Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Benda “Jahat” dan “Menyusahkan” itu Bernama Buku

Posted by agorsiloku pada Juli 2, 2008

Memang begitulah faktanya.  Gara-gara harus sekolah, maka buku adalah biaya yang nyata-nyata memberatkan orang tua.  Bukan hanya menguras kantong, tetapi juga harus dipelajari.  Harus ada interaksi antara buku dengan siswa dididiknya.  Bayangkan saja, orang tua harus mengeluarkan biaya untuk buku setidaknya 300 ribu sampai satu juta dalam satu tahun (tergantung tingkat pendidikannya) kali sedikitnya 16 tahun masa belajar, maka 300 ribu setidaknya harus keluar untuk benda yang melelahkan ini sebesar Rp 4,8 juta sampai Rp 16 Juta.  Baca : Enambelas juta rupiah, sedikitnya.  Jelas ini jumlah yang sangat besar.  Ini sama dengan motor merek terbaru, sama dengan uang muka rumah type relatif sederhana.

Bayangkan pula jika anak sekolah setiap harinya harus diberi ongkos jajan Rp 1000 sampai Rp 10 ribu per hari.  Maka setidaknya dalam setahun harus Rp 300 ribu sampai Rp  16 kali 10 ribu kali 300 hari.  Uang jajan anak bisa sampai 4,8 juta sampai Rp 48 Juta.

Beli lagi ongkos naik kendaraan umum atau pakai jemputan atau pakai supir pribadi.

Belum lagi beli tas dan perlengkapan sekolah, tugas sekolah, fotocopy, biaya tour, biaya kaos kaki, seragam olah raga, biaya spp bulanan, biaya perpisahan, biaya pendaftaran ulang, biaya kursus komputer, biaya les menari, biaya berenang, biaya kunjungan ke musium, biaya emblim, dan lain-lain.

Tentu pula, jangan dilupakan, biaya sms, biaya hape, biaya ganti hape, dan lain sebagainya.  Masak pembantu rumah atau mbok-mbok jamu saja sudah pakai kring-kring pakai hape, anak kita nggak punya hp.  Sedang pengemis jalanan saja untuk komunikasi sudah pakai hape…. 😀
Sekali lagi, bayangkan saja.  Betapa mahalnya pendidikan di negara kita ini.  Sudah tahu penduduk Indonesia ini miskin.  Masih juga dibebani biaya yang sebenarnya manfaatnya tidak begitu jelas.  Kita atau eh… saya benar-benar terkejut dengan kebohongan yang dibuat di blog ini yang menulis :

“Jika orang kota menghabiskan 4,27 persen dari pengeluaran per kapita dalam sebulan untuk pendidikan, orang desa hanya 2,27 persen dari konsumsi bulanannya. Mayoritas penduduk di desa memiliki besaran pengeluaran Rp 100.000 hingga Rp 149.000 sebulan. Sementara penduduk di kota lebih besar pengeluarannya, yaitu pada rentang Rp 200.000 hingga Rp 299.000 (Kompas)”

Pelit amat mengeluarkan uang pendidikan buat anaknya sendiri saja kurang dari 5% konsumsi. Yang lebih mengagetkan lagi angka yang kurang dari 5% inipun bukan dari penghasilan tetapi dari belanja (konsumsi) bulanan. Lah gimana pengeluaran dari konsumsi yang tidak produktip misalnya merokok? Tidak hanya masyarakatnya tetapi juga akhirnya tercermin dalam anggaran pemerintah (APBN), tapi tunggu dulu menurut Sri Mulyani, APBN 2007, anggaran untuk sektor pendidikan sebesar 11,8 persen, Nilai ini setara dengan Rp 90,10 triliun dari total nilai anggaran Rp 763,6 triliun. Jadi pemerintah justru lebih memikirkan pendidikan ketimbang masyarakatnya yang tidak sampai 5%.
Jadi, saya meragukan sekali.  Masa sih kurang dari 5% konsumsi (negara maju katanya sebuah keluarga rata-rata mengeluarkan biaya pendidikan sampai 20% dari biaya konsumsi).  Itu sih negara maju.  Kalau kita kan tidak maju, ya jangan sampai keluar sampai 5% begitu.  Ini sudah sangat besar.  Coba kalau pemerintah konsisten dengan dengan janji 20% anggaran pendidikan, tentulah tidak perlu satu orang tuapun mengeluarkan dana sepeserpun untuk biaya pendidikan.  Biaya yang memang tidak seharusnya dikeluarkan.  Kita harus mengajarkan kepada generasi kita, generasi muda dan para pemimpin kita, bahwa pendidikan itu adalah beban, membeli buku adalah menyusahkan orang tua dan super memberatkan orang tua.  Mana mungkin orang tua bisa hemat dengan keadaan serba susah ini masih juga dipaksakan untuk mengeluarkan dana pendidikan.

