Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Adakah Alam Semesta Paralel?

Posted by agorsiloku pada November 12, 2010

Saya tidak begitu paham apa yang dimaksud alam semesta paralel.  Bahwa ada dunia lain yang mengikuti sistem alam fisis kita, ya saya percaya 100%.  Tidak jauh-jauh, alam semesta itu ada juga di sekitar kita juga.  Namun, kita pengetahuan tidak (atau belum bisa) mendeteksinya.  Gampangnya, itu alam jin yang hadir di sekitar kita, tingal juga berdekatan dengan kita.  Ummat Islam, teoritis  mudah mempercayai adanya alam di luar alam fisis yang kita kenali.  Selain alam jin, masih ada juga alam-alam lain yang tidak kalah dekatnya pula (wallahu’alam).  Misalnya alam kubur !.  Apakah alam paralel itu alam kembaran kita ?

Maksud alam kembaran adalah ada alam yang kita hidup dan di sana juga kita hidup dengan gaya dan cara yang berbeda.  Seperti film matrix gitu, seperti film yang dibintangi oleh Keanu Reeves.  Di dunia realita maya, ada agor yang sok tahu, di dunia paralel adalah rajanya maling? 😀

Repot, alam semesta yang sekarang kita huni, masih bisa dipahami sebagai hologram yang saling jalin menjalin.  Dunia sufi lebih mudah memahaminya.  Dipahamkan sebagai : kehidupan dunia ini sesungguhnya main-main dan senda gurau belaka.  Dibandingkan dengan kampung akhirat tentunya. QS 6:32 mengisyaratkan hal ini.

Namun, memahamkan bahwa ada dunia paralel yang persis sebagai kembaran kita dengan gaya hidup yang berbeda agak menyimpang dari pemahaman hukum-hukum agama tentang kehidupan, tentang amal, tentang dosa, tentang ruh, dan lain-lainnya.  Mengapa?.

Ya sulitlah membayangkan orang yang sama, di dunia fisis menjadi ustad dan di dunia paralelnya sebagai maling atau teroris yang lagi diburu-buru pemerintah sejagad?.  Bagaimana agama menjelaskan kedua aturan tentang pahala dan dosa dalam dunia serba paralel…  😀

Namun, lepas dari ada atau tidaknya, jelas fisikawan dengan pengetahuannya sudah mulai menengok adanya alam lain yang bisa dipahami oleh ilmu pengetahuan.  Ada aspek-aspek bahwa memang merumuskan alam semesta fisis dan mengindikasikan adanya alam-alam lain yang telah dikenali sebelumnya.  Kita yang awam harap-harap cemas, adakah teori baru yang muncul yang mengajak kita untuk lebih banyak mengerti karya cipta Sang Maha Pencipta.   Bukan hanya melalui aturan-aturan yang mewajibkan kita mengimani saja, tapi juga memahamkan atas dasar anugrah (atau ujian) besar dari Allah : akal dan kebodohan manusia.  Selama periode kebudayaan, para saintis mencari hakikat kehidupan melalui sejumlah penemuan dan pembuktian, sedangkan para alim ulama dan sufi “sudah” duduk manis di ujung horizon peristiwa, namun juga dengan penjelasan (takwil) yang kadang membuat kening berkerut…..

36 Tanggapan to “Adakah Alam Semesta Paralel?”

  1. rubon said

    Penjelasan sufistik dengan sains ibarat pendekatan secara konseptual dengan kata lain sufism cenderung menggunakan konsep terbuka yang semua konotasinya tidak dapat tepat ditentukan melainkan hanya pendekatan, sebaliknya saintis rata-rata menganut konsep tetutup.

    Suka

    • agorsiloku said

      ya… kurang lebih begitu… sampai saintis juga mulai menengok bahasanya kaum sufi, karena memang ilmu pengetahuan, pada akhirnya mencari jawaban hal-hal yang dipahami oleh para pemeluk agama jua….

      Suka

  2. Bois said

    Assalamu’alaikum… Mas Agor

    “Namun, memahamkan bahwa ada dunia paralel yang persis sebagai kembaran kita dengan gaya hidup yang berbeda agak menyimpang dari pemahaman hukum-hukum agama tentang kehidupan, tentang amal, tentang dosa, tentang ruh, dan lain-lainnya. Mengapa?.

