Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Indonesia Perang Saja Dengan Malaysia Yuk, Kenapa Tidak !

Posted by agorsiloku pada September 5, 2010

Perang yang melibatkan bedil dan senapan, meriam dan pesawat, bahan kimia, embargo ekonomi, politik, dan segala jenisnya dalam beberapa puluh dekade terakhir tidak pernah menghasilkan apa-apa.    Tidak usahlah membandingkan persenjataan masing-masing negara, tidak ada gunanya.  Timor Leste yang kecil saja,  gagal dianeksasi oleh Pemerintah Orba, Afganistan diserbu oleh komunis Rusia sampai Amerika, tetap saja hidup dengan seluruh penderitaannya namun, tetap eksis.  Vietnam yang dibabat habis oleh Amerika demi demokrasinya, hanya bermanfaat untuk mempertahankan industri mesin perang negara yang memang adikuasa itu. Namun, hasil akhir dan keberhasilan perang tidak ada !.

Jadi, kalau terjadi perang betulan antara Malaysia dengan Indonesia, jelas bahwa keuntungan wilayah sih tidak akan ada.  Namun, setidaknya ada usaha untuk memperkuat persenjataan yang harus dibeli dan diperkuat oleh masing-masing negara.  Tapi untuk mengambil kemenangan, sejarah modern mengajarkan tidak akan ada hasilnya.

Meskipun begitu, keuntungan bagi Indonesia jauh lebih besar jika kita Indonesia berperang dengan Malaysia atau dengan negara-negara lain yang menyebabkan banyak tenaga kerja wanita Indonesia menjadi pembantu di negara lain.  Yang menimbulkan harga dan nilai bahwa Indonesia menjadi negara sumber pembantu rumah tangga, yang setelah bergulir berpuluh-puluh tahun lamanya, Indonesia menjadi negara yang kurang memiliki harga sebagai bangsa berdaulat.  Bangsa yang banyak mengirimkan wanita-wanita-nya untuk menjadi pembantu di bangsa lain, bangsa yang membiarkankan ibu-ibu bangsanya meninggalkan anak-anaknya untuk mencari sesuap nasi di negri orang.

Indonesia yang berperang atau bermusuhan dengan Malaysia akan lebih dapat meningkatkan martabat sebagai bangsa yang setahap demi setahap mengembalikan menjadi bangsa yang berdaulat.  Hanya bangsa yang tidak berdaulat dan lemah saja yang akan mengirimkan ibu-ibunya untuk menjadi pembantu rumah tangga bangsa lain.  Dengan segala resiko… Duh… jangan-jangan bangsa Indonesia punya warga negara yang paling banyak diperkosa dan dianiaya oleh bangsa lain.

Jangan pertimbangkan Investasi Malaysia.

Ualah.. jangan pakai hitungan berapa investasi Malaysia di Indonesia atau sebaliknya.  Hitung saja, berapa perusahaan pertambangan batubara atau kayu yang ngemplang pajak saja, jumlahnya udah lebih besar dari semua investasi Malaysia.  Kalau satu perusahaan saja bisa menyogok Gayus Tambunan, pegawai golongan III sampai lebih dari seratus milyar, kita bisa menduga, berapa trilyun pajak dari sejumlah perusahaan papan atas di patpatgulipatkan.  Sungguh investasi Malaysia itu nggak punya arti sebagai bahan Bapak SBY membuat pertimbangan.

Kita harus berkaca ke Malaysia.

Kita harusnya berterimakasih ke Malaysia yang telah menangkap 3 pegawai birokrat Pemerintah Indonesia dan memborgolnya, kemudian dilepaskan kembali setelah ditukar dengan nelayan maling dari Malaysia.  Karena melalui ketegasan dan pembelaan Malaysia terhadap warga negaranya dan keyakinan bahwa Malaysia lebih berharga dan lebih punya harga diri, maka Malaysia mengingatkan tetangganya agar memiliki harga diri dan membela warga negaranya seperti yang dicontohkan.  Hanya Pemerintah yang kuat dan punya harga diri yang baik saja yang bisa bertindak seperti tetangga yang menjadi seteru kita.

