Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kecepatan Urusan MencapaiNya

Posted by agorsiloku pada Mei 28, 2006

Pemahaman kecepatan cahaya, sepertinya berada di puncak peradaban. Pengetahuan tentang kecepatan cahaya, bahwa tidak ada sesuatu yang melebihi kecepatan ini sepertinya menjelaskan posisi peradaban dan pengetahuan. Fisika teoritis telah menjelaskan antara lain, mengikuti hitungan transformasi Lorentz diperoleh bahwa jika misalnya sebuah pesawat dengan mencapai 200 000 km/detik di ruang angkasa maka waktu relatif 100 tahun di bumi sama dengan dalam pesawat tersebut hanya 80 tahun. Jika kecepatan mencapai 250 000 km/detik, 100 tahun menjadi 55,8 tahun. Saat pesawat mencapai 290 000 km/detik maka 100 tahun di bumi menjadi 24,5 tahun di pesawat. Ketika kecepatan pesawat mencapai 299 000 km/detik maka 100 tahun menjadi 7,7 tahun. Jika pesawat tersebut kemudian menembak dengan sinar laser maka pengamat dari luar pesawat melihat bahwa senjata laser tersebut tidak pernah mengeluarkan tembakan (karena pesawatnya sudah sama dengan kecepatan cahaya). Sedangkan, penembak melihat sinar laser tersebut menembak ke objek.
Di sisi lain, kecepatan mendekati cahaya juga akan mengalami kontraksi arah gerak sehingga bisa memendek atau menjadi pipih.
Lalu bagaimana pemahaman kita terhadap ayat :
QS 32:5. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. Perhitungan dengan pemahaman satu hari = 1000 tahun = 1200 bulan telah menghasilkan hitungan bahwa urusan itu bergerak dengan kecepatan cahaya (lihat pada artikel : menghitung kecepatan cahaya dengan menghitung pergerakan bulan). Ini adalah pemahaman yang ’amazing’. Kalau satu hari (urusan naik kepadaNya) sama dengan 1000 tahun = 12000 bulan = 360000 hari (pembulatan) manusia atau alam semesta maka boleh jadi perbandingan urusan naik kepadaNya berada pada perbandingan ini. Artinya secara linier jelas jauh lebih tinggi dari kecepatan cahaya (tapi 360 ribu kali kecepatan cahaya !). Di ayat QS 70:4. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. Ayat ini berarti 50 kali 360 ribu (1,8 juta kali kecepatan cahaya). Logika ini, tentu hanya akan debat kusir belaka, karena pengetahuan fisika teoritis sampai saat ini berada pada aksioma, tidak ada yang dapat melebihi kecepatan cahaya. Namun, memberikan pemahaman bahwa 50 ribu tahun, 1000 tahun dengan pemahaman rumus turunan dari materi dan energi, saya kira bukan di situ ‘saja’ pengertiannya. Mengapa?, karena logika kecepatan ‘informasi’ naik kepadanya tidak berada pada kesetaraan materi yang bergerak pada kecepatan cahaya. Barangkali juga berada di luar pengetahuan tentang GUT (Grand Unified Theory). Kita juga masih bertanya, bagaimana dengan perjalanan nabi ke Sidratul Muntaha…… (Isra’ Miraj’)?.
Ketika Nabi tiba di Sidratul Muntaha, ada juga diceritakan (saya belum tahu kepastian sumbernya, kalau pembaca tahu, mohon dikabari sumbernya dan kesahihannya) bahwa Malaikat Jibril, untuk mencapai Allah, masih harus terbang 66 ribu tahun lagi. Subhanallah, 66 ribu tahun dalam hitungan malaikat Jibril (?). Satu hari saja sudah 50 ribu tahun, jadi kalau 66 ribu tahun?….

5 Tanggapan to “Kecepatan Urusan MencapaiNya”

  1. Dono said

    Ass,wr.wb,pak Agor,
    Saya beberapa hari yg lalu ada mimpi nabi kita muhammad s.a.w dan juga pernah mimpi bahwa kain sholat saya dibawa ke langit.Apakah ini juga memakan waktu yg serupa? 66 ribu th, berarti saya udah wafat duluan donk?

