Episode Akhir Skenario Cinta Fitri

Suer deh, ketika menulis tentang Sinetron akhir Cinta Fitri, Juli 2008 lalu.  Nggak ada maksud apa-apa, cuma sekedar selingan saja.  Blog ini tidak dirancang bersama teman-teman untuk menjadi blog sinetro.  Tapi, ternyata ada juga yang mau komentar tentang sinetron CF.  Bahkan ketika di gugel di”search” dengan kata “cinta fitri” (dengan apostrop) ditemukan 246 ribu hasil telusuran dan jika tanpa apostrop ditemukan sampai 948 ribu.  Dari hasil telusuran gugel sebanyak itu, sedihnya senangnya, postingan Skenario Cinta Fitri, masuk di barisan 10 pertama hasil gugel. 😀

Jadi, tentulah banyak yang kecewa dengan tulisan pada postingan tersebut.  Mengapa?.  Karena, memang isinya tidak ada.  Meskipun ada yang komentar, tapi jelas hanya mengisi antara pro dan kontra saja. Namun, mudah-mudahan ada yang tetap bersudi ria membaca rangkaian postingan yang sesuai dengan tema blog ini deh.  Kadang dan memang dalam perjalanan kehidupan, kita tidak pernah tahu, apa yang sedang dipersiapkan Allah untuk kita di masa depan.  Skenario yang tercatat dalam kitab Lauh Mahfuz dan dijalani manusia dalam kehidupan sehari-harinya berjalan dengan penuh halus dan lemah lembut, sehingga kejutan-kejutan dalam skenario perjalanan takdir manusia adalah sebuah keniscayaan yang menjadi kuasa Ilahiyah.

777 Episode Cinta Fitri.

Walah nggak tahu deh.. apa sampi 777 episode atau nggak.  Karena saya ikutan nonton CF sangat dipengaruhi oleh isteri saya, maka faktor antusiasme isteri sangat mempengaruhi penilaian saya atas CF.  Yang jelas, isteri saya sudah menunjukkan ketertarikan pada CF sudah sirna.  Kalau saya ganti channel saja udah nggak protes lagi. 😀

Betul seperti komentator di bawah ini.  Iklan yang kepanjangan dan ganti channel  serta nonton cukup seminggu sekali memberi kenikmatan lebih dari pada nungguin yang tidak jelas arah ceritanya.  Kesan dipanjang-panjangkan, keputusan yang tidak logis, komitmen-komitmen logis yang dilanggar dan menganggap penonton sama bodohnya dengan sutradara adalah jalan cepat menuju habisnya daya tarik sebuah film.  Apapun juga.  Apalagi di tengah cerita CF ada cerita ketawa ketiwi yang jelas-jelas hanya membuang-buang waktu dan mungkin juga bisa menyebabkan kerusakan pada pesawat televisi atau kepala kita.

Logika Manajer, Logika Investigasi, Logika Penjahat

Jujur saja, ketika iblis bernama Miska disuruh hormat bendera sama si Oma Gila, maka kesimpulan saya, kalau saya nonton CF sama dengan merusak segala kemampuan berpikir dan hanya buang-buang energi.  Benar-benar CF sudah menjadi cerita sampah yang tidak punya martabat lagi.

Pada beberapa episode yang membuat komentar di blog ini meningkat, memang menunjukkan adanya sekuen-sekuen yang menarik dari CF.  Tapi, usaha memperpanjang dengan cara-cara konyol ini benar-benar kebodohan nyata dari penulis skenario dan sutradaranya.  Kebodohan seperti ini, jelas tidak layak terjadi.  Seharusnya,  si penulis skenario tidak boleh melakukan kebodohan yang konyol dari alur cerita pada konflik seperti CF.

Beberapa sekuen yang tidak bisa diduga, mungkin saking bodohnya saya, seperti kematian Pak Hutama atau terusirnya Farel sama Fitri adalah di luar perkiraan.  Jadi, memang, kalau ditonton seminggu sekali, boleh juga tuh.  Toh di antara waktu itu, tidak ada yang perlu ditonton juga.  Atau paling tidak, isteri saya bisa menonton film yang lain, tapi pas bagian akhir film, dia pindahkan channel ke CF, sekedar untuk tahu… sudah sampai dimana perjuangan Farel.

Kacau balaunya cerita bohong CF ini pada episode terakhir terlihat dari, kelanjutan mencari asal usul Faiz, hutang 2 milyar yang berhenti begitu saja, dan posisi Farel yang katanya direktur, analitis, tapi mengambil keputusan atau investigasi saja nyaris nggak becus dan kebangetan bodohnya (atau lebih tepat : penonton dibodoh-bodohin oleh sutradara pin-pin bo).

Saya bilang pintar, karena CF bisa disukai dan bodoh, karena ceritanya tidak jelas juntrungannya tapi kok ditonton.

Aneh benar penonton sinetron ini.  Lebih aneh lagi, penonton Indonesia.  Jadi, betul juga usulan dari beberapa komentar pada postingan sebelumnya, Bagaimana kalau Pak Hutama dihidupkan lagi?.  Terserah Hilman Hariwijaya Lupus mendisainnya.  Namun, ya seharusnya orang sekualitas dia, bisa menulis skenario yang lebih bermutulah….