Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Lembaga Pendidikan Calon Perusak Bangsa Indonesia?

Posted by agorsiloku pada April 10, 2007

Pagi ini (11 April 07) ada konprensi pers yang diselenggarakan oleh IPDN yang intinya pembelaan para praja (senior) dan juga oleh Rektornya (I Nyoman S) terhadap kejahatan penyiksaan yang ada di IPDN.

Yang saya merasa sesak rasanya, “mereka” para pengurus IPDN itu bilang hanya 3 kejadian padahal banyak sumber puluhan. Ada yang bilang 35 kematian (Inu Kencana, Disertasi Doktor di Unpad), ada juga yang mengatakan 47 kematian. Sebagian kematian tidak terjelaskan, sebagian lagi tidak diusut, sebagian lagi lenyap. Bahkan selain kasus penyiksaan, ada juga lagi kasus aborsi, kasus kejahatan seksual, dan lain-lain.  Mati 35, yang disiksa, trauma fisik dan mental? dan ini bakal jadi pemimpin???

Yang celakanya ada dua :

Mereka bakal jadi Pamong Praja, birokrat pengurus negara. Saya benar-benar tidak rela gaji saya yang dipotong dan pajak yang dibayarkan dipakai untuk membayar tikus-tikus jahat yang kemudian dilatih lagi untuk menjahati rakyat. Pantas negara ini bolong-bolong kalau sejak sekolah saja mereka sudah BEJAT.

Apa yang bisa diharapkan dari taruna-taruna berbaju kerlap-kerlip dan bertindak amoral. Apakah negeri ini melatih kader-kader bangsa untuk menjahati bangsa sendiri. Sekali lagi, kalau selagi sekolah saja sudah begitu busuknya, bagaimana setelah mereka memegang kekuasaan?????.

Jelas setiap anggota masyarakat yang tidak berharap dan memiliki harapan agar bangsa ini lebih baik, harus memberitakan kejahatan ini. Pemerintah harus terus digugat agar masa depan bangsa ini lebih bisa diamankan dari tangan-tangan jahil lulusan IPDN.

Kalau kita menelusuri Google dan search IPDN, baca blog-blog yang relevan, berita media massa, dan ragam lain : Anda pasti akan merasa ngeri, luar biasa-luar biasa binal, kacau, busuk, jahat, ancur-ancuran. Inilah lembaga pendidikan calon birokrat yang kasusnya luar biasa gila, edan-edanan.

Alasan pembelaan dalam konprensi pers di TV tadi pagi (kalau nggak salah di Trans TV) oleh sejumlah praja, benar-benar potret kemunafikan. Satu alasan dikemukakan oleh Praja itu, bahwa itu disesalkan, itu sembunyi-sembunyi, itu kegiatan ilegal. Astagfirullah, sudah begitu rusaknya rupanya IPDN ini. Apa mereka buta tuli, penyiksaan di lapangan yang dishoot SCTV dan ada di beberapa blog?. Apa mereka tidak bisa baca tulis, kenapa salah seorang pengajarnya malah dikenai sanksi karena berani terbuka?.

Inikah calon pemimpin bangsa ini. Celakalah sungguh bangsa ini. Rektor IPDN dan seluruh antek-anteknya yang berusaha menyembunyikan, berdalih, berdalil, tidak akan lagi malu untuk membenarkan tindakannya dan pura-pura menyesalkannya.

Di antara keseluruhan peristiwa ini, yang paling saya sesalkan adalah pernyataan pembekuan satu tahun IPDN dan tidak diusut tuntas setiap kematian dan penganiayaan yang terjadi. Artinya cuma satu :

Mendagri Ad Interim Widodo A.S dan Presiden SBY setengah hati menyelesaikan permasalahan yang paling urgent untuk bangsa ini : Mendapatkan calon pemimpin yang jujur, beretika, dan tidak berotak kerbau.

(Duh maaf ya Bau, kamu saya ejek).

Kematian bukan perdata. Namun, tanpa kesungguhan pemimpin, maka hukum selalu jalan di tempat, dan ini ditunjukkan dengan halus oleh pemimpin tertinggi negeri ini.
Nangis rasanya. Cliff, semoga Allah memberimu tempat yang baik dan kematianmu adalah batu loncatan untuk perbaikan bangsamu…. Amin.

(ditulis dengan sedih dan marah – agor)

10 Tanggapan to “Lembaga Pendidikan Calon Perusak Bangsa Indonesia?”

  1. Mudah lupa, meremehkan nyawa manusia, mementingkan citra dan selalu terpengaruh media, itu adalah penyakit kita pak…

    Kalo masih terus seperti itu, seribu kematian tidak akan pernah membawa perbaikan…

    Naudzubillahi Min Zalik….

