Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Jadi Ummat Islam, Ummat Yang Terpenjara…..

Posted by agorsiloku pada Maret 17, 2009

Dunia adalah penjaranya ummat beriman.  Begitu ‘kata’ salah satu hadis. Ya, okelah begitu !.  Kalau setengah beriman, berarti setengah dipenjara, kalau tidak beriman maka dunia menjadi ‘surga’. Kita sudah mahfum itu, kita sudah mengerti itu, maka olok-olokan dari kepada kaum beriman menjadi bagian atau sarapan pagi setiap kali kita membuka dunia internet.  Dan tentu saja terjadi juga dalam realitas sehari-hari.

Lha, meski saya tidak merasa kuat iman dan sedang belajar memperkuat, dikit-dikit dengan dasar pengalaman berbagi di blog ini saya ingin sekedar urun rembuk berhadapan dengan para komentator yang kadang-kadang nyelip dengan kata-kata yang sangat memperolok-olokan agama.

Biarkan saja, sebagai catatan pengingat.

Kalau isinya tidak menggunakan kata-kata kotor yang membuat yang membacanya tidak sumpek, kadang agor biarkan saja biarpun isinya sangat tidak bermutu, menghina, dan dangkal sekali.  Menjadi catatan pengingat bahwa setiap orang tidak sama dan sebagai ‘petunjuk’ untuk lebih hati-hati menulis.  Kadang teringat ayat yang meminta agar Nabi Musa menemui Fir’aun dan menyampaikan masalah ketuhanan dengan sebaik-baiknya.  Allah SWT masih berpesan kepada Nabi Musa, siapa tahu si Pembangkang Fir’aun itu ingat !.

Ada juga yang kerap menganggu pikiran, tentang betapa halus budi pekerti Rasul.  Seorang buta bisa merasakan sentuhan kasih sayang dari seseorang yang setiap kali dicacinya. Karena sentuhan tangan Abu Bakar berbeda dengan sentuhan Nabi saat si Buta yang doyan memaki itu diurus khalifah.  Dan kemudian si pengemis itu pun masuk Islam.

Jadi, memang kita tidak bisa menjamin para pencaci itu juga akan terus mencaci sampai akhir hayatnya ataukah muncul kesadaran baru yang menyadarkan bahwa Allah itu esa, dan berhenti berbohong atas nama keyakinan.

“Wuah.. mana ada lagi perilaku itu di antara hati-hati yang terbelenggu dunia”.

Tinggalkan Saja.

Kalau dipikir-pikir sih, emang repot juga kalau musti melayani para penghujat itu.  Karena kalau urusan menyalahkan sih, biar kita cuma kuli, tapi presiden atau profesor aja bisa saja toh dikritik.  Karena mengolok-olok berbeda dengan melakukan analisis dan secara tajam mengorek yang dianggap keliru atau salah.  QS 6:68-69 menjelaskan : Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). 69 : Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.

Karena itu, ogah juga memberikan komentar pada blog yang mengkhususkan diri untuk mencaci atau memperolokkan agama.  Biar saja deh dia dengan urusannya sendiri.  Ta’pikir, kalau memang sebagian dari mereka itu ada yang benar-benar ingin mencari kebenaran, maka tentulah akan mencari jawaban dari tempat yang lebih layak.  Sedang, kalau saya juga bersama mereka ikut berkomentar, setelah dipikir-pikir, apalagi kalau setelah dibaca isi komentar lainnya… rasanya hanya sia-sia saja.  Dari pada merugi, mendingan skip saja deh…..

Termasuk juga pelecehan kartun dan bagaimana sebaiknya kita menyikapinya.  Makin ditanggapi, bisa jadi mereka makin senang dan berbahagia karena berhasil mengoyak-ngoyak ego ummat yang dimusuhinya.

Toh, seratus ribu kali pangkat dua kali mereka merasa benar dan memperolok-olok, tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang seperti itu.  Diberi tahu atau nggak bisa sama saja hasilnya.

Memang Kita Juga Sulit Berbeda !.

Nah kalau ini, lebih soal internal ummat.  Kadang dan kerap, kita lebih mudah membenarkan kelompok sendiri dan sangat menaruh hormat pada ragam posisi internal, dan maaf, kadang sedikit berbeda saja kita tidak bisa menerima.  Ini kerap muncul dalam ragam pernyataan atau pernyataan dengan ungkapan, misalanya soal mazhab, kalau dia emang pengikut dari bla..bla..bla… , tentulah dan lain sebagainya dan lain sebagainya.  Kalau mau nafsirin harus bla… bla…bla… ilmu yang harus dimiliki bla.. bla… bla… dan kadang, terasa menjadi teramat sangat rumit.  Serumit inikah urusannya?.  Kok mau beragama saja bisa jadi sulit begini, mau membaca satu ayat saja dan memahaminya udah nggak bisa lagi karena sudah tidak memenuhi syarat.

Alih-alih memahami, malah jadi bingung dengan berbagai teori dan sumber ini itu.

Dan menurut saya sih, dua pertama tidak serumit satu yang terakhir.