Dan kita harus jujur pula, statistik (sayang saya belum sempat nyari lagi sumbernya) : Dari 5% biaya pendidikan itu, biaya untuk buku kurang lebih 6%nya atau 6 per seratus kali 5%.  Namun, biaya ini adalah biaya yang benar-benar memberatkan orang tua.  Untuk apa mencari ilmu, membeli buku, sekarang kan jamannya sudah maju.  Untuk apa ada guru, kalau harus juga membeli buku, untuk apa membaca dan belajar, kan orang pintar banyak.  Tetangga saya banyak yang kaya, dulunya dia di sekolahnya bodo juga.  Tapi tanahnya luas, naik haji lagi…..

Duh, kok sinis amat ya tulisan ini.  Ataukah ini sedang mewakili hati kita yang jauh di relung hati, kita diajarkan bertahun-tahun untuk membenci setiap kali kita membeli buku.

Yah.. emang untuk apa sih beli buku, dibaca aja kagak… 😀

38 Tanggapan to “Benda “Jahat” dan “Menyusahkan” itu Bernama Buku”

  1. esensi said

    Itu sebabnya saya membenci yang namanya “sekolah”!

    *meneruskan perjalanan, sambil mencak-mencak ngacung-ngacungkan golok*

    @
    Jika anak kita tidak sekolah, tinggal di rumah, makan apa adanya, tidak perlu belajar. Saya yakin beban orang tua berkurang. Sekolah adalah jebakan masyarakat agar berpikir, sekolah lebih banyak membuat anak memprotes orang tuanya, memprotes negara, memprotes masyarakat. Maka, menutup sekolah haruslah dipertimbangkan.
    Paling tidak, mulailah dengan menggratiskan sekolah. Dengan sekolah gratis, maka apapun hasilnya sudah tidak penting lagi. Gratis dan semurah mungkin haruslah menjadi tujuan bagi pendidikan nasional.

    Suka

  2. esensi said

    *balik lagi, ada yang lupa disampaiken* :mrgreen:

    Kang Agor, tolong diralat deh soal buku yang sampeyan sebut “jahat” dan “menyusahkan” itu. Jangan dikambing hitamkan benda yang jadi tumpuan utama manifestasi iqra’ tersebut. IMHO, yang menurut saya “jahat”, “tidak berprikemanusiaan”, “lebih kejam daripada tiran” tak lain tak bukan hanyalah sistem, plus orang2 di atas sana yang menjalankan sistem tersebut, sehingga kesalahan kecil saja imbasnya menjalar ke seluruh lapisan grass-root, tentu saja imbas negatif. Selebihnya, (ini pun kalau Kang Agor nanya), saya tidak percaya yang namanya sta-tis-tik.