    Ya sulitlah membayangkan orang yang sama, di dunia fisis menjadi ustad dan di dunia paralelnya sebagai maling atau teroris yang lagi diburu-buru pemerintah sejagad?. Bagaimana agama menjelaskan kedua aturan tentang pahala dan dosa dalam dunia serba paralel…”

    Gini aja Mas, bagaimana jika ada manusia yang dikloning di dunia yang sama (menjadi tiga misalnya), apakah ketiganya akan mendapat nilai yang sama? Jawabnya tentu saja tidak, nilai ketiganya tentu dipengaruhi oleh hasil pilihan takdir yang dipilihnya sendiri maupun oleh orang lain. Begitu pun dengan Dunia Parallel, jika kita melihatnya dari sudut pandang yang demikian tentu tidaklah membingungkan.

    Mengenai ada tidaknya Alam Semesta Paralel Wallahu’alam…

    Wassalamu’alaikum… Mas Agor

    Suka

    • agorsiloku said

      kloning dan paralel sepertinya dua “persoalan” yang berbeda….
      Tapi… he…he…he… jangan-jangan kita sekarang yang berada di paralel kita yang lain…. 😀

      Suka

      • Bois said

        Kalau di cerpen saya (Seri Kisah Dunia Paralel), kita berada di Dunia 09 😀

        http://bangbois.blogspot.com/2010/02/origami-poligami.html

        Saya pernah baca kalau setiap kali kita melaksanakan suatu pilihan maka Dunia Paralel yang lainkan akan terbentuk (Ter-kloning).

        Misalnya, seorang yang melempar sebuah dadu, dan yang muncul adalah angka 5. Tentu saja itu hal biasa. Di sinilah letak pengertian dunia paralel. Saat orang itu melempar dadu, sebetulnya orang itu memiliki 6 kemungkinan munculnya mata dadu, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Nah, dunia kita adalah dunia di mana kemungkinan yang ada muncul seperti yang kita saksikan, yaitu ketika angka 5 muncul. Sedangkan ketika itu, muncul juga 5 Dunia Paralel di mana seharusnya mata dadu 1, 2, 3, 4, dan 6 yang muncul. Jadi, intinya adalah Dunia Paralel itu dunia yang terbentuk saat sebuah kemungkinan tidak terlaksana dalam dunia kita.

        Coba Mas Agor pikirkan, berapa banyak Dunia Paralel yang sudah terbentuk sekarang ini. 😀

        Terus terang, kalau saya malas untuk memikirkannya ~$&^*&%# , lebih asyik menulis cerita fiksi soal Dunia Paralel.

        Suka

      • agorsiloku said

        Wah.. ha…ha… saya suka dua-duanya tuh Bang.. 😀
        Wah contoh dadu itu asyik ya, tapi dulu saya suka main catur.. sekalian bareng sama main halma… Entah berapa kombinasi kemungkinannya hadir di dunia paralel. Terus berhenti kalau ada acara tv yang menarik atau lagu yang menarik…. dengan kombinasi kemungkinan itu.. maka dunia paralel menjadi untuk satu orang saja menjadi tak berhingga…. 😀

        Suka

      • Bois said

        Dengan demikian alur takdir yang telah Allah ciptakan tidak menjadi sia-sia, semua kondisi tereksekusi sebagaimana mestinya. Den hasil akhirnya dari semua pilihan/kemungkinan yang Allah ciptakan itu tentu sudah bisa diketahui hasil akhirnya.

        Bagi saya, teori ini adalah skenario Allah guna memberi pemahaman kepada manusia mengenai bagaimana mengetahui hasil akhir dari sekian banyak pilihan/kemungkinan yang telah Allah ciptakan.

        Suka

      • agorsiloku said

        Bang Bois… kalau soalnya ke : “Dengan demikian alur takdir yang telah Allah ciptakan tidak menjadi sia-sia, semua kondisi tereksekusi sebagaimana mestinya.”.
        hik.. rasanya kita yakini saja qadla dan qadar, terntentu waktu dan ukurannya, tertentu potensinya. Einstein katakan : “Tuhan tidak bermain dadu”.

        Kita tentu sepakat, ruang, waktu, energi, dan materi sebagai bahan pokok alam fisis (atau alam lain dengan komposisi yang wallahu’alam). Kalau materi yang terdiri dari sub-sub atomik itu berada pada alam ini dan alam paralel secara bersamaan dan kita bisa mengukur momentum dan keberadaannya pada saat yang sama, maka Oom Heisenberg, bisa jadi keluar dari kubur dan meralat teorinya menjadi kepastian Heisenberg.