    @
    Satu kematian tanpa hak, sama dengan membunuh seluruh isi dunia. Kalau nggak salah ada hadis yang menyampaikan ini, tapi saya lupa.

    Suka

  2. peyek said

    weleh seperti apa jadinya negeri ini kalo mesin pencetaknya aja kayak gitu, bubarkan aja IPDN, ganti pabrik tahu murah lebih berguna bagi rakyat.

    kemarin ada klausul, “membunuh tikus nggak perlu bakar lumbung” lha kalo lumbungnya sudah bobrok penuh tikus dari pada isi, apa nggak lebih baik dibakar biar nggak menjadi sarang tikus.

    @
    Kalau lumbung tikus itu dibakar, jelas biayanya lebih murah dari pada kita bakal mendapatkan pemimpin yang sulit dibedakan dengan penjahat.
    Usul membubarkan IPDN juga adalah hal yang benar dan sesuai dengan UU Sisdiknas. Jadi memang, tidak layak negeri ini punya sekolah (baca kader) untuk semakin membusukkan negeri ini. Kematian Cliff hanya satu dari sejumlah premanisme pendidikan yang dibayar langsung oleh uang rakyat.

    Suka

  3. MasIndra said

    Kasihan sekali apabila satu tangan lumpuh, nyawa harus dilenyapkan. Saya kira kita harus bersikap arif, jangan terbawa emosi…bagaimana nasib praja-praja yang tidak ikut dalam penganiayaan itu, bagaimana nasib dosen-dosen yang tidak setuju tapi memilih bungkam atas penganiayaan itu.

    Bungkam bukan berarti membiarkan atau setuju, bungkam adalah akibat dari ketidakberdayaan…mari kita merdekakan mereka dari ketidakberdayaan, bukan memotong “kaki” mereka.

    @
    Ketika tadi pagi dilakukan “Press Confrence” di Trans TV oleh praja senior dari Preman IPDN, biaya puluhan milyar yang dikeluarkan negara dari pajak rakyat, video kebrutalan senior, dosen yang dinonaktifkan, berbagai blog memberikan penjelasan lebih banyak apa yang sesungguhnya terjadi, kematian demi kematian dan mereka adalah calon camat, yang mengurus negara, maka sungguh fatalis bangsa ini mempertahankan sekolah ini.
    Tidak cukupkah 37 kematian dan kebobrokan calon pengurus negara ini. Berapa banyak kematian yang terjadi dan tidak diungkapkan. Rektornya hanya bilang TIGA. Seniornya bilang ini tindakan illegal dan tersembunyi. Walah… kejahatan yang disiarkan Metro TV saja, memukul ke ulu hati, menendang sampai yunior terjatuh, terpelanting, mengaduh, terjerembab. Sungguh Pemerintah sangat zalim membiarkan sekolah ini tetap ada.
    Press Confrence itu membuktikan kepada khalayak, kepada masyarakat, kepada pembayar pajak
    bahwa mereka sama sekali tidak memiliki kesadaran dan hati nurani yang cukup untuk menjadi calon-calon pemimpin masyarakat.. Mereka bangga betul dengan kebohongannya. Sangat dirasakan ketika press confrence di-shoot. Absurd dan jahat. Saya langsung berpikir, IPDN tidak punya harapan apa-apa lagi bagi bangsa ini. Totally wrong, harus diamputasi, sistem dan manusianya dan seluruh jajaran pengurusnya. Terutama pengurusnya. Praja senior bisa jadi preman karena dilegalkan oleh birokrasinya dan rakyat harus membayar mereka, memberikan uang saku, menyediakan gedungnya, membayar makannya. Zalim. Zalim sekali.
    Sengaja saya masukkan dalam tag halaman depan, agar masyarakat bisa lebih banyak mengetahui, apa yang pernah terjadi di IPDN. Saya sangat tidak puas dengan keputusan Bapak Yang Mulia Presiden SBY pada kasus ini. Coba kalau beliau bisa membayangkan yang mati itu adalah anaknya, begitu juga Pak Menterinya, apakah tindakannya akan sama. Mana pengadilan HAM, kenapa Rektornya tidak ditindak berikut jajarannya. Akan diusut-akan diusut-akan diusut. Berapa kematian sejak 1990, apakah itu belum cukup?, berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembunuhan karakter ini?. Andaikan mereka bukan calon pengurus negara, barangkali kita tidak sesakit ini.
    Cliff dan almarhum yang lain bukan saudara atau kadang sendiri. Tapi ketakberdayaan, ketakrelaan atas kejadian ini benar-benar menyakitkan.