    Salam,

    *nggeluyur lagi*

    @
    Maaf, sekali lagi mohon maaf ya Bu, Pak, Mas, Oom, Tante, Mba, and so on.
    Pada postingan ini, tujuannya jelas bahwa usaha untuk meringankan beban orang tua, negara, dalam berkehidupan dan bermasyarakat adalah menggratiskan pendidikan atau mengurangi biaya pendidikan, terutama buku. Karena buku adalah bagian utama dari proses pendidikan yang sangat membebani orang tua murid, pelajar, guru. Bayangkan, jika sekolah tanpa buku, siswa tanpa buku, guru tanpa buku. Atau paling tidak cukup satu buku saja untuk selama-lamanya lima tahun atau kalau bisa sampai anak cucu, maka biaya hidup yang sudah berat ini akan semakin ringan. Orang tua tidak usah berpikir biaya untuk ilmu pengetahuan, pemerintah tidak perlu menganggarkan biaya pendidikan yang dijanjikan 20% itu direalisasikan. Menteri Keuangan bisa menghemat dari biaya “sial” bangsa ini dari buku. Jadi, buku harus dihilangkan dari pikiran orang tua murid, dari masyarakat. Sudah cukup besar beban rakyat miskin di Indonesia yang kian bertambah dari tahun ke tahun ini, jangan lagi dibebani oleh buku.
    Cobalah renungkan kembali dengan seksama dan hati-hati, apakah yang suka membaca itu menjadi makmur?, apakah orang kaya itu rajin membaca buku atau rajin nyogok.
    Orang tua jangan dibebani pungutan atau diwajibkan anaknya membeli buku. Cukup sudah dengan pungutan yang lain.
    Jadi, mohon maaf sekali lagi, saya tidak bisa meralat postingan ini. Ini adalah bagian dari usaha Pilkada dan tujuan pendek bangsa ini for the next election. 😀

    Suka

  3. haniifa said

    Ha.ha.ha. 😀
    Benci sekolah := belajar tampa sekole gituh ?! (dengkul-mu)
    Benci Golok := motong ayam pakai “gigi”…. ?! (jigong-mu)
    Dasar Vampir… eh… ndoro kulo 8) 8) 8) (baca: picek 3x sehari)

    *Esensi-nya := nggeluyur lagi… nyariin “xxxx” ngepet*

    NakNikNuk, Kuntilanak.

    Suka

  4. haniifa said

    Neehh… 😀 Sekarang ngertikan Esensi-nya daging babi “HARAM”.
    Yang paling dikhawatirkan selain kontainer “penyakit” juga bisa bermutasi gen dan merubah karakteristik kemanusiaan, Titik.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  5. Hery Azwan said

    Becanda ya Pak?
    Bukannya benda jahat itu narkoba? rokok? televisi?
    Kok malah buku?
    Sekalian aja, benda yang “jahat” itu guru…

    @
    Bercanda?. Ah ya dan tidak, siapa bilang rokok itu benda jahat?. Lihatlah betapa besar uang orang tua dan anak-anak muda untuk dapat menikmati rokok, berapa iklan yang disajikan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai tempat agar bisa menikmati asap ini. Adakah orang tua siswa, pejabat pemerintah yang mengeluhkan berapa dihabiskan untuk asap mengepul?. Ini contoh saja Mas, Nilai cukai rokok di Kab. Bojonegoro, menurut berita Antara Rp 435 Milyar. Nasional, di atas 28 Trilyun. Konsumsi negara Indonesia untuk Narkoba nilainya mencapai 23,6 Trilyun. Untuk biaya pendidikan di luar gaji guru dan birokrasi tersisa 7,5 Trilyun. Ini untuk 37 juta siswa SD, SMP, SMA, SMK.
    Bandingkan dengan cukai rokok atau biaya manusia Indonesia untuk membeli Narkoba.
    Benda jahat haruslah ditekan dan dikikis habis-habisan. Ini intinya.

    Soal guru… ah no komen dulu deh… soalnya agak emosi nih nulisnya…. 😀

    Suka

  6. haniifa said

    Benul jua yach…. !!
    Termasuk benda jahat rokok dan televisi…. pakai guru guru lagi.
    Kalau nyang nyolongnya @Mas Hery Azwan… kayaknya situ nyang JAHAT… 😛

    CandaTawa, Ala Penjahat 😀

    @
    rokok = jahat (jatuh hati). 😀

    Suka

  7. Kalau Mas Agor sendiri, berapa persennya yang dipakai untuk beli buku?

    @
    Duh… nggak tahu berapa persen ya digunakan untuk membeli buku. Nggak pernah dihitung sih. Hanya yang kalau saya tidak salah, anak saya yang lulus sma memiliki buku mulai dari komik sampai bacaan yang dia suka .. entah juga, tapi setidaknya dia punya 3 alamari buku dua pintu. Tapi kadang, dia suka datang ke rumah pamannya yang memiliki ruangan yang isinya benda “jahat” melulu……

