Sains-Inreligion

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kalau Al Qur’an Bertentangan Dengan Sains, Bagaimana ya… !

Posted by agorsiloku pada Agustus 4, 2008

Salah satu “kebanggaan” ummat Islam di jaman akhir ini, mereka temukan cukup banyak kesesuaian perkembangan ilmu pengetahuan dengan perkembangan sains.  Paling tidak,  ada dua hal yang “menyenangkan”.  Pertama, ummat Islam lebih merasa pede bahwa benarlah bahwa ayat-ayat yang dibukukan pada lembaran digital atau kertas itu adalah kalam Ilahi dan mitra-mitra Allah memelihara Al Qur’an.  Bagi yang beriman, maka manfaat terbesarnya, tentulah bertambahlah “nilai” keimanannya.  Bagi yang tidak beriman, makin menyebalkan karena makin sulit berargumentasi dengan para penafsir fundamentalis itu.  😀 

Usaha-usaha dari ragam yang melecehkan AQ sebagai bla…bla…bla dan kerajinan kaum fundamentalis dari berbagai belahan dunia untuk menunjukkan bahwa benarlah ayat-ayat itu berkesesuaian, makin sulit dibantah. Kalaupun dibantah, argumennya kerap semakin sumir.   Bilangan 19 dalam AQ menambah-nambah kejengkelan sebagian manusia dan menambah nilai keimanan bagi sejumlah mahluk hidup lainnya. Ada kemahamatematikaan yang ada di situ, yang membuat banyak argumen prasangkaan gugur satu demi satu.  Sebagian besar masih tampak sangat jauh dari metodologi sains atau cara hitung matematika.  Namun, toh kesesuaian yang terjadi, seperti misalnya soal sehari 1000 tahun dan 50 ribu tahun yang diungkapkan ilmuwan Mesir, melahirkan pandangan adanya kenyataan-kenyataan baru yang berkembang bersama pengetahuan sains manusia.

Mulailah ada perdebatan bahwa sains dinamis, tidak selayaknya kitab Allah diperbandingan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.  Kalau para mufassir menyibuki dan membanggakan kitab Allah berkesesuaian dengan sains, bagaimana kalau kemudian terjadi sebaliknya, ternyata sains benar dan kitab Allah yang salah besar !.  Atau setidaknya, penemuan baru dari sains, bisa saja menggugurkan teorema yang muncul, dan kemudian ternyata atau menjadi tidak sesuai dengan AQ.  Misalnya soal teori Bigbang, gimana kalau ternyata teori ini ditolak dan bagaimana “nasib” tafsir-tafsir AQ terhadap perkembangan ilmu?.  Ini kan berpeluang meruntuhkan nilai dari AQ itu sendiri?.

Apakah ini tidak mengkhawatirkan? dan merusakkan akidah?.  Bagaimana kalau kemudian terbukti secara ‘ainul yaqin” bahwa AQ yang kemudian salah.  Malu deh para alim ulama itu, karena selalu berusaha mendekat-dekatkan kepada perkembangan dinamis ilmu pengetahuan.  Bagaimana kalau kemudian benar-benar terbukti bahwa kodok yang sekarang ada, benar-benar berasal dari Dinosaurus?.

Perbedaan Sudut Pandang.

Beda-beda cara pandang sih, wajar-wajar saja dalam jaman informasi ini.  Namun, cukup jelas bagi ummat Islam, AQ adalah sumber pengetahuan dan sumber petunjuk akhlak.  Di sejumlah ayat-ayat ilmu pengetahuan (seperti mengenai gunung yang bergerak, pasak tanpa tiang, perhitungan waktu, dan lain-lain) adalah memang menunjukan hal-hal yang harus digali oleh akal dan ilmu pengetahuan.  Kalau memang AQ salah atau keliru dan ummat Islam punya pandangan seperti ini, maka jelaslah bahwa kitab itu sudah dicemari atau tercemari.  Sebagian disembunyikan atau ummat salah memahami kitabNya.  Namun, dalam prosesi iman dan pengetahuan, kita bisa haqul yaqin bahwa Al Qur’an adalah hukum-hukum jalan lurus  yang tetap dan tidak terkontaminasi jaman.  Ummat Islam tidak usah berada pada logika bahwa, Al Qur’an bisa salah.  Mungkin kita bisa salah memahami bench marking AQ pada sains karena pengetahuan kita juga berkembang.  Tapi, kita bisa meyakini bahwa AQ tidak akan salah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.  Kita bisa yakin, bahwa pertanda AQ jauh lebih sempurna dari pada pertanda pengetahuan sains manusia.

Sederhananya, apapun rumus gravitasinya ditambah dikurangi atau dilengkapi.  Tetap saja dari dulu sampai sekarang gravitasi sebagai salah satu penjelasan dari hukum-hukum Fisika, ya begitu saja (kekal di alam dunia ini).  Begitu juga Al Qur’an.  Ditetapkan pada Rasul terakhir, dan mestilah Allah memperhitungkan sampai masanya pengetahuan AQ dicabut dari dada manusia di akhir jaman.

