara iptek, nalar hal tersebut ???
    Satu hal mas yakin beliau menangis menangis sepanjang malam … ????
    a. Kalau tangisan sedih:
    …QS 3:190 Wow gembira sekali rasanya dapat petunjuk.
    …QS 3:191 Alhamdulillah dapat do’a untuk bebas dari siksaan.
    …”Di ayat ini Allah tidak mencela, bahkan memuji …” di puji kok sedih.
    b. Kalau tangisan gembira:
    …Kalau mas Abu Afkar kasih saya 1 milyar, rasanya saya nggak perlu menangis
    …sepanjang malam, mungkin saya mimpi mo beli mobil baru, atau tambah istri.
    Yang benar dan sempurna pasti datang dari Allah. Amin

    Suka

  6. Abu Afkar said

    @Hanifa…
    Mohon maaf, barang kali otak saya memang agak kurang cerdas, sehingga saya tidak faham maksud tulisan Akhi. Saya mohon maaf, tidak tahu harus menjawab apa. Saya akan menanggapi yang saya faham:
    1.Akhi benar, maksud saya adalah ” salah satu ayat”, saya salah menulis. Astagfirullah.
    2. Kemudian tentang Rasulullah menangis ketika menerima ayat Ulil Albab ini kalau tidak salah ada di Tafsir Ibn Katsir…
    Yang lainnya mohon maaf saya tidak faham…

    @
    Rupanya kita pada posisi sama juga, belum bisa memahami. Komen yang “kata salah itu” saya langsung koreksi saja ya Mas. Trims.

    Suka

  7. haniifa said

    As Salammu ‘Alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.
    @Abu Afkar
    Alhamdullilah mas abu, saya juga mohon maaf berikut kepada pembaca…atas tulisan-tulisan yang mungkin jadi salah arti. Inilah seninya orang islam “saling maaf memaafkan jika saling beda pendapat.
    @Argosiloku
    Secara pribadi, saya memuji kecerdikan mas, membuat tulisan “Premanisme Pendidikan”. Sepertinya menjembatani seluruh kalangan kaum muslim di Indonesia.
    Mohon koreksi jika salah:
    Islam dimanapun dikenal karena ciri-cirinya.
    “Premanisme Pendidikan” = Untuk orang islam tidak ada masalah kan ???

    @
    Wass. Wr. Wb…
    saya kok jadi bingung. Saya tidak membuat tulisan :“Premanisme Pendidikan” , tapi hanya membuat komen beberapa baris menanggapi komentar dari rekan lain 😀 di masalah yang berkaitan dengan IPDN

    Suka

  8. sikabayan said

    Pais sedikit punya Kang Abu ah..
    # (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3:191)
    disandingkan dengan yang inih biar klop…
    Al ‘Alaq 1-5
    Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
    Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
    Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
    Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
    Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
    ah… kelihatannya mah mengingat Allah sambil berdiri duduk dan tidur teh dengan mempelajari sebab musabab penciptaan segala sesuatu…
    ingat ciptaan… ingat yang menciptakannyah…
    jadi ingat Allah yang menciptakan si iteung…

    @
    Subhanallah.

    Suka

  9. sikabayan said

    Ingat2 soal biji zarah kang Agor…
    kabayan jadi ingat teori gedong..
    kalo kita sepakati sebuah gedong adalah bangunan maka bila di bom bangunan tersebut akan kita sepakati menjadi puing2, jika puing2 tersebut di bom lagi maka kita akan sepakat hasilnya adalah pasir atau debu, jika debu tersebut digiling habis2an maka kita akan sepakati debu tersebut berubah menjadi molekul atau mungkin hingga atom, kalau atom tersebut dimasukan reaktor atom, maka akan aus menjadi debu atom yang disepakati tinggal menjadi sampah nuklir, atau mungkin juga disebut debu kosmis…
    sampai pada debu atom ini mungkin kita sudah dipaksa untuk sepakat tidak dapat melihatnya lagi alias tidak ada pengetahuan terhadap debu tersebut..
    tentunya hanya Allah saja yang maha Halus yang dapat mengetahuinya..
    atau mungkin saja dimasa depan kita dapat melihatnya melalui mikroskop temuan baru dan mungkin saja debu atom tersebut nanti menjadi aus lagi menjadi debu dari debu atom sehingga hilang lagi pengetahuan kita dari benda tersebut…
    Kabayan kira Allah yang maha halus mengadakan alam semesta dari ketiadaan itu adalah dari ketiadaan pengetahuan kita…