        Kita memang bisa memastikan permainan dadu yang mungkin keluar 1, 2, 3.. 6 tapi tidak bisa jika kita melempar banyak dadu. Lalu, dadu nomor mana yang akan keluar dari ribuan dadu yang kita lempar ?. Bisa pusing 7,2 keliling memikirkan mana yang akan keluar….

        Namun, teori kuantum memang mengajak pemahaman pula bahwa, ada semesta lain, di luar semesta yang kita kenali.

        Kembali ke soal alur takdir, dadu, dan qadha dan qadar dalam AQ, yang agor pahami, adalah ukuran-ukuran yang sudah ditentukan, termasuk rejeki untuk hamba-hambaNya. Alur takdir adalah sebuah pilihan yang diambil dan “jika diambil akan..” seperti pada kisah Nabi Khidir.

        Contoh sederhana, saya melempar bola ke atas, dan tentunya akan jatuh ke bawah. Saya bisa merumuskan bola jatuh lagi ke bawah. Tapi saya juga bisa menangkap bola ketika sampai di atas sehingga tidak jatuh ke bawah. Allah dapat memotong “kejadian yang akan terjadi” melalui perbuatan Nabi Khidir. Tentu saja contoh ini bola ini sangat disederhanakan. Namun, logikanya menjelaskan perumusan kejadian di masa depan dengan ilmu Allah adalah juga sebuah kepastian (kecuali Dia menghendaki lain).

        Do’a dan sedekah juga diisyaratkan dapat mengubah alur takdir. Allah senantiasa dalam “kesibukan” seperti yang diisyaratkan pada QS 55:29.

        Dengan kata lain, Allah tentu saja tidak menggunakan ilmu statistik. Statistik kejadian hanya hadir sebagai ilmu manusia untuk melakukan dugaan sistematis pada kejadian.

        Singkatnya, dalam pemahaman sampai saat ini, baru sampai pada pengertian, alam semesta paralel adalah fiksi yang diilmiahkan dan tidak sesuai dengan term keagamaan.
        Namun, sebagai cerita fiksi, tentu saja kita asyik di Dunia 101 dan belajar Pemerintahan Islami… 😀
        Wass, agor.

        Suka

      • Bois said

        “Dengan demikian alur takdir yang telah Allah ciptakan tidak menjadi sia-sia, semua kondisi tereksekusi sebagaimana mestinya.”.
        hik.. rasanya kita yakini saja qadla dan qadar, terntentu waktu dan ukurannya, tertentu potensinya. Einstein katakan : “Tuhan tidak bermain dadu”.
        ================================================

        Tampak Mas Agor tidak memahami apa yang saya maksudkan, namun saya juga bingung bagaimana cara menjelaskannya. 😀

        ================================================
        Singkatnya, dalam pemahaman sampai saat ini, baru sampai pada pengertian, alam semesta paralel adalah fiksi yang diilmiahkan dan tidak sesuai dengan term keagamaan.
        =================================================

        Iya Mas Agor, saya sependapat. Bagi saya, teori ini adalah skenario Allah guna memberi pemahaman kepada manusia mengenai bagaimana mengetahui hasil akhir dari sekian banyak pilihan/kemungkinan yang telah Allah ciptakan. Maka dengan demikian, saya tidak menganggap Dunia Paralel benar-benar ada, sekenario yang saya fahami untuk saat ini hanyalah sebatas “skenario teori”. Bukankah Allah juga yang telah menciptakan skenario teori itu? Namun yang belum saya fahami adalah, untuk apa Allah menciptakan skenario teori itu? Hanya sebagai ujian akan keimanan kita pada Alquran saja atau sebuah clue dari sebuah rahasia. 😀

        Suka

      • agorsiloku said

        Iya Bang Bang Bois, skenario teori itu adalah bagian dari jejak langkah mendapatkan kesimpulan dari perjalanan berpikir manusia mencari kebenaran. Seperti juga perjalanan Nabi Ibrahim ketika mencari Tuhannya, melihat matahari….
        Suatu kali, melalui sains, kita bertemu dengan profesor ustad sekaligus… tampaknya di akhir abad ini, kita melihat dan merasakan tidak sedikit yang demikian…. 😀

        Suka

    • MUXLIMO said

      salaam.. ^_^
      hehehe seru nih Kang Agor sama Bang Bois.. intinya saya juga setuju sama Anda berdua.
      Dunia Paralel memang tidak ada. yang ada hanya dimensi yang paralel. Alam manusia, jin, malaikat, surga, neraka, masing2 berada di dimensinya masing2, tetapi semuanya ada di sini-sini juga; beserta Allah: ESA. ^_^