    Suka

  8. faubell said

    Mungkin sang pengambil keputusan kebanyakan tukang ngelinting kali Bang.
    Pikirnya buku sekolah sebagai potensi cukai buat ngebul.
    Prihatin…
    Mungkin ini,
    http://atmoon.multiply.com/journal/item/222/REPUBLIK_SONTOLOYO
    lebih PAS.
    -salim-

    Suka

  9. haniifa said

    huh..hu.hu.

    Duhhh… jutaan petani tembakau yang mbo-mbo/kakek tua renta/pemuda bodoh yang nggak sekolah/mau yatim/mau papa := bersiap-siaplah… kelaparan barang 1 atau 2 tahun ?! (maaf ada pengikis kejahatan)

    Duhhh… jutaan petani cenkeh yang mbo janda/kakek tua renta/pemuda bodoh yang nggak sekolah/mau yatim/mau papa := bersiap-siaplah… kelaparan barang 1 atau 2 tahun ?! (maaf ada pengikis kejahatan)

    Duhhh… Jutaan padangan asongan yang mbo janda/kakek tua renta/pemuda bodoh yang nggak sekolah/mau yatim/mau papa := bersiap-siaplah… kelaparan barang 1 atau 2 tahun ?! (maaf ada pengikis kejahatan)

    MAAF AND SO ON… AND SO ON := semuanyah tidak layak hidup… tua renta, janda, yatim, nggak sekolah, nggak pakai mobil mewah…. HAPUS DIMUKA BUMI INDONESIA

    hu.hu.hu. 8) 8) 8)

    Merokok := mengurangi umur (memangnya situ tuhan)
    Merokok := tidak sehat (memangnya situ sehat jasmani/rohani)
    Merokok := mengganggu orang (memangnya situ nggak mengganggu sayah 😀 )
    Merokok Dilarang := Ya iyalah… di pom bensin mah 8)
    Merokok := kejahatan
    (pantasan nggak ada penjahat waktu sayah merokok 😀 )

    NyalNyelNyol, KONYOL.

    Suka

  10. haniifa said

    Kalau NARKOBA no komen ah… hu.hu.hu 😛

    Suka

  11. faubell said

    Waduh timingnya kok pas ya:

    faubell Berkata:
    Juli 3, 2008 pada 9:44 pm

    haniifa Berkata:
    Juli 3, 2008 pada 9:44 pm

    wah jangan2 dari SAMAWAT yang sama ya… 😀

    Suka

  12. haniifa said

    Jadi inget lagi Feeling… 😀

    Suka

  13. haniifa said

    Ha.ha.ha. 😀

    Merokok := mengurangi umur ?!
    a. Pernahkah survei para eyang kangkung di kampung,
    …yang suka merokok plush kemeyan umurnya diatas 70 th ?!
    (Belumkan, karena mereka masih kuat nyangkul di sawah 😛 )
    b. Pernahkah survei para aki-aki di kampung,
    …yang ngelinting bako mole plush daun kawung diatas 70 th ?!
    (Belumkan, karena mereka masih kuat mengangkat kayu bakar 😛 )

    Merokok := tidak sehat ?!
    a. Pernah dengar berita supir yang menyalakan AC mobil, game over ?!
    b. Pernah dengar pasangan muda-mudi digarasi, game over ?!
    (Belumkan, sebab lupa kosentrasi gas monoksida dalam tempo kurang
    …dari 1 detik mengisi otak… kadar racunnya melebihi racun ular paling
    …berbahaya didunia, padahal ular beracun didisain untuk mencari mangsa
    …sedangkan knalpot beracun didisain untuk membunuh diri sendiri 😛 )

    c. Pernah dengar akibat logam berat dalam tubuh manusia ?!
    (Belumkan, sebab gas buang solar membuat manusia hapy-hapy 😛 )

