Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Bahasa di Surga : Bahasa Arab!?

Posted by agorsiloku pada Agustus 22, 2010

Tausyiah malam ini, Oom Ustad menjelaskan cukup panjang lebar tentang pentingnya mengerti bahasa Al Qur’an.  Pelajarilah bahasa Arab, hafalkan, dan beragam motivasi untuk mendorong ummat mempelajari Al Qur’an dan bahasa Arab.  Tentu sebuah ajakan yang perlu diapresiasi.  Apalagi Al Qur’an dipelihara keotentikannya justru karena mempertahankan bahasa sumber sebagai bagian dari keterpeliharaannya.Ustad yang berceramah singkat ini juga menjelaskan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab.   Ketika dicari di Oom Google, pembahasan bahasa penduduk Surga ditemui di sini : Bahasa Penghuni Surga (klik),   Bahasa Arab adalah bahasa Islam.  Katanya surga itu sendiri berasal dari kata Sansekerta, bahasa Arabnya sih Jannah.

Namun, lepas dari kontroversi atau pandangan ini, memahami dalam bahasa sumber memang perlu.  Kita melafalkan Al Faatihah dengan memahami artinya dan tidak memahami artinya tentu ada perbedaan.  Namun, meyakini bahwa bahasa di Surga hanyalah bahasa Arab mungkin kita juga bisa bertanya, dalam kisah yang di-hadis-kan ada kisah penduduk surga berbicara dengan penduduk neraka.  Kalau mereka juga berbahasa Arab juga, berarti bahasa di Neraka juga bahasa Arab !.  Nabi Adam juga berbahasa Arab, Iblis juga di surga membisikkan dalam bahasa Arab ke Nabi Adam untuk memakan buah Khuldi.

Ah… jadi terlalu panjang pembahasannya.  Kita ambil saja positifnya yang disampaikan Ustad ini……

38 Tanggapan to “Bahasa di Surga : Bahasa Arab!?”

  1. websitedada said

    Guyz, aku sih jujur, bahwasanya aku ini amat fanatik terhadap ajaran agama Islam. Mengapakah begitu?… Itu disebabkan karena aku sudah banyak melihat dan berfikir mengenai kebenaran-kebenaran akan ajaran agama Islam!

    Guyz, ku sudah merenungkan bahwasanya agama yang paling Logis adalah agama Islam!

    Tetapi masalahnya, kalau nanti di akhirat kita berbicara dengan menggunakan bahasa Arab, ku pikir itu tak logis!

    Kalau memang bahasa di Akhirat adalah bahasa Arab, maka kalau begitu, bahasa Arab itu berarti bahasa ciptaan Tuhan dong?… Terus bahasa-bahasa yang lain ciptaan siapa?… Berarti Allah pilih kasih dong?… Terus bagaimanakah kita nanti di Akhirat sedangkan kita bukan keturunan darah Timur Tengah?… Aku tak mengerti sama-sekali bahasa Arab, nanti aku dihukum oleh Allah dong?…

    Aku sih tak tahu akan siapa saja sang pencipta seluruh bahasa-bahasa, tapi aku meyakini kalau seluruh bahasa-bahasa yang terdapat di Muka Bumi itu adalah ciptaan manusia Purba.

    Lantas, aku meminta kebenarannya dari cerita ini, yaitu, kalau memang bahasa Arab adalah bahasa untuk di Akhirat, mana bukti kebenaran logis nya?…

    And kalau misalkan itu benar terbukti, and terbukti kalau seluruh bahasa-bahasa itu bersumber dari bahasa yang digunakan oleh Nabi Adam As (Bahasa Arab), maka mengapakah seluruh bahasa-bahasa di seluruh muka bumi ini menjadi simpang-siur artinya dan amatlah berbeda dari bahasa Arab?…

    Aku berfikir secara Logis, aku adalah orang Sunda, tentulah bahasa ku adalah bahasa Sunda, mengapakah begitu?… Itu disebabkan karena ayah ku and ibu ku adalah orang Sunda serta selalu berbicara menggunakan bahasa Sunda yang amat Fasih. Tentulah aku dan keturunan ku serta saudara ku nanti bakalan selalu berbicara dalam bahasa Sunda karena dari nenek moyang and leluhur nya berbicara bahasa Sunda!