Tongkat batu jadi Tanaman.

Inilah yang tidak berhasil alias gagal total ditunjukkan oleh bangsa yang hobinya mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri.  Bangsa yang gagal menyediakan lapangan kerja bagi bangsanya sendiri.  Justru pada saat yang sama, menjadi bangsa yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, menjadi negara yang memperkenalkan diri sebagai jamrud khatulistiwa, yang “tongkat dan batu” jadi tanaman….  Tapi, sekaligus menjadi bangsa neolib yang membiarkan kekayaan bangsanya dieksploitasi habis-habisan oleh bangsa lain dengan alasan kekurangan teknologi dan keterampilan sehingga puluhan juta warga negaranya berada di tirai kemiskinan yang parah….

Akui saja.

Akui saja dah, kebijakan pemimpin bangsa Indonesia ini lemah setelah era Soekarno.  Kalaupun ada kemajuan dan memang ada kemajuan, kecepatannya jauh dan sangat jauh tertinggal dibanding dengan kemampuan bangsa lain menggerakan roda kemajuan bangsanya.  Akibatnya, bangsa Indonesia, karena kelalaiannya menjadi bangsa yang menjadi pembantu dari bangsa-bangsa lain.

Jadi, melalui teguran Malaysia, Indonesia seharusnya bisa berkaca diri… masih mau menjadi bangsa berdaulat atau tidak…

Tampaknya, inilah yang berhasil pula ditunjukkan Presiden kita ketika berpidato di Cilangkap – Mabes RI, menanggapi ketegangan yang terjadi antara RI – Malaysia.  Sebuah pesan : Jangan lupakan, kita ini bangsa Pembantu !

Duh…

5 Tanggapan to “Indonesia Perang Saja Dengan Malaysia Yuk, Kenapa Tidak !”

  1. Jelasnya bangsa ini masih dijajah oleh dirinya sendiri. :mrgreen:

    Suka

  2. ulul azmy said

    casing “MERDEKA”…
    isi “PENJAJAHAN”…
    Penjajahan yg menjajah diri sendiri…
    penjajahan yg menginjak kedaulatan sendiri….
    penjajahan untuk bathin rakyat”nya….
    itulah indonesiaQu tercinta….
    cintaQu dari tulang yg putih & dari darah yg merah , yg sampe detik ini masih blm bisa engkau buat “MERDEKA” sesuai dengan amanah yg di berikan oleh bpak dari semua bpak indonesiaQu,seaorang bpak yg pemberani , yg dengan lantang mengangkat merah putihnya untuk dunia. . . .
    (salam kupanjatkan buatmoe bpakda soekarno tercinta)

    Suka

  3. Masalah TKW itu saya juga bingung. Gak di Malaysia, di negeri sendiripun diperas. Teorinya muluk dibuatken passpor khusus terminal khusus sehingga pemerintah bisa memperhatikan. Tetapi faktanya Yang diperhatikan ya duitnya sehingga bisa diporotin dari segala aspek. Kalo pemerintah emang gak pecus ngurus, bisanya cuma nyanyi sama main gitar, ya sudah dicampur saja gak usah muluk2 dibuatken yang khusus2…dicampur saja sama penumpang biasa. Kalo toh endingnya malah jadi ajang eksplitasi di dalam negeri lha buat apa ? . Di Imigrasi juga kalo tahu yang dihadapi TKW, gaya petugasnya juga sok galak…. Padahal sama2 dari Indonesia…

    Suka

  4. reza lhok said

    indonesia harus belajar…. jangan malas lah.belajar kepemimpinan yang tidak mementingkan diri/kelompoknya sendiri. mari kita bekerja untuk bangsa dan negara ini. jangan kita menjajah rakyat sendiri

    Suka

  5. arief juniawan,drh said

    masalahnya bukan bangsa kita yg penakut…aku yakin semua rakyat indonesia brani melawan malingsia….hanya satu yg gak brani SBY..dia presiden dgn mental BANCI

    Suka

Tinggalkan komentar