Tentu AQ bukan kitab sains, tapi menandai beberapa perkembangan sains.  Jangan kita campuradukkan bahwa : karena AQ bukan kitab sains, maka tidak akan ditemukan penanda sains di dalamnya. Penanda yang sesuai dan tertulis pada AQ layak diuji oleh ilmu pengetahuan.  Dan tak perlulah khawatir, bahwa AQ keliru. Tidak perlu pula kita khawatir bahwa “bisa jadi, salah interpretasi” sehingga asumsinya bisa membuat AQ juga keliru.  Kalau ada orang Islam yang berilmu yang ternyata melihat bahwa interpretasi sains selama ini belum sampai pada titik yang dijabarkan AQ, maka kita bisa melihat “pada rentang mana” gap ini terjadi. Yang belum dikenali, seperti ummat sholeh terdahulu. Imani dan taati.

Sejarah kelam masa lalu dalam harmoni agama dan sains, adalah “kebencian” terhadap penemuan sains dan otoritas keagamaan.  Jangan masa kelam ini terulang kembali… 🙂

29 Tanggapan to “Kalau Al Qur’an Bertentangan Dengan Sains, Bagaimana ya… !”

  1. Aricloud said

    Assallammu’alaikum
    well, setidaknya paragraf terakhir “Tentu AQ bukan kitab sains, tapi menandai beberapa perkembangan sains……” cukup membuat saya manggut-manggut.
    Tentu saja AlQuran bukan kitab sains. Dalam hal sains, sebenarnya AQ berada pada posisi netral.
    Artinya dalam hal ayat-ayat yang “dianggap” bersinggungan dengan ranah sains, maka AQ tidak pernah berbicara tentang sebuah “kepastian” namun cenderung “mengkaburkan” yang berujung pada intepretasi yang sangat fleksibel. Sehingga AQ akan selalu terasa cocok untuk berbagai zaman.

    Contoh: Walaupun saya seorang Anti-evolusi, namun saya juga melihat AQ berada pada posisi netral dalam hal evolusi makhluk hidup. (Tidak menentang maupun memihak) kecuali tentu pada hal penciptaan Adam. Kedua belah pihak pun sama-sama bisa menggunakan dalih AQ untuk mendukung pro dan anti-evolusi nya.

    Mas Agor, khusus untuk kalimat :
    “Bagaimana kalau kemudian benar-benar terbukti bahwa kodok yang sekarang ada, benar-benar berasal dari Dinosaurus?”

    Menurut saya..hal ini tidak akan pernah terbukti. Karena evolusi berlandaskan pada penemuan-penemuan berdasarkan kemiripan yang satu sama lain dihubungkan/dikaitkan, namun tidak pernah ada orang yang menyaksikan secara langsung “Proses Evolusi” tersebut. Sehingga teori Evolusi akan senantiasa menjadi “Teorema” bukan fakta ilmiah.

    Kodok berasal dari Dinosaurus hanya akan terbukti jika benar-benar dapat disaksikan perubahannya. Jika tidak, maka berarti masih “hipotesis”, atau paling mentok “teori”. Karena pasti hanya didasarkan pada intepretasi hubungan/kaitan/kemiripan.

    Sewaktu bumi masih dianggap Datar. Tidak ada orang yang protes pada AQ, karena AQ juga tidak menyatakan bumi itu bulat dengan kalimat pasti, tapi hanya melalui ayat-ayat yang multi-intepretatif.

    @
    Mas Ari, kata “Bagaimana kalau… ” itu adalah pengandaian saja, kadang kita anggap kalimat seperti ini dianggap sebagai pernyataan benar. Jadi itu hanya asumsi saja kok. Jadi sangat interpretatif dan prasangkaan…
    terimakasih untuk pembukanya.
    😀

    Suka

  2. zal said

    ::Mas Agor, apa yg terfahamkan pada saya, bahwa AQ, tidak terbatas pada yg tertulis, namun juga meliputi pada yg terhampar, jika muhkamat adalah pokok isi AQ, ada pula Mutasyabihaat yg taqwilnya hanya ada pada Allah, jadi penggalian terhadap AQ, mustahil jika terbatas pada satu kata satu arti…
    diKalimahkanNYA demikian tentu bukan sekedar pembenaran tanpa pencarian, namun tafakkaruun menuju jalan yg sulit…
    lagi pula Nabiullah Muhammad SAW, berkata “aku tinggalkan 2 hal, jika berpegang padanya maka tidak akan tersesat…sedang di dalamnya dicatat “percayalah kepada ALLAH..” sepertinya anjuran semua nabi, meski lebih banyak yang melirik hanya kepada Nabinya..
    Jadi, bacalah sains sebagai AQ itu, pasti tidak akan ada pertentangan…dan dalam liputanNYAlah semua yg ada…

    @
    Betul Mas Zal, namun kita juga tahu bahwa pemahaman bisa berbeda, seperti matahari yang mengelilingi bumi, sampai sekarangpun masih jadi hujjah yang diyakini dan yang di luar pemahaman ini adalah keliru.
    Dengan kata lain, ayat kauniyah ketika dipahami, bisa bertentangan dengan sains. Ini masih dalam pengetahuan yang saat ini sudah dianggap jelas, apalagi yang masih dalam kerumitan pemikiran.