    Jikalau bahasa Sunda agak dialih kedalam bahasa Indonesia, maka tetap saja, logat Sunda masih hinggap di bibir serta di mulut para keturunan ku serta saudara ku!

    Itu membuktikan bahwasanya mereka berdarah-daging Sunda!

    Tetapi kalau misalkan nenek-moyang kita (Nabi Adam As n Siti Hawa As) berbicara dalam bahasa Arab, tentulah sampai kapanpun, kita-kita semua yang sebagai anak cucu kandung nya Adam serta Hawa, wajib berbicara Bahasa Arab. Sekalipun walau agak berubah logat, maka tetap saja, logat bahasa manusia akan keArab-Araban! Tetapi kok ini tak begitu?…

    Lantas, manakah kebenaran nya???…???

    Suka

    • agorsiloku said

      Mas Dada, terimakasih sudi berkunjung… Saya juga sudah berkunjung kembali… Sungguh, saya terkesan dengan blog dan keterbukaan yang Mas Dada sampaikan di blog, termasuk kisah hidup dan semangatnya.
      Mengenai Ustad yang menyampaikan bahwa di Surga berbahasa Arab, terus terang saya tidak menjumpai penjelasan itu baik di hadis shahih terlebih di Al Qur’an, kalaupun ada hadis, dipertanyakan dan dinilai dhaif.

      Jadi, kalau para ustad mendorong agar ummat lebih mengerti bahasa Arab agar dapat menjadi bagian dari sistem pemeliharaan Al Qur’an itu lebih sebagai ijtihad dari akal sehat yang dalam sejarah perjalanan keagamaan. Ini juga menjadi fakta sejarah dan bagian dari pemahaman sehingga sampai sekarang kita memiliki AQ yang terpelihara dari tangan jahil manusia yang dengan nafsunya ingin melakukan perubahan. Tentu kita apresiasi terhadap hal ini. Namun, jika dihujahkan dengan pernyataan surga berbahasa Arab dan itu tidak benar demikian, maka sang penyampaikan sesuatu yang Allah SWT tidak memberikan petunjuk mengenai hal ini, kemudian ummat percaya itu berasal dari petunjukNya.?.
      Islam akan lebih bercahaya, jika makin banyak orang Islam yang memahami AQ dalam bahasa tuturan aslinya karena memang sejumlah fakta menunjukkan kekuatan dan penjagaan keutuhan ada pada struktur AQ dalam bahasa aslinya.

      Hanya tentu saja kita mengetahui bahwa ragam bahasa di dunia banyak, Rasul-rasul yang dikirim oleh Allah ke kaum manusia itu (baik yang tercatat dan yang tidak diberitakan oleh Al Qur’an) lebih dari 25. Tidak ada satu kaumpun, yang Allah tidak mengirimkan utusanNya (AQ 14:4) dengan bahasa kaumnya. Jadi, adalah mungkin Allah mengirim Rasul untuk menegasi keesaanNya dengan bahasa Cina, bahasa Persia, bahasa Jawa, dll…. Dengan kata lain pula Rasul itu berbahasa sesuai kaumnya, dan bukan bahasa Arab.

      Jadi jika benar (diasumsikan benar), maka di Surga, tentu semua jadi bisa berbahasa Arab.. 😀
      Jika tidak (diasumsikan salah), maka di Surga ada bahasa yang dipergunakan… Wallahu’alam. Apakah itu bahasa hati, ataukah bahasa Sang Pencipta, atau bahasa apa saja?. Bukankah seorang bayi juga mengeluarkan bahasa yang dipahami oleh ibunya secara khas. Tidak perlu bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.