Memang sulit ditampik hal ini, meski para penulis dan para pemikir itu dan yang kemudian melahirkan mazhab-mazhab saling menghormati dan melengkapi, namun fakta sejarah kemudian masing-masing memiliki serpihan atau percabangan yang berbeda dan bisa terjadi perbedaan yang tajam.

Tentu usaha untuk menggabungkan dalam satu tatanan universal yang mengkomparasi antara pandangan-pandangan itu bertebaran pula, paling tidak dalam catatan-catatan kakinya.  Namun, tidak dipungkiri pula pandangan klasik sangatlah mewarnai setiap pilhan kontemporernya.

Ah bahasan ini agak rumit deh… jadi yang dua saja (anggap saja sebagai pengingat) dan tinggalkan saja semua olok-olok yang tidak perlu.  Tidak perlu kita berpanas ria membaca tulisan orang-orang yang mengolok-ngolok, karena secara sadar sebenarnya dia sedang memperlihatkan kualitasnya juga…..




5 Tanggapan to “Jadi Ummat Islam, Ummat Yang Terpenjara…..”

  1. marinki said

    Ass. Kang Agor baca posting ini saya jadi merinding… bener kang…. manusia yang suka mengolok-olok agama malah kebanyakan otaknya menggunakan satu step di bawah “ego”..yaitu “id” perilaku yang dimiliki oleh hewan, seharusnya kita sebagai umat/sesama umat mestinya saling mengingatkan dengan cara yang santun seperti yang Rasulullah SAW contohkan kepada si buta yang terus dalam kesesatan, dan subhanallah dengan begitu orang sejahat apa pun ikhlas dengan Islam. Dunia akan terasa sempit dengan kebenaran, karena ingkarnya manusia akan datangnya hari kemudian. Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashir. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiin..

    @
    Mengikuti hawa nafsunya…mudah dikatakan.. perlu perjuangan berat menjalaninya…
    wass, agor
    .

    Suka

  2. muslim said

    jika kita ikhlas menjadi seorang muslim, maka semua aturan islam tidak akan menjadi penjara bagi kita. penjara itu hanya bagi muslim yang melaksanakan ajaran islam dengan tidak ikhlas.
    syukron…

    @
    Tergantung sih.. tergantung kita memahami penjara itu sendiri. Nabi Yusuf menyatakan, memilih penjara aja deh dari pada hidup bebas tapi menyimpang (QS 12:33).

    Namun, maknanya kan jelas, mudah dicerna…
    Terimakasih sudi berkunjung ke blog agor….
    Salam, agor.

    Suka

  3. Assalamu alaikum wr wb

    saya sependapat ama pak agor…cuma membela islam dgn memberi info yang benar gimana?
    karena membantah tanggapan yg salah..nahi munkar kayaknya…
    tidak dibantah atau tidak diperangin sama saja mengaminkannya…
    kayaknya lebih jahat yang tahu daripada tg tak tahu krn tak memberi tahu

    wassalam

    @
    Mas Ayruel juga benar. Hanya saya memang memilih untuk tidak ikut-ikutan di wilayah “itu”. Saya nggak mau ada olok-olokan yang tidak berkualitas di lingkup pembahasan, apalagi tentang yang Allah swt, tempat kita menghambakan diri, memohon ridha dan ampunanNya. Saya cenderung untuk memilih hati-hati dan melihat, apakah si penulis itu adalah orang yang bersungguh-sungguh (salik) ataukah sekedar memperolok-olok. Kalau yang terakhir itu, Al Qur’an mengingatkan lebih baik kita tinggalkan, sampai mereka berhenti. Tapi kalau berdiskusi untuk meraih ridhaNya.. itu yang agor hanya bisa impikan jua….
    Wass, agor

    Suka

  4. kakang zazat said

    Assalamu alaikum w.w

    Mungkin bagi seorang yang beriman terdinding dari cinta dunia,nafsunya orang beriman sudah dipenjara dan sadar ia sebagai hamba Allah.bagi yang tidak beriman dunia adalah surganya, padahal ia telah tertipu. ana pun belum mampu mengendalikan nafsu.

    wass. zazat

    Suka

  5. MAS_UDHIEN said

    ASS….. Wr. Wb.

    Saya sependapat dengan dengan muslim bahwa seorang muslim yang terpenjara adalah mereka yg tidak ikhlas hatinya menjalani islam, mereka lebih cinta kpd kejidupan dunia, maka setiap aturan dalam islam dijadikan belenggu bagi kebebasan mereka,akan tetapi bagi saudara kita yg telah ikhlas hatinya menjalani islam akan berpendapt sebaliknya.sebagai contoh penegakan syari’at islam dalam suatu daerah atau negara, sebagian penghalang terciptnya syri’at islam,sebagian dari mereka yg merasa terpenjara itulah yg menentang. untuk itu mari kita perkenal islam kepad mereka dengan cara halus lembut dan tidak menimbulkan kebencian padanya.

    wass…..udhien

    Suka

Tinggalkan komentar