    Suka

  3. MaIDeN said

    Yang terkadang terjadi adalah beberapa umat islam menjadi terlalu pede sehingga menjadi kaum fundamentalis dengan asumsi-asumsi dari hasil mencocok-cocok’ken sains sama AQ.

    Saya setuju sekali dengan kalimat komentator pertama “Sewaktu bumi masih dianggap Datar. Tidak ada orang yang protes pada AQ, karena AQ juga tidak menyatakan bumi itu bulat dengan kalimat pasti, tapi hanya melalui ayat-ayat yang multi-intepretatif.”

    Jaman itu barangkali juga ada yang mencocok-cocok’ken sains sama AQ dan bilang kalau bumi ini bulet. Barangkali kalau jaman itu dah ada blog, barangkali si empunya blog bisa semakin pede sama agamanya 😀

    Kalau saya, saya nggak perlu teori cocok cocok’an untuk pede sama kitab sendiri 😛 jejeje

    @
    Mencocok-cocokan, dalam bahasa ilmunya :”trial n error” 😀
    Kemudian, ketika orang belajar ilmu pengetahuan, dia dapati “ternyata” AQ sudah menandainya, sehingga si pembelajar tadi semakin bertambah keyakinannya…

    Suka

  4. haniifa said

    Nilai matematika ku 9 kadang 10, tapi dalam skala 100 😛

    Suka

  5. wongcilik said

    Alkitab malah menyatakan dengan PASTI bahwa BULAT BULAT!
    Yesaya 40:22 Dia yang bertakhta di atas BULATAN BUMI yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman. 🙂

    @
    Bulat Bulat !
    😀

    Suka

  6. wongcilik said

    maksudnya bumi bulat 🙂

    Suka

  7. yureka said

    mas Zal n all
    mutasyabihat takwilnya hanya pada Allah ??
    artinya bagaimanapun manusia mendalaminya pasti salah gitu ??
    kira2 apa maksud Allah menurunkan ayat2 mutasyabihat itu kalau kemudian hanya DIA saja yang mengerti. benar2 tidak efisien !!

    atau anda kurang teliti (maaf mas zal)saat membaca surat 3:7 itu

    Suka

  8. yureka said

    mas wongcilik
    pernah lihat cd lawasnya pak nazernaik ?

    Suka

  9. haniifa said

    Agorsiloku := anak goreng si loba kutu
    yang datang kutu IBRO… wungkul. 😀

    intermezzo !!

    Suka

  10. haniifa said

    KUTU FIR’AUN BERKICAU :
    ::Mas Agor, apa yg terfahamkan pada saya, bahwa AQ, tidak terbatas pada yg tertulis, namun juga meliputi pada yg terhampar, jika muhkamat adalah pokok isi AQ, ada pula Mutasyabihaat yg taqwilnya hanya ada pada Allah, jadi penggalian terhadap AQ, mustahil jika terbatas pada satu kata satu arti…
    diKalimahkanNYA demikian tentu bukan sekedar pembenaran tanpa pencarian, namun tafakkaruun menuju jalan yg sulit…
    lagi pula Nabiullah Muhammad SAW, berkata “aku tinggalkan 2 hal, jika berpegang padanya maka tidak akan tersesat…sedang di dalamnya dicatat “percayalah kepada ALLAH..” sepertinya anjuran semua nabi, meski lebih banyak yang melirik hanya kepada Nabinya..
    Jadi, bacalah sains sebagai AQ itu, pasti tidak akan ada pertentangan…dan dalam liputanNYAlah semua yg ada…

    KUTU KUPRET MERESPON:
    yureka Berkata:
    Agustus 5, 2008 pada 10:57 am

    mas Zal n all
    mutasyabihat takwilnya hanya pada Allah ??
    artinya bagaimanapun manusia mendalaminya pasti salah gitu ??
    kira2 apa maksud Allah menurunkan ayat2 mutasyabihat itu kalau kemudian hanya DIA saja yang mengerti. benar2 tidak efisien !!

    atau anda kurang teliti (maaf mas zal)saat membaca surat 3:7 itu

    Karena saya termasuk KUTU ALL, … bingung 8) membaca surat 3:7

    surat 3:7 apa surat CINTA KUTU Gituh ?! 😀
    (Khok nggak ada tulisan terjemaahan [QS 3:7])

    Suka

  11. yureka said

    menurut kamu surat 3:7 gimana haniifa ??
    ayo coba versi kamu piye !
    sing tenanan yen njelasne

    Suka

  12. haniifa said

    Allah subhanahau wa ta’ala berfiraman:
    [QS 55:13] Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

    begitu juga pada…
    [QS 55:25] Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

    Perhatikan walaupun sama persis saya terbiasa menulis seperti itu.

