Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Right or Wrong Is My STPDN/IPDN

Posted by agorsiloku pada April 14, 2007

Dari beberapa media, alumnus STPDN/IPDN dengan berbagai kasus yang memprihatinkan dan kematian dari tidak kurang dari 35 mahluk hidup yang digolongkan manusia dalam proses pendidikannya, secara umum tidak menghendaki sekolah yang bercitra sangat buruk ini ditutup.

“Bagaimanapun, ini adalah sekolah tempat kami menuntut ilmu”. Begitu alasan pokoknya. Kalau orang Inggris punya peribahasa populer “Salah atau Benar adalah Negara/Bangsaku”. Ini adalah spirit/etos yang terdengar hebat.

Lalu bagaimana kalau kampusku sendiri jadi ajang penganiayaan. UGM, UI, ITB, IPDN, IPB, UNPAD, ITS atau Universitas apa saja yang untuk melahirkan sarjana yang cakap ilmu, juga harus cakap memukuli yuniornya. Siapa yang lolos memenuhi teori Darwin : “Survival of the fittest” ?. Dan lahirlah Sosiolog yang melihat masyarakat sebagai objek yang bisa diolah, insinyur dari ITB berpikir bagaimana membangun pabrik yang hebat dan canggih. Soal tujuan tak penting, soal untuk apa tak penting (kayak film James Bond – 007). Semua demi kejayaan ilmu. Manusia adalah objek dari tujuan, bukan subjek dari kehidupan.

Ini namanya kebanggaan korps. Salahkah?. Tidak ada yang akan menyalahkan (sih !). Kebanggaan menjadi ciri dari kelompok, organisasi yang memiliki tujuan-tujuan yang sama. Kebanggaan korps ini terjadi dimanapun. Di militer sekalipun (apalagi), juga dalam organisasi politik, keagamaan, sosial. Termasuk juga organisasi mafia atau apa saja selalu terjadi. Kebanggaan korps adalah kebanggaan golongan.

Timbul pertanyaan : Kalau kebanggaan korps ini melanggar aturan-aturan hukum dan masyarakat?. Apa pilihan kita?. Kasus Wahyu Hidayat dan perlindungan dari tangan hukum, kasasi yang tidak dilaksanakan. Bahkan hukumanpun sebenarnya sangat jauh dari rasa keadilan masyarakat (dihukum beberapa bulan untuk penganiayaan sampai menyebabkan kematian). Apakah karena seorang Praja IPDN maka hukuman ringan. Seperti juga pencuri uang rakyat yang ratusan milyar rupiah, lalu pelakunya, disambut di Istana Negara?. Pertanyaan-pertanyaan ini menggugah masyarakat yang tersentuh rasa keadilannya. Tidak mengalami langsung, tapi menjadi terluka.

Komentar seperti ini (dan sejenis dari alumnus IPDN) :

SCTV terlalu berlebihan!!!!!puluhan ribu alumni STPDN/IPDN te3lah mengabdi di tanah air Indonesia ini.apa hanya karena kematian 37 praja yang notabenenya belum tentu disebabkan pembinaan senior, SEKOLAH QTA DIBUBARKAN?????? saya TDK SETUJU!!!!!wujudkan korsa sbg purna dengan mengirimkan testimonial kepada rekan2 & handai taulan.

Jadi ingat ayat ini :

QS 5. Al Maidah 32. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu. Sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.

Lalu layaklah kebanggaan korps itu?.

QS 4. An Nisaa’ 36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

Semoga kebanggaan korps tidak membunuh lebih banyak lagi, terutama pada rakyat yang seharusnya diayomi.

Semoga pula Pemerintah menyadari dan tidak mencuci otak kadernya untuk membina masyarakat sipil dengan melahirkan pemimpin-pemimpin berotak cerdas, tapi berhati batu.

Semoga pembubaran IPDN menjadi jalan pencerahan bangsa ini. Sudah puluhan ribu diluluskan, akan semakin banyak lagi kerusakan di bumi Indonesia ini jika yang ada masih juga akan diluluskan.  Tapi, sekali lagi jangan terlalu berharap.  Lumbung  ini sudah banyak dibentengi.  Negeri ini selalu terdepan di bidang korupsi dan kemiskinan.

Bangunlah satu model pembangunan manusia berkarakter mulia, yang sadar tetangga, sadar orang-orang miskin yang harus dientaskan. Jangan sampai pikiran : Memberantas orang miskin, lebih gampang dari memberantas kemiskinan (mimpi).

Masihkah korps jadi kebanggaan?.

20 Tanggapan to “Right or Wrong Is My STPDN/IPDN”

  1. Biho said

    Bubarkan!