    @
    Ketika ditelisik, makin lama makin kecil, zarah terkecil… selalu ditemukan kembali ternyata ada yang lebih kecil lagi … makin tidak terukur… makin dipahami (bahwa banyak yang tidak diketahui), setelah zarah terkecil… memunculkan teori dawai (superstring theory)… ,
    http://febdian.net/theory_of_everything

    Mengais Debu Dari Big Bang hingga Fermilab


    Suka

  10. sikabayan said

    Kabayan jalan2 liat2 macam2 teori yang tersedia, dari relativitas, kuantum, segalanya, dawai, bigbang sampai bilangan nol jadi lieur… euheuheuh..
    cuma sajah awal kita belajar juga sudah dibikin lieur, gara2 contoh gravitasi pakai ember diisi air diputer airnya ngga tumpah (lontaran air tertahan pantat ember), perhatian kita
    jadi ke pantat embernyah, dalam kenyataanyah, inti bumi menarik semua atom yang ada diseputarnya, baik itu berupa tanah, batu, hingga udara bahkan bulan (inti bulan), hanya
    dengan cara diputar kencanglah semuanya itu terlontar menjauhi inti bumi.
    begitu pula kiranya inti bumi terhadap inti matahari(inti matahari=inti galaksi), lalu inti galaksi terhadap inti alam semesta, lalu inti alam semesta terhadap?(kalau ada), sejauh
    manusia bisa intip ya perkelompok disebut galaksi jadi anggap saja yang terakhir adalah inti galaksi.
    diawal ketiadaan tentu saja ruang=0 juga waktu=0 (paling tidak 0=ketiadaan pengetahuan kita).
    lalu diadakan atau kalau boleh dibilang diledakan (menurut bigbang), semenjak saat itulah terjadi ruang dan waktu, yaitu sejak saling menjauhnya antar galaksi di alam semesta dan
    juga saling menjauhnya antar planet didalam galaksi.
    menjauhnya sesuatu dari lainnya kan menimbulkan jarak yang otomatis ada jarak ya ada ruang.
    menjauh juga memerlukan waktu, otomatis juga tercipta waktu.
    hanya sajah untuk bisa menjauh tanpa menjadi lepas tentunyah massa nya harus bertambah alias
    membesar… atau tumbuh.. atau hidup?.. euh…
    menurut andai-andaian kabayan sih faktor membesar inilah yang selalu tidak dimasukan dalam macam2 teori ituh… jadi ajah teorinya mandeg…
    dengar punya dengar bumi saja setiap sepuluh menit diterjang meteor yang langsung dihaluskan sama atmosfir jadi debu… kadang2 memang ada yang masih nyampe ke tanah sebesar kebo
    ataupun sebesar gunung…
    tentunya untuk bisa semuanya membesar harus ada yang memelihara serta memberi tambahan massa dengan jumlah yang persis kepada semua planet dan bintang2nya.. Subhanallah siapa yah?..
    kalau waktu dihentikan atau seluruh putaran dihentikan.. euh… kabayan ngga bisa bayangkan bagaimana tarik menariknya segala sesuatu tersebut yah?…
    tanah, batu, gunung, atmosfir runtuh nempel keinti bumi, bulan nempel ke bumi, bumi nempel kematahari, kalo ngga salah 7 hari saja matahari sudah tinggal 1-2 meter diatas kepala…
    euh… matahari nempel ke inti alam semesta… semuanya mungkin mirip ledakan nuklir yang saling berebutan atom hh…
    euh… alam semesta dibuat dalam 6 hari… digulung dalam 7 hari… mungkin juga 6 hari juga… hari ketujuh hari masyari…
    euleuh… maapyah kalo kabayan ngelamunnyah sampai ketiduran.. kebawa-bawa ngimpi ini jadinyah…

    @
    Kabayan lagi mimpi tentang blekhol rupanya 😀

    Suka

  11. sikabayan said

    eh… kabayan jalan2 ke tempat kimia…
    jadi bisa nambah lagih ini disini ah…
    siapa tahu bisa jadi bahan lamunan buat yang lainnyah…
    di struktur susunan molekul molekul kimia ada yang susunan strukturnya betul2 sama
    tetapi mempunyai perbedaan gerak putarannyah….
    yang satu selalu kekanan dan yang satunya selalu kekiri…
    tentunya segala sesuatu yang bergerak haruslah mempunyai daya…
    entah itu daya panas, magnet maupun listrik…
    jalan2 lagi ah….

