Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kajian Metodologis Ilmiah dan Tasawuf Ala Agus Mustofa !

Posted by agorsiloku pada Agustus 19, 2010

Serius sekali ya judulnya….   Tidak, sama sekali.  Ini hanya hal biasa saja.  Postingan mengenai Tidak Ada Azab Kubur, sebagai sebuah postingan yang dirunut dari buku Padma Press, buah karya Agus Mustofa cukup menarik untuk disimak.  Bukan hanya karena pilihan-pilihan judulnya menggelitik, tetapi juga kerap ada penilaian-penilaian atau cara pandang yang berbeda.

Sebuah komentar mengkritisi :

…. Nah, pemikiran-pemikiran Agus Mustofa yang dituangkannya dalam serial buku tasawuf modern, adalah salah satu gambaran konkret dari kajian yang terlepas dari proporsi ilmiahnya. Kajian keislaman yang dilakukan oleh Agus Mustofa tidak didasarkan pada metodologi kajian keislaman yang absah, namun bertumpu pada nalar dan subjektifitas pribadinya, sehingga kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan menjadi destruktif dan liar; tidak sesuai dengan nilai-nilai dan pandangan hidup Islam, namun justru merapat pada pemikiran-pemikiran sempalan dan pandangan hidup di luar Islam.

Alasan pada komentar kemudian diuraikan lebih lanjut pada webnya, Menghindari Kerancuan Metodologis Kajian Awal terhadap Pemikiran Agus Mustofa.

Salah satu yang menarik yang saya kutip dari tulisan itu ada pada beberapa alinea awal mengenai metodelogi keilmuan yang absah.  Sesuatu pula yang terus terang, jarang sekali saya pikirkan dalam postingan-postingan saya dalam beberapa tahun terakhir ini.  Hanya kelogisan berpikir saja yang dijadikan model, dan sejumlah ayat-ayat yang “ditemukan” dan dianggap relevan dengan tema yang diungkapkan.  Tidak ada kajian mendalam yang akan mengernyitkan kening dalam-dalam atau juga sedikit dihindari berpanjang-panjang yang akan menyebabkan capek untuk membacanya.

Kadang, alasannya sederhana saja.  Allah mengilhamkan kepada manusia jalan  kefasikan dan ketakwaan (QS 91:8).  Dengan kata lain, apakah sebuah konsepsi yang kita terima itu salah atau benar tergantung dari keseluruhan sikap kita dan kita menyikapinya.  Dengan kata lain, berpikir positif dan asertif, memudahkan bagi kita untuk menyimak aspek-aspek positifnya.

Akhirat Kekal atau Tidak Kekal?.

Salah satu topik yang menarik yang dibahas pada link yang saya ambil adalah tentang akhirat kekal/tidak kekal.  Dijelaskan alasan agus mustofa dan dijelaskan pula pandangan dari penulisnya.  Keduanya memang berbeda kesimpulan akhirnya.  Kita yang membaca kemudian akan menyimpulkan kembali mana yang lebih tepat atau benar.  Namun, tentu kita tidak tahu kebenaran hakikinya sampai tiba pada waktunya.

Mana yang lebih tepat, mana yang lebih akurat, mana yang lebih logis atau mana yang lebih rasional, akhirnya akan terpulang pada pembacanya.  Bisa juga, bukan alasan rasional, bisa muncul pandangan (dan kerap juga terjadi), menurut yang pernah saya pelajari dari guru saya atau tafsir yang pernah saya pelajari akhirat itu kekal.

Kalau memang pendekatan dari kedua model itu muncul, memang pada beberapa bagian agak sulit untuk disepakati.  Namun, semoga kita dapat menarik hikmah dan manfaat dari dua pendekatan berpikir yang ada.

—-

Catatan tambahan :

Saya termasuk yang bersepakat bahwa Akhirat tidak kekal.  Alasan logisnya (alasan berpikirnya), semua ciptaan akan ada akhirnya.  Jadi kalau akhirat kekal, maka itu melanggar konsepsi Sang Pencipta.  Namun, kampung akhirat lebih kekal (lebih panjang masa atau usianya) dibanding dengan alam dunia yang hanya senda gurau belaka.  Sampai sekarang saya memahaminya begitu.  Saya tidak merasa pas dengan pandangan bahwa akhirat itu kekal dan saya belum menemui penjelasan di AQ bahwa akhirat itu kekal.

Namun, tentu saja kita juga perlu menyimak pula pandangan yang berbeda atau bahkan yang telah dipahami bahwa akhirat itu kekal.

Boleh jadi pula, semakin didiskusikan atau direnungi kembali… sebenarnya kesimpulan keduanya adalah sama juga.  Hanya cara mendekatinya saja yang berbeda…..