    Siap yang ”trial n error” ?!

    Wassalam, Haniifa.

    Suka

  13. haniifa said

    Yureka ne baca sin api, ben jelas… ?!
    Tulisan mas Zal kan bergabung tidak jelas antara tarjamaah dengan pendapat pribadi… Clear 😀

    Suka

  14. haniifa said

    Saudara Agorsiloku
    Mencocok-cocokan, dalam bahasa ilmunya :”trial n error”

    Siapa yang “trial n error” postingan saudara bertaburan ayat-ayat Al Qur’an, tetapi kamu tulis “Kaulinan”

    Diawal-awal berkometar tahun lalu sudah saya kritisi, INGAT !!

    @
    Dunia penuh tipu daya dan senda gurau belaka.
    mencocok-cocokan bukan hal yang keliru, itu adalah satu model.
    Namun, agor selalu usahakan, betapapun bodohnya saya, mencoba menghindari untuk merasa … merasa apa saja.

    Suka

  15. haniifa said

    Dunia penuh tipu daya dan senda gurau belaka.

    Tapi kehidupan bukan senda gurau

    @
    Kehidupan adalah permainan dan senda gurau belaka, sampai tiba di hari kebangkitan.
    Namun, ini juga tidak berarti bahwa agama dibuat senda gurau. AQ yang menjelaskan hal ini. Agor kira Mas sudah jauh di atas saya memahami hal ini. Mohon Mas Haniifa tunjukkan, adakah yang menunjukkan komentar atau postingan saya sebagai senda gurau. Kalaulah saya membuat dalam kalimat ringkas dan sederhana, saya kira dapat ditangkap maknanya. Itu hanya sebagai upaya untuk menjelaskan atau mengajak diskusi tanpa njlimet.
    Saya juga berusaha (meskipun belum berhasil) untuk tidak menyenda guraukan ayat atau pandangan yang berbeda. Kalaupun ada komentar yang nyleneh, saya tidak mau bersenda gurau urusan yang berkait dengan keyakinan, apapun keyakinannya.
    di tag unclean pesan ini disampaikan.
    Namun, pada dasarnya apa saja atribut manusia yang menempel pada dirinya, yang kemudian hadir adalah sikap dalam kehidupannya, kesehariannya, yang tak mungkin ada di dalam blog yang hanya lintasan-lintasan dari satu hal yang diniatkan, yang dibaca pengunjungnya (kalau ada yang mau datang) 😀 Kalau pun tidak, hanya menjadi berkas-berkas pribadi saja, kebiasaan menulis.

    Oh ya, kalau ada senda gurau, seperti pada Khanzasila ada nino.. itu postingan selingan. bukan tema pokok, tidak selalu harus terlalu serius.

    Usaha untuk tidak mensendaguraukan agama, buat agor adalah hal yang prinsip. Termasuk juga untuk tidak mau berkomentar pada blog yang menganggap agama adalah permainan belaka. Hidup adalah permainan, tapi agama jelas bukan. Itu yang diniati.
    agor

    Suka

  16. haniifa said

    Ingat kesulitan mas mengenai up loading data !!
    Betapa susahnya saya berusaha… namun Alhamdulillah… sepemahaman saya mas berhasil, sedikit-demi sedikit bukan ?!

    Dimata saya mas secara tidak langsung menjatuhkan “profesi orang” yang bergerak dibidang yang sama, kebetulan saya juga pernah mengalami bidang yang sama… sehingga insya Allah sangat memahami kesulitan mereka.

    Coba simak tanggapan: “Mencocok-cocokan, dalam bahasa ilmunya :”trial n error””

    Dr. Rashid Khalifa terlepas dari kontroversial-nya tetapi beliau menggunakan bahasa ilmunya :”trial n error” dalam menghitung huruf/kata Al Qur’an, Bukan ?!

    Haniifa.

    @
    Trial n error adalah komentar saya untuk Mas Maiden (jadi saya tulis di bawah komentar beliau). Ketika Mas Maiden melihat bahwa dalam konteks yang Mas Maiden sampaikan, ada usaha untuk mencocok-cocokan pengetahuan sains dengan apa yang tertulis pada ayat. Saya tidak membahas pada komentar itu ke pendekatan R.Khalifa. Itu masih terlalu rumit.
    Kiranya Mas menyatukan hal-hal dalam pendekatan berbeda dalam satu konteks yang sama. Terlalu sulit jadinya mengurai sistematika masalahnya. Saya termasuk yang tidak sanggup mengikuti pola seperti ini. Dan karenanya, terlalu berat juga saya memberikan catatan atau persepsi saya pada komentar Mas. Mohon Mas dapat memakluminya.