      Saya merasa perlu mempelajari bahasa Arab Al Qur’an bukan untuk lebih memahami, tapi merasa lebih afdol saja untuk mengerti pembahasan tafsir atau ahli di bidangnya. Sedangkan pemahaman yang baik, saya merujuk pada ilmuwan-ilmuwan Al Qur’an yang ikhlas dan shaleh (karena tidak sedkit pula yang pintar Arab dan AQ, tapi sesat dan menyesatkan. Justru keahliannya digunakan untuk menyesatkan). Namun, memahami lebih ke dalam AQ melalui penguasaan bahasa, penguasaan ilmu pengetahuan, dan penguasaan ilmu Al Qur’an kemudian disertai hikmah kebijakan dari rahmatNya, maka itu menjadi cita-cita ummat Islam.

      Selanjutnya, mari kita yakini kemahaesaan dan kemaha penyayangNya, sehingga kita tidak usah risau mengenai bahasa di Surga nanti. Cukuplah kita beriman, beramal shaleh, dan berusaha menegakkan syiar Islam semampu dan semau kita… Insya Allah, rahmat dan ampunanNya menyertai kita. Amin…..

      Semoga pula para ustad itu tidak memberikan ujaran “seolah” menjadi wakilNya dengan sabda tanpa dasar yang terjamin dan clear….. apapun motifnya.

      Suka

      • ulu azmy said

        salam persaudaraan selalu…..

        Suka

      • Anonim said

        tetaplah berbahasa arab,karna dasar pegangan kita adalah Al,qur’an.sebagai contoh ketika kita di alam kubur,malaikat yang bertanya pastilah dengan bahasa arab.contoh man rabbuka,man imamuka dan lain lain .akan tetapi yang menjawab pertanyaan2tsb adalah imal perbuatan kita,jadi secara tidak langsung dengan sendirinya kita akan menguasai bahasa tsb.

        Suka

      • bwahahahaha…..kemakan arabian sampean semua……..

        jangankan mengerti semua bahasa…..membuat sistem paling rumit aja bisa….apalagi cuma bahasa…….

        Suka

  2. Pertamax.

    Suka

  3. jabon said

    petani jabon mampir nich..
    salam…

    Suka

  4. Olads said

    Kalau pendapat saya begini…
    Alqurán itu diturunkan dua tahap yaitu Tgl 17 Ramadhan dan Malam Laylatul Qodar(sesungguhnya kami telah menurunkan Alqurán pada malam kemuliaan), tahap pertama dari Lauh Mahfudz(papan terpelihara) ke langit dunia, tahap kedua dari langit dunia kepada manusia.

    Pada tahap pertama dari Lauh mahfudz Alqura’n dalam bentuk sesuatu yang belum dapat di pecahkan oleh bahasa apapun, masih berupa esensi wahyu yang hanya bisa difahami oleh bahasa qolbu persepsi tinggi berupa bahasa Ilahi yang sulit untuk disebutkan bentuk apapun kalimat danm bahasanya nya.

    Selanjutnya dari langit dunia kepada manusia sudah merupakan penyesuaian dengan aqal fikiran manusia dalam pengetahuan bahasa tingkat tinggi(sastra), bukan bahasa arab yang biasa digunakan sehari-hari. Makanya disini orang arab pun mesti belajar lagi tentang Alqurán, karena bukan sekedar kitab biasa tetapi Al-Kitab. Kunci dari esensi Qurán adalah pada huruf “Al”, yang mempunyai tingkat pemahaman dalam penafsiran yang perlu difahami oleh berbagai disiplin ilmu tata bahasa Alqurán(berlainan denghan tata bahasa arab umum nya).

    Jelas disini kalau dilihat proses turunnya Alqurán dalam bahasa arab(arobun), adalah sebagai bahasa Ibu yang merupakan Ibu dari segala bahasa manusia di dunia, yang perlu dipecahkan dengan kemempuan aqal dan fikiran.