    Merokok := mengganggu orang, nafasnya bau ?!
    a. Lupa yach… nafas orang puasa.
    b. Lupa yach… gas buang manusia.
    c. Lupa yach… bau kotoran manusia.
    d. Lupa yach… bau comberan.
    Bukannya bersyukur bisa batuk-batuk, berarti sensitifitas OK ?! 😛

    Merokok := buang-buang uang ?!
    Misal n:=10% adalah faktor daya serap nutrisi tubuh manusia.
    1. Perokok (Sayur lodeh + tempe + tahu + 1 batang rokok) := Rp. 10.000,-
    …Rizki yang masuk := 10.000 x 10% := Rp. 1.000,-
    Rizki sia-sia := Rp. 9.000,-
    2. Sok Sehat (Makanan dan Minuman Spesial, super gizi) := Rp. 50.000,-
    …Rizki yang masuk := 50.000 x 10% ;= Rp. 5.000,-
    Rizki sia-sia := Rp. 45.000,-
    a. Lupa yach… 1.000 lebih kecil dari 45.000.
    b. Lupa yach… kelebihana Vitamin := AVitaminosis (baca: jadi kekurangan)
    c. Lupa yach… penimbunan nutrisi ;= kolesterol, jantung, asam urat… dll.
    d. Lupa yach… minuman mewah := pengendapan di kandung kemih.

    Merokok := kejahatan ?!
    a. Lupa yach… Jutaan orang miskin, yatim dll… yang hanya bisa berjualan rokok.
    b. Lupa yach… Jutaan petani mistkin… yang tidak tahu-menahu nikotin.
    c. Lupa yach… Jutaan buruh miskin… yang mencari nafkah untuk keluarganya.
    Siapa yang lebih jahat “manusia sok bersih” atau diktum a,b dan c ?!

    Kenapa meng-HARAM-kan sesuatu yang TIDAK HARAM ?!

    Nb: “Jang beuelikeun rokok bapak… !! Sisanya buat kamu” 😀
    Setzz keep meneng… katanyah “nikotin” bisa mengurangi proses pengerasan “OTAK” berarti para perokok dihari tua tidak Parkinson dunk… 😀

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  14. Aburahat said

    Klu menurut saya buku itu adalah PENJAHAT bkn krn biayanya tp ISI tulisanya. Krn banyak buku ilmu pengetahuan yg membuat orang jd JAHAT. Yg saya anggap buku KESATRIA hanya QUR”AN. Coba perhatikan buku2 Kimia. Krn pengetahuan Kimia dll menciptakan Bom Atom, menciptakan obat2an yg merusak termasuk NARKOBA. Buku2 Ekonomi menciptakan KORUPSI. Buku2 HUKUM menciptakan…..? Dlsb. Apakah buku itu bukan PENJAHAT hehehe. Damai damai. Wasalam

    Suka

  15. haniifa said

    Ha.ha.ha. 😀
    Mau Biaya, mau Isi… dll, yang pasti jahat atau tidak jahat tergantung yang pakai dan cara penggunaan dunk 😀
    Pisau tajam := pakai merampok…. ?!
    atawa… dipakai motong leher ayam 😀
    Silet tajam := pakai bunuh diri ?! dan atau pakai nyari rumput ?!
    atawa… dipakai nyukur kumis dan bewok 😀

    Begitu juga dengan buku-buku, mau datangnya dari kebo-bule atawa terjemaah bule-kebo… yach tergantung pemakaian dan cara penggunaan dunk 😀

    Apalagi Al Qur’an dan Sunah Rasulullah Nabi Muhammad s.a.w… musti super-super hati-hati sebab suatu “SOP” yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  16. haniifa said

    Dasar… ksatria baja korosi 😛

    Suka

  17. Aburahat said

    @Hanifah
    Sekarang yg berkumis dan brewok nda ada lagi sdh dijual utk beli bensin siap2 bakar rumah. Jd silet dipakai utk bunuh diri. Ada pisau tajam tp nda punya ayam. Coba curi ayam orang ketangkap. Ambil saja silet bunuh diri