    Suka

  17. haniifa said

    agorsiloku:= Hidup adalah permainan.

    haniifa:= Blog, postingan, komentar… juga permainan khan.

    @
    Pada postingan , sangat jelas saya sebutkan. AQ menjelaskan begitu. Jadi saya hanya mengutip Al Qur’an.
    Soal pada komentar atau postingan, apakah permainan dan karenanya saya bermain-main dengan kata maka itu adalah penilaian dari kontributor. Dari mereka semua dan dari postingan Mas saya belajar.

    Suka

  18. haniifa said

    Mas Maiden sesumbar jagoan matimatika… bantah dunk tulisan/komentar saya disini soal matematika

    Suka

  19. haniifa said

    Kalau saya, saya nggak perlu teori cocok cocok’an untuk pede sama kitab sendiri jejeje

    Jago KANDANG LU 😀

    Suka

  20. aburahat said

    @Agor
    Mas, menurut yg saya tau dan saya baca para ahli sains yg netral setelah mereka mempelajari pernyataan mereka adalah sampai kapan dan setinggi apa ilmu yg mereka kuasai tdk akan mampu menyaingi Alqur’an. Tapi ada beberapa dari mereka ilmuan Islam yg ingin diakui keilmuannya apa bila ada penemuan sain yg baru lalu mereka men-cari2 ayat yg cocok lalu mengatakan Alqur’an sdh mengatakan. Tapi yg menjadi masalah bagi kita adalah pengaruh orientalis atas pola berpikir kita. Sedangkan ilmuwan2 Barat sekarang berusaha membukti bahwa Alqur’an tdk sempurna. Oleh karena itu mas kita umat islam yg mempunyai sedikit kemampuan pengetahuan marilah ber-sama2 kita terus menggali ilmu Allah melalui Alqur’an utk mendapat kebenaran. Damai damai Wasalam

    @
    Mas Abu betul. Pada satu kali, saya mendengar seorang rekan yang menurut saya sangat menguasai AQ mengatakan kurang lebih yang maknanya, “…kalau membahas cuma isi AQ saja, untuk apa?, perlu pemahaman dan logika serta sumbangan dari sumber-sumber lainnya; Jadi tidak usahlah disebutkan ayat-ayat tersebut…”. Saya sedikit terkejut, buat saya, justru sebaliknya. Petunjuk melalui AQ adalah tuntunan yang tidak akan tiada habisnya digali. Anggapan seperti itu hanya semakin menjauhkan dari kitab yang jelas dirujuk untuk orang beriman.
    Hal kedua, pengaruh orientalis pada pola berpikir kita adalah sesuatu yang menurut saya dahsyat pengaruhnya di abad 19, 20, 21 ini. Perbedaan menyolok adalah Al Qur’an sebagai kajian ilmu dan agama Islam sebagai kajian ilmu dengan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Ini adalah dua hal yang berbeda, bahkan sangat berbeda.
    Perbenturan peradaban, seperti banyak disinggung oleh para pakar adalah peradaban materialistik (diwakili peradaban Barat) dengan peradaban Islam (konservatif, fundamentalis atau apalah).

    Blog ini memilih tema dalam kerangka ini. Hanya tentu saja, dalam hal keberagamaan, syarat mutlak yang tidak ada dalam sains dan mutlak ada dalam Islam adalah percaya kepada yang Ghaib. Suatu hal yang konsepnya dibuang jauh-jauh di ranah sains. Dan sains(tis) dalam jangka pendek bangga dengan pikiran-pikiran ini.
    Blog ini ingin (sekali lagi ingin) mendedikasikan isinya pada pengetahuan yang semakin mendekatkan pada kitabNya dengan bahasan yang simpel-simpel saja atau sedikit menjawab beberapa hal yang kerap diributkan oleh “mereka”, tentu bisa muncul dengan dukungan siapa saja yang ikhlas berkontribusi atau ilmunya agor kopi pais. 😀