    Sedanghkan kelak di akhirat kehidupan sudah bukan bagian dari aqal & fikiran, sebab otak manusia seudah mati bersama jasad. Menurut para ahli tafsir kelak di akhirat terdapat komunikasi antara ahli surga dengan ahli neraka, entah bahasa apa yang kelak digunakan, karena sangat dimungkinkan ahli neraka tak pernah belajar bahasa arab, atau kenal Alqurán pun tidak.

    Manusia pada umum nya mempunyai bahasa yang satu, baik pada suku bangsa apapun, yaitu bahasa qolbu(hati) yang berupa pemahaman Rahsa Sejati, dan itu bisa di komunikasikan dengan berbagai cara, baik dengan simbol ,bahasa tangan dll.

    Jadi saya kira sangat berlebihan(maaf), bila kelak di surga adalah menggunakan bahasa arab, mungkin saja banyak ahli surga yang tak pernah belajar bahasa arab, misalnya para ahli surga kaum yahudi, nashrani, yang bahasanya sangat berlainan( bhs ibrani dll).

    Mohon maaf ini hanya pendapat saja.
    Trimakasih Mas Agor dan para ikhwan atas ruang dan waktu nya.

    Suka

  5. @All
    Subhanallah,… menarik sekali.
    Insya Allah, baik bagi Umat Islam, Umat Nashrani dan Umat Yahudi semua sepakat bahwa Nabi Ibrahim a.s mempunyai 2 istri
    1. Hajar -> Nabi Ismail a.s
    2. Sarah -> Nabi Ishaq a.s
    Menurut riwayat bahwa terjadi perselisihan antara pihak Hajar (Imail) dengan Sarah (Ishaq), pertanyaan yang sangat mendasar adalah Bagaimana mereka bisa berselisih kalau tidak terjadi komunikasi secara bahasa yang sama di antaranya ?!
    btw…
    Baik Nabi Ibrahim a.s, Hajar ,Ismail a.s, Sarah dan Ishak a.s tentu menggunakan suatu bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka yaitu rumpun Sem, atau bahasa Semistik… bahasa keturunan Nabi Nuh a.s

    Bukti Bahasa Al Qur’an bukan basaha arab (modern) adalah :

    Perhatikan pada (QS 11:41)
    Sepintas kilas tidak ada yang aneh pada ayat tersebut, namun jika kita dengarkan dengan seksama maka بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا terdengar “Bismillahi Majreeha” bukan “Bismillahi Majroha” padahal kaidahnya “ra” fathah dibaca “ro”.

    Pembacaan / pelafadzan tulisan di atas diluar tatabasa arab (modern).
    Sumber:

    Optimasi Al Qur’an = WYSIWYG dan WYHIWYG

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

    • sayyid said

      salam,
      mas haniifa,
      Asalkan jangan bahasa mas haniifa deh, bahasanya sangat kotor.

      Salam,
      Dono.

      Suka

      • cekixkix said

        @Om Sayyid
        Tapinye bahasa @Om Dono, khek di nagarai antah berantah… penuh dengan dungen ala naruto… Cekixkix…kix…kix….

        Pesan aye, @Om Dono kurangi bahasa cahaya lampu petromax nye… ntar, elo gile sendiri lagih.. 😆

        Suka

    • Anonim said

      kalaw menurut saya.yang benar di dalam hukum bacaanya adalah antara o dan a contoh roabbi.karna di dalam tata cara bahasa arab memang tidak ada huruf O

      Suka

  6. di surga bahasa Arab? begitulah jika kita tdk mengetahui hakikat diri dan alam semesta. kita menafsirkan ajaran Islam berdasarkan apa yg ditampilkan oleh pancaindera.

    neuroscience telah membuktikan bahwa hakikat kita adalah sinyal-sinyal elektris tanpa warna, suara, bahasa, arah, waktu dan sebagainya. bahkan apa yg kita lihat, sebetulnya posisinya terbalik.

    jaman dulu, komputer berbahasa inggris. sekarang segala bahasa bisa. di akhirat nanti yg kecanggihannya triliunan kali dari teknologi komputer sekarang, tak akan ada masalah seputar bahasa. wallahu a’lam

    bagi saya, mempelajari bahasa Arab adalah penting tapi ingat, kita bukan orang Arab. spesifikasi kita jauh berbeda. mereka makan roti, kita makan nasi. Islam adalah untuk seluruh alam, bukan untuk orang Arab. saya geli melihat muslim Indonesia berlagak orang Arab :-). bicara bahasa Arab difasih-fasihkan.

