Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Archive for Juni 11th, 2006

Mengikuti rombongan pejabat…

Posted by agorsiloku pada Juni 11, 2006

Motor polisi itu dengan gagahnya melewati mobil yang kukendarai, dengan tangan kirinya menyuruhku berjalan lebih kepinggir atau berhenti. Begitulah, aku menepikan kendaraan. Pejabat negara akan lewat. Tak lama kemudian, memang di antara raungan kendaraan satu mobil pejabat lewat. Beberapa kendaraan lain, menyusul di belakangnya. Tampaknya, yang lain hanya ikut-ikutan rombongan itu. Memanfaatkan kesempatan untuk mengikuti abdi negara di depannya. Mobil di depanku juga tampaknya memanfaatkan kesempatan itu. Di tengah antrian yang padat, kehadiran mereka mampu menyeruak batas-batas antrian masih dapat dimanfaatkan untuk mempercepat tiba ditujuan. “Ayo, kita ikuti saja mereka”, seru salah seorang penumpang yang bersamaku. “Ogah ah”. Aku sejenak ingin menggunakan kesempatan ini, di sisi lain, ada perenungan lain. Kalau pejabat yang barusan lewat itu betul-betul sedang menjalankan tugas negara, maka kesempatan yang kupakai untuk mengikuti iring-iringan itu pada dasarnya adalah memanfaatkan fasilitas yang bukan hakku dan mengurangi kesempatan kendaraan lain yang sesungguhnya memiliki hak yang sama. Tapi, kalau mereka itu memanfaatkan fasilitas negara yang seharusnya tidak mereka gunakan, kecuali untuk kepentingan dinas serta sesuai dengan jabatan serta tanggung jawabnya, maka jika aku mengikutinya mereka, maka aku benar-benar akan sama hinanya dengan para pejabat itu. Polisi pengawalnya akan tidak lebih tidak kurang, hanya menjadi abdi pejabat yang berharap mendapatkan sesuap tambahan nasi. “Ah…”, gumanku dalam hati :”aku memang tidak seperkasa mereka itu. Tapi aku juga tak mau serendah itu untuk memanfaatkan hak-hak umum yang tidak seharusnya”. Mobil kemudian kujalankan kembali, seperti biasa saja. Sirene mobil dan motor polisi itu sudah semakin jauh. Semakin jauh, semakin tentram juga hati ini.

Posted in Profetis | Leave a Comment »

Berkenalan dengan Soliton

Posted by agorsiloku pada Juni 11, 2006

sumber dari http://www.fisika.net.lipi.go.id

Miftachul Hadi (Puslit Fisika LIPI)

Apa itu soliton ?
Sederhananya, soliton adalah gelombang nonlinier, gelombang soliter, dalam medium nonlinier. Dapat pula dibilang, soliton adalah ‘gundukan’ energi berhingga, stabil, menempati ruang terbatas dan tidak menyebar. Ide fisika soliton seringkali dikatakan bermula di bulan Agustus 1934 ketika seorang John Scott Russel (1808-1882), fisikawan Skotlandia, mengamati fenomena gelombang air di kanal Edinburg-Glasgow. Russel menyebut fenomena ini sebagai ”gelombang besar translasi”. Gelombang air tersebut menjalar dengan bentuk tak berubah, dalam rentang waktu relatif lama sepanjang kanal. Dalam kata-kata alih bahasa bebas, Russel menggambarkannya sebagai berikut :
Saya yakin akan lebih baik memperkenalkan fenomena ini dengan mendeskripsikan keadaan dari pengenalan pertama saya dengannya. Saya sedang mengamati gerak kapal yang ditarik dengan cepat sepanjang kanal sempit oleh sepasang kuda, ketika kapalnya tiba-tiba berhenti – tidak demikian halnya dengan massa air pada kanal yang telah digerakkannya; gelombang itu berakumulasi mengelilingi haluan kapal dalam keadaan golakan dahsyat, dan kemudian dengan tiba-tiba meninggalkan haluan kapal, menjalar ke depan dengan kecepatan besar, dalam bentuk gundukan air yang melanjutkan penjalarannya sepanjang kanal tanpa mengalami perubahan bentuk atau pengurangan kecepatan. Saya mengikuti gelombang itu di punggung kuda, dan setelah menyusuli, gelombang itu terus menjalar pada laju sekitar delapan atau sembilan mil per jam, dengan tetap mempertahankan bentuk awalnya, panjangnya sekitar tiga puluh kaki dan tingginya sekitar satu kaki setengah. Baca entri selengkapnya »

Posted in Sains | Leave a Comment »

Melanggar Hak Publik

Posted by agorsiloku pada Juni 11, 2006

Jalan tol Cipularang, Jagorawi, atau jalan tol manapun adalah kerajaan bagi mobil-mobil bagus atau mewah untuk unjuk kecepatan. Mobil yang kupakai tidak bagus-bagus amat, tapi lumayanlah. Untuk kecepatan 160 km per jam sih masih bisa. Di depanku ada beberapa truk berjalan dengan kecepatan kurang dari 40 km per jam, sebagian bus antar kota zigzag di kiri kanan jalan. Mengikuti truk atau bis memang menjengkelkan. Selain kehilangan pemandangan, juga batas kecepatan minimum (60 km per jam) tidak dipatuhi. Baik sedan bagus dan mewah yang berlalu di tepi paling kiri bersliweran, maupun yang berjalan di bawah batas kecepatan yang ditetapkan menurutku sama-sama melanggar hak publik. Truk yang tampak tertatih-tatih menggelindingkan rodanya dengan beban yang sarat muatan seperti menangisi kehidupannya dan mobil mewah nan pongah memiliki hak untuk bergaya, berpamer dengan kemegahannya. Yang satu, mungkin pendidikannya tak cukup untuk memberikan pendapatan cukup untuk keluarganya. Yang satu lagi, boleh jadi sekolahnya di Amerika. Kecerdasannya di atas rata-rata. Proyeknya berjibun. Hubungannya dengan pejabat dan pengusaha serta tokoh-tokoh publik tak kalah kencangnya. Keduanya sama, melanggar hak publik. Bedanya, yang satu melanggar karena ketakmampuannya meningkatkan kecepatan pada batas yang ditetapkan, yang lainnya tak memiliki hati dan disiplin untuk mengikuti aturan batas kecepatan dan melewatinya dari sudut manapun yang mungkin. Namun, ketika truk pun, kosong muatannya, maka kesewenangannya pun kerap diperlihatkan, dia juga ngebut di kanan kiri. Berzigzag juga. Aku berada pada pilihan mana?. Jika kecepatan kendaraan di bawah 60 km dan bukan karena jalan sedang macet, maka aku akan susul dari kiri atau kanan jalan. Mana yang paling mungkin. Tapi jika jalanan memang macet, aku pilih mengikuti aturan saja, risi rasanya harus menyalib dari kiri jalan. Lebih cepat, tapi mengambil hak yang sesungguhnya bukan hak. Ya… jika kesadaran itu sedang tiba, kadang juga ketidakkesabaran berkendaraan membuat aku sama barbarnya dengan mobil-mobil mewah itu…..

Posted in Profetis | Leave a Comment »