    Suka

  2. madsyair said

    Bangga dengan Korps bukan dengan membiarkan kebobrokan, justru seharusnya diperbaiki. Coba dulu setelah peristiwa wahyu hidayat, mereka bisa memperbaiki diri,tentu jadinya tidak seperti ini. Dengan adanya kejadian Cliff, rakyat jadi dibangkitkan kembali atas luka lama sehingga tuntutan IPDN dibubarkan makin menguat.

    @
    Hati ini sungguh sakit Mas, tidak logis Pemerintah menunda keputusan selama dua bulan, sedang bertahun-tahun sudah terjadi. Jadi kalau dalam dua bulan ini ditunggu redanya dan lupa, maka itu bisa menjadi salah satu tujuannya. Karena itu, inga-inga terus agar Pemerintah melakukan perbaikan nyata.

    Suka

  3. madsyair said

    Dibalik peristiwa tentu ada hikmah dibaliknya.
    1.Dengan kejadian ini,semoga kejadian kekerasan di mana saja yang mungkin serupa dan tidak diekspos media segera berakhir.
    2. Akhirnya terpidana kasus Wahyu Hidayat dieksekusi, bukannya jadi pegawai negeri.

    Saya rasa, sebagian besar praja IPDN juga ingin bersuara tapi takut, mungkin dalam hati kecilnya dia ingin menghilangkan kedzoliman di sana. Semoga. Karena ini adalah selemah-lemahnya iman.

    @
    Betul, selemah-lemahnya iman.

    Suka

  4. syahrul said

    assalamualaikum wr wb
    ketika saya melihat berita di TV atau baca di koran, sama sekali saya belum pernah melihat berita positif yang memberikan nada pembelaan kepada IPDN (atau mungkin saya yang kurang informsi kali yah?) pembelaan terhadap sesuatu yang sedang sangat terpojok, menunggu saat2 dorongan terakhir untuk masuk ke jurang pembubaran. sampai2 kalau ada makhluk asing dari sebuah planet di andromeda datang dan mereka berlabuh di Idonesia kemudian mendapatkan gelombang elektromagnetik siaran tentang IPDN, merekapun akan menganggap IPDN rusak parah dan memberitau berita ini ke bangsa mereka dan mereka takkan menyekolahkan anak mereka di sana. ironis memang makhluk andromeda itu subyektif, mengambil keputusan hanya dengan informasi minim. tapi saya yakin orang Indonesia tak seperti makhluk andromeda. orang Indonesia khususnya muslim akan mengeluarkan pernyataan vonis ketika ia telah tau pasti kebenarannya. kita tunggu saja apa yang akan di sampaikan tim evluasi IPDN nantinya. akankan Prof.Dr Ryass Rasyid dkk akan menjadi jalan pengungkapan kebenaran??
    maaf jika ada salah kata
    wassalam
    @
    Wass. Trims Mas Syahrul… saya memang tidak punya harapan bahwa Pemerintah akan mengungkapkan kebenaran. Karena itu, melalui blog ini, saya ikut mendesak agar keadilan ditegakkan, agar hukum dilaksanakan. Kasus terakhir Wahyu Hidayat yang meninggal dan pelakunya hanya bisa ditangkap karena dorongan media dan masyarakat (termasuk tulisan-tulisan di internet). Jadi, memang kita harus mendorong ke arah itu, agar kerja Professor itu betul-betul mencapai hasil yang diharapkan (tegaknya keadilan). Bahkan seharusnya terhadap 35 kematian yang lain (Jangan-jangan pelakunya sudah jadi pejabat tinggi. Mampukah mengusutnya !!!!). Menunggu 2 bulan untuk membubarkan IPDN terlalu lama, kalau bisa : SEKARANG JUGA. Rusak parah, itu kesimpulan saya. Building the power, but not character. So sad….

    Informasi yang saya baca rasanya sudah pada kesimpulan : “memang harus dibubarkan”.

    Mohon maaf juga jika saya salah kata.

    Suka

  5. iya gpp kok,, dimaafkan,, bubarkan!!

    @
    Kemampuan memaafkan adalah karunia Allah yang istimewa. Bubarkan adalah penilaian etis dan kesimpulan atas pandangan pada kejadia.
    Trim lho Mba mau berkunjung ke sini.