18 Tanggapan to “Kajian Metodologis Ilmiah dan Tasawuf Ala Agus Mustofa !”

  1. @Kang Agorsiloku
    Cukup menarik @Kang, sayangnyah tidak ada @Oom Agus disinih. :mrgreen:

    Dari link tsb, sayah dapati :

    Sekadar contoh: dalam buku serial diskusi tasawuf modern ke-2, Ternyata Akhirat Tidak Kekal, sebagaimana diceritakan sendiri, bahwa sebelumnya Agus Mustofa sudah berpersepsi bahwa ‘tidak logis’ kalau akhirat itu kekal, sebab jelas yang kekal itu hanya Allah SWT saja.

    Sebagai seorang ilmuwan, seharusnya @Oom Agus tidak seenak udele dewe mendefinisikan kekal disisi Allah dengan “kekal” disisi manusia.

    Anggap saja suatu materi awal terbentuk (PENCIPTAAN) = 0 tahun sampai kiamat n tahun, kemudian diciptakan kampung Akhirat k tahun sampai +∞ tahun maka pada dasarnya tetap saja ke-kekal-an menurut sisi manusia itu 1/2 dari sisi Allah.
    Kenapa ?!
    Karena sebelum ada materi adalah ke-kekal-an waktu -∞ dari sisi manusia.

    -∞ :— 0 —> Nabi Adam a.s… Agus Mustopha… Kiamat –> Akhirat … 😀 hehehe.

    Jadi @Oom Agus me-logis-ken dua buah jenis “kekal” yang sebenarnya berbeda.

    Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS 98:8)

    “Kekal” biasanya terjemaahan kata “khaalidiina” fiiha abadaa (abadi=selama-lamanya atau waktu tak hingga)

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

    • agorsiloku said

      @Kang Haniifa, memang sudah banyak yang membahas dan mempelopoti uraian dari Agus Mustofa tentang :Akhirat Tidak Kekal. Salah satunya : http://www.suaramedia.com/artikel/kumpulan-artikel/16979-menyanggah-buku-ternyata-akhirat-tidak-kekal.html
      Uraian di sini lebih panjang, termasuk menguraikan pula pandangan ulama dan tafsirnya.

      Ada beberapa hal yang menurut saya perlu disimak lebih mendalam, termasuk pengertian “khaalidiina fiiha” yang diurai dari link yang saya rujuk.
      1. Beberapa pertanyaan lanjutan mengenai “mereka” kekal di dalamnya selama-lamanya, yang kekal “penghuni” di dalamnya, selama tempat yang dihuninya ada. Putaran pembahasan mengenai kata : “mereka kekal di dalamnya” kurang dibahas yang kekal itu mereka atau tempatnya. Menurut pemahaman agor, cukup penting untuk memahami Surga/Neraka kekal dengan penghuni yang kekal di dalamnya (di dalam surga atau neraka).
      2. Konsepsi keagamaan, Sang Pencipta memenuhi prinsip asmaul husna. Dengan kata lain, semua yang diciptakan memiliki batas waktu (memiliki ukuran waktu) Konsekuensinya, ada batas waktu (berawal dan berakhir). Persoalan superlatif (lebih kekal), lebih lama waktunya tidak berarti tanpa akhir. Timbul pertanyaan, apakah Yang diciptakan akan tidak pernah berakhir? alias “kekal abadi selama-lamanya”?. Wallahu ‘alam. Beberapa ayat ada yang menjelaskan “Bila Allah menghendaki”, Sepanjang ada langit dan bumi (dipahami langit dan bumi akhirat, bukan yang fana).

      —-
      Dari “logika” dan berbagai ayat serta penjelasan hadis dan penciptaan surga dan neraka, saya “merasa” lebih harmoni pandangan Agus Mustofa mengenai Akhirat tidak kekal dalam keseluruhan konteks keagamaan. Berapa umur kampung akhirat?, wallahu alam. Namun, menetapi bahwa Yang diciptakan sama kekalnya dengan yang Mencipta, tentu tidak pas dalam logika juga.

      Nah di sini sambungan yang Mas Haniifa tegasi : Kekal di sisi Allah berbeda dengan kekal di sisi manusia. Jadi, ketika manusia menyebutnya kekal, dalam artian terbatas. Begitu juga ketika Allah berfirman … mereka kekal di dalamnya. Jadi, bisa jadi kesimpulan akhirnya “sebenarnya” sama saja, namun dengan sedikit perbedaan cara pandang (Namun, kemudian menjadi krusial ketika masuk pada arena pertanyaan : apakah surga dan neraka kekal?). Sejumlah hadis bercerita tentang masa akhir ketika neraka sudah akan kosong… dan penghuninya berpindah ke surga?. Dalam pemahaman dari berbagai “terjemahan” yang saya baca, saya memahami : tetap saja, kampung akhirat itu lebih kekal tapi tetap memiliki batas waktu. Ketika ada penjelasan lain : … kecuali Allah menghendaki lain…, dapat dipahami “bisa jadi” ada keputusan lain. Wallahu’alam. Apakah Mas Haniifa punya pandangan lain atau sama dengan tafsir dari ulama lalu (ataukah ada tafsir lain yang sejalan dengan penjelasan Agus Mustofa).
      Wassalam, agor

      Suka

      • @Kang Agor.
        Akan kah Neraka itu kekal, karena penghuninya pindah ke surga ?!