    Suka

  18. Haniifa said

    @Abrurahat
    He.he.he. 😀
    Saya berkumis dan berjenggut….
    Kata mantan pacar seehh… lebih imut-imut we 😉

    Suka

  19. Haniifa said

    Kalau pendekar “BEWOK” memang udah repot sama SKB…
    SKB := Sunat-sunatan Kebo Bule 😀
    (Dasar Nabi palsu, Imam palsu…)

    Suka

  20. Haniifa said

    Hayooo… buang silet bututttmu !!
    Asah silet di := “Bewok”==”Brewok” tapi tidak sama “Janggut, jenggut, janggot atau jenggot”.

    Suka

  21. itu namanya karma! nah kalau gak mau repot gak usah sekolahin anakkau dan gak usah beli buku.gitu aja kok repot,pusing-pusing amat siamang aja gak pusing .Kalau kau kau gak suka buku kau dapat
    informasi agama darimana ????? terus kau dapat uang dari mana?? orang pintar suka baca buku apa kau sekolah?? macam mana pula kau ini.kau akan merasakan akibatnya hari sabtu kliwon!!!!!!!!!!!!!

    Suka

  22. haniifa said

    Sabtu Kliwon…. kayak kuda lumping makan beling ajah !!
    Setuju mas makanya := Kenapa manusia harus beragama ?!
    Jadi inget khutbah Jum’at tadi neeh !! (padahal lupa jum’at apa yack pahing, legi, kliwon… gituh 😀 )

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  23. Ha Ha Ha Kaget aku ono Susilo Bambang Yudhoyono ning kene.

    Buku itu menyusahkan ? Iya iyalah, sesuatu yang nggak bisa dimiliki itu kan menyusahkan. Buku Mahal ? jadi rakyat nggak bisa beli buku.

    Tapi sesuatu yang mudah dimiliki juga menyusahkan juga.

    MEmangnya yang membuat susah itu buku atau hati sih ??

    Suka

  24. haniifa said

    @Mas Lovepassword
    Ohhh… sayah mudeng neeh !!
    MEmangnya yang membuat susah itu buku atau hati sih ??

    Maksudnya dibaca oleh hati yang bersih yach… , peri-peri tengkyu mas-e. 😉

    Suka

  25. Hi Hi Hi
    aku ketemu meneh mbek Haniifa.

    Ojo-ojo Haniifa ya ngoyak-ngoyak aku ki ?

    Hi Hi Hi….- GTMU Haniifa ….-

    Dibaca dengan hati yang bersih ??? Wah aku meh maca Donald Bebek wae kudu nggolek sapu sik, ki….

    Suka

  26. haniifa said

    Weleh.. weleh… cah teka belon turu toch…
    Hayooo cuci kaki dan hati biar bersih tenan 😀

    Wassalam, @Raden Mas Haniifa.
    (mohon maaf gelar baru 😀 )

    Suka

  27. haniifa said

    Ben “nggak krodit” atau malah semrawut 😀 … jalur distribusimu.
    neeh ta koreksi sisan := <a href=”http://haniifa.wordpress.com/about/#comment-316″<mbak Ketut I love you 😀

    Suka

  28. Cah teka memang isih ngenteni kowe kok.

    Mi…..mi….mami….hu hu huuuuuuuu……(ceritane lagi nangis)
    Raden Mas Haniifa kejem, miiiiiii……….

    Raden Mas-e Haniifa kae entuk saka ngendi kae gelarre ???

    Raden Mas Ketut I Love You. Ha Ha ha ha

    Suka

  29. haniifa said

    Hua.ha.ha. 😀
    @mas Lovepassword… maksud hatinya memeluk gunung apadaya dipeluk @mas “Kentot” sing bewo-an.