    Suka

  6. Kasihan sekali anak2 itu ya pak, mereka merasa sama sekali tidak ada yang salah di sekolahnya, jadi mereka merasa dipojokkan telah berbuat seperti itu hal yang biasa, Praja yang mati atau keluar dianggap tidak kuat menahan cobaan di dalamnya, hati dan jiwa mereka memang jadi “Dingin” itulah calon pak camat berhati dingin itu, katanya untuk menghadapi dunia luar yang kejam, aku rasa menghadapi dunia luar lebih baik dengan kasih sayang, instead of kekejaman 😦

    @
    Trims Mba, berhati dingin… tak usah ke North Pole ya Mba untuk merasakan dingin 🙂 Dunia itu tidak kejam Mba ya. Kita yang menjadikan semua berada dalam persepsi kita, dalam gelapnya otak manusia

    Suka

  7. […] marah bila sekolahku dihujat meski aku tahu banyak hal yang aku nggak suka. “Espri de Corps” https://agorsiloku.wordpress.com/2007/04/14/right-or-wrong-is-my-stpdnipdn/ kalian […]

    @
    Ungkapan tulus seorang Ibu terhadap pendidikan.

    Suka

  8. deking said

    Sepertinya usaha doktrinasi dan cuci otak yang dilakukan IPDN membuahkan hasil yang sangat mantap…

    @
    Namun, saya percaya ada saatnya kemampuan melihat dalam kearifan dapat membuka lebih banyak dari brainwash itu.

    Suka

  9. joesatch said

    ganyang semuanya, kecuali yang wanita!
    selamatkan wanita dan anak2

    *saya masih mangkel dengan praja2 yang chris john atawa jet li wannabe itu*

    @
    Kalau tidak mangkel, artinya cuma satu : nurani kita sudah membatu kan !?

    Suka

  10. […] Para orang tua yang merasa anaknya sudah menjadi pelajar IPDN! Jangan kalian biarkan kampus yang bagus dan bermutu tinggi itu bubar. Apakah kalian pernah terfikir, kalau kampus itu bubar mau jadi apa anak anak kalian […]

    Suka

  11. Sugeng Rianto said

    I’m speakless for the violance and brutality shown by IPDN student. Sungguh rasa kemanusiaan saya terusik dan tercabik-cabik oleh tingkah mereka. Satu nyawa melayang akibat penganiayaan adalah tragedi kemanusiaan yang tidak bisa diterima akal sehat.

    Suka

  12. andalas said

    tapi kalo ngliat pidionya keren jugha…
    main tendang, main pukul, tapi mata lawannya di tutupin. emang bener2 jentel tuh orang.

    salut guwe
    (gitu tho?? pantes aja)

    Suka

  13. […] by anggara Bubarkan-saja-ipdn!by thewanderer79 Ipdn by mojora Right-or-wrong-is-my-stpdnipdn by agorsiloku Kasus-ipdn-memilukan-dan-memalukan by jsfian Perubahan-fundamental-di-ipdn by kombor […]

    Suka

  14. Moci Arane said

    susah deh, org2 IPDN emank dah pada bebal semua.

    @
    Itu kan produk dari sebuah proses juga.

    Suka

  15. ada dehc said

    kuerren bangettt tendangannya senior2 praja IPDN untuk para junior….
    disana mereka dilatih sama jetli kali yach????
    tapi……
    sebaeknya di bubarin aja dech and kembaliin ke daerah masing-masing biar g macem-macem…..n bisa ngecetak pemimpin2 yang berkualitas….

    @
    Yap, seenggaknya kalau dibubarkan, rakyat bisa berharap penggantinya pemimpin yang menjadi pamong, bukan yang hati nuraninya sudah terkikis oleh pukulan demi pukulan dan kebohongan demi kebohongan.

    Suka

  16. bubarkan???? hahahaha g semudah itu to mas. negara g sebodoh n sepicik itu. nehi nehi nehi aca aca aca.

    @
    Negara tentu dan semoga tidak sebodoh dan sepicik itu. Yang sering picik dan licik adalah politik dari pemerintahan suatu negara.

    Suka

  17. loe_anpie said

    jangan mengadili sesuatu yang kamu tidak ketahui pasti.
    yang anda ketahui hanyalah segelintir…
    memang kami tidak mendukung sedikitpun apa yang telah dilakukan oleh beberapa dari kami…
    anggap aja gini… ketika ada teroris yang nota bene yang udah ngancurin sejuta umat adalah islam, apakah islam yang lain juga rela dirinya dianggap teroris??? atau bubarkan saja islam, karena ada terorisnya??? apa iya mesti gitu???
    cobalah objektif…
    pandanglah segala sesuatu dari segala sudut..
    gimana kalau kita bubarkan juga negara ini…
    kan korupsi, kerusuhan , kriminalitas sudah menjadi bagian dari negara ini.
    apa yang terjadi di kampus kami adalah sebuah refleksi dari kehidupan nyata, yang ada di lingkungan sekitar kita…
    coba lihat sekeliling kita????

    @
    Dalam beberapa artikel berkenaan dengan kejadian di institusi pendidikan yang menyalahi UU Sisdiknas ini dan kejadian yang volumenya termasuk sangat tinggi dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Semestinya Pemerintah melakukan perbaikan dan perubahan mendasar. Bukan cuma lip service yang selama ini ditunjukkan.