        Sayah sampai saat ini belum begitu memahami presepsi bahwa neraka itu sama dengan penghukuman penjara ala manusia. 😦

        Untuk sementara insya Allah, sayah meyakini bahwa penghuni neraka tetap dineraka dan penghuni syurga tetap di syurga.

        Katakanlah sayah setuju bahwa penghuni neraka dari golongan manusia dan jin bisa masuk surga setelah mendapatakan remisi,…. ini menurut sayah lho, tetap saja neraka tidak akan pernah dikosongkan oleh makhluk yang bernama IBLIS.

        Suka

      • agorsiloku said

        @ Haniifa : Katakanlah sayah setuju bahwa penghuni neraka dari golongan manusia dan jin bisa masuk surga setelah mendapatakan remisi,…. ini menurut sayah lho, tetap saja neraka tidak akan pernah dikosongkan oleh makhluk yang bernama IBLIS.

        @ Sangat sulit kita melakukan analisis, apakah neraka tidak akan ada akhirnya?. Artinya, kita akan menyimpulkan atau menarik kesimpulan bahwa Allah akan menghukum selama-lamanya (tidak ada batas waktu). Ini berbeda dengan penarikan kesimpulan, mereka dihukum sampai batas waktu Neraka masih digunakan untuk menghukum. Dapatkah kita menarik kesimpulan, mereka (iblis dan musyrik), kekal di dalam neraka jahanam tanpa batas waktu atau sepanjang neraka itu ada.
        Logika kita, kalau univers dan isinya sudah selesai dan manusia dan jin diadili, kemudian menempati pahalanya masing-masing (surga dan neraka), maka sampai …. kecuali Allah menghendaki lain.
        Kang, pemahaman saya di sini, dan saya merasa ini lebih harmoni untuk logika dan berpikir. Pls, kritik habis, dimana kesalahan berpikirnya…

        Suka

      • @Kang Agor
        😀
        Dari segi disiplin ilmu beliau saja, sudah sangat jelas bahwa beliau terdistorsi oleh alam pihkirannya sendiri.
        Bukankah suatu hal yang sangat lucu sekali kalau @Oom Agus percaya 100% hukum “kekekalan” energi namun dalam satu sisi beliau tidak percaya pada hukum kekekalan (baca: kampung akhirat) yang menciptakan energi tersebut 😦

        Katakanlah beliau mengadobsi konsep reinkarnasi bagi penghuni Neraka dan Surga, lalu apakah para penghuni surga yang paling tinggi harus berinkarnasi menjadi apa ?!
        Jawabannya: Al Qur’an sudah menjelaskan secara gamblang pada kisah Nabi Adam a.s dan istrinya.

        Suka

      • @Kang
        Kita lanjutken…. ini sayah copas dari @Oom Wiki.

        Hukum kekekalan energi adalah salah satu dari hukum-hukum kekekalan yang meliputi energi kinetik dan energi potensial. Hukum ini adalah hukum pertama dalam termodinamika.

        Hukum Kekekalan Energi (Hukum I Termodinamika) berbunyi: “Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi)”.

        Sekarang kita lihat Tahu shit’ah beliau, dari link diatas.

        Dengan kata lain, paparnya, “Akhirat itu akan kekal jika langit dan bumi atau alam semesta ini juga kekal. Sehingga kalau suatu ketika alam semesta ini mengalami kehancuran, maka alam akhirat juga bakal mengalami hal yang sama, kehancuran” (hal. 234). Pendapat ini diperkuat dengan kutipan Q.S. 28: Al Qashash: 88

        Kebodohan @Oom Agus :

        1. Lupa bahwa langit dan bumi di alam akhirat tidak sama dengan langit dan bumi saat ini.
        Ahlul Neraka = langit dan bumi versi penuh siksa
        Ahlul Surga = langit dan bumi versi penuh kenikmatan

        2. Lupa bahwa energi diciptaken oleh Allah
        Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS 2:117)
        Keterangan:
        Sangat jelas sekali ini sesuai dengan rumus @Oom Einsten bawa : E = m.c2 dan jika dibalik maka m = E/c2
        Teori big bang sendiri tidak bisa menjelaskan dari mana datangnya Energi, kecuali mereka hanya percaya 100% adanya Allah sang Maha Pencipta. 😀

        ps:
        Makanya sayah paling suka kalau disini ada @Oom Agus Mustojab…. :mrgreen: ,
        Pertanyaan pertama : “Bagaimana pendapat @Oom, soal teori relativitas @mbah Einstein terhadap konversi ENERGI ?!”