    Suka

  30. haniifa said

    Baru nyaho… yach !!
    Love pass tak KENTUTi he.he.he.
    (baca: makanya hidung sampeyan ojo dimampetin… duuuhh nggak tega neeh, pokoke asal-muasal titik-titk.”DUS” :D)

    Gelarre := http://haniifa.wordpress.com/about/#comment-319

    Suka

  31. haniifa said

    Kisah anak teka-A dan teka-B latihan perang-perangan berkentut ria didalam akuarium… (baca: hua.ha.ha. terpingkal-pingkal neeh 😀 )

    Di edit salah, nggak diedit piye… buah “siakamalama” mba evi tamala… nyang suaranya bening 😀

    Blognya si Haniifa Om @Raden Mas Bagus Haniif,PG 😉 ini membahas soal Islam. Artikelnya tentang Mekah adalah pusat bumi jadi diskusi lumayan rame di blog lain termasuk di blognya Mas Daeng Fatah, yang akan kujelaskan kemudian.

    siakamalama := http://lovepassword.blogspot.com/2008/07/lupa-password-universal-shield.html

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  32. Aburahat said

    @Hanifah
    Hati2 lho nanti brewok dan kumisnya dicabut mantan pacar rebot. Cari siletnya nda ada lagi.

    Suka

  33. haniifa said

    @mas Aburahat
    alias….
    @Mas Konyal-kanyil := Di sini Hanifah di sana Hanifaf.
    (Kebiasan baik, gundulmu apek 😛 )

    Wassalam, Haniifa .

    Suka

  34. masalahnya…
    kalo nggak ada buku.
    gimana nasib penerbit buku nanti? 😀

    – – –
    Making my way downtown. Walking fast. Faces pass. And I’m home bound…

    @
    Untuk apa ada penerbit… kita harus membuang sampah-sampah yang membuat orang tua dan negara susah….
    Ini jelas tidak penting. Boleh jadi ketiadaan penerbit adalah rahmat untuk Indonesia, juga meringankan siswa juga, karena tidak perlu membaca…. 😀
    Untuk ilmu, seperti kata mendikbud, janganlah mengambil untung. Penerbit kan cari untung, sehingga tidak sedikit orang kaya dari buku. Jelas mereka itu memeras atas nama ilmu pengetahuan. Kita kan tahu, betapa banyak orang-orang kaya dan superkaya di negeri ini karena mereka jadi penerbit atau karena mereka menulis buku. Semua sumber pendanaan, seperti lembaga keuangan, bank, dan lain-lain juga berebut ke penerbit kan?. Lihat juga ke BEJ atau bursa effek Indonesia, bukankah penerbit diburu untuk dibeli sahamnya?. Ini jelas menunjukkan bahwa penerbit adalah pemeras bangsa ini melalui buku dan ilmu.
    Lagian, masih banyak buku lain kok kalau mau diterbitkan, buku komiklah, buku cerita, buku agama, novel. Tapi janganlah mencari untung dari proses pendidikan. Ini adalah perilaku absurd dan salah.
    Clear.

    Suka

  35. haniifa said

    he.he.he. 😉
    Walaupun cuma penerbit, tapi mbok yack kritis sikit-lah ….
    misalnya kalau ada tulisan beginuhhhh…
    Dengan ini kubayar lunas sisa “kutangku” sebesar Rp. 100.

    Seharusnya kembalikan dunk sama editor nyah…
    trust tanya := masa utang dibayar sama kutang
    pasti dijawab := iyaa… udah kebiasaan sih “IFA” sayah tulis “IFAH” 😀

    ife… ifeh, kapan dunk… weeekkkk

    @
    tentu saja harus kritis, karena itu harus ada tenaga editor, tenaga korektor, koreksi1, koreks2, dan koreksi 3. Namun, jika masih ada salah juga… yah namanya manusia… tempatnya melakukan kekeliruan dan salah… jadi itu juga fungsinya errata….. 😀

    Suka

  36. haniifa said

    Kisah kasih nasihat “BASI” 😀
    ___________________________

    Ati-ati di jalan.
    Kalo ada truk, nengah aja :mrgreen:

    Suka

  37. haniifa said

    Weleh… weleh… 😀

    Walking fast := Dasar modalnya juga KUNTUNG ingin dapet Untung…

    Slamet-slamet, Slamet Bu-untung 😛

    Suka

  38. […] Benda “Jahat” dan “Menyusahkan” itu Bernama Buku […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke haniifa Batalkan balasan