      Suka

  3. Olads said

    Ya benar Mas Agor,….
    Alam ini terdiri dalam satu tempat/media, namun berbeda dimensi. Seperti halnya yang terdapat pada diri kita dua alam kehidupan yg berbeda, alam jasmani dalam wadag kasar, dan alam ruhani yang menjadiklan kita bisa bergerak/hidup, Ruhani/jiwa dibalik jasad kita. Atau diumpamakan alat komunikasi dengan media kabel yang terlihat, dan non kabel(frekuensi)yang tak terlihat, dibuktikan dalam teknologi bahwa di lapisan udara ini terdapat non materi yang halus tak tampak mata dan bahkan tak terasa oleh kesadaran, dalam berbagai dimensi yang sangat beragam. Seperti halnya oksigen, hidrogen, ether, dll, juga media perambat frekuensi dari berbagai kecepatan cahaya,misalkan kecepatan radio komunikasi pada range SW(short wave), MW(Medium Wafe),FM(Frekuensi Modulasi), dan High Frekwensi dengan radiasi yang sangat berbahaya bagi fisik, atau seperti rambatan arus listrik pada kabel PLN dalam satu media, bisa pula dg teknologi bahwa jaringan PLN dalam Frekensi 50/60 Hertz arus listrik, dugunakan pula sebagai alat komunikasi dg freq yang berbeda.

    Bila kita renungkan pada lapisan udara yang kosong melompong ini, terdapat berbagai rambatan yang bersliweran frequensi-2 yang beragam dimensi nya dalam dunia teknologi manusia, belum lagi pancaran frequensi otak manusia yang sulit terukur memancar menembus ke segala arah yang jauh tak bertepi dalam daya fikir imajinasinya tak terhalangi oleh ruang dan waktu, demikian pula frequensi pancaran keimanan pada hati/qolbu manusia hingga kepada orbit Tuhan Nya, yang menurut penelitian bahwa kekuatan pancaran hati ribuan kali dari otak yang berfikir. Sehingga kecepatan dan ketinggian frekuensi Qolbu dapat melampaui dimensi alam-alam non materi yang akan tampak pada pandangan mata hati nya. Baik itu alam Jin(tersembunyi), alam malaikat/malakut( Makhluq yang patuh thd Tuhan), maupun syetan(yang menjauhi kebenaran), atau Frequnsi Ilahi, yang tak terbayangkan seperti apa, yang telah menghancurkan Bukit Thursina pada zaman Nabi Musa as.

    Semua frequensi makhluq Tuhan berlalu lalang di udara yang tampak kosong, dalam ribuah jutaan bahkan milyaran dalam berbagai dimensi yang berbeda, tidak bercampur tidak tabrakan, dan masing-masing punya jalan sendiri-2, seperti arus kendaraan di jalan raya yang padat dengan berbagai kepentingan dan tujuan, namun sangat kecil dan tak ber arti dibanding alam raya ciptaan Tuhan yang tak mampu dicapai oleh aqal fikiran, kecuali kita merasa pasrah atas Kebesaran dan Keagungan Allah.

    Suka

  4. Filar Biru said

    @mas Agor di tungguh pencerahan di blogku tentang permaalahan ini, undangan resmi keknya neh:

    PANDANGAN EXMUSLIM TERHADAP RASULULLAH SAW

    di tunggu koreksinya atas jawaban saya

    Suka

  5. Andika said

    Alam semesta paralel semacam kan kalau berdasarkan interpretasi banyak-dunia dari mekanika quantum. Pandangan ini menurut saya menyalahi Al-Quran, karena dalam Al-Quran terdapat ramalan kejadian yang (saat diturunkan) belum terjadi.

    Contohnya Al-Quran kan meramalkan Byzantium akan menang melawan persia (Ar-Rum 30). 9 tahun ramalan ini terbukti.

    Nah, kalau dengan pemahaman Alam semesta paralel, berarti ada alam semesta dimana Byzantium tidak pernah menang. Berarti di alam semesta ini ayat dalam Al-Quran ini bohong dan salah ->(tidak mungkin dong, kan dari tuhan). maka alam semesta paralel tidak ada.

    interpretasi mekanika quantum yang lebih umum itu interpretasi kopenhagen, mending pake yang itu saja..