        Suka

      • agorsiloku said

        @Kang Hanif, terimakasih untuk tambahan wawasannya.
        Saya punya bk Akhirat Tidak Kekal, tapi lupa nyimpennya dimana 😦 jadi ini beberapa komentar yg mungkin tidak tepat sama dengan buku Agus Mustofa :
        1. Mengenai latar belakang Agus Mustofa (sebagai fisikawan nuklir) boleh jadi sebagai latar belakang. Dan boleh jadi ini justru membantu perluasan pemahaman kita terhadap AQ, Selama ini, kita cukup “tergantung” dari pemahaman berdasarkan kaidah bahasa sebagai alat komunikasi. Namun perkembangan keilmuan Al Qur’an membuka wawasan baru dengan bertumbuhnya pengetahuan sains dan matematika. Termasuk ulasan Akang juga mengenai “matematika Al Qur’an” yang membuka pemahaman baru, yang tidak kita dapatkan dari tafsir yang tidak berlandaskan sains. Oleh karena itu, keindahan dan pemahaman Al Qur’an justru semakin terbuka dengan semakin “majunya” ilmu pengetahuan.
        2. Ini saya kurang tahu persis, tapi semestinya pemahaman Agus Mustofa pada langit dan bumi yang dibahas pada “kekekalan” Surga dan Neraka adalah pada penciptaan kedua kalinya, yaitu langit dan bumi di akhirat. Yakni, setelah kiamat tiba. Yang mengkritisi Agus Mustofa, mengambil basis Langit dan Bumi pada penciptaan pertama sehingga kritisinya justru menjadi kurang tepat. Bumi dan langit pada penciptaan kedua. QS 25:7 Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. “Rasanya”, terlalu naif jika Agus Mustofa, menarik kesimpulan Langit dan Bumi pada penciptaan pertama, seperti pendapat yang tidak menyepakatinya.
        3. Langit dan bumi pada penciptaan pertama adalah alam semesta yang kita kenali pada saat ini. Dengan kata lain, pemahaman alam semesta ini sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini (fisika teoritis) yang juga dibuktikan oleh rumus fisika, termasuk Einstein bahwa alam semesta itu mengembang dan memperluas. Tapi Einstein juga tidak mau membantah teori steady state (alam semesta statis). Namun juga penjelasan dari Einstein juga dilanjutkan dengan “pembuktian” Stephen Hawking bahwa alam semesta harus diciptakan (berawal dan juga akan berakhir).
        4. Kekekalan energi kemudian tidak cukup menjelaskan adanya kejadian di “masa depan”, pada proses penciptaan, harus ada “energi yang disuntikan” untuk terjadinya peristiwa. Ini menjelaskan adanya perintah (kekuatan) untuk terjadinya sebuah proses. Jadi, betul kata Akang, teori bigbang tidak menjelaskan kekekalan energi, tapi percaya adanya penciptaan. Energi yang diberikan (Kun Fayakun) memberikan proporsi kejadian (singularitas) ketika hukum fisika dilahirkan. (di sini Kang Qarrobin : http://qarrobin.wordpress.com/ harus berkontribusi menjelaskan ya), karena ini sudah menyangkut titipan energi untuk pengendalian peristiwa di masa depan. Singkat kata, rumus Einstein masih terlalu sederhana untuk menjelaskan perilaku kuantum masa depan (konversi energi). Pada titik persoalan ini, agor tidak memahami dengan baik. Di sini perlu mekanika kuantum dan fisika relativitas untuk menjelaskan…
        5. Q.S. 28: Al Qashash: 88 menegasi, segala sesuatu akan binasa, kecuali Allah. Tidak ada penjelasan (atau agor belum tahu), ayat yang menjelaskan …. kecuali Allah menghendaki lain … dapat saya pahami bahwa Allah “boleh jadi” mengambil keputusan lain : artinya kita juga tidak tahu juga, wallahu’alam.
        6. Untuk komen Akang sebelumnya : “Untuk sementara insya Allah, sayah meyakini bahwa penghuni neraka tetap dineraka dan penghuni syurga tetap di syurga. ” . Kalau penghuni Neraka, apakah tidak ada yang kemudian setelah pembalasan dilakukan, maka dimasukkan ke surga?. Dan sebagian lagi, ada yang akan terus di neraka sepanjang neraka ada tanpa pernah ke surga?, karena mereka tidak pernah mengimani hari akhir atau pembangkang sempurna (iblis). Terus terang, pada komen Akang ini, saya belum punya keputusan (review) final yang dipahami dengan baik. Karena komen inipun bisa diterima pula, tergantung timbangan berat kemana sebelum seseorang dicemplungkan ke azab dan rahmatNya. Wallahu’alam.
        7. Alasan Agus Mustofa : Akhirat kekal sepanjang bumi dan langit kekal dapat dipahami, memang kurang pas jika dirujuk pada langit dan bumi pada penciptaan kedua. Sedang langit dan bumi pada penciptaan kedua, apakah kekal?. Kita tidak bisa merumuskan karena “boleh jadi”, hukum yang berlaku juga bukan hukum fisika yang kita kenali.