    Suka

  7. quantum said

    google aja sudah ada google translator, dan mungkin tidak sampai berganti abad nanti akan ada automatic universal translator untuk semua bahasa manusia dibumi, yang dihubungkan dengan telinga/mata kita. semua tulisan/bunyi bahasa lain akan langsung diterjemahkan. Dan tidak ada bahasa internasional lagi di dunia ini semacam bahasa inggris dsb. Apatah lagi di akhirat, semua protocol nya adalah bahasa qalbu, baik beraksara atau tidak , berlafal ataupun ghaib. Tentunya otomatis semua faham. Jangankan di surga, waktu perhitungan hisab di timbangan amal pun, di padang masyar, tidak ada lagi bahasa individu. semua menyaksikan dan faham setiap Keputusan Allah pada saat itu. Kalau toh akhirnya disana bahasa arab, itu pun pasti semua nya sudah juga akan faham. Bahasa wahyu juga tidak semua nya bahasa Arab. Banyak Nabi diluar bangsa Arab, tentu saja Nabi yang tidak termasuk 25 Nabi dan Rasul, di utus untuk kaum tertentu dan masa tertentu. Nabi tentu saja memperoleh wahyu. Bahasa disini lebih ke sensor indera telinga/mata. Bagaimana dengan orang buta/tuli/tidak punya indera perasa (untuk membaca huruf braille pun tidak bisa). Sedangkan wahyu firman Allah tidak melalui sensor tadi, tetapi langsung faham. begitu kira kira gambaran analoginya yang sempit nanti di akhirat. Wallahu ‘alam bi Shawab

    Suka

  8. kang said

    kehidupan diakhirat tidaklah sama dengan kehidupan di bumi..karena alamnya memang sudah berbeda.
    Kita dianjurkan belajar b. Arab bukan berarti agar nanti diakhirat kita bisa b. Arab (jika benar di akhirat pake b. Arab) tp menurut saya (orang awam) lebih agar kita dapat mempelajari isi dari al Qur’an yg memakai b. Arab. dan ilmu2 agama yg kebanyakan berbahasa Arab.
    Cntoh simpelnya sebagai umat islam tentu kita percaya bahwa dlm kubur nanti kita akan ditanya malaikat Munkar dan Nakir. Lalu apakah dg menghafal jawaban2 dr pertanyaan trsebut kt dapat yakin kalo nanti akn dg mudah menjawbnya? Tentu jwbnya belu pasti. Coz yg menentkan kt bisa menjwb ato tidak adalah amal kita..semoga dpt dipahami.

    Suka

  9. ibnu fauzy said

    Jazakallohu khoir untuk semuanya yang telah menanggapi salah satu tulusanku. Masukan yang sangat berharga. memang hadits tentang bahasa arab sebagai bahasa penghuni surga secara sanad dinilai dhoif oleh para ulama. namun para ulama juga banyak yg berpendapat seperti itu berdasarkan atsar sahabat. kebanarannya Wallahu a’lam. makanya diartikel saya, judulnya saya rubah dengan menambahi tanda tanya di akhir kalimat. Yang jelas bahwa bhs Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Hadits yg tidak bisa tidak jika kita ingin mengetahui keduanya maka harus mempelajari bahasa keduanya.
    Barokallahu fiikum..