    Suka

  21. Abudaniel said

    Assalamu’alaikum,
    @ All,
    Dalam hubungan antara AQ dan Sains, perlu kita camkan betul-betul bahwa AQ bukan buku Sains. Kalaupun ada hal-hal yang berbau “Sains” itu hanya sekadar pemacu akal untuk memikirkannya. Contohnya, Allah mengatkan tentang “penciptaan langit dan bumi” dan “pertukaran malam dan siang” atau “memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kedalam malam”, “kalau mau merentas angkasa harus dengan kekuatan”, matahari dan bulan juga bumi beredar sesuai dengan ketetapan “, dsb. Semua itu hanya pemacu untuk kita menggali ilmu astromi, geologi maupun mekanika dsb. supaya bisa memahami apa yang disebutkan AQ.
    Sampai kapanpun yang namanya penafsiran akan selalu mengalami dinamika sesuai dengan bertambahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Kalau dulu orang menafsirkan AQ hanya berkisar pada masaalah hukum agama (karena kebanyakan ahli tafsir adalah ahli agama, bukan saintis ), maka tafsiran mereka terhadap AQ juga lebih memfokuskan kedalam masalah agama. Sehingga kalau mereka mulai menafsirkan ayat-ayat yang bersentuhan dengan hal-hal yang berbau sains, kadang-kadang sesuai dan kadang-kadang tidak. Apakah AQ yang salah?. Tidak. Yang menafsirkannya yang belum sampai ilmunya kesana. Contoh kecil saja, mengenai proses perkembangan janin (ilmu kebidanan), tafsiran ulam tafsir tempo dulu akan jauh berbeda dengan tafsiran ahli tafsir jaman sekarang yang menguasai ilmu kebidanan dan re-produksi. AQ tidak perlu dicocok-cocokan. AQ hanya memberikan “clue” atau “umpan” untuk kita mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai yang diumpankan oleh AQ. Contohnya “sulthan” didalam Surah Arrahman. AQ tidak menerangkan “sulthan” yang bagaimana yang bisa membawa manusia meneroka angkasa luar. Dengan akal manusia yang makin berkembang, maka manusia akhirnya bisa menemukan “mesin pendorong jet” dengan bahan bakar fosil. Mungkin kedepan akan ditemukan mesin pendorong dengan bahan bakar nuklir, plasma dan sebagainya, sehingga manusia bisa dengan mudah melanglang buana dijagat raya.
    Sekali lagi jangan salahkan AQ. AQ tidak perlu dicocok-cocokan dengan apa yang sudah ditemukan dalam bidang sains. Karena biasanya yang menjadi bahan debat umumnya ayat-ayat yang mutashabihat, bukan ayat yang sudah muhkamat. Padahal tidak perlu diperdebatkan karena ayat mutashabihat adalah ayat yang multi tafsir sesuai dengan perkembangan akal dan otak manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan umum ( bukan dalam hal peribadatan dan syariat agama, yang sudah difinitif )dan keperluan yang menyangkut muamalah di antara manusia.
    Wallahua’lam bishshowab,
    Wassalam,

    @
    Yang perlu dipertimbangkan adalah, ilmuwan Islam jauh lebih sedikit dari ilmuwan bukan Islam, bahkan tidak sedikit pula yang atheis.
    Yang kemudian mungkin perlu dipahami dalam melihat sains dari sisi orang beragama dan orang yang melihat dari murni sains adalah dua hal yang berbeda. Logika agama yang percaya pada yang Ghaib, berbeda dengan sains yang mengikuti model pembuktian murni.
    Terhadap pendekatan sains, pada beberapa penandaan seperti yang Mas Abu sampaikan menjadi bagian pemerkuat perjalanan spritual dalam mengenal penciptaNya. Pada saat yang sama orang beriman juga harus memahami benar bahwa sains, pada akhirnya akan jauh tertinggal dibanding penandaan yang diberikan AQ sehingga bila tidak berkesesuaian, tidaklah ragu akan satu ayatpun dari AQ.
    Memperbaiki pemahaman pada ayat-ayat kauniyah dan melihat penandaan pada AQ menjadi lebih terbuka dan memiliki daya tarik tinggi bagi sebagian orang (termasuk di sini agor yang menjadikan tema blog) karena perkembangan ilmu pengetahuan mendapatkan tempat begitu luas di dalam AQ.
    Wassalam, agor.
    Jangan kita lupakan pula sejarah masa lalu Islam (seperti juga abad kegelapan eropa), terdapat kasus-kasus atau sekte-sekte yang begitu membenci pikiran (akal). Akal tidak berhak mendapatkan tempat dan dimusuhi habis-habisan.
    Seperti pula bangsa Indonesia sekarang ini, buku selalu menjadi produk “sial” yang memberatkan proses pendidikan. Jarang kita melihat ilmu sebagai bagian dari investasi. Tapi kesenangan perut menjadi hal yang utama dalam berkehidupan…..

    Suka

  22. Sam said

    sains dan kitab suci Al-Qur’an
    Qu’an membahas sains secara universal butuh tafsiran secara spesifik, sedangkan Sains adalah bagian dari Al-Qu’an .