        All of all, Surga dan Neraka tidaklah kekal masih ada dalam konsep berpikir saya. Alasan no. 5, bukankah ini memperkuat asumsi ini.

        Sampai di sini pandangan/pemahaman agor, masih banyak yang harus dibenahi. Apa yang dipahami saat ini, boleh jadi berubah karena ada wawasan baru yang layak untuk dipertimbangkan, sebagai usaha atau bagian dari usaha untuk memahami sebaran petunjukNya.
        Wassalam, agor

        Suka

  2. @Kang Agorsiloku
    Subhanallah,…
    Sayah jadi ingat @Mas Henvel rekan diskusi dengan tema yang sama di blog @Mas Aricloud.

    Penciptaan Adam (Kritisi terhadap buku Ust. Agus Mustofa, Ternyata Akhirat Tidak Kekal)

    1. Mengenai latar belakang beliau, Alhamdulillah, sayah memang pernah membaca salah satu seri buku beliau dan memang sesuai, ada banyak yang sayah setujui dalam term pemikirannyah namun ada banyak pula yang sampai saat ini tidak bisa sayah pahami 😦

    2. Mohon maaf sebelumnyah sayah bukanlah ahli bahasa arab atau ahli tafsir Al Qur’an.
    Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”. (QS 7:24)

    Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (QS 7:25)

    Apakah kita tidak merasa janggal, bahwa pada (QS 7:25) tidak ada satupun tulisan “Ardhu” ??.
    btw…
    Sayah lebih senang, memahaminya sebagai:
    Allah berfirman: “Begitulah kamu hidup dan begitulah kamu mati, sampai kamu dibangkitkan kembali” 😀

    Sekarang kita kembali ke ayat sebelunya:
    “Turunlah kamu sekalian…” bukankah ini berarti bisa ada “Ardhu” selain bumi yang kita pijak ini ?!
    (apapun definisinya entah surga atau “suatu tempat”, namun tetap saja ayat tersebut menceritakan adanya kepindahan Nabi Adam a.s dari tempat asalnya ke bumi yang kita pijak ini)

    Dari ayat tesebut, insya Allah, sains tidak bisa membuktikan apakah perpindahan itu apakah antar bintang, antar galaksi ke galaksi…. atau atar Jagad Raya A ke Jagad Raya B ??
    “Rasanya”, terlalu naif jika Agus Mustofa, menarik kesimpulan Langit dan Bumi pada penciptaan pertama, seperti pendapat yang tidak menyepakatinya. 😀 :mrgreen:

    3 dan 4, sangat menarik jika @Kang Qarrobin Djuti yang menjelaskannyah.

    5. (QS 28:88), bukankah kita ini memang berasal dari ciptaan Allah, semua manusia berasal “tanah”… jadi mau berbentuk atom yang teruraipun kita tetap mengikuti hukum kekekalan, singkat kata kita surga dan neraka tidak akan berakhir selama Allah kehendaki.

    6. Bukan kesimpulan akhir, lihat point 5 :mrgreen:

    7. se 7, dengan pendapat Akang.

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

    • agorsiloku said

      QS 7:25 tidak ada kata bumi betul memang, terjemahan Akang lebih pilih rasanya lebih pas. Namun, karena ayat sebelumnya sudah menjelaskan fii ardhi, saya belum menganggap satu kejanggalan meskipun memang lebih pas tanpa menyebut bumi.
      Mengenai : ” bukankah ini berarti bisa ada “Ardhu” selain bumi yang kita pijak ini ?! –> ini belum pernah masuk dalam pikiran saya. Bukankah sudah jelas bahwa hanya satu Adam dan “turun” ke bumi?. –>kalau ini dibedah, apakah akan masuk pada area berpikir, bumi yang sekarang bukan satu-satunya tempat di alam semesta ini?.
      Namun, uraian singkat ini, sepertinya membuka pula cara pandang baru… (ini asyik)…

      Hanya, yang saya sedikit heran, mengapa setiap pembahasan mengenai hal ini dan menerjemahkan “mereka” kekal di dalamnya , yang dipahami kekal dan dibahas itu Neraka/Surga (akhiratnya),bukan mereka. “Rasa”-nya begitu jelas bahwa yang dimaksud kekal itu adalah “mereka”, dan “mereka” itu bukan merujuk pada Surga dan Neraka sebagai subjek, tapi sebagai keterangan.