    Suka

  10. yanto said

    yg saya tahu bahasa alqur an itu bahasa nur… yaitu bahasa yg di pakai oleh alloh untuk para nabi dan rosul..dari nabi adam sampai nabi muhammad yg di pakai ya bahasa nur itu… sedangkan arab atau bahasa arab adalah bahasa yg serumpun dg bahasa alqur an

    Suka

  11. arief juniawan,drh said

    Islam turun sbg rahmatan lil alamin….bukan rahmata lil muslimin…islam bukan identik dgn arab…dan arab bukan pasti islam…hanya orang yg bodoh aja mengidentikkan segala yg berbau arab dgn islam….mereka yg punya pikiran setiap yg bertradisi arab harus dianut adh BODOH PERMANEN….dalam setiap banngsa,bahasa,suku,golongan asal ada kebaikan pasti tlah masuk ajaran islam….islam universal dlm kebaikan….apakah kalo ada maling orang arab wajib kita tiru….renungkan…

    Suka

  12. Samaranji said

    Assalamu’alaikum.

    Salam kenal, sy kagum dng keluarga besar kang @ haniifa yg diantaranya panjenengan.

    Sy juga pernah mengaji masalah ini, kurang lebih begini “cintailah arab karena 3 hal, (1) al qur’an al karim dlm bhs arab, (2) kanjeng nabi muhammad s.a.w berasal dari arab, (3) penghuni surga menggunakan bhs arab”. (mohon maaf belum bisa menyertakan referensinya).

    Terlepas dr gimana derajat hadits tsb, dpt diambil hikmah bhw selain 3 faktor tsb tidak bisa dijadikan alasan mencintai arab (jadi bukan krn budayanya, bukan krn warganya etc…).

    Adapun mengenai bhs arab sbg bhs penduduk surga, so what ? Mengapa tidak ? Bukankah kelak jika qt yg belum mahir bhs arab masuk surga (amin…) pd akhirnya akan mahir juga krn berkumpul dng penduduk surga lain yg dah mahir bhs arab, kan ?

    Wassalamu’alaikum.

    Suka

    • agorsiloku said

      Wa ‘alaikum salam…
      Salam kenal kembali… memang keluarga Kang @haniifa mengagumkan sekaligus meribetkan.. 😀

      Saya juga setuju, cintailah Arab… paling tidak karena asal usul isteri saya memang fam-nya dari sono sih…. 😀

      Namun, tentu saja faktor kesukuan bukan alasan untuk mencintai Arab, berusaha dan belajar mencintai Nabi juga bukan karena dan sama sekali bukan karena Nabi berasal dari sono. Mempelajari bahasa Al Qur’an juga alasannya karena ingin memahami petunjukNya (meskipun faktanya, lebih sip mempelajari saja dari para kampiun yang memang sudah berkutat di situ dalam periode sejarah peradaban yang sudah lebih dari seribu tahun dan juga yang membawakannya pula dalam bahasa ibu).

      Hanya berusaha, jangan sampai tidak mendapatkan ampunanNya, kehilangan rahmatNya dengan segala kesalahan dan kealpaan yang setiap detik dilakukan tanpa henti.

      Jadi, kalau mengikuti gaya Kang Haniifa… bijimana… saya tidak punya alasan untuk mencintai Arab, saya lebih mencintai Indonesia. 😀

      Salam Hangat, agor.

      Suka

    • Wa’alaikum Salam @Mas Samaranji
      Wahh… sepotongpun sayah tidak bisa bahasa Arab lho ?! 😦
      Tapi bijinih ajah?!

      Katanya: afwan jiddan (tasydid dal, doubel “d”), menurut para ahli sastar arab salah, sebab dalam kata afwan sudah mengandung makna kesungguhan, sedangkan kata “jiddan” mengandung makna kesungguhan hati.