    Suka

    • agorsiloku said

      Oom Andika, terimakasih untuk catatannya. Interpretasi Kopenhagen?… bisa uraikan lebih jelas… ada yang menarik di situ?.
      Wassalam, agor…

      Suka

    • Bois said

      Assalamu’alaikum… Mas Andika

      ================================
      Contohnya Al-Quran kan meramalkan Byzantium akan menang melawan persia (Ar-Rum 30). 9 tahun ramalan ini terbukti.

      Nah, kalau dengan pemahaman Alam semesta paralel, berarti ada alam semesta dimana Byzantium tidak pernah menang. Berarti di alam semesta ini ayat dalam Al-Quran ini bohong dan salah ->(tidak mungkin dong, kan dari tuhan). maka alam semesta paralel tidak ada.
      ================================

      “berarti ada alam semesta dimana Byzantium tidak pernah menang”

      Betul sekali. Dengan demikian tentu ramalan Alquran di dunia tersebut adalah bohong. Kemudian berjalanlah skenario baru yang mengikuti kondisi tersebut, yaitu dengan hadirnya agama yang baru pula, dan agama baru itu mengabarkan kalau Alquran sudah tidak asli lagi lantaran telah diubah oleh para sahabat Rasulullah.

      Namun anda tidak perlu khawatir, Alquran di dunia kita tetap terjaga kemurniaannya (jadi tidak mungkin bohong). Kenapa hal itu bisa terjadi? Jawabnya karena Allah tidak menciptakan kondisi terjadinya perubahan itu di dunia kita. Intinya adalah, Alquran mustahil bisa diubah oleh manusia di dunia kita lantaran tidak adanya kondisi untuk terjadinya perubahan itu. 😀

      Bagaimana kalau kita berfantasi sejenak ke dunia 100, dimana Islam bukanlah rahmat untuk semesta alam.

      http://bangbois.blogspot.com/2010/02/valentine-di-dunia-100_23.html

      Sesuai pesan Mas Agor : “Singkatnya, dalam pemahaman sampai saat ini, baru sampai pada pengertian, alam semesta paralel adalah fiksi yang diilmiahkan dan tidak sesuai dengan term keagamaan.”

      Jadi, teori mengenai Dunia Parallel ini bukan untuk diimani di dunia kita, namun hanya sebatas fantasi untuk menggali potensi yang tersembunyi “Skenario teori”, atau sebagai media untuk berfantasi guna menggali rahasia yang tersembunyi. 😀

      Wassalamu’alaikum… Mas Andika

      Suka

  6. Usup Supriyadi said

    salam

    dengan apa mengenal ALLAH? melalui nalar ilmiah atau melalui pengalaman amaliyah?

    salam cinta

    salam kasih

    ambillah segera sloki-sloki itu… cinta-Nya akan segera dituangkan…

    😆 😀 😆 😀

    Suka

    • agorsiloku said

      QS 6:76 menjelaskan Nabi Ibrahim menarik kesimpulan bahwa bintang itu bukan tuhan, “saya tidak suka yang tenggelam”. Ini mengindikasikan peranan akal dalam melakukan kontempelasi. Manusia mencari siapa Tuhannya dan Tuhan Memperkenalkan diriNya, Allah mengirimkan sinyal-sinyalnya, dengan cinta dan peringatan. Nalar yang utama untuk mengenalNya. Tanpa akal, tidak ada agama, tidak ada tuhan. 😀

      Suka

  7. @Kang Agorsiloku
    Bijimana, sudah ada bayangan tentang Arasy (Arsy) ?!