    Al-Qur’an bukan kitab yang keliru . bahkan sain banyak di temukan di Al-Qur’an

    @
    Sains sebagai proses berkesinambungan dari kebudayaan manusia tentu saja tertatih-tatih. Sedangkan Al Qur’an sudah berada diujung segala ilmu. Subhanallah, bukan komposisi yang sebenarnya layak untuk diperbandingkan.
    Namun, sains dalam peningkatan mutu kehidupan materi, menunjukkan kemanfaatannya yang tinggi. Manusia bekerja lebih nyaman dan makan lebih nikmat karena teknologi (produk sains).
    Manusia menjadi beriman/bertakwa (itu produk agama)

    dan yang menyimpang, juga tidak kalah dahsyatnya bagi manusia (dalam menjalankan syariat agama)
    😀

    Suka

  23. zal said

    ::Mas Yureka, dari saya mengikuti comment Anda, saya merasa bahwa Mas mengenali maksud itu, mengenal maksud saya, seperti orang yg bercerita tentang nikmatnya sesuatu makanan, karena memang pernah dimakan/ dicicipinya…engga usah saya jawab ya…agar menjadi indah dalam permainan puzzleNYA…

    ::Mas Agor, jika kita perhatikan seekor humster, berjalan pada sebuah benda yg berkebalikan dengan geraknya, kira-kira putaran yg mana yg benar…???
    saya pernah naik kreta, kala itu kreta yg saya tumpang masih berhenti, sedang kreta sebelah berjalan, saya mengira kreta saya yg berjalan, apakah itu memang kebodohan saya, atau pandangan fikiran memang dapat menipu…akh diri sendiri koq ya ditipu ya…(maksud saya koq fikiran saya menipu fikirannya sendiri..)
    Allah Juga mengkalimahkan “Gunung itu berjalan sebagaimana awan berjalan…” lho…

    @
    Mas Bengak ini ada-ada saja pertanyaannya.
    Untuk hamster (saya belum lihat persis), tapi maksudnya ketika hamster naik ke atas, maka roda putar bergerak ke arah sebaliknya sehingga hamster ikut berputar se arah dengan arah putaran roda. Dengan kata lain, arah gerak kaki hamster untuk naik ke atas, mendorong roda putar ke arah sebaliknya karena tenaga dorong dari hamster yang memutar roda ditambah dengan pengaruh gravitasi dari bobot hamster.
    Kalau pertanyaannya putaran mana yang benar –> ya benar berputar… hanya tujuan hamster untuk melewati roda itu yang nggak pernah sampai….
    Kalau kereta berjalan dan kita berhenti. Ini gerak relatif yang tergantung dari subjek pengamat. Ketika kita di dalam kereta, maka sumbu pengamat ada pada kereta tempat kita duduk. Karena itu kita melihat yang berada di luar kereta bergerak. Sedangkan jika kita berdiri di luar kereta, pada rel atau kereta bersebelahan, maka sama kejadiannya. Mata kita melihat objek di sekitar kita yang bergerak, padahal kita yang bergerak.
    Gerak relatif ini sedikit lebih rumit ketika kita melihat objek tata surya (siang dan malam – pergerakan sumbu bumi ataukah pergerakan matahari — bumi mengelilingi matahari — atau matahari mengelilingi bumi). Gerakan relatif. Sama juga dengan kita melihat orang berjalan, seperti kita menonton film, objeknya yang berubah, sehingga kesannya menjadi bergerak.
    Kalau gunung sebagai pasak dan bergerak sebagaimana awan adalah penjelasan dari kenyataan bahwa di kerak bagian luar bumi ini sebenarnya mengapung di atas awan. Yang menjadi awannya kerak bumi, dan yang membuat mengapung karena kerak bumi itu mengapung di atas inti bumi yang cair. Sedangkan fungsi gunung sebagai pasak bentuk dan struktur umum dari gunung adalah dibentuk dari paduan dua lapisan kerak bumi yang sebagian muncul ke permukaan dan sebagian lagi menusuk ke dalam bumi sehingga memang hasil tubrukan itu seperti pasak. Tapi eh… persisnya musti tanya sama ahli ilmu bumi.

    Suka

  24. zal said

    ::Mas Agor,…he..he, Maha Luas Allah dengan Ilmu yg juga adalah NamaNYA bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, itulah yg dipesankan sehingga si ummiy menjadi bisa membaca..(maah jika tulisan ummiy ini salah cara penulisannya)
    Perumpamaan yg satu untuk membaca perumpamaan lainnya, sehingga tersedar adanya perbedaan sudut pandang dari diri sendiri, bukan antara diri sendiri dengan orang lain, namun diri sendiri dengan diri sendiri…
    maka disampaikan Jibril kepada Nabiullah Muhammad SAW, “tidakkah satu malam itu telah melampaui yang 80 tahun (ketika Nabi menceritakan kebanggaannya tentang ketaatan seseorang selama 80 tahun) padahal usia Nabiullah Muhammad SAW hanya 63 tahun kan..
    mohon maaf namanyapun si bengak… 🙂

    @
    Mas coba lihat dari sisi bukan orang yang beriman?, bagaimana “mereka” melihat kitab Allah. Kalau Mas tentu saja tidak memiliki masalah ini. Bagaimana “mereka” melakukan kajian ilmiah atas agama, pada kitab-kitab Allah kalau tanpa dibekali keyakinan?.