    Sampai sekarang Rektornya hanya dipanggil, diperiksa, dibekukan satu tahun dengan alasan dihalus-haluskan. Apakah itu bisa menggantikan rasa keadilan di masyarakat?, apakah itu bisa menggantikan 37 praja yang meninggal tak berdaya, belum lagi yang menderita sakit tapi tidak mati.
    Belum lagi beragam kasus asusila yang terjadi. Coba klik, cari di gugel dengan kata : aborsi IPDN. Astagfirullah, ini benar-benar sarang penjahat.
    Sarang penjahat untuk memimpin negeri yang korupnya sudah kebangetan. Yang nuraninya sudah begitu tipis.

    Yang memilih bungkam, karena tak berdaya!?. Apakah betul pilihan seorang intelektual dalam menghadapi kemerosotan nilai-nilai bangsanya. Ini adalah penghianatan kaum intelektual terhadap bangsanya sendiri.

    Saya hanya bisa membawa emosi ini dengan kata-kata, saya marah. Sungguh !, kami ini sudah bosan dengan warna coreng moreng muka bangsa ini. Salah satu sumber penyakitnya adalah IPDN. Jadi, semoga IPDN ditutup, minimum untuk masa 4 tahun, seluruh pengurusnya diajukan ke pengadilan. Tidak boleh ada sama sekali dosen/pembimbing/rektor dan konco-konconya yang dipertahankan. Kalau ada dosen etika, dosennya harus diganti, kalau ada dosen pemerintahan, dosennya harus diganti. Pokoknya semua harus diganti.
    Ingin dipertahankan.

    Uji dan proper test oleh lembaga yang teruji.

    Tanpa itu, kita hanya terkejut sesaat kemudian biasa lagi. Semoga pemimpin tertinggi di negeri ini bisa bersikap tegas dan menyejukkan hati rakyat yang terluka……

    Suka

  4. antobilang said

    saya pikir semua orang pasti punya sudut pandang masing2 dalam menyikapi suatu hal.
    kesadaran bahwa IPDN dan sekolah2 sejenis itu adalah bejat sebenarnya ada didalam hati kita. tinggal seberapa kuat dorongan untuk menolak kekerasan itu yang membedakan satu manusia dengan manusia yang lain. saya pikir ketika membaca di sebuah account friendster dari blog luthfi tentang alumni2 IPDN, mereka seperti sangat bangga dengan almamaternya. salah? oh tentu saja tidak, namun sebagai manusia kita bisa mencari solusi paling baik.bubarkan IPDN dan jangan memberi lagi kesempatan bagi kekerasan untuk menghirup udara bebas di bumi Indonesia.
    Dan satu lagi mendidik calon pejabat ngga harus dari sekolah macam itu? bukannya justru menghasilkan produk2 kaku? yang tidak flexibel?
    mengenai bagaimana nasib yang lain, ya solusinya sisa angkatan dihabiskan (tentunya disisipi dengan rehabilitasi-biar tidak memunculkan monster2 baru).

    @
    Memang Mas Anto, harus diamputasi… sungguh sekolah bobrok, lulusannya sudah tentu bangga. Mereka telah berhasil selamat dan menjadi pemenang, tinggal bagaimana mereka “menyiksa” rakyat yang tak kuasa memiliki pemimpin kelas biadab (dan pasti mereka tidak merasa biadab), karena hati mereka telah tertutup dan keras.
    Tidak semuanya?, jangan pukul rata.?
    Tolong tanyakan pada 37 keluarga almarhum, tolong tanyakan kepada pembayar pajak, tolong tanyakan hal ini ke keluarga Cliff. Tolong tanyakan kepada Anda sendiri, seandainya Anda menjadi salah satu dari keluarga korban.

    Suka

  5. deking said

    Saya kadang mikir..jangan2 penyelenggaraan pendidikan seperti itu adalah suatu upaya doktrinasi “paham2” tertentu. Para praja dicekoki berbagai macam doktrin sesat berkaitan dengan upaya konservasi kebobrokan suatu paham dan dinasti sesat
    Sekarang dimanakah posisi berbagai macam FISIP PTN maupun PTS beserta lulusannya? Kenapa tidak mengoptimalkan lulusan FISIP tsb (tentu dengan peningkatan mutu terlebih dahulu).

    @
    Banyak pilihan, tapi yang jelas 1 nyawa lebih berharga dari seluruh gedung IPDN. Kalau IPDN dibubarkan dan seluruh arogansi kekuasaan dan kebrutalan dimusnahkan sama sekali. Kita akan dapatkan kampus yang santun dan beretika. Manusia-manusia dalam sistem itu harus total diganti. Adalah omong kosong semua janji. Kalau masih percaya sama janji dan perbaikan, namanya pemerintah yang ZALIM DAN BODOH. (jahil).