      Ini yang saya merasa kok ngeganjel ya pemahaman antara objek-objek, subjek, keterangan pada kalimat sehingga penarikan kesimpulannya kok tidak sense…..

      Tapi, selamat tidur ya… nanti telat sahur….
      Wassalam, agor

      Suka

      • 😀
        Selamat buka puasa,
        Coba Akang baca dulu ini, kalau tidak keberatan.

        Berapa seeh Allah memberikan nilai awal kehidupan dunia ?

        Suka

      • agorsiloku said

        😀 hatur tengkyu, sesudah dibaca… yang agor pahami : esensinya jangan bandingkan kekal yang tak berawal dan berakhir dengan kekekalan akhirat……
        Selamat berbuka puasa juga Kang…

        Suka

      • 😀
        😀
        Alhamdulillah, kalau bijituh sayah tidak khawatir mengulas ayat berikut.
        Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (QS 2:28)

        mati -> hidup -> mati -> hidup (“khaalidiina” fiiha abadaa} secara matematis anggap saja waktu yang tak terhingga (+∞)

        Jika kalau Akhirat tidak kekal (+∞) ?!
        Lalu apakah semua hidup di dunia dongeng 😆

        kata “…kemudian kepada-Nya kamu di kembalikan”, kalimat ini yang sayah maksud “singkat kata kita, surga dan neraka tidak akan berakhir selama Allah kehendaki.

        Kalau melihat assumsi @Oom Agus mustajab :mrgreen:

        Dengan kata lain, paparnya, “Akhirat itu akan kekal jika langit dan bumi atau alam semesta ini juga kekal. Sehingga kalau suatu ketika alam semesta ini mengalami kehancuran, maka alam akhirat juga bakal mengalami hal yang sama, kehancuran” (hal. 234). Pendapat ini diperkuat dengan kutipan Q.S. 28: Al Qashash: 88

        Allah itu berdiri sendiri, tidak terbatas oleh ruang dan waktu sehingga manusia tidak dapat mendefinisikan apa-apa sebagai ditegasi dalam (QS 112:4), kecuali asma’ul husna.

        Jadi kesimpulan hipotesis Agus Mustofa adalah salah total dan sangat lemah.

        Dengan kata lain, paparnya, “Akhirat itu akan kekal jika langit dan bumi atau alam semesta ini juga kekal. Sehingga kalau suatu ketika alam semesta ini mengalami kehancuran, maka alam akhirat juga bakal mengalami hal yang sama, kehancuran” (hal. 234). Pendapat ini diperkuat dengan kutipan Q.S. 28: Al Qashash: 88

        Kalimat tersebut tidak beda jauh dengan :
        “Akhirat itu Kiamat sebab langit dan bumi mengalami Kiamat”

        Anak teka juga tahu, kalau di Al Qur’an tidak ada satupun yang menyataken alam Akherat bakal kiamat.

        Duh… jangan-jangan @Oom Agus Mustajab, tidak percaya adanya hari kiamat 😦

        Wassalam, Haniifa.

        Suka

      • agorsiloku said

        hi…hi.. itulah…, seperti komentar agor sebelumnya, masa sih Oom Agus Mustafa menyimpulkan dari penciptaan pertama…. Silogisme berada di alam logika univers, sedang di alam akhirat adalah alam yang tidak bisa didefinisikan dengan pengetahuan kita. Nyaris saya tidak percaya Beliau menarik kesimpulan begitu dan insya Allah, tentu Beliau menjelaskan ulang pemahaman tersebut.

        Selebihnya itu sebuah konsepsi dari perjalanan ijtihad….

        Alhamdulillah pula, tidak sedikit pula yang meluruskan pandangan, sehingga tesa dengan anti tesa menjadi sebuah dialektika ijtihad yang sehat ….

        Suka

  3. qarrobin said

    Informasi yang saya punya masih berserakan, belum saya susun berurutan dari energi yang berada di semesta space kita ke energi di superspace (barzakh tempat kita menunggu setelah kematian) hingga energi di hyperspace (akhirat maksudku ada tiga pembagian menurut surah al waaqi’ah yakni jannah bagi golongan kanan, naar bagi golongan kiri, sabiqun bersama 4 malaikat muqarrabun).

