Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ayo, Kalau sudah Pintar : Kesimpulan ini apa?

Posted by agorsiloku pada April 4, 2007

Menarik kesimpulan keliru atau tidak tepat sudah mentradisi. Mengapa, karena kebenaran tergantung dari selera dan sudut pandang. Tergantung dari keinginan (baca : hawa nafsu) atas apa yang kita pahami dan mengerti. Cerita tentang bentuk gajah seperti ular (karena yang dilihat hanya belalainya), seperti pohon karena yang dilihat hanya kakinya tentu sudah dikenali dengan baik.

Bagaimana dengan ini :

PERNYATAAN DI BAWAH INI SUDAH PASTI BENAR.

 

PERNYATAAN DI ATAS INI SUDAH PASTI SALAH.

Hayo, apa kesimpulan kedua pertanyaan ini.?

Teriring salam manis dan sayang untuk semua rekan blogger di atmosfir blog yang sudi berkunjung ke tempat butut ini.

Masih mau menyalahkan?. Jangan ya, kita kan sekedar berwacana, bertukar sapa, bertukar ketidaktahuan……

6 April 2007

Kemudian ada komentar dari mahluk maya di blog maya ini : “pertanyaannya mana?”, pernyataan di atas “sepertinya” memang tidak ada pernyataannya dan memang begitu.  Sama dengan bercerita bahwa saya tidak bisa bercerita, ada di dalamnya tapi bukan di dalamnya.  Soal simpul menyimpulkan memang kemudian menjadi sesuatu yang digambarkan dari sisi-sisi lain berbeda di sini.

16 Tanggapan to “Ayo, Kalau sudah Pintar : Kesimpulan ini apa?”

  1. antobilang said

    pertamax!~

    saya mau jawab pak agor…
    kedua pernyataan itu mengungkapkan bahwa memang benar-salah itu relatif.
    maksud saya bgini, pernyataan 1 bilang kalau pernyataan 2 benar.
    sedangkan pernyataan 2 menyalahkan pernyataan 1, artinya dari pernyataan 2 diketahui bahwa pernyataan 1 (ttg pernyataan 2 itu benar) adalah salah.

    menyalahkan yang benar, dan membenarkan yang salah.
    begitu kira2, maaf kalau njelimet, saya benarkan syaraf2 di otak saya yang ruwet gara2 komentar saya sendiri.

    @
    Saya juga bingung Mas Anto, kok ada-ada saja orang membuat begini. Kata mas Deking ini paradoks. Memang banyak sih paradoks seperti sejenis ini. Di dunia manajemen selalu ada guyonan : Ada dua aturan penting : 1) Bos Selalu Benar 2) Jika Boss Salah lihat aturan pertama. Dunia filsafat dan cibiran kepada tuhan, dilogikankan batu dan tuhan.

    tapi contoh di atas, menurut agor sih bukan paradoks juga. Ini hanya kerancuan berpikir saja, berbeda dengan paradoks Russel yang disampaikan kembali Mas Deking.

    Mengapa rancu, ya itulah.. sudah dijawab Mas Anto. Saya juga 🙂 kesimpulannya oke, karena kedua pernyataan itu benar untuk masing-masingnya.

    Suka

  2. deking said

    Wah, pernyataan yang saling kontradiktif…
    Membuat pusing karena ini merupakan paradox
    Lebih pusing lagi kalau memikirkanparadox yang ini
    Maaf Pak Agor, berhubung sedang banyak tugas yang harus diselesaikan maka saya hanya bisa numpang ngiklan saja…
    Maaf sekali lagi maaf…

    @
    Sip. pernyataan tadi karena kita “berjuang” terus mengartikan pernyataan itu. Coba kalau nggak, santai saja. Kedua pernyataan itu akan jadi benar. …
    Tapi ribet juga sih, manusia selalu berpikir kontekstual….

    Suka

  3. Raffaell said

    Benar atau salah dilihat dari perspektif masing masing manusia…

    mencuri itu salah, tapi kalau mencuri untuk memberi makan anak nya yang kelaparan ?

    gimana ?

    @
    Hukum saja yang mencuri, kenapa tidak.
    Yang dihukum adalah pencurinya, juga tetangganya : karena tetangganya juga bersalah membiarkan anak itu kelaparan. Karena tetangganya kuat dan kaya, maka cari saja yang lebih miskin dan lemah untuk dihukum?.
    Wah ribet ….
    Bagusnya, kita klasifikasi saja kejadian berdasarkan kejadian itu. Jadi gimana ya? (sama bertanya juga)

    🙂

    Suka

  4. erander said

    Cool … Kesimpulannya salah satu dari kalimat itu pasti rendah hati karena ga mau sombong bahwa kalimat itu benar hehehe 🙂

    @
    ha…ha…ha… setiap dari orang punya kesimpulan dari sisi kerendahan hatinya. Good… good.

    Kalau Benar = Anjing dan Salah = Kucing,

    ternyata tidak ada masalah ya.

    Benar dan Salah juga pernjanjian …..

    Suka

  5. erander said

    Nambah lagi boleh kan?

    Jadi ingat anekdot tentang seorang pemimpin di kantor

    Ketentuan 1 :
    Pemimpin tidak pernah salah

    Ketentuan 2 :
    Kalau pemimpin salah, baca ketentuan 1

    @
    Sip, sebenarnya, untuk kasus ini ada unsur jika … maka… makanya jadi paradoks, sedang pada contoh benar – salah, kita yang memparadokskannya. ya

    Yah.. Boss memang selalu memenuhi ketentuan ini. Ya.. kita maklum saja.