    Suka

    • agorsiloku said

      @Kang Haniifa, saya harus katakan bahwa saya tidak atau belum memiliki gambaran/pemahaman yang saya anggap cukup untuk memahami arasy (arsy, orang kita kan lebih suka nulisnya arsy, spt terj. depag, namun sama saja dgn bhs arabnya :D) . Sy mau sepaham bahwa Arsy itu adalah kekuasaan, artinya bukan mahluk yang diciptakan, namun sebagai penegasan dari “lingkup kekuasaan”. Namun, tak sepenuhnya agor dapat menerima pemahaman ini. Memahami sebagai arsy sebagai “sesuatu” ciptaan, juga rasanya lebih tidak match juga, pada beberapa sudut pandang. Agor merasa ada unsur yang memungkinkan kedua pandangan itu punya alasan yang bisa dipahamkan akal. Sebelum sampai ke titik pemahaman ini, saya masih berkutat dengan “ketidakpahaman” sebelumnya, yaitu :
      QS 70:4 Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.
      QS 32:5 Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
      Ayat QS 70:4 Subjek malaikat “naik” (“menghadap”) kepada Tuhan…. saya memahami ini dengan pemahaman yang diciptakan menemui yang Menciptakan dengan kadar tertentu.
      Ayat QS 32:5 “Urusan” itu naik kepadaNya … Apa itu itu urusan?. Mengapa urusan berjarak dengan kadar tertentu.
      (persoalan bukan angka 50 ribu tahun dan 1000 tahun yang bisa dibahas terpisah. Urusan kemudian diterjemahkan ke alam fisika sebagai hitungan kecepatan cahaya). Cahaya adalah “objek” yang diciptakan. Hanya di sini objeknya adalah “urusan”, bukan mahluk berbahan dasar cahaya (malaikat). Namun, pada saat yang sama urusan itu juga seperti sebuah subjek yang berjarak dan memiliki kadar tertentu.
      Lalu apa hubungannya ini dengan pemahaman Arsy?. Di sinilah titik berpikirnya. Kekuasaan juga adalah subjek yang melaksanakan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Energi gerak adalah juga subjek yang menimbulkan dari sebuah perangkat. Bensin menggerakan piston, menimbulkan medan magnet, dst sehingga perangkat yang disebut mobil bekerja. Ini contoh sederhananya. Arsy Allah yang agung dan besar itu menjadi sarana pengendali untuk semua alam semesta yang diciptakanNya, yang dipikulkan dan dikelilingi Malaikat yang bertasbih (manut) kepada Allah.

      Kang Haniifa, saya merasa masih membutuhkan penjelasan yang lebih sederhana dari uraian di atas. Setidaknya dari akang yang “bersemayam” di “alam” blog agor… 😀
      Jadi, maksud agor, saya sependapat dengan penjelasan akang, dan sekaligus juga tidak sependapat….

      Kira-kira itu persoalannya….
      Salam dan selamat melaksanakan kurban. Semoga keikhlasan kita dapat memahami bagaimana Nabi Ismail bersedia dengan penuh kesadaran untuk disembelih ayahnya karena memahami dengan akalnya perintah dari Allah.

      Wassalam, agor

      Suka

      • 😀 hihihi…
        Coba akang “bersemayam” pada kata ‘alaa (‘ain-lam-yaa)

        Re: Islam tidak mengenal 12 Imam?

        ‘alaa = atas, dengan, lebih, kepada …de.el.el

        Saya bekerja ATAS “surat perintah Bapake”

        Jika…

        Saya bekerja DI atas “surat perintah Bapake”.

        bus on thebus
        Sayah bekerja karena sesuatu instruksi yang letak posisi filenya setelah “surat perintah Bapake”

        Singkat kata, bisa saja sayah bekerja karena SURAT UTANG MOTOR yang bertumpuk.

        Suka

      • agorsiloku said

        @ Kang Haniifa,
        Pertanyaan/ketidaktahuan agor mengenai pengetahuan tentang Arasy, bukan persoalan tempat atau pengertian kekuasaan seperti yang sudah dibahas oleh beragam sumber sejak lalu sampai kini. Tidak juga soal bersemayam atau kemudian bersemayam di atas atau atas arasy dengan logika tempat atau tidak bertempat. Namun, lebih ke arah ketidaktahuan mengenai ruang lingkup/batasan penjelasan mengenai arasy, Pemilik arsy yang mulia.
        Lebih ke arah, apakah yang dimaksud arasy adalah pengertian “keseluruhan” dari kekuasaan Allah. Sebagai suatu istilah yang tidak dapat diterjemahkan ataukah yang tidak dapat diterjemahkan?.

        Ayat yang menjelaskan tentang Arasy dalam AQ berada pada penjelasan mengenai skala penciptaan alam semesta, pemilik kerajaan langit dan bumi, mengatur segala urusan, kursi (kekuasaan) Allah meliputi langit dan bumi menjelaskan pula ruang lingkup kekuasaan di alam semesta. Itukah yang dimaksud arasy?

        Kira-kira itu tambahan dari komen di atasnya (termasuk kata “urusan”) yang naik ke langit dengan kadar tertentu. Agor berpikir, untuk memahami lingkup Arasy, agor harus lebih mengerti term urusan. Tiap urusan ada ketentuannya. Inilah parameter settingnya. Parameter-parameter setting itu paket kuanta yang dikirim ke langit atau diterima dari Sang Pemilik Arasy.