    Untuk kejadian di masa depan, termasuk waaqi’ah maksudku timpaan Big Crunch, kemudian penciptaan kedua ketika bumi diganti dengan bumi yang lain mungkin padang mahsyar, kemudian pintu langit yang memiliki tangga maksudku ma’aarij (yang diciptakan dengan kecepatan mendekati cahaya dengan perbedaan waktu satu hari berbading 50 ribu tahun) sebagai jembatan wormhole ke jannah dan pintu langit yang tidak memiliki tangga maksudku waaqi’ah (yang diciptakan dengan timpaan gravitasi) sebagai naungan holegram ke naar. Pada data 007,041 : lahum min jahannama mihaaduu wa min fawqi him ghawaasyii, bagi mereka dari jahannam (bintang) yang terbuai dan dari timpaan mereka tutupan (event-horizon).

    Saya belum selesai meriset al qur-an, untuk kesimpulan akhir mungkin teman-teman bisa membantu mengumpulkan ayat-ayat yang berhubungan dengan alam kubur, kehancuran, kebangkitan dan akhirat kemudian berkenan untuk mengirimkannya ke email saya qarrobin.djuti@yahoo.co.id. Khusus untuk alam kubur, mas Agor pernah memberikan back link, namun karena saya belum merisetnya, saya belum bisa memberikan komentar. Semua teori fisika harus selaras dengan al qur-an. Untuk teori fisika riset saya juga belum selesai, sekarang saya sedang mempelajari buku The principles of Quantum Mechanics yang ditulis oleh Paul Adrien Maurice Dirac. Buku ini membantu memahami teori kuantum yang nantinya akan saya hubungkan dengan teori relativitas waktu pada kondisi semesta yang berbentuk hologram yakni geomatrix, maksudku the meaning world atau disebut kahfi. Berikut adalah kesimpulan sementara.

    Semesta space kita (bukan energinya) tidak benar-benar ada, maksudku ia berbentuk halaugram, kita sering tertipu oleh space dimana kita tinggal. Teori relativitas waktu yang efeknya pergeseran merah – sebagaimana warna kelopak mawar menjadi semakin merah ketika mengembang seperti kilapan merah cat minyak ketika digoreskan, intensitas warnanya tidak rata tapi berubah agak merah seiring jarak goresan (ar rahman 055,037) – jika kita (sebagai pengamat A) melihat cahaya sebagai gelombang yang arahnya lurus terhadap kita, akan memberikan prinsip superposisi pada teori mekanika kuantum Dirac jika kita melihat cahaya sebagai partikel yang melintas dihadapan kita (sebagai pengamat B) yang berada pada posisi tegak lurus 90 derajat terhadap pengamat A. Hal ini karena ruang (space) yang kita lihat dibentuk oleh titik-titik yang dilalui cahaya. Keberadaan ruang secara relative bergantung kepada pengamat yang melihatnya. Nantinya teori ini akan saya terapkan pada elektron yang mengelilingi proton dan medan elektromagnetik Maxwell yang mengikat proton dan elektron sehingga kita dapat memahami awan elektron sebagai interpretasi kuantum, teori ini pun dapat diterapkan pada bagaimana manusia dapat melihat jinn karena prinsipnya sama.

    Karena kita tinggal di dalam ruang yang dibentuk oleh titik-titik yang secara relative bergantung pada pengamat, pintu determinisme tertutup bagi kita, dan kita tidak dapat mengetahui masa depan secara pasti. Namun semesta kita memiliki biorhythm untuk meramal masa depan. 017,012 : wa ja’al naa llayla wa nnahaara –aayatayni fa mahaw naa –aayata llayli wa ja’al naa –aayata nnahaari mubshiratan lli tabtaghuu fadhlan mmin rrabbi kum wa li ta’lamuu ’adada ssiniina wa lhisaaba wa kulla syai-in fashshal naa hu tafshiilan

    Dan kami jadikan malam dan siang dua ayat, maka kami melek-kan ayat malam dan kami jadikan ayat siang yang terlihat bagi mencari kelebihan dari rabb kamu dan bagi mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan, dan tiap sesuatu kami jelaskan ia suatu penjelasan.