      Tapi yang sayah baca di Al Qur’an ternyata kata “jiddan” seharusnya tertulis “jidan” , contoh:
      ولتجدنهم = wa la tajidanahum … (perhatiken tidak di tasydid) (QS 2:96)

      by the way….
      Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: “Sesungguhnya Al Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa Ajam, sedang Al Qur’an adalah dalam lisanu ‘arabiyyum mubin (QS 16:103)

      Silogismenya bijinih:
      lisanu SUNDA KELAPA (baca: Jekarte sekereng) ternyata dialekt dan lisanu “tidak sama dengan” SUNDA PARAHIYANGAN 😀

      Wassalam, Haniifa.

      Suka

  13. Roy Rey said

    Mmmmm…. Bahasa “origin”, bukan bahasa yang dipergunakan oleh kita dimanapun/siapapun selama hidup di dunia.
    Bisa jadi bahasa tersebut(baca; origin) sudah ter-instal dengan sempurna pada diri kita (baca; ruh), dan bahasa tersebut akan kita pergunakan lagi setelah selesai hidup didunia inih..

    Suka

    • agorsiloku said

      Al Qur’an sendiri sudah menjelaskan, mengapa memilih bahasa “arab” sebagai bahasa yang dirujuk untuk dipakai, bahasa arab quraisy,… agar mudah memahami. Satu kewajaran yang ketika diteliti oleh para ahli bahasa, memang bahasa ini dinilai mampu mewakili untuk memudahkan manusia memahami….

      Suka

  14. Ahmad said

    Memang Tuhan dari mana, bangsa apa? Agamanya apa ? Dari arabkah , ada ada aja.

    Suka

  15. lia said

    yg jelas di surga tar semua nya bebas berbahasa kan ada translator nya ,yg terletak di Qalbu. yg jadi masalah nya gimana mo masukin tuh surga klo nga tau alamat trus posisi pintu nya dimana kwkwkwkwwkwkwkwkwkwwkwkwkw

    Suka

  16. akungtama said

    wah lha aku wong jowo ntar mau masuk pintu sorga malu dong.lha ga bisa omong ngarabbb blas.makanya aku gak percaya semua hadis banyak yg palsu.bikin islam jadi ketawaan orang lho.aku yakinnn kita gak tau bahasa di sono.

    Suka

  17. Patar Hutauruk said

    yang tau PASTI bahasa sorga adalah orang yang SUDAH pernah ke sorga. syarat MUTLAK pergi ke “sorga” adalah HARUS melawati kematian. sedangkan manusia yang sudah mati mustahil hidup kembali ngobrol sama manusia KECUALI ” Yesus ” . jadi jangan buang waktu dan energi untuk membahas bahasa sorga.

    Suka

    • agorsiloku said

      Ah Mas ini ada-ada saja… Yesus mah katanya Tuhan, masa tinggalnya di Surga yang diciptakan sendiri. Tapi yang dimaksud di sini, manusia KECUALI Yesus… Oh Yesus juga jenis manusia ya…
      (any way, blog ini tidak membahas dan tidak ingin membahas polemik Yesus).

      Suka

  18. acunhidayah said

    emang sih d surga gak pasti bahasa arab tp kan esensinya tuk bisa memahami al quran agar bisa mengamalkan makna /isi al quran,,dan yg sering kali kita lupa tentang junjungan kita rosululloh yg sehari harinya berbahasa arab,kalo semua penduduk sorga mengunakan bahasa masing2 begitu pula dgn rosululloh lantas saat beliau memangil umatnya dgn bhs arab kita ngerti ngak,lalu kita apa gk pengen bisa berbincang dgn beliau,itu sih cuma pemikiran saya,,,,lha saya sendiri gk bisa ngomong arab ,ma’af .wassalam

    Suka

  19. Mana pertanyaan malaikat nakir dan munkar mengunakan bahasa arab

    Suka

  20. Mas Gendeng said

    Yang penting saling menghormati dengan orang yang menggunakan bahasa yang beda, serta melestarikan bahasa kita masing-masing agar kelak anak cucu kita bangga dengan keanekaragaman bahasa yang ada di dunia ini.

    Suka

  21. jack said

    kalian ini, kayak pernah ke surga aja?

    Suka

Tinggalkan komentar