    Oleh karena itu, saya merangkum dari berbagai sumber, dengan harapan tentunya tidak pernah lagi ada kejadian sedemikian buruknya dalam institusi pendidikan di Indonesia, termasuk tentunya pendidikan Pamong Praja yang dibayar oleh pembayar pajak negeri ini.

    Seandainya adik Mas atau Saudara, apakah Mas juga bagaimana sikap Mas?. Membaca komentar-komentar dari para siswa yang belajar dari berbagai sumber dan kebetulan pula ponakan saya juga bersekolah dekat IPDN, maka alangkah menyedihkannya pola pendidikan di IPDN ini.

    Sama memprihatinkannya dengan korupsi birokrasi yang begitu korup dan jahatnya.

    Refleksi buruk kehidupan di masyarakat memang buruk, namun tidak seharusnya lembaga pendidikan bercitra yang sama. Karena citra yang buruk, sama saja dengan membawa lembaga yang seharusnya bercita-cita agung malah membawa penyakit ke dalam masyarakat yang sedang sakit. Jadi logika ini seharusnya tidak dipakai. Sama dengan tidak bisanya diterima bahwa ahlak buruk terjadi di dalam lingkungan yang seharusnya mencerminkan keluhuran budi pekerti.

    Cara pandang seperti yang Mas sampaikan itu adalah apologi yang tidak pada tempatnya. Silahkan berdiskusi tentang logika-logika etika dan hukum dengan pakarnya (saya bukan pakar), mungkin cara pandang yang lebih baik akan diperoleh.

    Juga masalah cuma soal institusi yang namanya sudah begitu ancur-ancuran. Kenapa tidak segera dibubarkan saja?. Penggantinya bisa lebih adaptabel terhadap masyarakat. Cara pendidikan dan sikap akademisi dalam institusi yang baru boleh jadi akan lebih baik dan lebih bermanfaat, lebih berwawasan, dan lebih mengayomi masyarakat.

    Itu menjadi harapan kami, juga semua yang telah menjadi korban.

    Namun, kondisi seperti ini dipertahankan terus. Seharusnya Pemerintah memberikan jaminan (dan ini tidak diberikan), termasuk juga oleh rektornya.

    Memangnya kalau IPDN ditutup atau dilakukan restorasi total, maka siswanya akan terlantar?. Saya yakin tidak, sama yakinnya juga bahwa Pemerintah tidak akan menutup (karena punya kepentingan yang sangat jelas… mendapatkan kader yang penurut).

    Namun, setidaknya keprihatinan ini akan menjadi sarana untuk mengingatkan para penguasa di sana dan para siswa di sana, agar membalikkan citra buruk dengan keteladanan yang baik. Itu adalah kondisi logis “perpolitikan” yang mungkin dapat dipahami.

    Jelas pula, koreksi bertahun-tahun harus juga dilakukan. Dan ini… terus terang, saya merasa pesimis sehingga banner tag dari rekan saya belum rela saya hapus. Ini adalah bagian dari komunikasi koreksi untuk institusi yang di dalamnya terdapat kehidupan yang tidak sehat dan berpeluang pula melahirkan hamba-hamba negeri yang tidak sehat pula.

    Suka

  18. loe_anpie said

    BE WISEEEEEEEEEEEEEEEE

    @
    Yang kemudian akan bertindak bijaksana adalah yang membuat masyarakat merasa aman dan tenang dengan institusi yang melakukan perbaikan bukan hanya dengan ucapan, tapi dengan tindakan yang nyata. Menghukum yang bersalah, menegakkan norma, menjaga etika, dlsb.

    Kalau orang/institusi lain, hanya akan menjustifikasi bukti….

    Jadi siapa yang seharusnya bijaksana (walaupun tentu sikap dan keteladan yang baik sekalipun tidak akan menjadikan puluhan korban yang telah meninggal bisa melanjutkan studinya di sana).

    Masyarakat yang kemudian akan kembali tenang atau akan terkejut. Bagaimana penilaian dari institusi independen setelah sekian bulan isu ini berjalan?. Adakah hasilnya?. Sudah ada, tapi masyarakat sudah lupa tuh… mungkin (dan semoga tidak) baru terperangah lagi kalau ada kejadian yang tidak kalah jahilnya.

    Suka

  19. […] Para orang tua yang merasa anaknya sudah menjadi pelajar IPDN! Jangan kalian biarkan kampus yang bagus dan bermutu tinggi itu bubar. Apakah kalian pernah terfikir, kalau kampus itu bubar mau jadi apa anak anak kalian […]

    Suka

  20. […] syahrul      Berkata:      April 14th, 2007 pada 5:42 adalah […]

    Suka

Tinggalkan komentar