    Dari teori Dirac, kita melihat bahwa cahaya (maksudku energi) berada pada dimensi imajiner xi sebagaimana berada pada persamaan minkowsky r^2 = x^2 + y^2 + z^2 + (xi)^2. Dari teori relativitas, kita melihat bahwa terdapat perbedaan waktu pada dua kondisi yang berbeda maka kelajuan cahaya adalah kelajuan waktu pada persamaan 0 = x^2 + y^2 + z^2 – (ct)^2. Pada salah satu kondisi terdapat peremajaan waktu. Pada blackhole yang timpaan gravitasinya mengurung cahaya, waktu menjadi nol. Ini adalah bukti bahwa energi pada space semesta kita diciptakan. Pada keadaan ini jika kita berada pada event horizon dari blackhole yang berputar, kita akan dibawa ke masa lalu dan menjadi dua orang sebagaimana para malaikat dapat menggandakan diri. Ini adalah bagaimana Joshua (fataya) dilahirkan kembali menjadi dua pada kisah musa dan khidhir pada surah al kahfi, namun Joshua yang lebih tua telah dibunuh oleh Musa as di masa depan sebelum bertemu dengan khidhir. Pada kisah dzulqarnayn, suatu sebab dapat berjalan mundur dari masa depan ke masa lalu. Pada kembaran terdapat efek Diapozom yang disebut hablu mmina nnas. Ini adalah bukti bahwa energi dapat dilipatgandakan.

    Jika kita sebagai foton yang melaju pada kecepatan cahaya, kita hanya melihat diri kita sendiri, setiap foton yang lain adalah animasi dari kita. Cahaya berada pada superspace sebagai dimensi titik Hilbert pada ruang Feinberg. Cahaya dipancarkan oleh nuwr, maksudku superspace. Malaikat dan ruwh diciptakan dari superspace, ini adalah jibril horizon maksudku sidrah al muntaha dalam bentuk holygram. Disini berlaku mekanika tachyon, maksudku intrinsik impulsmoment yakni alam amr (perintah). Ruang ini disebut chronosfer ketika waktu terkunci, maksudku waktu mengalami dilatasi tak terhingga karenanya shalat tidak lagi menjadi kewajiban setelah kita meninggal, maksudku shalat bergantung kepada waktu.

    Sepertinya terlalu panjang, kita singkatkan saja. Lawh mahfuzh yang berada pada hyperspace berisi kulli syai-in dalam bentuk wholegram dan Allah istiwa di atas ‘arsy, mengarahkan setiap sesuatu. Waktu tidak lebih dari perbandingan antara dua kondisi. Space tidak lebih dari titik-titik. Yang Nyata hanya Allah.

    wallahu a’lam, jika ada yang salah dari konsepsi di atas, berpeganglah pada al qur-an

    Suka

    • agorsiloku said

      Assw.
      Tulisan ini mengingatkan saya akan realitas wujud dan tak wujud yang diuraikan antara sufi dan mistis Ibn Arabi – Wahdat al Wujud yang dicobajelaskan menurut fisika teoritis. Perbendaharaan Allah disebutkan berada di wholegram.

      Buat agor, cukup membingungkan (karena belum paham), bagaimana bisa menjelaskan mengenai surat al Kahfi, dan kisah dzulkarnain, “suatu sebab dapat berjalan mundur dari masa depan ke masa lalu?”. Bagaimana fisika menjelaskannya?
      Terikasih untuk catatannya, sy masih membaca ulang berkali-kali….

      Suka

      • qarrobin said

        wassalamu’alaykum
        018,084 : innaa makkannaa la hu fii l ardhi wa -aatay naa hu min kulli syay-in sabaaban
        bahwa kami tempatkan bagi ia di dalam bumi dan kami berikan ia dari tiap sesuatu suatu sebab

        ini link yang berhubungan
        qarrobin.wordpress.com/2010/06/25/shahib-al-kahfi/
        qarrobin.wordpress.com/2010/05/27/musa-joshua-hidzir/
        qarrobin.wordpress.com/2010/06/02/north-pole-triangle-maqami-hidzir/

        Suka

  4. […] fisi-kawan neon , sayah kira beliau ini serupa dan sama dengan Fisi-kawan terkemuka di Indonesia Jurusan Pilsafat Nuclear   yaitu Ir. Agus Musthofa yang mempercayai hukum kekelan Energi tetapi tidak mempercayai hukum […]

    Suka

  5. T,J. said

    Assalamu ‘alaykum wr. wb.

    Terima kasih telah berbagi.

    Saya sedang membagikan buku tasawuf karya Ahmed Hulusi yang beliau
    ungkapkan sebagai pengalaman pribadinya dan didasari dengan kitab-kitab
    ulama tasawuf klasik yang diperkuat dengan sains moderen. Jika Anda dan
    teman-teman Anda berminat, silakan hubungi saya (SMS saja:0878 24 124 125).

    Bukunya:
    1. Hakikat Kehidupan; Jalan untuk mengenal diri
    2. Yang Maha Melihat
    3. Menyingkap Sandi Al-Qur’an: tafsir sufistik.

    Ini akan menambah wawasan bagi siapapun yang ingin mengasah pikirnya, memanfaatkan kecerdasan untuk menemukan kebenaran.Sebagian isi buku dapat dilihat di logiskah.blogspot.com atau pandanganhulusi.blogspot.com

    Trims n salam
    T.J.

    Suka

Tinggalkan komentar