    Suka

  6. Saya tidak bisa menyimpulkan karena tidak ada pernyataan di tengah-tengah antara kedua pernyataan itu.

    Lihatlah, ada yang memiliki cara pandang lain kan?

    @
    ha..ha.. hanya nyambung dari artikel sebelumnya. Penting mengambil kesimpulan yang tepat… diteruskan ke bagian 2 untuk mellihat bahwa kadang kita tidak melihat ada keputusan apapun yang tepat…..

    🙂

    Suka

  7. Evy said

    hahaha mbulet klo orang jawa bilang, kesimpulannya kalau otot2an ga jelas permasalahananya ya mbulet aja terus… (mbulet : berputar2)

    @
    🙂

    Suka

  8. harus banyak berdiskusi untuk bisa menghasilkan sesuatu yang dapat diterima semua pihak.
    bener ga sih?

    @
    itu yang mungkin baik, berdiskusi menurut agor sih, adalah saling bertukar ketidaktahuan, saling menghargai pendapat masing-masing, tidak ada keharusan harus diterima semua pihak, karena begitu ragam perbedaan dari setiap kepala, setiap pemikiran. Bahkan hari ini menolak, besok bisa saja kemudian diterima. Diskusi tidak lebih dan kurang mengasah pedang pikiran.

    Ini pendapat saja.
    Salam,agor.

    Suka

  9. Pernyataannya mana Pak ? 🙂

    Tapi bagi saya, seringkali kesimpulan tidak terlalu penting, yang saya perhatikan kebayakan adalah proses yang terjadi.

    @
    Wuaha…ha…. ha… ha… 🙂 🙂 😀 Jadi yang agor bahas itu apa kalau gitu?…. sebuah pernyataan atau diskusi yang tidak ada pernyataannya.

    Mau disimpulkan atau diapakan saja, memang tidak ada.

    Betul betul penelaahan proses yang cerda. Kionghi… kionghi…

    Suka

  10. madsyair said

    seingat saya waktu UMPTN, jawabannya B. keduanya benar, tapi ndak nyambung.:-)

    @
    belit membelit, tak ada kesimpulan yang bisa diambil, padahal pernyataan keduanya benar dari sudutnya masing-masing. Itukan kehidupan bangsa ini ketika disatukan. Tak ada kesimpulannya…..

    Suka

  11. el_zach said

    Assalamualaikum wr wb.

    Segala puji syukur kepadaNya,
    Duhai nikmatnya bisa mereguk pengetahuan.
    saya jadi bisa nulis di blog ini, bisa baca (termasuk teka-teki mbulet diatas), bisa belagak analisa, hehehe.
    Nikmatnya diskusi, nikmatnya mengunyah informasi, mengasah hati, menyadarkan nurani.
    apa ini juga termasuk kesimpulan ya? hahaha…
    nggak papa ah, kadang saya butuh kesimpulan, sebagai step awal langkah berikutnya.

    Wassalam.

    @
    Wa’alaikum salam, Mas el_zach sudah lama tidak mendapat analisis mas yang tajam dan bernas.

    Suka

  12. Solusinya adalah, kita harus memilih… Memilih mana diantara kedua pernyataan itu yang benar, begitu kan? Tapi kalo begitu, salah dunk..?

    Atau solusinya adalah tidak memilih..?

    Halah, keterbatasan otak mulai mengikis kesadaran… *PENGSAN*

    @
    Yah… kita kan penuh keterbatasan… kita akui saja ya.

    Suka

  13. […] Jurnalis muda yang sedang bernyanyi dangdut berjudul ‘tidak semua laki-laki’, ada Blog Sains In religion yang bertanya kesimpulannya, ada Blog anak muda alim yang sedang mengingatkan kita tentang kaum […]

    Suka

  14. chairul said

    wah.. pernyataan 1 dan 2…
    mang bingungin…klo gak mencerna maxud dan tujuan… bisa kejebak donk?

    klo ingat pernyataan “pasal 1: bos/atasan selalu benar. – pasal2: bila bos/atasan bersalah, kembali ke pasal 1”

    kayak jaman kuliah aja! dgn kakak2 senior. dan dunia kerja yg sepertinya bagian implementasi Romusha dan Rodi, bener gak ya ?? 😀

    @
    kalau contoh boss itu, jelas… sifat kita ya, mau menang sendiri. Rodi deh… 🙂

    Suka

  15. jova said

    JAWABLAH PERNYATAAN ITU DENGAN BENAR ATAU SALAH …..

    Kalau dua pernyataan menimbulkan paradoks, sebaiknya ganti saja susunan katanya jadi pernyataan lain yang lebih sinergi.
    Dengan begini otak kita tidak ” Tapeee deeee ”

    @
    Boleh juga disebut paradoks, tapi kalau saya anggap lebih pantas, logika yang salah.

    Suka

  16. pedhet said

    kalau berpikir seperti “bisa nggak tuhan menciptakan batu yang paling berat sehingga tuhan tidak bisa mengangkatnya?” emang ribet, dan jangan dipikirakn. tapi kalau misalnya benar disalahkan, itu bisa jd salah. (negatif kali positif jadinya negatif).

    blog yang bagus dan menarik buat dibaca 🙂

    @
    trims apresiasinya, saya juga senang ke blog mas pedhet… ada kesamaan…. sama-sama sedang belajar dan mengabarkan apa yang telah diperoleh, meski berbeda tema ya

    Suka

Tinggalkan Balasan ke jova Batalkan balasan