    Mohon jawaban pak Agor.
    Terima kasih.

    Wassalam.

    @
    Ass.wr.wb. Mas Dono.
    Alhamdulillah, mimpi bagus tenan.
    1000 tahun bagi hitungan manusia, 1 hari bagi hitungan urusanNya. Tapi untuk urusan ke langit kadarnya 50 ribu tahun. Untuk yang 66 ribu tahun itu, saya belum punya sumber yang saya yakini (di Al Qur’an belum/tidak saya jumpai).

    Apakah sudah wafat?. Ya jelas, bahkan seluruh kejadian dari Adam sampai ke hari Kehancuran boleh jadi hanya beberapa hari menurut urusanNya. Kebudayaan manusia, terdeteksi sampai saat ini masih di bawah 7000 tahun (manusia). Boleh jadi Nabi ketika mengisyaratkan kiamat itu dengan ibu jari dan telunjuk yang didekatkan (artinya sudah sangat dekat). Lihatlah, Al Qur’an memerincikan dengan jelas siapa-siapa yang ada di surga, kejadian di masa depan, dan lain sebagainya. Allah tentunya berkuasa atas segala sesuatu. Jadi “tidak ada” yang disebut masa depan yang rinciannya tidak diketahui. Boleh jadi Allah mengadakan “perubahan” atas apa yang disebut masa depan manusia. Dalam beberapa ayat dituliskan “jika Allah menghendaki”, tetapi juga disebutkan di bagian lainnya : ketetapan Allah sudah pasti dan tidak berubah.

    Dalam konteks ruang waktu, sulit kita berbicara pada kondisi relatif yang sama. Bukankah kita juga bisa melihat kejadian yang terjadi jutaan tahun yang lalu, bahkan kejadian milyaran tahun yang lalu. Misal, kita melihat bintang meledak, namun jaraknya sejuta tahun cahaya. Cahaya (sebagai informasi ledakan itu) baru ditangkap oleh teleskop di abad ke 20. Begitu juga, kejadian ledakan di matahari, baru diketahui manusia 6 atau 7 menit kemudian. Di sini ada dilasi waktu.

    Namun, untuk pernyataan : berarti saya udah wafat duluan donk?
    Jawabnya cuma satu : Wallahu’alam.
    Di sepertiga malam, dihadiskan Allah “turun” (jangan dipahami dari atas ke bawah) melihat (jangan dipahami dengan mata seperti manusia atau lainnya), untuk memeriksa (jangan dipahami seperti satpam/polisi). Ah… Mas Dono sih sudah memahami benar hal ini.: Siapakah di antara hamba-hambaku yang berdo’a padaKu akan dikabulkan (hadis riwayat Bukhari-Muslim). Juga : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS 2:186)
    Salam Mas Dono, saya merindukan bisa bermimpi seperti itu, sungguh anugerah yang istimewa. Alhamdulillah, Subhanallah.

    Suka

  2. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Kalau kita hitung dengan “kecepatan” yang ditempuh oleh Jibril, maka “jarak” yang harus ditempuh oleh malaikat Jibril untuk langsung berhadapan muka dengan Allah adalah +/- 118,8 milyar tahun cahaya (asumsinya kecepatan Jibril adalah 1,8 juta kali cahaya). Sementara alam semesta “baru” berusia antara 13 s/d 20 milyar tahun cahaya. Dengan hitungan “sederhana” ini dapat ditarik kesimpulan (sementara) bahwa tidak ada benda angkasa yang jauhnya dari bumi melebihi 20 milyar tahun cahaya.
    Ada jarak +/- 100 milyar tahun cahaya yang memisahkan benda angkasa terjauh dengan ‘Arasy Allah. Jadi, seberapa cepat “pesawat transit” yang membawa Rasulallah dari Shidratul Muntaha untuk menghadap Allah (p.p lebih kurang sepertiga malam). Apakah dengan Bouraq yang sama atau ganti “pesawat”?.
    Kalau dari Shidratul Muntaha, Jibril dengan kecepatan 1,8 juta cahaya memerlukan 66000 tahun, maka Nabi dengan jarak 118 milyar tahun cahaya (dari SM ke ‘Arsy Allah) hanya memerlukan +/- 4 jam pp (2 jam pergi dan 2 jam kembali ke Shidratul Muntaha)maka secara iseng, kecepatan “pesawat” angkut yang dipergunakan Rasulallah bisa menempuh jarak +/- 60 milyar tahun cahaya ( 60000000000×1866240000
    x300000km) perjamnya. Suhanallah.
    Nggak kebayang deh “cepatnya”. Jutaan kali lebih cepat dari pesawatnya Star Trek. Atau Allah mempersiapkan “Star Gate” sehingga terjadi loncatan waktu yang tidak terasa. Wallahua’lam,
    Wassalam,