        Dengan kata lain, Arasy itu objek sekaligus juga subjek dari yang disebut kemahakuasaan Allah.

        Wah makin bingung… pantas saja di surat Ar Rad, di awali dengan alif laam miim raa dan di ayat kedua tentang kekuasaan dan kepemilikan Arasy.

        Jadi kesimpulan sementara, agor tidak mengerti apa itu Arasy. Begitu pula penjelasan akang, menjelaskan sekaligus juga tidak menjelaskan yang agor cari. Namun, yang sudah diberikan tentunya sangat membantu untuk memahami tidak dengan logika “tempat” yang implikasinya bisa seperti yang diyakini oleh penganut agama berbeda dan insya Allah, berkontribusi kepada saudara kita yang memiliki persepsi pengertian yang sama.
        Wassalam, agor

        Suka

      • @Kang Agorsiloku
        😀
        Insya Allah, saya fahami sekali.
        istiwaa = mengarahkan lebih tepatnya “sense of direction“.

        Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, mengarahkan atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS 7:54)

        Contoh ayat lain yang menggunakan makna “sense of direction” atau ISTIWA :

        Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu KEMUDIAN MENGARAHKAN pada langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 2:29)

        tsumma istiwaa ilas samaa’i => Kemudian mengarahkan kehendakNya pada langit
        (perhatikan kata ‘ilaa = ‘alaa = bukan asmaul husna serupa tapi tak sama)

        Bijimana ?!

        Bandingken dengan tarjamaahan yang lain:

        Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

        Kang Agor berkehendak menuju Jakarta, berarti akang sedang diluar jakarta.

        Apakah Allah perlu bergerak ?!
        Padahal bagi Allah,segala sesuatu itu sangat mudah “KUN FAYAKUN” maka jadilah.

        Wassalam, Haniifa.

        Suka

      • @Kang Agorsiloku
        Sekarang mari kita buka Surah Fushshilat ayat 11:
        ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلاٌّرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ

        tsumma istawaaa/b> `ilaa as-samaa`i wa hiya dukhaanun fa qaala la–haa wa lil `ardhi `itiyaa, thaw’aan aw karhaan fa qaalataa `ataynaa thaa’iyna.

        Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS 41:11)

        Dia menuju langit, setelah Dia ada dihadapan langit kemudian langitnya disuruh menghadap Dia … 😦

        Maka langit dan bumi berkata: bingung euy… hehehe… (just kidding)

        tsumma istawaaa `ilaa as-samaa`i = and then “sense to direction” heaven
        (tsumma) kemudian (istawaa) mengarahkan [kehendakNya] (ilaa) pada [atas] (as- samaa’i) langit.

        Wassalam, Haniifa.

        Suka

      • agorsiloku said

        He..he…he ini yang saya suka dari Akang Haniifa, menegasi dengan term yang definitif dan memperkaya pemahaman. Nuhun Kang… Saya hidup di alam tafsir yang kerap lebih menerangkan, kadang lebih menggelapkan pemahaman sehingga kadang kehilangan jalur yang semestinya didapatkan dengan lebih sederhana. Insya Allah saya sudah mulai memahami maksud Akang. Agor sendiri memang kemudian “lebih suka” jika Arasy dimaknai sebagai “Tahta”,”Singasana” yang memiliki makna “kekuasaan” yang menyifati lingkup kekuasaan dan perbuatan, sehingga terasa “sense of direction”-nya.

        Kita juga berhadapan dengan sejumlah pemahaman yang menyifati pengertian-pengertian seperti pada kata surat yang Akang rujuk “.. datanglah dengan suka hati atau terpaksa….”, lalu dari ayat itu, kita menafsirkan dengan pengertian tempat dan waktu dan menyifati dengan pengetahuan manusia. Sedemikian sehingga kita lupa pada prinsip dasar : “Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupaiNya”. MaksudNya, cara Allah berbuat, tidak sama dengan mahlukNya. Namun, di situ pula nampak keterbatasan kita sebagai mahluk ciptaan untuk mengimani Yang Menciptakan.

        “Mahasuci Allah dari apa yang mereka (orang-orang kafir) sifatkan” adalah topik yang jawabannya ditegasi dalam surat Al Ikhlas. Beberapa penafsiran pada konteks Arasy juga kadang “terlihat” usaha untuk menjelaskan dengan cara menyifati dalam ruang waktu kita. Di sinilah nampak kekurangan saya dalam memahami keseluruhan pemahaman sehingga tertatih-tatih mencapai pemahaman komprehensifnya.