    Suka

  25. Pertanyaan semacam ini sering saya jumpai juga di blognya rekan-rekan atheis kalo tidak salah saya sempet ngobrol panjang lebar mengenai hal ini blognya wong2atheis atau blognya DaengFatah. Yang mana entahlah – sedikit lupa.

    Saya rasa kita tidak bisa melihat Kitab Suci semata-mata dari sudut pandang sains. Begitu juga sebaliknya kita tidak bisa melihat semua hal dari sudut pandang sains.

    Kalau ada seseorang bilang matahari terbit dari Timur misalnya tentu jangan dianggap dia ini sedemikian bodoh nggak pernah sekolah sehingga nggak ngerti kalau sebenarnya bumi yang berputar mengelilingi matahari. Kalau ada pakar sains yang ngotot bilang kalau orang yang mengatakan matahari terbit nggak ngerti sains, saya rasa orang itu agak keblinger malahan.

    Bahasa AlQuran, saya pikir selain memang ada yang bisa kita anggap membicarakan sains – tentu ada juga sisi yang sifatnya pembicaraan umum atau istilah umum seperti itu. Dalam kasus-kasus seperti itu tentu tidak bisa kita sedemikian mudah mengatakan kalau itu menyimpang dari sains.

    Sama seperti : Orang yang mengatakan Matahari terbit, nggak bisa disimpulkan kalau dia nggak ngerti sains. Dosen Fisika juga bisa saja ngomong : Mah, ayo bangun mah,….Mamah – lihat tuh matahari sudah terbit.

    @
    Saya juga sering membaca hal-hal, atau ejekan dari mereka yang memilih jalan lain. Itu buat saya tidak masalah sama sekali. Soal hati terbuka dan tertutup (menurut versi masing-masing) tidak masalah. Orang beriman dilihat sebagai orang yang tolol sebaliknya orang beriman melihat mereka sebagai orang yang menyimpang dari jalan lurus juga dua sisi yang bersebrangan.
    Pada saat yang sama, juga kita melihat yang “mengaku” beriman dan berteriak dengan namaNya, tapi tidak mencontoh utusan Allah juga menimbulkan kesan yang jauh dari syiar agama seperti membenarkan bahwa agama menjadi alat untuk tidak bersikap adil.
    Namun, saya terkesan dengan pesan Allah kepada Nabi Musa untuk menyampaikan pesan Ilahiah dengan cara yang sebaik-baiknya. Padahal Allah tahu, Fir’aun akan tetap ingkar. Pesan kepada Nabi Musa itu juga adalah pesan kepada manusia untuk menyampaikan dengan santun. Siapa tahu.
    Kita tidak pernah tahu, dengan cara apa hidayah Allah turunkan. Termasuk kepada yang Mas sebutkan tadi. Ketika saya membaca tulisan-tulisan itu, sebagian tersirat hanya olok-olokan yang tidak memberikan makna apa-apa bahkan terhadap kemampuan berpikir sekalipun, tapi terdapat juga di sebagian tulisannya justru mengingatkan orang yang beragama untuk bersikap hablumminannas sebaik-baiknya.
    Kita tidak pernah tahu, bagaimana Allah menyampaikan pesan hidayahNya kepada dada manusia.
    Salam, agor

    Suka

  26. Universe said

    ﴾ An Nuur:45 ﴿

    Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

    apakah hewan tercipta dari air? manusia dari tanah?

    yg saya tahu hewan dan manusia terdiri dari unsur air, tanah, udara.

    ketika anda mengimani manusia tercipta dari tanah maka manusia mati dikubur dalam tanah, ketika anda mengimani hewan tercipta dari air kenapa hewan mati tidak dihanyutkan ke dalam air?

    Hewan darat yg mati, bangkainya akan terkikis oleh mikroorganisme dan akan menyatu dalam tanah, sama halnya seperti manusia.

    Bagaimana cendekiawan muslim menyikapi akan hal ini?

    Terima kasih, semoga kitab suci bisa sejalan dgn sains, krn jika bertentangan maka akan menjadi absurd.

    Suka

  27. […] kita mejelajah internet akan banyak tulisan kaum muslimin mengenai astronomi yang mengkaitkan surat QS. Al-Anbiya ayat 30 dengan ledakan besar teori Big Bang Einstein, padahal […]

    Suka

  28. Lailatul Qadar said

    Sejatinya, Sains tidak pernah bertentang dengan Alquran. Sebab keduanya berasal dari Allah. Cuma bedanya, Sains yang didapat dari kajian terhadap alam merupakan perbuatan Allah. Sementara Alquran firman-Nya. Maka, tidak mungkin apa yang Allah perbuat di alam bertentang dengan apa yang Dia firmankan dalam Kitab Suci-Nya. Jika ada pertentangan, hal itu bermakna terdapat kesalahan dalam memahami perbuatan-Nya di alam atau kesalahan dalam memahami firman-Nya.

    Suka

Tinggalkan komentar