    @
    Wass Mas Abu, dari maan angka 1,8 juta tahun cahaya diperoleh?.

    Suka

  3. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    Angka ini diperoleh dari “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. Ayat ini berarti 50 kali 360 ribu (1,8 juta kali kecepatan cahaya)”.
    Berasumsikan kecepatan Jibril 1,8 juta x kecepatan cahaya, maka didapatlah jarak antara Sidhratul Muntaha ke ‘Arasy Allah (?)sama dengan 66000 (kalau benar sumbernya) x 360 (rata-rata hari dalam 1 tahun) x 24 (rata-rata jam dalam 1 hari) x 60 menit x 60 detik x (1800000 x 300000 km) (kecepatan tempuh Jibril)maka didapatlah angka yang fantastis yaitu 1,108,546,560,000,000,000,000,000 km. Angka ini dibagi dengan kecepatan tempuh cahaya dalam satu tahun ( 360x24x60x60x300000 km = 9,331,200,000,000 km
    , maka didapatilah angka 118,800,000,000 tahun tempuh cahaya.
    Karena alam semesta menurut para ahli umurnya berkisar dari 13 milyar s/d 20 milyar, maka materi (mungkin juga berbentuk galaxi, planet, atau apa saja ) yang terlontar dari pusat ledakan awal (big bang)- dengan asumsi kecepatan geraknya sama dengan kecepatan cahaya – tidak akan lebih dari dari 20 milyar tahun cahaya jauhnya dari pusat ledakan (katakanlah pusat ledakan itu berada persis pada tempat bumi sekarang(?), walaupun sampai saat ini belum ada yang tahu persis, berapa jauh bumi sekarang telah terlontar dari pusat ledakan tersebut).
    Hitungan ini hanya sebatas hitungan (itupun kalau kalkulatornya nggak error), kepastiannya wallahua’lam. Kebebasan berkehendak saya menghitung saya pergunakan, terlepas hasilnya benar atau tidak.
    Wassalam,

    @
    Pada ayat yang menyangkut urusan dunia, dijelaskan satu hari yang kadarnya 1000 tahun menurut perhitunganmu. Satu hari dan 1000 tahun itu kemudian dihitung dan didapat angka kecepatan cahaya.
    Di sini saya terus terang agak bingung memahaminya ketika kadar sehari = 50 ribu tahun dalam menghadapNya apakah 50 kali kecepatan cahaya !. Rasanya perlu orang fisika nih yang menjelaskan hal ini.

    Suka

  4. M.HADZIQ said

    LIHAT BLOG SAYA INSYAALLAH ANDA FAHAM TENTANG KECEPATAN MALAIKAT
    http://WWW.FREEDOM-FASTABIQ.BLOGSPOT.COM

    Suka

  5. haniifa said

    Maaf Oom-Oom and nTante-nTante, saya sudah kerasan ngombe kopi bareng-bareng disini… (baca: banyak yang lalu-lalang)
    Jadi nggak-lah menyicipi kopi adonan nyang laen… nati kalau ada tetesan “Cyanida” gimana ?!
    (Kayak… berita-berita yang nggak tuntas-tuntas itu lho !! 😛 )

    Klik kopi hanggat := https://agorsiloku.wordpress.com/lintasan/

    Selamat menikmati, Haniifa.

    Suka

Tinggalkan komentar