    Suka

  12. Raja Ahmad Ismail said

    Assalamu’alaikum,
    Kalau kita berbicara mengenai nilai angka dalam menimbang besaran suatu materi, maka sampai saat inipun saya, mungkin juga termasuk anda dan mereka, belum akan bisa menentukan seberapa besarkah sebenarnya nilai angka Nol (0), walupun secara matematika 0 mungkin tidak punya nilai, tetapi kenyataannya 0 mempunyai nilai walupun nilainya nisbi .
    Kalau kita katakan -0,0~0 adalah nilai Nol (0) terkecil (maha kecil/halus), maka +0~0 adalah fungsi nilai Nol (0) terbesar (maha besar). Jadi nilai Nol (0) adalah tidak terbatas.
    Kalau Allah menjadikan alam semesta dari -0,0~0 yang maha kecil yang mempunyai kerapatan materi dan gaya gravitasi tak terhingga ( yang kita asumsikan sebagai ketiadaan), maka akan dikembali kepada keadaan semula. Kalau kepada yang relatif/nisbi saja, yang merupakan ciptaan Allah, akal kita tidak sanggup memecahkannya, apatah lagi terhadap Zat yang Mutlak. Kenapa kepada keberadaan yang nisbi kita percaya tetapi kepada Yang Mutlak kita ingkari?.
    Zarah yang terkecil, pada kenyataannya adalah merupakan pemadatan dari semua zarah/materi yang ada. Mencari zarah terkecil sama juga dengan mencari asal usul materi awal alam semesta. Maka tatkala kita menemukan yang terkecil tak diragukan lagi kita akan menemukan Yang Terbesar. Kenapa keasyikan kita mencari yang terkecil melupakan kita kepada Yang Terbesar. Padahal seharusnya untuk mencari yang terkecil haruslah berpedoman pada Yang Terbesar. Wallahua’lam bishshowab.
    Wasslam,

    @
    Zarah terkecil… ketika diukur… kemudian kita tidak menemukan sesuatu di dalamnya…. ? sehingga bertanya kembali. Jadi materi itu sesungguhnya apa?

    Suka

  13. Irwan said

    Huebat
    Boleh dong referensi bacaanya

    @
    Selalu agor tuliskan sumbernya, jika ini kutipan…. 😀

    Suka

  14. Raja Ahmad Ismail said

    @ Irwan,
    Wan, bapakmu ini cuma rajin buka-buka internet, nyontek-nyontek makalah orang, baca-baca buku (terutama di toko buku sambil ngumpet-ngumpet, alias baca gratis), membaca ayat-ayat Allah baik yang tersurat maupun yang terbentang luas. Fahami dengan akal tetapi jangan bergantung sepenuhnya dengan akal.
    Jadi tidak ada referensi buku yang jelas, cuma ramu dan nalarkan.

    Wasslam,

    @
    Mantap 😀

    Suka

  15. Mawar said

    Assalamualaikum

    ketika para misteri mulai tersibak
    namun sayup terdengar
    namun seorang yang tergerak
    namun penuh kecurigaan

    Mohon terketuk untuk membumikan sains dalam kemasan seminar/diskusi kemasyarakatan. Bandung siap menyelenggarakannya. terimakasih.

    jabat hangat.

    @
    Terimakasih catatan pesannya… 😀 Terimakasih juga sudi meluangkan waktu berkunjung ke sini. 😀

    Suka

  16. Freddy said

    saya bingung! kenapa sampai sekarang matahari tetap kelihatan bulat atau tidak mengalami perubahan volume, padahal terjadi reaksi pembakaran selama 5 miliar tahun yang lalu?
    makasih

    @
    Ada banyak teori mengenai matahari, kalau tidak salah thermo nuklir adalah salah satu mengapa matahari mampu mempertahankan dirinya sampai saat ini tetap bersinar. 😀
    Soal ukuran/volume dan tingkat kepadatannya, bukankah kita juga belum tahu banyak. Penelitian-penelitian ke arah ini tentu sudah banyak, namun apakah sudah cukup?. Saya sendiri tidak punya pengetahuan yang cukup mengenai matahari ini.
    Namun, kalau merujuk pada bumi. Bukankah bumi juga ukurannya semakin membesar?, magma bumi masih sangat panas dan sewaktu-waktu keluar menyembur, juga sejak milyaran tahun yang lalu… Gunung-gunung api terus bergejolak, gempa bumi setiap menit. Kalau bara magma bumi saja sudah sekian panas membaranya, bagaimana dengan panasnya energi di dalam inti matahari? (diperkirakan 14 juta derajat C). Sedang yang dipermukaan saja begitu dahsyatnya (5-6 ribu derajat C). Apakah matahari sebagai bintang akan menyusut menjadi bintang katai putih atau menggelap dan berhentinya reaksi berantai yang menyebabkan kehilangan cahayanya. Katanya, masih sekitar 5 Milyar tahun lagi sampai matahari secara teori yang masih diakui akan beroperasi…..
    Wallahu’alam….

    Suka

Tinggalkan komentar