    Biaya perbaikan manusia yang sudah cacat dan tidak bermoral jauh lebih mahal. Secara teknis ini sia-sia, dan sudah dibuktikan sia-sia selama bertahun-tahun. Jadi plis deh, tanya konsultan manajemen dan ahli psikologi, mana yang lebih murah biayanya untuk masa depan bangsa. Serahkan saja ke UNPAD di Jatinangor juga atau yang lain. Negara jangan mencetak penjahat yang dilegalkan.

    Suka

  6. Saya kira, Tim Investigasi Departemen Dalam Negeri pun seharusnya diadili karena mereka telah membungkam siapa pun di IPDN yang ingin menyuarakan kekerasan yang terjadi di IPDN. Lihat Pak Inu Kencana setelah diperikasa oleh Tim Investigasi Departemen Dalam Negeri, dia jadi kelihatan bodoh, dan bungkam. Satu lagi dosen yang cukup kritis (namanya saya lupa) secara terang-terangan mengatakan dia diminta untuk tidak bicara lagi.

    Gerakan Tutup Mulut yang dilakukan oleh seluruh jajaran IPDN, mulai dari rektor, dosen, seluruh praja dan karyawan merupakan AIB yang sangat besar. Buat apa kita habiskan banyak uang rakyat untuk mereka yang tidak mau menyuarakan kebenaran. Buat apa kita habiskan uang rakyat hanya untuk mendidik orang-orang yang kerjanya MEMBOHONGI kita?

    Pecat saja semuanya. Kita tidak butuh PNS-PNS yang bermental seperti itu. Penyiksa, ahli zina, pembohong.

    Karena IPDN secara kolektif melakukan GTM, pecat semua yang ada di sana. Saya sungguh sudah sangat muak.

    @
    Mereka GTM, kan kita yang membayar mereka untuk GTM. Wajarlah Mas, namanya juga pelaku pidana. Tim Investivigasi juga harus diteliti, jangan-jangan rekan sendiri. Peluang menyembunyikan fakta akan terus dilakukan

    Suka

  7. […] hampir semua link yg aku klik pasti berhubungan dg postingan yg ber-bau IPDN… kang kombor, pa agor, bu Evy, mas Anto., calupict, .. dan banyak lagi […]

    Suka

  8. […] kalau saja semua sifat dan sikap senior seperti Bang Asep, mungkin pelajar IPDN tidak perlu mampus. Kalau saja para senior almarhum Cliff memiliki kesadaran seperti Bang Asep, […]

    Suka

  9. @k@ng said

    anda sebagai orang yang berkeinginan negara ini maju sebaiknya jangan hanya menghujat…di dalam sebuah masyarakat tidak semuanya memiliki mental dan perilaku yang baik,tetapi paling tidak ada beberapa oknum yang memiliki keanehan,atau dg kata lain “NYELENEH”trus,jika oknum tersebut berperilaku yang gak benar,pasti rakyat disekitarnya gak mau dibilang sama kaya’ oknum tsb to?lah,kejadian tsb mirip yng dialami para praja jadi jangn salahkan mereka. Sedangkan bagaimana dg UGM yng disebut 99% tidak perawan lagi,coba anda pikir hal tsb???

    @
    Lalu siapa yang harus diperbaiki, jika kesalahan tidak bisa dievaluasi, dipelajari, dan layaknya negara hukum, yang bersalah dikenai hukuman. Resiko kematian praja adalah resiko mereka sendiri?. Bagaimana keterlibatan mekanisme internal terhadap penganiayaan, somasi untuk Inul, kematian 35 Praja. Apakah itu tidak menggetarkan hati nurani Anda? Ataukah ini semua kebohongan… karena sesungguhnya IPDN adalah produk manusia-manusia yang shaleh, pemimpin yang hanya berpikir pada yang dinaunginya, yang dan sebagainya. Apakah Anda tidak ikut prihatin… Semoga prihatin yang mendalam dan perbaikan dilakukan. Tanpa kesungguhan, kejadian akan berulang dan berulang kembali. Bahkan sampai sekarang, Rektor barupun, tidak berani menjanjikan …. Duh… melasnya orang tua yang kehilangan anaknya karena cita-cita jadi priyayi agung….

    Suka

  10. […] kalau saja semua sifat dan sikap senior seperti Bang Asep, mungkin pelajar IPDN tidak perlu mampus. Kalau saja para senior almarhum Cliff memiliki kesadaran seperti Bang Asep, […]

    Suka

Tinggalkan komentar