        Oh ya… Kun fa ya kun juga tentu tidak semestinya seperti mahlukNya yang mengatakan. Karena yang keluar dari mulut kita hanya menggetarkan pita suara dan mengalun untuk didengar. Kun fa ya kun dari Sang Pencipta menginformasikan kesatuan perintah dari Sang Maha Penggerak. Seperti dicontohkan pada langit yang saat itu masih berupa asap, “… dengan suka hati atau terpaksa…”. No Choice.

        Untung Akang membantu… Tengkyu ya…

        Suka

      • Alhamdulillah,…
        Insya Allah, saya juga ingin menulis lebih lengkap dan mengkaji secara konfrehensif : “sense of direction ” to arasy (arsy), tentang apa dan bagaimana relasinya dengan garis Khatul-istiwa (asal kata bhs. arab: istawaa 😀 )

        Suka

  8. Filar Biru said

    Sebenarnya sulit juga untuk menjelaskan hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu yang ada pada kita (manusia), dikatakan tidak ada, dia ada. Saya lebih setuju dengan istilah alam fana (dunia dengan segala isinya) dengan alam ghaib.
    sebab yang di ciptakan oleh Allah selalu berpasang-pasangan. ada langit ada bumi ada nyata ada ghaib. Heheheh

    Yang menjadi pertanyaan alam manakah yang lebih dahulu diciptakan? inilah susahnya menjawabnya berdasarkan ilmu fisis. Untunglah ada kalam Allah yang menjelaskan semua itu, namun tetap saja otak manusia mentok.

    Sifat manusia yang selalu ingin tahu inilah yang menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang, hanya saja tidak menyentuh apa yang kita cari selama ini, alam ghaib adalah wilayah iman, hehehehe.

    kalau di nisbatkan ke alam paralel keknya kurang pas, sebab perbedaan alam ghaib dan alam fana hanya setipis kulit bawang.

    Sedangkan alam paralel yang lain dari alam itu di dalam genggaman Allah SWT.

    Suka

  9. Samaranji said

    Assalamu’alaikum.

    Ga usah jauh2, dunia maya (internet) ndiri merupakan alam paralel dari dunia nyata qt sehari2. Sebagian orang tentu memiliki banyak site, banyak blog ato membuat banyak akun. Bukankah sama artinya org tsb sudah membuat paralel sendiri dari alam realita ? (he,,he,, masuk gak y ?).

    Wassalamu’alaikum.

    Suka

  10. qarrobin said

    saya juga masih sulit kang memahami nya, selama saya belum memperoleh penjelasannya dari Al Quran, agak sulit mempercayai dunia parallel ini

    Suka

  11. DMHS said

    Assalammu’alaikum all,dunia pararel memang kembaran dengan dunia kita tetapi memiliki urusan yang berbeda dengan dunia,lalu bagaimana kita bisa masuk ke dunia sana ‘menyingkap tempat teleportasi’ http://didikm.eu5.org/?p=241

    Suka

  12. Websitedada said

    Sobat, aku suka dengan perdebatan disini!

    Aku mau bertanya, apa bedanya DIMENSI PARALEL dengan SEMESTA PARALEL???

    Ditunggu jawabannya secepatnya ya!!!

    Suka

  13. […] Namun apabila kalian memang ingin benar meneliti mengenai teori ini jikalau dipandang secara ajaran agama Islam, maka silahkan berdebatlah didalam situs blog ini!: ADAKAH ALAM SEMESTA PARALEL?…  […]

    Suka

  14. pembrontak zionis,yahudi,satanisme said

    yang ada jelas kyknya berbeda dengan hukum2 islam.
    Toh jgn menyesatkan orang lain dong.
    Apa pernah ada cerita tentang Allah itu bereksperimen di jembatan sirotol mustaqim memakai bayi? Haha
    ga masuk akal bgt.

    Suka

  15. Anonim said

    Saya hanya berspekulasi, tapi mungkin tidak dalam teori dunia pararel ini, semua kemungkinan menjadi satu kemungkinan saja, bila Allah berkehendak melakukan intervensi? Misalnya tentang ramalan Quran bahwa bangsa Rum akan mengalahkan Persia: hanya ada satu peristiwa, tidak ada cabang peristiwa karena Allah telah berkehendak demikian.

    Suka

Tinggalkan komentar